OLEH:
HILMI ALFARUQY (11)
RADITYA BAGUS WARDHANA (24)
KELAS XI MIPA 6
SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI
T.A. 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karya sastra selama ini hanya dianggap sebagai penghibur, padahal bila kita lihat
sejarahnya, karya sastra muncul karena adanya kegelisahan dan kecemasan akan
realitas kehidupan yang dialami oleh penulis pada zamannya dan disebabkan oleh
kegelisahan itulah para sastrawan menyampaikan ide serta gagasannya untuk
mewujudkan sebuah perubahan lewat karya sastra yang mudah untuk dicerna dan
dinikmati oleh semua kalangan yaitu dalam hal ini adalah novel. Oleh karena itu
karya sastra dalam hal ini novel, dapat menjadi sarana atau media bagi penulis untuk
menyampaikan sebuah ide atau gagasan dalam bidang tertentu kepada masyarakat
luas.
Pada umumnya sebuah novel memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Namun,
yang menjadi fokus kami disini yaitu pada unsur ekstrinsiknya yang mana unsur
ekstrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra dari luar dan biasanya unsur
ekstrinsik sebuah karya sastra dalam hal ini novel selalu berkaitan erat dengan
masalah yang ada di sekitar pengarangnya seperti (sosial, ekonomi, politik, budaya,
dll) dan yang akan menjadi fokus pada penelitian kami yaitu bidang politik.
Kondisi dunia perpolitikan negeri ini selalu diwarnai dengan isu-isu yang
cenderung kontraproduktif terhadap kemajuan negara dan seringkali masyarakat tidak
sadar akan hal itu juga tidak mau ambil pusing terhadap masalah itu. Berbagai
masalah klasik sejak zaman orde baru hingga sekarang juga belum dapat diselesaikan
oleh pemerintah seperti permasalahan kemiskinan, pendidikan, penegakan hukum,
nasionalisme, dan masih banyak lainnya. Novel Negeri di Ujung Tanduk merupakan
sekuel dari karya Tere Liye sebelumnya yaitu ‘Negeri Para Bedebah’. Di novel ini
Tere Liye menggunakan latar kondisi negara Indonesia saat ini dengan menyoroti
keadaan dunia perpolitikan di Indonesia yang penuh dengan intrik busuk dan perilaku
amoril para birokrat yang hipokrit sehingga menyebabkan banyak masalah negara
yang tidak terselesaikan alih-alih malah menjadikannya lebih parah.
Oleh karena itu agar masyarakat dapat lebih memahami nilai politik yang
terkandung di dalam novel ini kami akan membuat sebuah penelitian yaitu ‘Analisis
Nilai Politik di Dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk’ untuk memberikan sebuah
edukasi serta literasi kepada masyarakat umum khususnya untuk kalangan para
1
pelajar demi membangkitkan kesadaran akan pentinganya sebuah edukasi tentang
dunia perpolitikan.
a. Untuk mengetahui nilai politik yang terkandung dalam novel Negeri di Ujung
Tanduk
b. Untuk mengetahui peran karya sastra sebagai media edukasi nilai politik
c. Untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya wawasan tentang dunia politik
2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN METODE PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Analisis
Secara istilah, analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasan Indonesia (2002:43), analisis
adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Anne Gregory
analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan1. Menurut
Menurut Komaruddin (2001:53) bahwa pengertian analisis adalah kegiatan
berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehinga
dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan
fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.
1
https://www.academia.edu/8798195 , diakses pada 06/2/2018
3
2.1.3 Pengertian Politik
Secara etimologis, kata politik berasal dari Bahasa Yunani yaitu polis
atau kota. Seiring dengan berkembangnya zaman, kata politik ini pun ikut
berkembang menjadi politis atau warganegara dan polites yang artinya
semua hal yang berhubungan dengan negara.
2
www.definisipengertian.net/pengertian-ilmu-politik-menurut-para-ahli/ , diakses pada 6 Februari 2018
3
Ibid
4
Menurut Adhar (1997: 9). Novel merupakan suatu bentuk karya sastra
yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan ide atau
gagasan pengarang. Sedangkan menurut Wellek dan Austin (1990: 182-
183), novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilakunya sehingga
terjadi perubahan jalan hidup baru baginya.
Novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk naratif dan
berkesinambungan ditandai oleh adanya aksi dan reaksi antar tokoh,
khususnya antara antagonis dan protagonis seperti diungkapkan oleh Semi
(1988: 36). Menurut Reeve (dalam Wellek, 1993: 282) fiksi (novel)
merupakan salah satu bentuk narasi yang mempunyai sifat bercerita: yang
diceritakan adalah manusia dengan segala kemungkinan tentangnya. Oleh
karena itu ciri utama yang membedakan antara narasi (termasuk fiksi atau
novel) dengan deskripsi adalah aksi.
5
2.2.2 Populasi dan Sampel
2.2.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi adalah segala novel karya Tere Liye
yang berjumlah sebanyak 25 buku, seperti; Negeri Para Bedebah,
Rindu, Hujan, Sunset bersama Rosie, Pulang, dll.
2.2.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah novel
berjudul Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye yang berjumlah 360
halaman diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Gambaran Umum
Novel “Negeri di Ujung Tanduk” menceritakan perjuangan seorang
lelaki yang sedang berusaha untuk melepaskan dirinya dari buronan karena dia
terbukti tidak bersalah. Tidak diceritakan secara detail maksud dari Negeri di
Ujung Tanduk ini, tetapi kita bisa melihatnya dari beberapa alur tempat yang
diceritakan seperti Bali, Jakarta, dan beberapa tempat lainnya. Serta masalah-
masalah yang sedang dihadapi di negeri ini sedikit disinggung.
7
akhir ternyata banyak bala bantuan dari teman-temannya. Penulis
menginginkan pembaca melihat pada imaji tentang kehidupan realita di tanah
air. Seperti kasus yang sedang terjadi diarahkan pada konvensi sebuah partai
besar yang beberapa waktu lalu tokoh-tokohnya terjerah kasus Hambalang dan
Wisma Atlet.
8
Jakarta. Tapi sebelum Thomas meninggalkan Hong Kong, seusai konferensi
mengenai komunikasi dan pencitraan politik, ia ditangkap satuan khusus
antiteror otoritas Hong Kong. Di dalam kapal yang digunakan Opa dan Kadek
menjemput Thomas di Makau, ditemukan seratus kilogram bubuk heroin serta
setumpuk senjata api dan peledak. Tidak ada hipotesis lain yang terbentuk di
benak Thomas selain bahwa kejadian ini adalah salah satu agenda serius yang
dijalankan pihak lawan JD. Ditahannya Thomas di Hong Kong, membuat ia
tidak bisa hadir di konvensi partai. Untunglah ada Lee, pengusaha Hong Kong
yang dikalahkannya dalam pertarungan di Makau. Lee berhasil meloloskan
Thomas dan mengatur perjalanan pulang Thomas ke Indonesia. Setibanya di
Jakarta, Thomas disambar berita penangkapan kliennya. JD ditetapkan sebagai
tersangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjabat sebagai
gubernur ibu kota. Penangkapan itu tak pelak lagi disinyalir Thomas sebagai
upaya pembunuhan karakter untuk mencemarkan reputasi cemerlang JD.
Kemungkinan besar, JD akan didiskualifikasi dari kandidat calon presiden
partai.
9
Diakhir cerita, Thomas bisa dibilang beruntung karena memiliki
teman-teman yang peduli dan peka terhadap pekerjaannya. Thomas
mengakhiri konfliknya dan mendapat bantuan dari teman-temannya saat
sedang terpojok. 4
4
www.kompasiana.com/oktiwul/resensi-novel-negeri-di-ujung-tanduk-karya-tere-
liye_552a447ef17e617c74d623c1 , diakses pada pukul 19.31 05/3/2018
10
moralitas dari calon itu sendiri. Hal ini dituliskan juga oleh Tere Liye
sebagai berikut:
11
memimpin negara tersebut. Maka sudah seharusnya dari pemerintah
maupun kesadaran kolektif daripada masyarakat untuk membekali diri
dengan wawasan akan dunia politik agar kekuasaan tidak jatuh ke tangan
yang salah.
5
www.bbc.com/indonesia/trensosial-39218275 , diakses pada pukul 18.45 02/3/2018
12
“Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawar menawar,
pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang berjatuhan. Pisau
hukum menebas mereka dengan hukuman berat dan serius. Penegak
hukum juga akan mengejar hingga ke akar-akarnya, tidak peduli siapa
pun yang mencuri uang rakyat. Pembuktian terbalik dipakai, orang-
orang yang tidak bisa membuktikan dari mana semua kekayaannya
berasal akan dihukum.” (Tere Liye, 2013:113)
Dengan melihat realita yang sedang terjadi saat ini dimana banyak
terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum baik mulai dari skala
kecil hingga skala besar semisal korupsi bermilyar-milyar bahkan
triliyun, maka sudah seharusnya terdapat konsistensi dan ketegasan
dalam usaha penegakan hukum, yang mana penegakan hukum menurut
Tere Liye dapat menjadi sebuah solusi dari permasalahan dalam hal
penegakan hukum yang masih terdapat di Indonesia hingga saat ini.
13
terhadap penegakan hukum di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kutipan berikut:
“Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia adalah
padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Merekalah yang
melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan rahasia. Anggotanya
petinggi banyak institusi, mulai dari penegak hukum itu sendiri, birokrat,
legislatif, pengusaha, siapapun yang merasa berkepentingan dengan hukum
negeri ini. Politik hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis
terbesar mereka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini,
anggota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini.”
Dapat dilihat kutipan tadi bahwa politik hanya dijadikan alat untuk
membuat penegakan hukum di Indonesia menjadi lemah. Walaupun begitu
hal ini hanyalah sebuah opini yang muncul dari keresahan Tere Liye melihat
lemahnya penegakan hukum di Indonesia, namun meski hanya sebuah opini
hal tersebut dapat menjadi sebuah pembangkit kesadaran akan realitas yang
tengah terjadi di dunia perpolitikan Indonesia dan seharusnya dengan adanya
hal tersebut dapat membuat masyarakat lebih cerdas untuk memutuskan
pilihan politiknya untuk kemajuan negara ini.
14
“Oh iya, soal pendidikan demokrasi. Menurutku itu sudah jelas. Tidak ada
demokrasi bagi orang bodoh. Bagaimana mungkin kita mempercayakan
keputusan pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih
atau putuskan.” (Tere Liye, 2013:53)
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dalam novel Negeri di Ujung Tanduk, Tere Liye ingin menunjukkan
bahwasanya negeri ini memiliki banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Salah
satu hal yang menjadi fokus permasalahan yang diangkat dalam novel ini yaitu
berkaitan dengan penegakan hukum, yaitu penegakan hukum di Indonesia sangatlah
lemah sehingga memunculkan permasalahan yang lainnya. Dalam novel ini Tere
Liye berpendapat bahwa semua masalah di negeri ini bisa diselesaikan dengan
penegakan hukum yang adil dan tegas. Selain itu, Tere Liye juga mengungkapkan
bahwa untuk menuntaskan permasalahan penegakan hukum, seseorang yang baik
harus masuk ke dalam lingkungan perpolitikan negara karena dengan berpolitik,
seseorang dapat memiliki kekuasaan untuk menetapkan regulasi atau kebijakan
sehingga penegakan hukum bisa dilaksanakan dengan lebih baik.
Sesuai pendapat Tere Liye, dapat diketahui bahwa hal tersebut dapat terjadi
tergantung dengan orang yang berpolitik, jika yang berpolitik buruk maka akan
menjadi buruk penegakan hukum di negeri ini, dan jika yang berpolitik baik maka
akan menjadi baik penegakan hukum di negeri ini. Seperti yang diketahui, negeri ini
memakai prinsip demokrasi yaitu meletakkan kekuasaan tertinggi di tangan rakyat,
sehingga rakyatlah yang mempunyai wewenang untuk memilih siapa yang akan
mewakilinya di dunia perpolitikan. Oleh karena itu, rakyat juga perlu edukasi akan
dunia perpolitikan, dan hal tersebut merupakan kebutuhan yang sangat penting di
negeri yang menganut prinsip demokrasi.
4.2 Saran
Saran dari hasil penelitian ini adalah semoga masyarakat di Indonesia dapat
meningkatkan kebudayaan untuk membaca, dalam hal ini novel. Karena dalam sebuah
novel terkandung banyak nilai, salah satunya ialah nilai politik, yang dapat mencakup
edukasi atas politik itu sendiri, yang mana edukasi atas politik merupakan hal yang
sangat penting di negeri yang menganut prinsip demokrasi.
16
DAFTAR LAMAN
https://www.academia.edu/8798195 , diakses pada 06/2/2018 1
www.kompasiana.com/oktiwul/resensi-novel-negeri-di-ujung-tanduk-karya-tere-
liye_552a447ef17e617c74d623c1 , diakses pada pukul 19.31 05/3/2018 4
17