Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

RESENSI NOVEL

GURU PENGAJAR
AMIN TRIONO, S.Pd

DIBUAT OLEH
TYSA LUTHFIA (36)

XI IPA 2
SMA NEGERI 1 BANJARMASIN
2022/2023
Kecantikan Bukan Segalanya

Judul buku : Cantik itu Luka


Pengarang : Eka Kurniawan
Penerbit : Penerbit Jendela
Tahun terbit : 2015
Cetakan keberapa : 5
Tebal buku : 537 halaman
Kode ISBN : 978-602-031-258-3

Eka Kurniawan lahir di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 November 1975. Ia adalah
seorang penulis asal Indonesia. Ia menamatkan pendidikan tinggi dari Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Debut novel pertamanya meraih banyak perhatian dari
pembaca sastra Indonesia, Cantik itu Luka terbit pertama kali oleh Penerbit Jendela, 2002.
Terbit kembali oleh Gramedia Pustaka Utama, 2004. Diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang
oleh Ribeka Ota dan diterbitkan oleh Shinpu-sha, 2006. Dialih bahasakan oleh Annie Tucker
New Directions Publishing, 2015.
Novel ini mengisahkan kehidupan seorang perempuan di Kota Halimunda, ia bernama
Dewi Ayu. Perempuan ini bangkit dari kuburannya setelah dua puluh satu tahun dikabarkan
meninggal dunia. Kebangkitan sosok perempuan itu tentu saja menimbulkan kegundahan hati
masyarakat yang tinggal di sekitar kuburan. Banyak orang berteriak, lari, dan terjatuh. Sosok
perempuan ini meninggal di usia 51 tahun. Dahulunya, ia adalah seorang pelacur dengan wajah
yang sangat cantik. Di masa itu, pelacur sangat dicari oleh tentara Belanda dan Jepang di kala
masa peperangan. Dewi Ayu meninggal setelah ia melahirkan anak keempatnya sudah berusia
12 hari. Tentu saja, anak keempat tersebut juga hasil dari pekerjaan yang ia lakukan.
Memori terakhir yang diingatnya itu sehingga ia segera langsung mencari anaknya yang
ia beri nama Cantik. Tetapi, ternyata fisiknya tidak sesuai namanya, Cantik tumbuh dewasa
dengan kulit hitam dan hidung besar. Padahal, tiga anak Dewi Ayu sebelumnya memiliki paras
yang sangat cantik. Perempuan ini tidak pernah menginginkan keempat anaknya untuk hidup,
hingga ia mencoba beberapa cara untuk membunuh janin dalam kandungannya.
Kecantikan paras Dewi Ayu dianggap sebagai malapetaka yang menimbulkan banyak
kutukan untuk anaknya dan dirinya. Tidak hanya menjadikannya sebagai seorang pelacur,
tetapi kecantikannya juga membuat semua anak perempuan yang dilahirkan Dewi Ayu
mengalami patah hati.
Jawaban dari penyebab kutukan tersebut akhirnya diketahui oleh Dewi Ayu. Ternyata
kutukan ia berasal dari tangisan seorang pria, tangisan ini berupa penderitaan karena kekasih
yang dicintainya dipaksa menikah dengan pria lain. Kekasih yang dicintainya adalah ibunya
Dewi Ayu yaitu Ma Iyang. Pria yang mencintai Ma Iyang menyimpan dendam yang sangat
besar kepada Ma Iyang dan Henri Stammler, serta semua keturunannya. Dendam itu membuat
kutukan untuk menjadikan semua keturunan Ma Iyang dan Henri Stammler merasakan
penderitaan yang ia rasakan selama hidupnya.
Novel ini bertemakan problematika kehidupan yang menceritakan tentang pencarian
jati diri, Perempuan, Tragedi dan takdir, Balas dendam. Novel ini menggunakan alur maju
mundur yang tertata rapi sehingga pembaca tidak kebingungan mengikuti jalan ceritanya.
Transisi di bagian pergantian adegan cerita sangat rapi. Penulis cerita menggambarkan isi cerita
dengan sangat kompleks mulai dari perpaduan cerita kisah sejarah keluarga, sejarah
kolonialisme, sejarah perjuangan, komunisme, kisah cinta, dan horror. Setiap tokoh dalam
novel benar-benar digambarkan mempunyai peran yang sangat penting sehingga tidak hanya
berfokus dengan satu tokoh saja.
Penulis disini menggunakan gaya penulisan yang sangat menarik dan tata bahasanya
juga sangat rapi tidak kebingungan saat mengikuti jalan ceritanya. Tetapi kata kata yang
terdapat didalam novel sangat vulgar sehingga kurang cocok untuk dibaca anak anak dan juga
cukup banyak menggunakan bahasa sastra yang kurang mudah untuk dimengerti.
Novel ini cocok untuk kalangan orang remaja menuju dewasa yang tidak percaya diri
terhadap dirinya yang tidak cantik karena di dalam novel ini menceritakan kecantikan bukan
segalanya. Bahkan, kecantikan itu dapat mendatangkan hal yang bersifat negatif dan
mendatangkan luka juga malapetaka.
Novel ini juga menceritakan karma adalah sesuatu hal yang nyata sehingga saat kamu
berbuat buruk kepada orang lain maka akan datang hal buruk kepada dirimu. Maka lakukanlah
hal baik kepada orang lain.
Di novel ini juga terdapat pesan sebaiknya kamu tidak menilai orang dari seburuk
apapun pekerjaannya. Meski, Dewi Ayu dianggap hina dan berdosa karena pekerjaannya.
Tetapi, ia tetaplah sosok ibu yang baik mengajarkan nilai religius dan edukasi untuk anak-
anaknya.
Kaidah kebahasaan
1. Prosisi / kata depan
- Di masa itu, pelacur sangat dicari oleh tentara Belanda dan Jepang di kala masa
peperangan.
- Pria yang mencintai Ma Iyang menyimpan dendam yang sangat besar kepada Ma
Iyang dan Henri Stammler,
2. Konjungsi penerang
- Kekasih yang dicintainya adalah ibunya Dewi Ayu yaitu Ma Iyang.
- Dahulunya, ia adalah seorang pelacur dengan wajah yang sangat cantik.
3. Konjungsi temporal
- Perempuan ini bangkit dari kuburannya setelah dua puluh satu tahun dikabarkan
meninggal dunia.
- Jawaban dari penyebab kutukan tersebut akhirnya diketahui oleh Dewi Ayu.
4. Konjungsi penyebab
- Tangisan ini berupa penderitaan karena kekasih yang dicintainya dipaksa menikah
dengan pria lain.
- Novel ini menggunakan alur maju mundur yang tertata rapi sehingga pembaca
tidak kebingungan mengikuti jalan ceritanya.
5. Pernyataan saran/rekomendasi
- Di novel ini juga terdapat pesan sebaiknya kamu tidak menilai orang dari seburuk
apapun pekerjaannya.
- Novel ini cocok untuk kalangan orang remaja menuju dewasa yang tidak percaya
diri terhadap dirinya yang tidak cantik karena di dalam novel ini menceritakan
kecantikan bukan segalanya.

Anda mungkin juga menyukai