Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS NILAI POLITIK

PADA NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK

OLEH:
HILMI ALFARUQY (11)
RADITYA BAGUS WARDHANA (24)

KELAS XI MIPA 6
SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI
T.A. 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karya sastra selama ini hanya dianggap sebagai penghibur, padahal bila kita lihat
sejarahnya, karya sastra muncul karena adanya kegelisahan dan kecemasan akan
realitas kehidupan yang dialami oleh penulis pada zamannya dan disebabkan oleh
kegelisahan itulah para sastrawan menyampaikan ide serta gagasannya untuk
mewujudkan sebuah perubahan lewat karya sastra yang mudah untuk dicerna dan
dinikmati oleh semua kalangan yaitu dalam hal ini adalah novel. Oleh karena itu
karya sastra dalam hal ini novel, dapat menjadi sarana atau media bagi penulis untuk
menyampaikan sebuah ide atau gagasan dalam bidang tertentu kepada masyarakat
luas.

Pada umumnya sebuah novel memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Namun,
yang menjadi fokus kami disini yaitu pada unsur ekstrinsiknya yang mana unsur
ekstrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra dari luar dan biasanya unsur
ekstrinsik sebuah karya sastra dalam hal ini novel selalu berkaitan erat dengan
masalah yang ada di sekitar pengarangnya seperti (sosial, ekonomi, politik, budaya,
dll) dan yang akan menjadi fokus pada penelitian kami yaitu bidang politik.

Kondisi dunia perpolitikan negeri ini selalu diwarnai dengan isu-isu yang
cenderung kontraproduktif terhadap kemajuan negara dan seringkali masyarakat tidak
sadar akan hal itu juga tidak mau ambil pusing terhadap masalah itu. Berbagai
masalah klasik sejak zaman orde baru hingga sekarang juga belum dapat diselesaikan
oleh pemerintah seperti permasalahan kemiskinan, pendidikan, penegakan hukum,
nasionalisme, dan masih banyak lainnya. Novel Negeri di Ujung Tanduk merupakan
sekuel dari karya Tere Liye sebelumnya yaitu ‘Negeri Para Bedebah’. Di novel ini
Tere Liye menggunakan latar kondisi negara Indonesia saat ini dengan menyoroti
keadaan dunia perpolitikan di Indonesia yang penuh dengan intrik busuk dan perilaku
amoril para birokrat yang hipokrit sehingga menyebabkan banyak masalah negara
yang tidak terselesaikan alih-alih malah menjadikannya lebih parah.

Oleh karena itu agar masyarakat dapat lebih memahami nilai politik yang
terkandung di dalam novel ini kami akan membuat sebuah penelitian yaitu ‘Analisis
Nilai Politik di Dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk’ untuk memberikan sebuah
edukasi serta literasi kepada masyarakat umum khususnya untuk kalangan para

1
pelajar demi membangkitkan kesadaran akan pentinganya sebuah edukasi tentang
dunia perpolitikan.

1.2 Perumusan Masalah


Penelitian terhadapap nilai-nilai politik dalam novel Negeri di Ujung Tanduk
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap nilai-nilai politiknya.
Sehubungan dengan hal itu, kami akan mengkajinya terhadap apa yang terdapat dalam
novel tersebut berdasarkan masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah nilai politik terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk?


b. Bagaimana nilai politik dapat disampaikan lewat sebuah karya sastra?
c. Mengapa pengkajian terhadap nilai politik diperlukan?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui nilai politik yang terkandung dalam novel Negeri di Ujung
Tanduk
b. Untuk mengetahui peran karya sastra sebagai media edukasi nilai politik
c. Untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya wawasan tentang dunia politik

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini dibuat semata-mata untuk memberikan manfaat kepada masyarakat,
sebagaimana yang di jelaskan berikut:

a. Memberikan pengetahuan akan dunia perpolitikan kepada masyarakat


b. Mengambil manfaat dari nilai-nilai yang terkandung dalam novel
c. Menjadi refrensi untuk penelitian setelahnya

2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN METODE PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Analisis
Secara istilah, analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasan Indonesia (2002:43), analisis
adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Anne Gregory
analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan1. Menurut
Menurut Komaruddin (2001:53) bahwa pengertian analisis adalah kegiatan
berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehinga
dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan
fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu.

Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi


berbagai unit terkecil, Harahap (2004:189). Sedangkan menurut Kamus
Akuntansi (2000:48) Menurut kamus akutansi, bahwa pengertian analisis
adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayat-ayat
yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan yang memungkinkan tentang
perbedaan yang muncul.

2.1.2 Pengertian Nilai


Nilai merupakan sifat-sifat atau hal-hal penting yang dimiliki oleh
manusia. Menurut Richard T. Schaefer dan Robert P. Lmm (1998), Nilai
adalah suatu gagasan bersama-sama (kolektif) mengenai apa yang
dianggap penting, baik, layak dan diinginkan. Sekaligus mengenai yang
dianggap tidak penting, tidak baik, tidak layak dan tidak diinginkan dalam
hal kebudayaan. Nilai merujuk kepada suatu hal yang dianggap penting
pada kehidupan manusia, baik itu sebagai individu ataupun sebagai
anggota masyarakat.

1
https://www.academia.edu/8798195 , diakses pada 06/2/2018

3
2.1.3 Pengertian Politik
Secara etimologis, kata politik berasal dari Bahasa Yunani yaitu polis
atau kota. Seiring dengan berkembangnya zaman, kata politik ini pun ikut
berkembang menjadi politis atau warganegara dan polites yang artinya
semua hal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian politik menurut Barents, politik adalah suatu ilmu yang


mempelajari kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat; ilmu politik mempelajari negara-negara untuk melakukan
tugas-tugasnya2. Sedangkan menurut Roger F. Soltau ilmu politik
mempelajari negara, tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan
melakukan tujuan-tujuan itu; hubungan antar negara dengan warganya
serta negara-negara lain3.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan


manusia mau itu dalam keseharian maupun kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak bisa terlepas dari hal yang disebut politik.

2.1.4 Pengertian Novel


Novel secara etimologi, berasal dari bahasa Latin novellus yang
diturunkan dari kata novles yang berarti baru. Sedangkan secara istilah
novel adalah sebuah karya sastra yang dapat diartikan sebagai suatu
pemakaian bahasa yang indah sehingga menimbulkan rasa seni pada
pembaca. Seperti yang dikemukakan oleh Sumardjo (1984: 3) yang
menurutnya bahwa novel adalah ungkapan pribadi manusia merupakan
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu
bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat
bahasa.

Sedangkan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 9)


mengungkapkan bahwa secara harfiah novel berarti sebuah barang baru
yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk
prosa.

2
www.definisipengertian.net/pengertian-ilmu-politik-menurut-para-ahli/ , diakses pada 6 Februari 2018
3
Ibid

4
Menurut Adhar (1997: 9). Novel merupakan suatu bentuk karya sastra
yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan ide atau
gagasan pengarang. Sedangkan menurut Wellek dan Austin (1990: 182-
183), novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilakunya sehingga
terjadi perubahan jalan hidup baru baginya.

Novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk naratif dan
berkesinambungan ditandai oleh adanya aksi dan reaksi antar tokoh,
khususnya antara antagonis dan protagonis seperti diungkapkan oleh Semi
(1988: 36). Menurut Reeve (dalam Wellek, 1993: 282) fiksi (novel)
merupakan salah satu bentuk narasi yang mempunyai sifat bercerita: yang
diceritakan adalah manusia dengan segala kemungkinan tentangnya. Oleh
karena itu ciri utama yang membedakan antara narasi (termasuk fiksi atau
novel) dengan deskripsi adalah aksi.

Berdasarkan uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa Novel


merupakan sebuah cerita yang disajikan dengan Bahasa yang indah yang
digunakan untuk menyampaikan sebuah pengalaman, ide, pemikiran, atau
perasaan dengan menggunakan sebuah alat yaitu Bahasa.

2.2 Metode Penelitian


2.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
2.2.1.1 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian adalah lama penulis membaca dan
menganalisis novel Negeri di Ujung Tanduk. Dalam penelitian ini,
penulis mengatur waktu penelitian pada:

Februari 2018 s.d. Maret 2018

2.2.1.2 Tempat Penelitian


Tempat Penelitian adalah lokasi yang ditentukan oleh penulis
untuk membaca dan menganalisis novel Negeri di Ujung Tanduk.
Dalam penelitian ini, penulis mengatur tempat penelitian di: Semua
tempat yang memungkinkan bagi penulis untuk melakukan kegiatan
membaca dan menganalisis novel.

5
2.2.2 Populasi dan Sampel
2.2.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi adalah segala novel karya Tere Liye
yang berjumlah sebanyak 25 buku, seperti; Negeri Para Bedebah,
Rindu, Hujan, Sunset bersama Rosie, Pulang, dll.

2.2.2.2 Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah novel
berjudul Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye yang berjumlah 360
halaman diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013.

2.2.3 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Tujuan dari
digunakannya metode kualitatif deskriptif adalah untuk mendeskripsikan
nilai-nilai politik dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan teknik pembacaan. Teknik
pembacaan digunakan untuk mendata tulisan-tulisan yang mengandung
nilai-nilai politik.

Analisis data yang dilakukan terhadap novel Negeri di Ujung Tanduk


diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai politik dalam novel Negeri di
Ujung Tanduk.

2.2.4 Prosedur Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis merumuskan prosedur penelitian terhadap
novel Negeri di Ujung Tanduk sebagai berikut:

1. Membaca terlebih dahulu novel Negeri di Ujung Tanduk.


2. Menganalisis nilai-nilai politik yang ada di dalam novel Negeri di
Ujung Tanduk.
3. Membuat catatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
ini.
4. Merumuskan nilai politik yang terkandung dalam novel Negeri di
Ujung Tanduk.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Gambaran Umum
Novel “Negeri di Ujung Tanduk” menceritakan perjuangan seorang
lelaki yang sedang berusaha untuk melepaskan dirinya dari buronan karena dia
terbukti tidak bersalah. Tidak diceritakan secara detail maksud dari Negeri di
Ujung Tanduk ini, tetapi kita bisa melihatnya dari beberapa alur tempat yang
diceritakan seperti Bali, Jakarta, dan beberapa tempat lainnya. Serta masalah-
masalah yang sedang dihadapi di negeri ini sedikit disinggung.

Kehidupan semakin rusak bukan karena orang jahat semakin banyak,


tetapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Novel ini
menceritakan perjuangan yang dilakukan oleh seorang lelaki bermata sipit
yang tengah berjuang menyelamatkan hidupnya dari ancaman para mafia
hukum. Pekerjaannya menuntut dirinya untuk selalu waspada terhadap segala
hal yang berbau politik. Belum lagi Maryam, gadis wartawan yang ikut
terlibat dalam aksinya. Thomas, tokoh utama dalam novel ini digambarkan
sebagai sosok dengan style khasnya, tampan, rapi, dan balutan eksekutif muda
yang cerdas dan berpengaruh tetap melekat padanya. Sebagai seorang
konsultan politik tentu dia sering bertemu dengan kliennya dan berusah
mendukung partainya.

Konflik semakin rumit karena klien Thomas yang merupakan mantan


walikota yang ingin menjadi gubernur ibu kota kini ditangkap karena terkait
kasus korupsi. Lalu, ada istilah-istilah asing yang seperti breaking news yang
sudah bertahun-tahun dipakai wartawan, pengamat politik, komentator hukum,
hingga orang awam. Dan di novel tersebut, Thomas mengakui sebagai orang
pertama yang menemukan istilah breaking news. Novel Negeri di Ujung
Tanduk memiliki makna yang sama dengan teori sastra yang selama ini
banyak dianut. Sastra adalah seni dan seni itu indah sehingga selalu
mengandung akhir kebaikan dan bahagia. Novel posmodern biasanya
menimbulkan ketidakpastian dan membuat keliru. Mungkin ini yang dirasakan
para pembaca ketika diceritakan banyak konflik dan membuat Thomas
terpojok sehingga tidak bisa lagi keluar dari kepungan penjahat. Namun, di

7
akhir ternyata banyak bala bantuan dari teman-temannya. Penulis
menginginkan pembaca melihat pada imaji tentang kehidupan realita di tanah
air. Seperti kasus yang sedang terjadi diarahkan pada konvensi sebuah partai
besar yang beberapa waktu lalu tokoh-tokohnya terjerah kasus Hambalang dan
Wisma Atlet.

Setahun setelah Thomas berjuang menyelamatkan Bank Semesta, ia


telah menambahkan unit bisnis dalam perusahaan konsultannya. Jika dulu ia
hanya fokus mengurus strategi keuangan dan instrumen investasi, sekarang
Thomas merambah dunia politik. Menjadi konsultan strategi politik, Thomas
telah berhasil mengantar dua kliennya memenangkan pemilihan gubernur. Ia
sukses menunjukkans bahwa kompetisi politik bisa dimenangkan dengan
kalkukasi yang cermat. Bagi Thomas sendiri, politik tidak lebih adalah
permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, sebuah industri artifisial
penuh kosmetik yang pernah ada di dunia.

Setahun sebelumnya, setelah kasus penyelamatan Bank Semesta,


dalam penerbangan menuju London, Thomas bertemu JD, mantan wali kota
dan gubernur yang dikenal sebagai figur muda yang sederhana dan bersih.
Pertemuan itu menjadi momen penting dalam hidup Thomas. Percakapan
dengan JD menginspirasi Thomas untuk terlibat dalam dunia politik.

Dalam sosok JD Thomas menemukan jawaban dari pertanyaan yang


melindap dalam benaknya terkait sosok politikus dengan kemuliaan dan
kelurusan hati bak Gandhi atau Nelson Mandela. Maka, Thomas pun
menawarkan diri menjadi konsultan strategi demi mewujudkan penegakan
hukum yang dikehendaki JD. Dan karena presiden merupakan pemilik
komando tertinggi bagi penegakan hukum di Indonesia, cita-cita JD hanya
bisa direalisasikan dengan menjadi presiden.

Menjelang konvensi partai yang akan mengumumkan secara resmi


kandidat presiden dari partai yang menominasikan JD, mendadak terjadi
terjadi peristiwa yang tidak diantisipasi Thomas sebelumnya. Terjadi ekskalasi
besar-besaran dari peserta konvensi yang ditandai dengan manuver raksasa
yang dilakukan pihak lawan JD. Situasi yang berkembang tidak terduga itu
membuat JD meminta Thomas yang berada di Hong Kong untuk kembali ke

8
Jakarta. Tapi sebelum Thomas meninggalkan Hong Kong, seusai konferensi
mengenai komunikasi dan pencitraan politik, ia ditangkap satuan khusus
antiteror otoritas Hong Kong. Di dalam kapal yang digunakan Opa dan Kadek
menjemput Thomas di Makau, ditemukan seratus kilogram bubuk heroin serta
setumpuk senjata api dan peledak. Tidak ada hipotesis lain yang terbentuk di
benak Thomas selain bahwa kejadian ini adalah salah satu agenda serius yang
dijalankan pihak lawan JD. Ditahannya Thomas di Hong Kong, membuat ia
tidak bisa hadir di konvensi partai. Untunglah ada Lee, pengusaha Hong Kong
yang dikalahkannya dalam pertarungan di Makau. Lee berhasil meloloskan
Thomas dan mengatur perjalanan pulang Thomas ke Indonesia. Setibanya di
Jakarta, Thomas disambar berita penangkapan kliennya. JD ditetapkan sebagai
tersangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjabat sebagai
gubernur ibu kota. Penangkapan itu tak pelak lagi disinyalir Thomas sebagai
upaya pembunuhan karakter untuk mencemarkan reputasi cemerlang JD.
Kemungkinan besar, JD akan didiskualifikasi dari kandidat calon presiden
partai.

Maka sebelum notifikasi pelariannya dari Hong Kong menyebar ke


seluruh jaringan interpol dunia dan menobatkannya menjadi buruan
internasional, Thomas harus bergerak cepat memperjuangkan nasib kliennya.
Ia harus pergi ke Denpasar untuk melakukan konsolidasi para pendukung JD.
Tapi hal itu pun tetap tidak mudah. Karena seperti dugaan Thomas, ada
kelompok yang disebutnya sebagai mafia hukum, bergerak di belakang setiap
kejadian itu.

Apakah Thomas bisa menghadiri konvensi partai dan mengembalikan


kepercayaan semua pendukung JD? Thomas, mau tak mau, mesti merancang
sebuah plot untuk bisa menghadapi tekanan demi tekanan mematikan yang
dihadapinya. Tidak hanya berupaya membawa keluar seorang saksi mahkota
dari tahanan kepolisian, Thomas pun menggandeng Komisi Pemberantasan
Korupsi, untuk menjalankan rencananya. Hingga pada akhirnya ia menyadari,
sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan para pendiri benteng kekuasaan
yang mampu melakukan apa saja demi pencapaian tujuan mereka. Dan
sebagai pemimpinnya adalah bedebah yang menyeruak dari puing-puing masa
lalu Thomas.

9
Diakhir cerita, Thomas bisa dibilang beruntung karena memiliki
teman-teman yang peduli dan peka terhadap pekerjaannya. Thomas
mengakhiri konfliknya dan mendapat bantuan dari teman-temannya saat
sedang terpojok. 4

3.2 Nilai Politik di Dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk


Untuk memperjelas esensi maupun inti dari penelitian yang kami adakan,
maka nilai-nilai politik yang kami maksud di sini adalah berkaitan dengan
moralitas dan pendidikan dalam berpolitik. Oleh karena itu, bedasarkan hasil dari
analisis yang kami lakukan maka nilai politik yang terdapat di dalam novel Negeri
di Ujung Tanduk karya Tere Liye dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.2.1 Moralitas Dalam Demokrasi
Novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye menjadi sebuah kritik
atas kebobrokan moral yang ada di dalam sistem pemerintahan kita yang
merupakan hal yang lumrah di Indonesia. Demokrasi yang bermoral
diperlukan dalam suatu sistem pemerintahan yang baik, tanpa moralitas
demokrasi akan berjalan secara tidak sehat yang kemudian dapat
menyebabkan banyaknya penyelewengan dalam berbagai bentuk, mulai
dari tingkatan terendah sampai tingkat yang tertinggi di dalam sistem
pemerintahan. Tetapi seringkali moralitas hanya menjadi sebuah
komoditas yang dijual untuk memenangi pemilihan agar dapat duduk di
kursi-kursi kekuasaan. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:
“Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, tidak, tetapi
izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah satu omong kosong
yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temukan rumusnya dengan tepat,
temukan resepnya dengan pas, maka itu bisa menjadi senjata yang efektif
untuk memenangi sebuah kompetisi politik” (Tere Liye, 2013:28)

Maksud dari kutipan diatas adalah moralitas merupakan suatu yang


dapat membangun citra dan merupakan komoditas yang dapat dijual dalam
dunia perpolitikan untuk menarik minat para pemilih tanpa memperdulikan

4
www.kompasiana.com/oktiwul/resensi-novel-negeri-di-ujung-tanduk-karya-tere-
liye_552a447ef17e617c74d623c1 , diakses pada pukul 19.31 05/3/2018

10
moralitas dari calon itu sendiri. Hal ini dituliskan juga oleh Tere Liye
sebagai berikut:

“Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se rumah


dengan wanita di luar ikatan pernikahan, bangga menunjukkan ke
rakyatnya, mempertontokan sesuatu yang boleh jadi merupakan skandal
besar di negara lain, tapi atas nama demokrasi, dia justru memenangi
pemilu di negaranya, dan pasangan wanita di luar nikahnya menjadi
ibu negaram wanita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak
perlu kusebut negaranya.” (Tere Liye, 2013:21)

Bedasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa bagaimana kita


dapat mempunyai moralitas dalam sistem pemerintahan apabila moralitas
hanyalah sebuah komoditas politik yang dijual untuk mendapatkan
kekuasaan. Padahal moralitas merupakan gagasan penting yang
diperlukan sebuah negara untuk membangun sistem pemerintahan yang
sehat dan bersih.

3.2.2 Pendidikan Demokrasi


Seperti yang diketahui, prinsip demokrasi adalah meletakkan
kekuasaan di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi partisipasi politik
rakyat merupakan sebuah pilar yang membangun keberhasilan sistem
tersebut. Bentuk-bentuk partisipasi rakyat seperti ikut serta dalam
pemilihan umum, pengawasan terhadap pejabat negara, maupun
penentuan dalam kebijakan publik. Dalam demokrasi, rakyat memiliki
persamaan hak yaitu kesempatan yang sama untuk semua warga negara
dalam proses penentuan suatu kepala negara, kepala daerah, maupun
pejabat legislatif. Pernyataan di atas didukung dengan kutipan berikut:
“Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan pada orang
tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih atau putuskan? Atau
yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepentingan atas keputusan
tersebut.” (Tere Liye, 2013:53)
Dengan demikian sudah seharusnya sebuah kebijakan politik
diputuskan oleh individu yang memang ahli dalam bidang tersebut.
Meskipun begitu dengan sistem pemerintahan Indonesia yang berbentuk
demokrasi yang mana suara rakyat berperan penting dalam
pembangunan sebuah negara karena menentukan siapa yang akan

11
memimpin negara tersebut. Maka sudah seharusnya dari pemerintah
maupun kesadaran kolektif daripada masyarakat untuk membekali diri
dengan wawasan akan dunia politik agar kekuasaan tidak jatuh ke tangan
yang salah.

3.2.3 Penegakan Hukum Dalam Lingkungan Birokrasi


Menurut Etzioni-Havely (dalam Savirani:2005) birokrasi adalah
organisasi hierarkis pemerintah yang ditunjuk untuk menjalankan tugas
melayani kepentingan umum. Dengan merujuk pada pengertian di atas
sudah seharusnya birokrasi di Indonesia dijalankan dengan sebaik-
baiknya oleh pemerintah karena birokrasi merupakan salah satu unsur
penting dalam sebuah negara dan menyangkut kepentingan serta hajat
banyak orang, namun bila melihat realita yang kini sedang terjadi di
lingkungan birokrasi Indonesia justru marak dilakukannya praktek-
praktek KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) oleh para pejabat
pemerintahan yang tidak mempunyai moral dan sikap profesionalisme
dalam mengemban amanah dan pekerjaannya, baik pejabat rendahan
sampai pejabat yang sudah menduduki posisi-posisi strategis di dalam
pemerintahan. Dalam banyak kasus, praktek-praktek KKN dan perbuatan
amoril yang dilakukan para pejabat dalam lingkungan birokrasi banyak
menyebabkan kerugian yang besar terhadap negara misalnya, kasus
megakorupsi E-KTP yang melibatkan banyak pihak baik dari swasta
maupun pemerintahan telah merugikan negara sebesar Rp2,3 Triliyun
yang mana dikatakan bahwa korupsi ini merupakan korupsi yang
menyebabkan kerugian paling besar untuk negara, tetapi ini merupakan
salah satu dari sekian banyak kasus korupsi yang pernah terjadi sebelum-
sebelumnya.5 Meski begitu setiap permasalahan baik itu yang besar
maupun kecil pasti selalu memiliki solusinya tersendiri dan hal itu
dijawab oleh Tere Liye di dalam novel ini bahwasanya solusi dari
permasalahan yang baru saja dibahas sebelumnya adalah penegakan
hukum, berikut kutipannya:

5
www.bbc.com/indonesia/trensosial-39218275 , diakses pada pukul 18.45 02/3/2018

12
“Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawar menawar,
pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang berjatuhan. Pisau
hukum menebas mereka dengan hukuman berat dan serius. Penegak
hukum juga akan mengejar hingga ke akar-akarnya, tidak peduli siapa
pun yang mencuri uang rakyat. Pembuktian terbalik dipakai, orang-
orang yang tidak bisa membuktikan dari mana semua kekayaannya
berasal akan dihukum.” (Tere Liye, 2013:113)

Kutipan lainnya yang mendukung:


“Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerintah tidak
main-main dalam menegakkan hukum, hingga level paling rendah,
orang-orang akan takut melakukannya. Pungutan liar di kantor
kelurahan, pungli di Kantor Urusan Agama saat kau hendak mengurus
pernikahan, lalu polisi lalu lintas di perempatan jalan, bahkan tukang
parkir ilegal, pemalak, apa pun yang menyakiti rakyat. Mereka akan
gentar, takut, karena mereka tahu, pemerintah akan memburu mereka
demi penegakan hukum.” (Tere Liye, 2013:113-114)

Dengan melihat realita yang sedang terjadi saat ini dimana banyak
terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum baik mulai dari skala
kecil hingga skala besar semisal korupsi bermilyar-milyar bahkan
triliyun, maka sudah seharusnya terdapat konsistensi dan ketegasan
dalam usaha penegakan hukum, yang mana penegakan hukum menurut
Tere Liye dapat menjadi sebuah solusi dari permasalahan dalam hal
penegakan hukum yang masih terdapat di Indonesia hingga saat ini.

3.3 Peran Karya Sastra Sebagai Media Edukasi Nilai Politik


Karya sastra muncul dan dituliskan bukanlah tanpa sebab, karena
kemunculan sebuah karya sastra umumnya merupakan manifestasi dari realitas
sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini juga dikatan oleh
Pradopo bahwa kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat (Pradopo, dkk 2001: 61). Begitupun dengan novel Negeri di
Ujung Tanduk karya Tere Liye yang muncul menjadi sebuah kritik terhadap
realitas keadaan dunia perpolitikan Indonesia yang banyak ditunggangi oleh
kepentingan-kepentingan pribadi, pemilu dijadikan ajang untuk mencari
kekuasaan di negeri ini, dan yang lebih parah semua hal itu berimplikasi serius

13
terhadap penegakan hukum di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kutipan berikut:
“Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia adalah
padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Merekalah yang
melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan rahasia. Anggotanya
petinggi banyak institusi, mulai dari penegak hukum itu sendiri, birokrat,
legislatif, pengusaha, siapapun yang merasa berkepentingan dengan hukum
negeri ini. Politik hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis
terbesar mereka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini,
anggota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini.”

Dapat dilihat kutipan tadi bahwa politik hanya dijadikan alat untuk
membuat penegakan hukum di Indonesia menjadi lemah. Walaupun begitu
hal ini hanyalah sebuah opini yang muncul dari keresahan Tere Liye melihat
lemahnya penegakan hukum di Indonesia, namun meski hanya sebuah opini
hal tersebut dapat menjadi sebuah pembangkit kesadaran akan realitas yang
tengah terjadi di dunia perpolitikan Indonesia dan seharusnya dengan adanya
hal tersebut dapat membuat masyarakat lebih cerdas untuk memutuskan
pilihan politiknya untuk kemajuan negara ini.

3.4 Pentingnya Edukasi Politik


Demokrasi merupakan sebuah sistem yang mengutamakan suara
rakyat, dan dalam banyak negara yang menganut sistem ini singkatnya
demokrasi berarti mempercayakan rakyat untuk memilih siapa yang akan
memimpin mereka dalam jangka waktu tertentu. Dalam masa kepemimpinan
tersebut biasanya pemimpin terpilih mampu mempengaruhi kondisi kehidupan
masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat olehnya dan kebijakan
tersebut dapat membuat kondisi masyarakat tersebut menjadi lebih baik
ataupun lebih buruk tergantung kepada kapasistas dan moral sang pemimpin
tersebut. Hal tersebut menuntut masyarakat untuk lebih cerdas dan hati-hati
dalam membuat keputusan untuk memilih pemimpin bila ingin kondisi
kehidupannya lebih baik. Tentunya untuk mencerdaskan masyarakat dalam
memilih dibutuhkan pendidikan politik yang baik, sebagaimana yang terkutip
berikut:

14
“Oh iya, soal pendidikan demokrasi. Menurutku itu sudah jelas. Tidak ada
demokrasi bagi orang bodoh. Bagaimana mungkin kita mempercayakan
keputusan pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih
atau putuskan.” (Tere Liye, 2013:53)

Oleh karena itu, patutlah dikatakan bahwa edukasi politik mempunyai


peranan yang penting dalam membentuk masyarakat yang peduli dan cerdas
dalam menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin yang mempunyai
kapasitas dan moral dalam memimpin. Di samping itu, edukasi politik dapat
disampaikan melalui media karya sastra khususnya novel dan dibuktikan
melalui kutipan-kutipan serta pada alur keseluruhan yang terdapat dalam novel
Negeri di Ujung Tanduk yang mengandung nilai-nilai politik.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dalam novel Negeri di Ujung Tanduk, Tere Liye ingin menunjukkan
bahwasanya negeri ini memiliki banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Salah
satu hal yang menjadi fokus permasalahan yang diangkat dalam novel ini yaitu
berkaitan dengan penegakan hukum, yaitu penegakan hukum di Indonesia sangatlah
lemah sehingga memunculkan permasalahan yang lainnya. Dalam novel ini Tere
Liye berpendapat bahwa semua masalah di negeri ini bisa diselesaikan dengan
penegakan hukum yang adil dan tegas. Selain itu, Tere Liye juga mengungkapkan
bahwa untuk menuntaskan permasalahan penegakan hukum, seseorang yang baik
harus masuk ke dalam lingkungan perpolitikan negara karena dengan berpolitik,
seseorang dapat memiliki kekuasaan untuk menetapkan regulasi atau kebijakan
sehingga penegakan hukum bisa dilaksanakan dengan lebih baik.

Sesuai pendapat Tere Liye, dapat diketahui bahwa hal tersebut dapat terjadi
tergantung dengan orang yang berpolitik, jika yang berpolitik buruk maka akan
menjadi buruk penegakan hukum di negeri ini, dan jika yang berpolitik baik maka
akan menjadi baik penegakan hukum di negeri ini. Seperti yang diketahui, negeri ini
memakai prinsip demokrasi yaitu meletakkan kekuasaan tertinggi di tangan rakyat,
sehingga rakyatlah yang mempunyai wewenang untuk memilih siapa yang akan
mewakilinya di dunia perpolitikan. Oleh karena itu, rakyat juga perlu edukasi akan
dunia perpolitikan, dan hal tersebut merupakan kebutuhan yang sangat penting di
negeri yang menganut prinsip demokrasi.

4.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini adalah semoga masyarakat di Indonesia dapat
meningkatkan kebudayaan untuk membaca, dalam hal ini novel. Karena dalam sebuah
novel terkandung banyak nilai, salah satunya ialah nilai politik, yang dapat mencakup
edukasi atas politik itu sendiri, yang mana edukasi atas politik merupakan hal yang
sangat penting di negeri yang menganut prinsip demokrasi.

16
DAFTAR LAMAN
https://www.academia.edu/8798195 , diakses pada 06/2/2018 1

www.definisipengertian.net/pengertian-ilmu-politik-menurut-para-ahli/ , diakses pada 6


Februari 2018 2 3

www.kompasiana.com/oktiwul/resensi-novel-negeri-di-ujung-tanduk-karya-tere-
liye_552a447ef17e617c74d623c1 , diakses pada pukul 19.31 05/3/2018 4

www.bbc.com/indonesia/trensosial-39218275 , diakses pada pukul 18.45 02/3/2018 5

17

Anda mungkin juga menyukai