Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI JENDRAL SOEDIRMAN

Biodata Pahlawan Jenderal Sudirman akan kami sajikan lengkap beserta agama, karir, pendidikan beserta
hobi dan foto lengkap dari sang pahlawan nasional ini. Sumber dari artikel ini berasal dari sumber-sumber
terpercaya misalnya dari Wikipedia dan portal atau website entertainment lainnya.

Jenderal Besar Raden Soedirman (EYD: Sudirman ) lahir 24 Januari 1916 – meninggal 29 Januari 1950 pada
umur 34 tahun. seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Purbalingga. Beliau merupakan
panglima besar Tentara Nasional Indonesia yang pertama dan seorang perwira tinggi pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia merupakan Panglima dan Jenderal RI
yang pertama dan termuda. Pada usia yang masih cukup muda, yaitu 31 tahun, Soedirman telah menjadi
seorang jenderal. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pejuang yang gigih. Meskipun ia sedang menderita
penyakit paru-paru parah, ia tetap berjuang dan bergerilya bersama para prajuritnya untuk melawan tentara
Belanda pada Agresi Militer II.

Biodata Jenderal Sudirman


Nama Lengkap : Soedirman
Alias : No Alias
Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Desa Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 24 Januari 1916
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya
keturunan Wedana Rembang. Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Ia
kemudian melanjutkan pendidikannya ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai
tamat. Selama menempuh pendidikan di sana, ia pun turut serta dalam kegiatan organisasi Pramuka Hizbul
Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Ia kemudian mengabdikan
dirinya menjadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan
tersebut.

Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan
berorganisasi, dan dihormati oleh masyarakat karena ketaatannya pada Islam. Setelah berhenti kuliah
keguruan, pada 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah, di
sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin
Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada
1942, Soedirman tetap mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA)
yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Selama menjabat, Soedirman
bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan, namun kemudian diasingkan ke Bogor.

Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih
menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18
Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat
Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena
prestasinya.

Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris
dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945,
pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa.
Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan
Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan
mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945. Setelah
kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai
Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem
Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.

Jendral Soedirman tetap terjun ke medan perang saat terjadi agresi militer Belanda II di Ibukota Yogyakarta.
Saat itu Ibukota RI dipindahkan ke Yogya karena Jakarta sudah dikuasai Belanda.Soedirman memimpin
pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam
perlawanan tersebut, Kondisi kesehatan Jenderal Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena
penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun
sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno
dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi
genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang
gerilya.

Sepanjang delapan bulan berada di dalam pedalaman. Meskipun dalam keadaan sakit, beliau tetap
memimpin dengan ditandu secara berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain,diantaranya: Jogjakarta,
Surakarta, Madiun hingga Kediri dan pada tanggal 10 Juli 1949 Sudirman kembali ke Jogja.

Karena kesehatannya yang semakin memburuk karena TBC, maka Sudirman tinggal di pesanggrahan
Tentara di Magelang.Akhirnya beliau wafat pada tanggal 29 Januari 1950. Jenasahnya dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Semaki Jogjakarta.

Demikianlah biodata dari pahlawan Jenderal Sudirman , semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menjadi
referensi kita untuk mengenal pahlawan-pahlwan tanah air.

Anda mungkin juga menyukai