Anda di halaman 1dari 12

ANANLISI UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL

“LAUT BERCERITA”
KARYA LEILA S. CHUDORI

Disusun oleh : Sarah Ananda


Yosrut Yanti Limbong
Kelas : XII PMIPA 1
Guru Pembimbing : Ibu C.Simbolon S.Pd.

SMA N 1 SIANJUR MULA MULA


Tahun ajaran 2023/202
Sinopsis Laut Bercerita
` Berlatar di tahun 1998 yang kelam dan gelap, Laut Bercerita mengisahkan tentang
seorang mahasiswa bernama Biru Laut yang diculik oleh sekelompok orang tidak dikenal.
Bersama dengan tiga temannya, ia dibawa ke sebuah tempat yang tidak dikenal dan disekap
selama berbulan-bulan. Selama disekap keempat sekawan itu diinterogasi, dipukul,
ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia membuka suara. Orang-orang itu ingin
tahu, siapa dalang di balik gerakan aktivis dan mahasiswa kala itu.
Masih di tahun yang sama, keluarga Wibisono tengah menjalani aktivitas di hari
Minggu seperti biasanya sembari menunggu Biru Laut pulang. Namun, meski lama
menunggu Biru Laut tidak kunjung muncul. Dua tahun selang hilangnya Biru Laut secara
misterius, sang adik Asmara Jati dan Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin oleh Aswin
Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang. Mereka juga mempelajari kesaksian
dari mereka yang kembali. Tidak hanya Asmara Jati, kekasih Laut, Anjani dan juga orang tua
serta istri aktivis yang hilang turut menuntut kejelasan nasib anggota keluarga mereka.
Sementara itu, dari dasar laut yang sunyi, Biru Laut bercerita kepada dunia tentang apa
yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.
1. Tema
Tema merupakan gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya
sastrasebagai struktur semantic dan bersifat abstrak yang secara berulang – ulang
dimunculkan lewat motif – motif dan biasanya dilakukan secara implisit. (Nurgiyantoro,
2015:115).
1) Tema Utama
Tema mayor dalam novel Laut Bercerita adalah legitimasi. Dalam novel ini
bercerita tentang legitimasi negara pada masa Orde Baru terhadap rakyat yang
menyebabkan rakyatnya tertindas. Seperti pada kutipan dibawah ini:
•"Seperti juga kata pahlawan," kata Bram. "Banyak sekali orang-orang yang diangkat
menjadi pahlawan di masa Orde Baru ini, yang mungkin suatu hari bisa saja
dipertanyakan apa betul mereka memang berjasa dan berkontribusi. Tetapi kau benar,
dalam perjuangan definisi antara pahlawan dan pengkhianat harus jelas. Suatu hari
pahlawan atau bandit tak boleh hanya ditentukan karena kekuasaan rezim."
2) Tema Minor
Tema minor yang pertama dalam novel Laut Bercerita adalah perjuangan. Dalam
novel ini bercerita tentang perjuangan sekelompok orang yang terdiri atas mahasiswa
dan masyarakat sipil yang memperjuangkan keadilan dengan cara melakukan aksi dan
diskusi untuk lepas dari Orde Baru yang memimpin lebih dari sepuluh tahun dengan
sewenang-wenang. Seperti pada kutipan dibawah ini:
"Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus
mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut
memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak
menghargai kemanusiaan ini, Laut."
2. Alur
Alur adalah salah satu unsur pembangun dalam cerita yang berisi rangkaian suatu
peristiwa dalam suatu cerita.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran (maju dan mundur).
Dibagian awal cerita pembaca akan mendapati alur maju. Pada bagian ini pembaca
diajak untuk mengenal sosok-sosok dalam organisasi winatra dan sebuah tradisi dari keluarga
Biru Laut. Dipertengahan cerita pembaca akan mendapati alur mundur. Pada bagian ini
pembaca diajak mengetahui perjuangan para aktivitis dalam mengubah negeri ini dan
siksaan-siksaan yang didapatnya. Sedangkan dibagian akhir pembaca akan mendapati alur
maju. Pada bagian ini akan mengkisahkan perjuangan Asmara Jati dalam mencari jejak Biru
Laut dalam para aktivitis yang dihilangkan secara paksa. Seperti kutipan dibawah ini:
•"Selama ini aku tak mampu membicarakan pesan Laut padamu, karena hal itu
mengingatkan hari-hari kami disekap dibawah tanah. Maafkan cukup lama ini semua
kusimpan." Alex menarik kursinya ke hadapan kursiku. Dia memegang tangan ku dan
menghela napas."
•"Aku sudah menceritakan kepada keluargamu ketika kami disekap dikerangkeng
bawah tanah. Ada dua hal yang belum kuceritakan, karena terlalu mengganggu
tidurku... Daniel dan aku hampir tak pernah meceritakan masa-masa kelam itu bukan
karena kami takut, tetapi karena terlalu menusuk. Sudah empat tahun kami
menyimpan sendiri kisah keji ini... Aku rasa sudah waktunya aku berbagi denganmu."
Pada kutipan diatas berisi pengakuan Alex terhadap media, orang tua Laut dan
Asmara Jati yang mencari tau tentang apa yang terjadi. Cerita kemudian dilanjutkan pada
tahun 2007 ketika para keluarga dan sahabat berorasi menuntut HAM dihadapan Istana
Negara setelah presiden Soeharto dilengserkan.
3. Latar
Latar dalam artikel terbagi menjadi 3, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
suasana.
 Latar tempat yang digunakan dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
menggunakan latar tempat sebagai berikut :
a. Rumah tokoh Alex
Tempat tinggal Alex adalah sebuah paviliun kecil yang terpisah dari rumah
utama di kawasan Jagakarsa. Setelah menekan bel, aku duduk meletakkan ranselku
dan menatap paviliun berwarna serba putih dengan jendela kayu berwarna hijau daun,
persis seperti rumah mungil dalam dongeng Disney. Ada sekitar tujuh atau delapan
tanaman gantung suplir yang membuat paviliun itu lebih segar.
Kutipan di atas menyebutkan bahwa tokoh Laut sedang memberi gambaran
mengenai rumah tokoh Alex, yang bagaikan rumah mungil dalam dongeng fiksi.
Sementara menunggu sang tuan rumah mempersilakannya masuk, tokoh Laut sudah
terlebih dahulu duduk dan meletakkan ransel yang dibawanya.
b. Rumah hunian
Tentu saja lokasi Seyegan di Desa Pete Margodadi Godean ini adalah sebuah
pilihan tepat. Lokasi rumah hantu ini terlalu gila jauh dari tengah kota, dari kampus,
atau sebutlah jauh dari peradaban. Namun di mata Kinan, ini sebuah lokasi yang
strategis. Kami akan merasa aman melakukan berbagai kegiatan diskusi mahasiswa
dan aktivis hingga persiapan pendampingan petani di beberapa daerah di Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
Kutipan di atas menyebutkan bahwa tokoh Laut sedang memberi gambaran
mengenai rumah tokoh Alex, yang bagaikan rumah mungil dalam dongeng fiksi.
Sementara menunggu sang tuan rumah mempersilakannya masuk, tokoh Laut sudah
terlebih dahulu duduk dan meletakkan ransel yang dibawanya.
c. Rumah makan
Aku senang sekali ketika Kinan mengusulkan warung ini karena situasi
kantongku sedang menipis, dan Bu Retno selalu bersedia memotong satu dada ayam
goreng nan lezat itu menjadi dua agar kami bisa membayar separuhnya saja.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut sedang mendeskripsikan lokasi
strategis dan aman untuk dijadikan tempat dalam melakukan kegiatan diskusi
mahasiswa dan aktivis mengenai buku terlarang, salah satunya seperti karya
Pramoedya Ananta Toer.
d. Mobil
Aku didorong masuk ke dalam mobil. Kiri kananku adalah Manusia Pohon
dan Manusia Raksasa yang biasa menjemput teman-temanku satu per satu entah ke
mana. Sedangkan si Mata Merah jelas duduk di depan karena aku bisa mencium
aroma kretek dan sesekali dengusannya jika si supir menyetir terlalu lamban. "Kita
akan ke mana?" "Ke laut, sesuai namamu. Ke kuburanmu!".
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut didorong masuk ke dalam
mobil dan diapit oleh dua manusia kekar. Kemudian dibawanya Ia ke suatu tempat
yang bernama sama dengannya, yakni Laut.
 Latar waktu yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
menggunakan latar waktu sebagai berikut :
a. Sore hari
Hari itu, aku tiba tepat pukul lima sore di depan pintu rumah. Di sebuah hari
Minggu matahari senja yang menggelincir mengusap-usap jendela yang dinaungi
pohon kemboja kuning.
b. Lusa
"Skripsimu dan skripsi Alex sudah dibawa Asmara beberapa bulan lalu, dibaca
oleh Pak Gondo. Rupaya beliau menyampaikan pada Pak Dekan dan meminta
dispensasi agar Alex dan kau menjalani ujian tertutup. Dan...ini..." Julius
mengeluarkan sebuah tiket dari kantungnya dengan tangan kiri, karena tangan
kanannya sedang digunakan untuk makan, "kau harus segera berangkat karena lusa
adalah hari sidangmu."
c. Kemarin
Yang aku ingat, beberapa jam lalu, atau mungkin kemarin ketika mereka
meringkusku adalah tanggal 13 Maret 1998, persis bertepatan dengan ulang tahun
Asmara.
d. Malam hari
Malam ini, setelah tiga bulan tak bersua, akhirnya kami semua bersiap
mengelilingi meja makan yang ditata dengan rapi oleh Bapak.
 Latar suasana yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
menggunakan latar suasa sebagai berikut :
a. Khawatir
"Ibu jangan khawatir. Kami berdiskusi dengan aman..." Aku membantu
mengangkat piring ke basin dan menghindari pandangan Ibu yang mulai berkaca-
kaca.
b. Kecewa
Aku berdiri dan sekilas melirik kedua orang tuaku yang menatapku dengan
wajah yang tak bisa kubaca. Sedih? Kecewa? Aku tak tahu. Akhir-akhir ini aku tak
mampu membaca apa yang ada dalam pikiran Bapak dan Ibu.
c. Takut
Suara debur jantungku seolah bersatu menjadi sebuah orkestra rasa takut kami
bersama.
d. Santai
Aku menghela napas melihat Ibu dan Bapak dengan santai mendengarkan
berita itu sambil mengiris-iris nangka muda dan memeras kelapa. Mbak mar hanya
melirik padaku dan memahami betapa sulitnya kami berkomunikasi, khususnya jika
topik pembicaraan yang menyangkut Mas Laut.
e. Tegang
"Ya, seperti biasanya, tersenyum-senyum pahit. Padahal kami bertiga tegang
dan siap menghadapi risiko apa pun. Tapi dia kan memang sering begitu, cengar-
cengir seolah tak bersalah dan tak ada beban. Anti klimaks.".
f. Panik
Ibu tampak setengah panik, mungkin mengira si Dandung Gondrong itu
pemakai morfin mengingat kedua lengan yang kurus dengan kemeja yang dilinting
itu.
g. Takjub
Ketika Asmara mengajak Dandung mengerjakan pekerjaan rumah fisik
bersama di ruang tengah, kami semakin takjub.
h. Mencekam
Ketika terdengar bentakan tentara yang mulai menyisir rumah petani paling
ujung, Kinan memberanikan diri mengintip jendela dan langsung menuju lampu
teplok. Dia mematikannya satu per satu. Kini kami duduk di atas tikar dalam keadaan
gelap dan mencekam.
i. Gaduh

Di antara kegaduhan itu, aku hanya bisa menangkap cerita bahwa ibunda
Sunu kami biasa memanggilnya Bu Arum yang biasa membatik mengatakan, dia
yakin Sunu diam-diam mampir ke rumahnya.
j. Bergurau
Beberapa kali aku menyampaikan, dengan setengah bergurau, para aktivis tak
perlu bermimpi Indonesia akan pernah mengalami People's Power seperti EDSA.
4. Tokoh
Tokoh Bapak
Tokoh Bapak digambarkan sebagai tokoh yang penyayang, lembut, dan
pemberani.
Tokoh Gala Pranaya
Tokoh Gala Pranaya digambarkan sebagai tokoh yang pemberani, tidak mudah
putus asa, dan bijaksana.
Tokoh Ibu
Tokoh Ibu digambarkan sebagai tokoh yang pekerja keras, lembut, dan
penyayang terhadap anak-anak dan lingkungan sekitarnya.
Tokoh Arifin Bramantyo
Tokoh Bram merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut digambarkan sebagai
tokoh yang santun, pemberani, dan memiliki sikap semangat yang tinggi
Tokoh Empat Sekelompok Penjahat
Tokoh Empat Sekelompok Penjahat digambarkan sebagai tokoh yang kejam dan
licik.
Tokoh Para Intel
Tokoh para intel digambarkan sebagai orang-orang keji yang tak punya perasaan
atau tak berperikemanusiaan
5. Sudut Pandang
Novel ini ditulis dalam sudut pandang orang pertama dari kedua karakter berbeda
yaitu Biru Laut Wibisono dan Asmara Jati.
1) Biru Laut Wibisono
Laut menceritakan tentang perjuangannya sebagai mahasiswa yang ingin
merubah Indonesia menjadi lebih baik dengan menentang kebijakan masa orde baru
dimana masa itu rakyat Indonesia tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat. Laut
juga menceritakan kegiatan winatra dan wirasena aksi-aksi yang ingin dilakukan
namun banyak rintang yang mereka hadapi, serta menceritakan kekejaman para
Aparat pada masa itu.
Contoh kutipan Biru Laut sebagai sudut pandang orang pertama:
"Setelah hampir tiga bulan disekap dalam gelap, mereka membawaku ke
sebuah tempat. Hitam. Kelam. Selama tiga bulan mataku dibebat kain apak yang
hanya sesekali dibuka saat aku berurusan dengan tinja dan kencing".
"Aku mengenal Kasih Kinanti setahun lalu di kios Mas Yunus, langganan
kami berbuat dosa. Disanalah kawan-kawan sesama pers mahasiswa diam-diam
menggandakan beberapa bab novel Anak Semua Bangsa dan berbagai buku terlarang
lainnya".
2) Asmara Jati
Asmara menceritakan perjuangannya dalam mencari sang kakak dan teman-
teman aktivis yang hilang. Asmara bersama teman-teman serta keluarganya berjuang
untuk mangungkap kebenaran dan mendapatkan keadilan untuk sang kakak dan
aktivis-aktivis yang hilang dari pemerintah.
Contoh kutipan Asmara Jati sebagai sudut pandang orang pertama:
"Pada saat inilah aku selalu ingin menghambat Bapak dari keinginannya yang
sia-sia itu. Dia pasti mengambil empat buah piring makan dan meletakkannya satu
persatu di atas meja makan."
6. Gaya Bahasa
1) Majas Simile
Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit dengan
cerminan kata yaitu: seperti, sama, sebagai, bagaikan, dan laksana.
Majas simile ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Manusia, binatang, dan segala makhluk hidup akan tenggelam. Karena itu,
aku mengira begitu aku tenggelam, kematianku akan menghasilkan guncangan besar.
Atau bak Dewi Kali yang perlahan menarik nyawaku dari tubuh seperti seuntai
benang yang perlahan-lahan ditarik dari sehelai kain tenun. Tenang tapi menghasilkan
rasa yang tak seimbang".
Pada ungkapan yang pertama menggambarkan perasaan tokoh Laut yang
melihat kematiannya secara nyata dan dia merasakan seperti nyawanya ditarik
perlahan dari tubuhnya dengan seuntai benang yang perlahan ditarik dari sehelai kain
tenun.
"Tentang ibu yang pernah mengatakan karakter kami seperti langit dan bumi
meski berasal dari rahim yang sama".
Pada ungkapan yang kedua, tokoh Laut mengatakan bahwa dirinya dan
adiknya bagaikan langit dan bumi yang dimana memiliki perbandingan yang begitu
jauh namun berasal dari satu sumber kelahiran yang sama. Dua ungkapan di atas
dapat dikatakan bahwa gaya bahasa simile menjadi salah satu gaya bahasa yang
sering digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang sama dengan hal lain.
2) Majas Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk mengecilkan suatu keadaan
dengan tujuan merendah.
Majas litotes ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Aku bukan Naratama yang fasih atau Gusti yang sadar akan senyumnya yang
magnetik bagi para perempuan. Aku bakal menjadi patung begitu berhadapan
dengannya".
Kalimat di atas menunjukkan bahwa senyuman temannya yang lebih
memikat daripada tokoh utama Laut, sehingga menggunakan kata patung seolah-olah
tidak ada unsur yang bisa memikat lawan jenis ketika berbicara.
3) Majas Metafora
Metafora adalah analogi atau perumpamaan yang membandingkan dua hal
berbeda. menggunakan kata: seperti, bak, bagai, dan bagaikan.
Majas metafora ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Karena peristiwa penangkapan para aktivis masih saja menggelayuti
Yogyakarta, membawa-bawa fotokopi buku karya Pramoedya Ananta Toer sama saja
dengan menenteng bom; kami akan dianggap berbahaya dan pengkhianat bangsa.".
Pada ungkapan yang pertama dapat dijelaskan gaya bahasa metafora yang
memiliki pengertian perbandingan yang singkat dari pokok pertama ke pokok kedua
ini terlihat bagaimana membawa sebuah fotokopi buku karya sastrawan ternama
Indonesia seperti sebuah bom yang menjadi hal yang paling berbahaya dan
dihubungkan pada sebuah pengkhianatan.
"Sunu Daryanto adalah sahabat pertama yang datang dalam hidupku seperti
angin segar di musim kemarau. Tanpa perlu banyak bicara dan tak pernah bertukar
ceracau, Sunu dan aku saling memahami dalam diam".
Pada ungkapan yang kedua terlihat bahwa perbandingan antara bentuk
perilaku tokoh Sunu Daryanto yang dihubungkan dengan situasi lingkungan.
4) Majas Repetisi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Majas repetisi ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Menangani Daniel dan karakternya yang berapi-api tentu saja tidak mudah.
Kesalahan sekecil apapun dalam hidup ini mudah membuatnya gelisah".
"Matilah engkau mati, engkau akan lahir berkali-kali.".
"Aku bertemu Laut waktu dia sedang diplonco Kinan, sembari menyambung
kalimatnya dengan serangkaian tawa yang terkekeh-kekeh seakan-akan ada yang lucu
dari ucapannya".
5) Majas Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda
mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah hidup dan memiliki sifat-
sifat kemanusiaan.
Majas personifikasi ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Aroma bumbu campuran kunyit, kemiri, dan daun jeruk yang dipadu santan
cair itu bukan hanya merangsang hidungku, tetapi juga mendorong langkahku menuju
dapur.".
Kutipan di atas menggambarkan sebuah benda mati yaitu aroma bumbu yang
dapat menimbulkan reaksi indra perasa dan penggerak tubuh yang biasanya muncul
dari dalam diri karena sebuah motivasi akan sebuah perilaku atau penggerak dari
sebuah perilaku. Namun menggunakan aroma bumbu dari campuran aneka bahan
masakan menjadikan reaksi indra yang tidak biasa.
"Sang Penyair bercerita bagaimana puisi dan naskah drama bukan hanya
terdiri dari sederetan kata-kata cantik, tetapi kata-kata yang memiliki ruh untuk
menerjang kesadaran kita agar berpikir dan bergerak".
Kalimat di atas dikategorikan sebagai majas pesonifikasi karena memberi
sifat insani pada benda mati. Kata puisi dan naskah drama yang dikatakan memiliki
roh seperti layaknya manusia digunakan untuk menggambarkan sebuah penyadaran
untuk tetap bergerak dan berpikir.
6) Majas Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa yang mempergunakan sebagian dari
sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian.
Majas sinekdoke ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Begitu kumasuki lorong yang menghubungkan ruang depan dengan
belakang, cuping hidungku diserang aroma pesing yang memualkan".
Pada contoh kalimat pertama dapat dilihat penggunaan kata cuping hidungku,
bagian tubuh yang mewakili keseluruhan tubuh untuk menyatakan sebuah reaksi dari
situasi yang dialami saat itu.
"Sedangkan para seniman Taraka yang diperkenalkan kepadaku adalah
Abiyasa, Hamdan Murad, dan Coki Tambunan".
Pada kalimat kedua di atas, ketiga nama tersebut mewakili dari keseluruhan
anggota dari seniman Taraka yang disebutkan sebelumnya.
7) Majas Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal.
Majas hiperbola ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Kami melahap semuanya, dari koran hingga buku-buku, dari komik wayang
hingga buku-buku klasik karya semua penulis Eropa dan Amerika Latin yang sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia".
Kalimat pertama menggunakan kata melahap dari apa yang dibaca, yang
seharusnya kata melahap digunakan untuk aktivitas memasukan makanan ke dalam.
"Bram yang memang ahli merangkai kata dan pandai membuat hati mekar itu
berhasil meruntuhkan keraguan ayahnya"
Pada kalimat kedua seorang tokoh Bram yang dikatakan memiliki
kemampuan dalam merangkai sebuah kata yang dapat menyebabkan reaksi yang
berlebihan pada lawan bicara.
8) Majas Hipalase
Hipalase adalah gaya bahasa gaya bahasa yang menggunakan ungkapan yang
seharusnya digunakan untuk kata lain dari yang sebenarnya dimaksud.
Majas hipalase ini ditemukan pada kutipan berikut:
"Sunu sering betul mengatakan betapa hangatnya rumahku, betapa ramahnya
orang tuaku, dan betapa Sunu tak ingin pergi dari dapur karena masakan ibu yang
membuat lidah yang beku menjadi hidup saking nikmatnya".
Jika diperhatikan dari kalimat pertama kata beku seharusnya dipergunakan
pada bentuk sebuah es, namun kata beku yang digunakan pada lidah untuk
menggantikan kata lain yang seharusnya menandakan kondisi sebuah lidah.
Pengarang menggunakan gaya bahasa hipalase pada kalimat berikut.
"Alex memang selalu cerdas dan selektif mengambil momen. Dia juga sering
berhasil merogoh jiwa orang yang dipotretnya".
Pada kalimat diatas ini kata merogoh digunakan pada kondisi melakukan
pengambilan pada suatu benda dalam suatu tempat. Namun kata merogoh di sini
menggantikan kata lain yang seharusnya lebih baik digunakan, misalnya menarik.
7. Amanat
Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori memang terlihat fiksi, tetapi nyatanya
perjuangan yang dilakukan oleh Laut dan kawan-kawannya adalah aksi nyata, yang mana hal
itu sebelumnya terjadi pula di lazim orde baru tahun 1998. Tentunya ada langkah panjang
yang tidak mudah dari para pejuang yang mereka perjuangkan demi bangsa yang lebih baik
di masa itu serta di masa depan. Para pejuang rela untuk jatuh lalu bangkit lagi dengan
harapan agar kelak di masa mendatang semua dapat berubah menjadi lebih baik. Dari semua
perjuangan tersebut, banyak yang dapat kita petik dan teladani serta mensyukuri dengan
kehidupan sekarang ini, yang mana lebih baik dari masa sebelumnya. Berikut amanat yang
dapat kita petik dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori:
-Jangan pernah takut untuk berjuang melawan ketidakadilan walaupun berkali-kali
harus menerima kekerasan dan penyiksaan.
-Jangan pernah menyerah dalam memperjuangkan sesuatu yang patut untuk
diperjuangkan.
-Jangan mudah percaya dengan orang lain walaupun itu teman sendiri karena bisa jadi
orang terdekatlah yang menjadi musuh dalam selimut.
Secara garis besar, novel ini mengajarkan kita untuk tidak takut dalam berjuang
melawan ketidakadilan dan berusaha mendapatkan hal yang sudah sepatutnya didapatkan,
serta mengajarkan kita bahwa sepahit apapun suatu kenyataan, pasti memiliki akhir yang
manis. Percayalah bahwa selalu ada hikmah yang dapat dipetik dari segala peristiwa yang
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai