Anda di halaman 1dari 3

Nama : Natanael

Presensi : 24
Kelas : XI IPS 2

Tugas Sejarah Peminatan

SOEKARNI

Soekarni (EYD: Sukarni; lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 – meninggal di
Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang nama lengkapnya adalah Soekarni Kartodiwirjo,
adalah tokoh pejuang kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia. Gelar Pahlawan Nasional
Indonesia disematkan oleh Presiden Joko Widodo, pada 7 November 2014 kepada perwakilan
keluarga di Istana Negara Jakarta.

Kelahiran dan Masa Kecil


Sukarni lahir hari Kamis Wage di desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten
Blitar, Jawa Timur. Namanya jika dijabarkan berarti "Su" artinya lebih sedangkan "Karni"
artinya banyak memperhatikan dengan tujuan oleh orang tuanya agar Sukarni lebih
memperhatikan nasib bangsanya yang kala itu masih dijajah Belanda. Sukarni merupakana anak
keempat dari sembilan bersaudara.
Urutan saudara:
1. Hono
2. Sukarmilah
3. Sukardi
4. Sukarni
5. Suparti (Ny.Suparto)
6. Endang Sarti (Ny. Muslimin)
7. Endi Sukarto
8. Sukarjo
9. Nama tidak diketahui (meninggal ketika masih kecil)
Ayahnya adalah Kartodiwirjo, keturunan dari Eyang Onggo, juru masak Pangeran
Diponegoro. Ibunya bernama Supiah, gadis asal Kediri. Keluarga Sukarni bisa dikatakan
berkecukupan jika dibanding penduduk yang lain. Ayahnya membuka toko daging di pasar
Garum dan usahanya sangat laris.
Sukarni masuk sekolah di Mardisiswo di Blitar (semacam Taman Siswa yang dibuat oleh
Ki Hajar Dewantara). Di sekolah ini Sukarni belajar mengenai nasionalisme melalui Moh.
Anwar yang berasal dari Banyumas, pendiri Mardidiswo sekaligus tokoh pergerakan Indonesia.
Sebagai anak muda, Sukarni terkenal kenakalannya karena sering berbuat onar. Dia sering
berkelahi dan hobi menantang orang Belanda. Dia pernah mengumpulkan 30-50 orang teman-
temannya dan mengirim surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi. Lokasinya di
kebun raya Blitar, dekat sebuah kolam. Anak-anak Belanda menerima tantangan itu dan
terjadilah tawuran. Kelompok Sukarni memenangkan perkelahian itu dan anak Belanda yang
kalah dicemplungkan ke kolam.

Menjadi Aktivis Pergerakan


Perkenalan Sukarni dengan dunia pergerakan nasional yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dimulai ketika usia masih remaja, 14 tahun, saat dia masuk menjadi
anggota perhimpunan Indonesia Muda tahun 1930. Semenjak itu dia berkembang menjadi
pemuda militan dan revolusioner. Selain itu ia juga sempat mendirikan organisasi Persatuan
Pemuda Kita.
Ketika di MULO, Sukarni dikeluarkan dari sekolah karena mencari masalah dengan
pemerintah colonial Belanda. Bukannya surut, semangat belajarnya malah semakin membara.
Dia bersekolah ke Yogyakarta, dan kemudian ke Jakarta pada sekolah kejuruan guru. Atas
bantuan Ibu Wardoyo (kakak Bung Karno), Sukarni disekolahkan di Bandung jurusan jurnalistik.
Pada masa-masa di Bandung inilah, konon Sukarni pernah mengikuti kursus pengkaderan politik
pimpinan Soekarno. Disinilah dia bertemu dan mengikat sahabat dengan Wikana, Asmara Hadi
dan S.K. Trimurti.
Tahun 1934 Sukarni berhasil menjadi Ketua Pengurus Besar Indonesia Muda, sementara
itu Belanda mulai mencurigainya sebagai anak muda militan. Tahun 1936 pemerintah colonial
melakukan penggerebekan terhadap para pengurus Indonesia Muda, tetapi Sukarni sendiri
berhasil kabur dan hidup dalam pelarian selama beberapa tahun.

Masa Pendudukan Jepang


Tidak lama sebelum Jepang masuk, Sukarni tertangkap di Balikpapan dan kemudian
dibawa ke Samarinda. Namun, setelah Jepang masuk, Sukarni berserta beberapa tokoh
pergerakan lain seperti Adam Malik dan Wikana malah dibebaskan oleh Jepang. Awal-awal
pendudukan Jepang, Sukarni sempat bekerja di kantor berita Antara yang didirikan oleh Adam
Malik (yang kemudian berubah jadi Domei). Pada masa Jepang ini, Sukarni juga bertemu dengan
Tan Malaka. Tan Malaka-lah yang menjadi otak pembentukan partai Murba dan dia jugalah yang
menyarankan kepada anggota Murba lainnya agar Sukarni yang menjadi Ketua Umum.
Tahun 1943, bersama Chairul Saleh, dia memimpin Asrama Pemuda di Menteng 31. Di
tempat itu Sukarni makin giat menggembleng para pemuda untuk berjuang demi kemerdekaan
Indonesia. Seperti diketahui, pada kurun selanjutnya, Menteng 31 dikenal sebagai salah satu
pusat penting yang melahirkan tokoh Angkatan 45.
Peristiwa Rengasdengklok
Mendengar berita kekalahan Jepang, kelompok pemuda dengan kelompok bawah tanah
di bawah pimpinan Sutan Syahrir, bersepakat bahwa inilah saat yang tepat untuk
memproklamirkan kemerdekaan. Sukarni, Wikana dan kelompok pemuda lainnya mendesak
Soekarno dan Hatta, tetapi mereka berdua menolak. Akhirnya terjadilah perdebatan sengit yang
berakhir dengan penculikan kedua tokoh tersebut, dengan tujuan menjauhkan Soekarno-Hatta
dari pengaruh Jepang. Kedua pemimpin itu diasingkan ke Rengasdengklok oleh kelompok
pemuda yang dipimpin olehnya.

Seputar Proklamasi
Akhirnya semua pihak kemudian bersepakat bahwa proklamasi kemerdekaan akan segera
dilakukan pada 17 Agustus 1945. Selanjutnya, Sukarni mengemban amanat kemerdekaan serta
bahu membahu bersama kelompok pemuda lainnya dalam meneruskan berita tentang
kemerdekaan ini. Sukarni membentuk Comite Van Aksi (semacam panitia gerak cepat) pada 18
Agustus 1945 yang tugasnya menyebarkan kabar kemerdekaan ke seluruh Indonesia. Khusus
untuk para pemudanya dibentuk API (Angkatan Pemuda Indonesia) dan untuk buruh dibentuk
BBI (Barisan Buruh Indonesia) yang kemudian melahirkan lascar buruh dan lascar buruh wanita.
Di zaman RI berkedudukan di Yogyakarta, Sukarni menjabat sebagai Sekretaris Jenderal
Persatuan Perjuangan (PP) di bawah ketua Tan Malaka. PP beroposisi dengan pemerintah dan
menolak perundingan pemerintah terhadap Belanda. Aksi PP ini membuat Sukarni dijebloskan
ke penjara pada tahun 1946. Selanjutnya Sukarni juga mengalami penahanan di Solo, Madiun
dan Ponorogo (daerah komunis Muso) pada masa pemerintahan Amir Syarifudin (1947/1948).

Menjadi Ketua Partai Murba


Semenjak partai Murba terbentuk pada bulan November 1948 sampai wafatnya, Sukarni
menjabat sebagai ketua umum. Dia juga duduk sebagai anggota Badan Pekerja KNI Pusat.
Dalam Pemilihan Umum yang pertama (1955) Sukarni terpilih sebagai anggota Konstituante.
Sejak tahun 1961 Sukarni ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia di Peking, ibu kota RRT
(Republik Rakyat Tiongkok) dan kembali ke tanah air pada bulan Maret 1964. Konon dalam
pertemuan di Istana Bogor, Desember 1964, Sukarni sempat memperingatkan Bung Karno atas
sepak terjang PKI. Tapi berlawanan dengan harapan, partai Murba malah dibekukan tahun 1965
dan Sukarni beserta pemimpin Murba lainnya di penjara.
Pada masa Orde Baru, Sukarni dibebaskan dan larangan Murba dicabut (direhabilitasikan
17 Oktober 1966). Kemudian Sukarni ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung
(DPA, 1967) yang merupakan jabatan resmi terakhir. Tokoh yang mendapat Bintang Mahaputra
kelas empat ini wafat pada tanggal 7 Mei 1971 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata dengan upacara kenegaraan.

Anda mungkin juga menyukai