Anda di halaman 1dari 11

makalah

Peran Tokoh Nasional Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia

Ahmad Soebardjo

Dibuat untuk memenuhi tugas :


Mata Pelajaran Sejarah

Disusun oleh : Kelompok 6


Anggota kelompok : Aisha Andriani
Arsya Alifia Revend
Azzahra Mutya Humayrah
Febria Tari Syafira
Hana Zafirah Idri
Syifa Khairu Shabrina
Winni Elfira

SMAN 1 PADANG PANJANG


TP 2021/2022
.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulisan makalah ini dengan judul Peran Tokoh
Nasional Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia,lebih tepatnya dengan tokoh yang
bernama Ahmad Soebardjo,di dalam memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah dapat kami
selesaikan.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah banyak
membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Penyelesaian makalah ini di tujukan sebagai bentuk pemenuhan tugas yang di
berikan oleh Guru pembimbing mata pelajaran Sejarah Indonesia , yakni Bapak Adrul
Nafis,S.pd.
Kami menyadari dengan selesainya makalah ini masih banyak kekurangan yang masih
perlu di perbaiki. Untuk semua itu kami dari pihak penulis sangat berterima kasih atas segala
masukan dan kritikan yang di berikan demi perbaikan kedepan.

Padang Panjang, 13 Januari 2022

Kelompok 3

Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...


….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………...… iii


B. Rumusan Masalah ..………………………………………………………………….... iv
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………..…….. v

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsepsi Demokrasi Liberal, pelaksanaan dan pengaruh yang ditimbulkan ………….. 1


B. Peristiwa 17 Oktober 1952 …………………………………………………………….. 7
C. KAA I …………………………………………………………………………………. 10
D. Pemilu I ………………………………………………………………………………... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………… 13
B. Saran ………………………………………………………………………………….. 14

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………....15


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 76 tahun. Pencapaian
kemerdekaan memerlukan perjuangan yang sangat gigih dari para pahlawan yang
ditandai dengan Proklamasi. Proklamasi merupakan suatu simbol yang sangat
penting artinya bagi bangsa Indonesia karena dari situlah bangsa Indonesia
baru akan dapat menata diri untuk diakui keberadaannya oleh dunia internasional.
Akan tetapi kemerdekaan yang diraih Indonesia pada tahun 1945 tidak serta merta
mendapatkan pengakuan dari negara-negara di seluruh dunia. Beberapa ancaman
setelah kemerdekaan Indonesia diumumkan masih dirasakan oleh bangsa
Indones ia s ehingga masih harus berjuang untuk mempertahankannya.
Berbagai serangan tersebut menuntut rakyat Indonesia terutama para pemimpin untuk
menjaga kestabilan negara pasca kemerdekaan untuk mempertahankannya. Dalam
mempertahankan kemerdekaan tidak lepas dari peran para Tokoh-tokoh Nasional.
Tokoh Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga
negaraIndonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang
sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau
meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya
melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar
biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Banyak tokoh yang berperan penting dalam terciptanya kemerdekaan tersebut
sehingga melahirkan sebuah perjalanan baru bagi bangsa Indonesia. Salah satunya adalah
Ahmad Soebardjo.Perjuangan Ahmad Soebardjo tidak berhenti sampai kemerdekaan
Indonesia. Tetapi ,pasca kemerdekaan Indonesia perjuangan beliau masih berlanjut untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dalam penulisan makalah kali ini, kami akan memaparkan teladan dan perjuangan
dari tokoh Ahmad Soebardjo sebagai tokoh nasional. Teladan tersebut diharapkan dapat
memberikan teladan kepada para pembaca untuk mengisi kemerdekaan yang telah diraih
oleh pejuang-pejuang kita yang sudah bersusah payah memperjuangkan kemerdekaan
dahulu.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan Makalah kali ini kami mencoba menyajikan beberapa topik bahasan
mengenai peran Ahmad Soebardjo dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Secara
sederhana, topik-topik yang akan di kaji tersebut adalah:
1. Bagaimana riwayat keluarga dan riwayat pendidikan dari Mr. Ahmad Soebardjo ?
2. Bagaimana karir serta kehidupan Ahmad Soebardjo semasa beliau hidup?
3. Bagaimana perjuangan Ahmad Soebardjo dalam keikutsertaannya memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia ?
4. Apa saja teladan yang dapat diambil dari perjuangan Ahmad Soebardjo ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia yang diberikan oleh Bapak Adrul Nafis,S.Pd selaku Guru pengajar
mata kuliah pelajaran sejarah.
2. Tujuan Umum penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perjuangan Ahmad
Soebardjo dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta teladan yang dapat
diambil dari perjuangan tersebut
BAB II
PENDAHULUAN

A. Riwayat Keluarga dan Riwayat Pendidikan Ahmad Soebardjo


Riwayat Keluarga Achmad Soebarjo
Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa
Barat, tanggal 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Yusuf, keturunan bangsawan Aceh.
Sementara sang ibu, Wardinah, masih memiliki darah ningrat Jawa.
Ken’ichi Goto dalam Jepang dan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (1998) menyebutkan,
Achmad Soebardjo tumbuh dalam lingkungan yang memegang ajaran Islam kuat dengan sistem
budaya Jawa. Didikan keluarga menjadikan Achmad Soebardjo sebagai sosok yang cenderung
berwatak tenang dan selalu memikirkan dengan hati-hati apa yang harus dilakukan dalam
menghadapi segala sesuatu. Ayah Achmad Soebardjo bekerja sebagai pamong pegawai di masa
pemerintah kolonial Hindia Belanda. Namun, Achmad Soebardjo justru tergerak untuk terlibat
dalam arus pergerakan nasional demi memberikan kesadaran kebangsaan kepada rakyat Indonesia
yang masih terjajah.

Riwayat Pendidikan Achmad Soebardjo

Karena ayah Achmad Soebardjo yang berstatus sebagai pejabat pemerintah kolonial kala itu
maka ia mempunyai hak untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah belanda.

Di saat itu, Karawang masih belum ada sekolah Belanda. Orang tua Achmad Soebardjo kemudian
mengirim anak-anaknya ke Batavia untuk bersekolah.

Achmad Soebardjo memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) di Kwitang, namun
pindah ke ELSB di Pasar Baru. Setelah lulus ELS, Achmad Soebardjo kemudian masuk ke sekolah Prince
Hendrik School namun ia pindah ke sekolah HBS (Hogere Burger School) Koning William III di Salemba,
Jakarta. Ia menamatkan pendidikannya disana pada tahun 1917.

Dalam biografi singkat achmad soebardjo Setelah lulus, Achmad Soebardjo langsung bergabung dengan
organisasi kepemudaan, Tri Koro Darmo yang merupakan sayap organisasi Budi Utomo.

Achmad Soebardjo sangat mengagumi sosok HOS Cokroaminoto, pemimpin partai Sarekat Islam yang
disebutnya orator ulung dan mampu menggerakkan massa.

Ketika perang dunia I usai, Achmad Soebardjo kemudian berangkat ke Belanda untuk melanjutkan
kuliahnya di jurusan Hukum di Universitas Leiden, Belanda. Ia tiba di Belanda pada tahun 1919.

Di Belanda, Achmad Soebardjo banyak bertemu dengan tokoh-tokoh penting seperti Mohammad Hatta,
Tan Malaka. Ia juga bertemu dengan Sneevliet, tokoh partai buruh Belanda yang mendirikan ISDV
(Indische Sosial Demokratisehe Partij) cikal bakal dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Achmad Soebarjo menempuh studi di sekolah menengah Hogere Burger School (HBS) di Batavia
(Jakarta) pada 1917. Ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Leiden, Belanda, dan memperoleh ijazah
Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada 1933.

KARIR

Ketika masih menjadi mahasiswa, Achmad Soebardjo turut ambil peran dalam
perjuangan kemerdekaan dan aktif dalam beberapa organisasi, seperti Jong Java (Tri
Koro Dharmo) dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Achmad Soebardjo
diutus bersama dengan Mohammad Hatta dalam konferensi antar bangsa dan para ahli
pergerakan Indonesia “Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah” yang
pertama di Brussels dan kemudian di Jerman pada Februari 1927. Pada persidangan
pertama tersebut, beliau juga bertemu dengan beberapa tokoh nasional, seperti
Jawaharlal Nehru serta pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari Asia dan
Afrika. Setelah selesai, Achmad Soebardjo kembali ke Indonesia dan aktif dalam
anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Peristiwa Rengasdengklok

Pada 16 Agustus 1945, para pemuda membawa  Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


dengan tujuan agar kedua tokoh bangsa tersebut tidak terpengaruh oleh Jepang.
Dalam perundingan di sana, Soekarno diyakini oleh para pemuda, bahwa Jepang telah
menyerah dan para pejuang telah siap apa pun risikonya untuk melawan Jepang.
Perundingan tersebut juga membicarakan tentang kapan akan memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah berunding, Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan
kemerdekaan di Jakarta. Di sana, Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda-
pemuda dengan taruhan nyawa, bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17
Agustus 1945 paling lambat pukul 11.30.

Achmad Soebardjo sebagai Menteri Luar Negeri

Setelah Kemerdekaan Indonesia, pada 18 Agustus 1945, Achmad Soebardjo dilantik sebagai
Menteri Luar Negeri pada Kabinet Presidensial, yang merupakan kabinet Indonesia yang
pertama. Kemudian antara tahun 1957-1961, Achmad Soebardjo juga pernah menjadi Duta
Besar Republik Indonesia di Switzerland.

B. Perjuangan Ahmad Soebardjo

Dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi (2001),
Suhartono menyebut bahwa di Belanda, Achmad Soebardjo aktif di beberapa organisasi
pergerakan pemuda, seperti Jong Java dan Perhimpunan Indonesia atau Indische Vereeniging.
Dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi (2001),
Suhartono menyebut bahwa di Belanda, Achmad Soebardjo aktif di beberapa organisasi
pergerakan pemuda, seperti Jong Java dan Perhimpunan Indonesia atau Indische Vereeniging.
Pada Februari 1927, Achmad Soebardjo bersama beberapa pemuda dari Indonesia yang
sedang menuntut ilmu di Belanda, menghadiri forum bernama "Liga Anti Imperialisme dan
Penindasan" di Brussel, Belgia. Ahmad Soebardjo melalui bukunya berjudul Kesadaran
Nasional: Sebuah Otobiografi (1978) mengungkapkan, ia datang selaku perwakilan mahasiswa
Indonesia bersama Mohammad Hatta, Semaoen, Gatot Tarunomihardjo, dan Muhammad Nazir
Datuak Pamunjak.
Dalam forum tersebut, hadir pula sejumlah tokoh pemimpin dunia, termasuk Perdana
Menteri India kala itu yakni Jawaharlal Nehru serta para pemimpin nasionalis dari Asia dan
Afrika. Achmad Soebardjo berkesempatan angkat bicara dalam forum internasional tersebut. Di
hadapan hadirin, ia menegaskan pentingnya upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melawan
kolonialisme dan imperialisme, yakni dengan bersatu dan sepakat. Masih pada 1927, Achmad
Soebardjo mewakili Perhimpunan Indonesia dalam acara Peringatan Ulang Tahun X Uni Soviet.
Achmad Soebardjo dianggap sebagai salah satu tokoh berpengaruh sehingga ia terpilih
sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
kemudian berganti menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). BPUPKI dan
PPKI dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia lantaran mengalami rangkaian
kekalahan di Perang Asia Timur Raya atau Perang Dunia Kedua dari Sekutu pada 1944-1945.
Dai Nippon merasa butuh dukungan akibat rentetan kekalahan tersebut sehingga
memberikan janji-janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Di kalangan Indonesia sendiri
terjadi perbedaan pendapat. Golongan tua seperti Achmad Soebardjo, Sukarno, Hatta, dan
lainnya, cenderung mengikuti anjuran Jepang dalam mengupayakan kemerdekaan Indonesia.
Sebaliknya, golongan muda ingin agar proklamasi kemerdekaan RI dinyatakan secepat mungkin.
Sebaliknya, golongan muda ingin agar proklamasi kemerdekaan RI dinyatakan secepat
mungkin. Dari sinilah kemudian terjadi Peristiwa Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945.
Sebaliknya, golongan muda ingin agar proklamasi kemerdekaan RI dinyatakan secepat mungkin.
Dari sinilah kemudian terjadi Peristiwa Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945. Para pemuda
revolusioner seperti termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, Singgih, dan lainnya membawa
Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, dekat Karawang, agar dua tokoh sentral tidak
terpengaruh oleh bangsa Jepang.
Sementara itu, di Jakarta terjadi perundingan antara golongan muda dan Achmad
Soebardjo yang mewakili golongan tua. Achmad Soebardjo akhirnya setuju untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu janji-janji dari Jepang. Maka,
dengan diantar oleh beberapa pemuda, Achmad Soebardjo menjemput Sukarno dan Hatta ke
Rengasdengklok.
Achmad Soebardjo meyakinkan kepada golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan
akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul setengah 12 siang. Di
Jakarta, timbul masalah baru mengenai tempat yang aman dari pantauan orang-orang
pemerintahan maupun aparat Jepang untuk menyusun naskah proklamasi. Sekali lagi Achmad
Soebardjo mengambil peran krusial. Ia mengusulkan kediaman Laksamana Muda Maeda,
seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, di Jakarta terjadi perundingan antara golongan muda dan Achmad
Soebardjo yang mewakili golongan tua. Achmad Soebardjo akhirnya setuju untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu janji-janji dari Jepang. Maka,
dengan diantar oleh beberapa pemuda, Achmad Soebardjo menjemput Sukarno dan Hatta ke
Rengasdengklok.
Achmad Soebardjo meyakinkan kepada golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan
akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul setengah 12 siang. Di
Jakarta, timbul masalah baru mengenai tempat yang aman dari pantauan orang-orang
pemerintahan maupun aparat Jepang untuk menyusun naskah proklamasi. Sekali lagi Achmad
Soebardjo mengambil peran krusial. Ia mengusulkan kediaman Laksamana Muda Maeda,
seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
Konsep naskah proklamasi disusun oleh Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo di
rumah Laksamana Muda Maeda. Setelah selesai dan berdiskusi dengan para pemuda, dini hari
tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno meminta Sayuti Melik untuk mengetik teks naskah
proklamasi. Pagi harinya, naskah proklamasi kemerdekaan itu dibacakan Sukarno-Hatta atas
nama bangsa Indonesia, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat,
atau yang merupakan kediaman Bung Karno. Sehari setelah proklamasi, tanggal 18 Agustus
1945, Achmad Soebardjo dilantik sebagai Menteri Luar Negeri RI pertama untuk mengisi
Kabinet Presidensial yang dipimpin Sukarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta selaku
wakil presiden.
Jabatan sebagai Menteri Luar Negeri RI diemban Achmad Soebardjo hingga 14
November 1945. Sebagai penerusnya adalah Soetan Sjahrir. Achmad Soebardjo kembali
menjabat menjadi Menteri Luar Negeri pada periode 1951-1952. Berikutnya, ia menjadi Duta
Besar Republik Indonesia di Swiss antara tahun 1957-1961.

C. Teladan Ahmad Soebardjo

1. Semangat Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi.

Sikap nasionalisme dan patriotisme dimiliki oleh para pahlawan dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus memiliki rasa bangga dan
cinta terhadap tanah air kita, Bangsa Indonesia. 

Seseorang yang memiliki sikap patriotisme memiliki jiwa yang semangat dan cinta Tanah
Air serta bersedia berkorban dan pantang menyerah demi mencapai kemakmuran dan kejayaan
bangsa dan negaranya. Selain itu, sikap nasionalisme yang tinggi adalah rasa semangat dan cinta
pada negaranya. 

2. Keberanian

Memiliki sikap berani bukan berarti tidak memiliki rasa takut. Seseorang yang berani
berarti orang yang tetap berpegang teguh pada prinsip dan pantang menyerah bila mengalami
kegagalan.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus berani mengambil risiko dan rasa takut tidak
membuat kita mudah menyerah.

3. Membela Kebenaran

Ketidakadilan bisa menimbulkan perpecahan. Dalam berjuang mempertahankan


kemerdekaan Indonesia, para pahlawan bersatu melawan penjajah saat sesamanya tidak
diperlakukan tidak adil.

Begitupun dengan kita, generasi penerus bangsa. Kita harus bersikap adil dengan
membela yang benar dan tidak membenarkan yang salah. Bila kita memiliki sikap adil, tidak
akan menimbulkan perpecahan. 

4. Menjunjung tinggi nilai Persatuan dan Kesatuan

Negara Indonesia adalah negara yang beragam. Inilah yang yang menjadikan “Bhineka
Tunggal Ika” sebagai semboyan bangsa Indonesia. Berbagai perbedaan yang ada bukanlah
sebuah hambatan untuk meraih kemerdekaan. 

Para pahlawan memiliki sikap persatuan yang kuat dalam mempertahankan kemerdekaan
Tanah Air tercinta. Dengan adanya perbedaan, kita bisa bersatu untuk berjuang bersama-sama
untuk menjadi bangsa yang kuat. 

5. Rela berkorban untuk kepentingan bersama

Ahmad Soebardjo telah berkorban dan mempertaruhkan nyawanya dalam berjuang bagi
Tanah Air tercinta.

Sebagai penerus bangsa Indonesia, kita patut meneladani sikap rela berkorban untuk
kepentingan bersama. Utamakan kepentingan bersama terlebih dahulu baru kepentingan diri kita
sendiri. 

Anda mungkin juga menyukai