Anda di halaman 1dari 7

Nama : Feriska Mulyani

Kelas : XI ips 1

Resensi Novel
TENTANG KAMU, Tere Liye
Sabtu, 31 Desember 2016

Oleh: Yeki Nani

Identitas Buku
Judul Buku : Tentang Kamu
Penulis : Tere Liye
Tebal Buku : 524 + vi halaman
Penerbit : Republika Penerbit, Jakarta
Tahun Terbit : Oktober 2016

Novel Tentang Kamu karya Tere Liye adalah novel tercepat yang pernah saya baca. Saya
melahap novel dengan jumlah halaman 530 ini dari jam 20.30 sampai 01.30. Tere mampu
mengaduk perasaan dan membuat saya enggan berpindah dari yang lain. Novel tentang
seorang pengacara muda yang sedang memecahkan kasus ini memberikan kejutan,
ketegangan, dan rasa penasaran. Selain itu ia mampu membuat air mata tumpah. Tak
menyesal telah memesan novel ini saat Pre Order (PO)
Seperti novel sebelumnya, Tere merangkai potongan-potongan cerita menjadi satu cerita
utuh yang sangat memesona. Para pembaca seakan dihiptonis untuk terus membaca bab demi
bab, untuk mengetahui kisah apa yang akan terjadi selanjutnya. Wawasan kedaerahan, bisnis,
teka-teki cerdas, dan nilai-nilai kehidupan ada di novel Tentang Kamu ini.
Cerita Tentang Kamu bermula dari seorang pria asal Indonesia bernama Zaman
Zulkarnaen yang tinggal di Inggris. Ia seorang mahasiswa Universitas Oxford dan bekerja
sebagai junior associate pada sebuah firma hukum yang kerap menangani bidang
hukum elder law, Thompson & Co di Belgrave Square, Kota London.
Meski baru dua tahun bekerja di firma tersebut, Zaman mendapat sebuah kasus besar.
Kasus penyelesaian pembagian warisan Sri Ningsih yang besarnya dapat menyaingi kekayaan
Ratu Inggris. Sri Ningsih, seorang perempuan tua, berusia 70 tahun, dan belasan tahun
terakhir tinggal di panti jompo. Pemegang paspor Inggris serta izin menetap di Perancis.
Aktif dalam kegiatan berkebun di panti jompo (hal. 12). Klien ini mewariskan aset berbentuk
kepemilikan saham senilai satu miliar poundsterling atau setara 19 triliun rupiah (hal. 11).
Untuk dapat menyelesaikannya, ia harus menghadapi misteri puzzle. Puzzle pertama
yang harus dihadapi Zaman adalah Sri Ningsih menghembuskan nafas terakhir di panti
Jompo Kota Paris, Perancis. Kedua, ia tak meninggalkan selembar pun surat wasiat kecuali
hanya buku diary. Ketiga, Sri Ningsih seorang Jawa asli lahir di Sumbawa, merupakan warga
negara Inggris serta menghabiskan sisa hidupnya dengan tinggal di panti jompo Kota Paris.
Keempat kekayaan Sri Ningsih mencapai satu miliar poundsterling atau setara dengan 19
triliun rupiah dan tak diketahui siapa ahli warisnya.
Sangat sulit bagi Zaman untuk mencari orang yang masih hidup dan mengingat kejadian
yang berlangsung pada 1940-an. Berbekal dari buku diary, Zaman menelusuri kehidupan Sri
dari masa kecilnya hingga ia meninggal. Zaman harus menjelajahi tiga negara, lima kota, dan
ribuan kenangan yang membawa luka.
Diary wanita itu berisi 5 bagian yang disebut juz. Juz tentang kesabaran, persahabatan,
keteguhan hati, cinta, dan memeluk semua rasa sakit. 
Petunjuk dari juz kesabaran, mengantarkan Zaman kembali ke Indonesia, tepatnya ke
Pulau Bungin di Sumbawa tempat Sri Ningsih menghabiskan masa kecil. Kita akan
menyaksikan masa kecil Sri Ningsih yang penuh dengan keharuan. Ibunya, Rahayu,
meninggal usai melahirkannya. Ayahnya yang bernama Nugroho menikah lagi dengan Nusi
Maratta. Tidak lama ayahnya meninggal setelah empat belas hari adik tirinya lahir. Ibu tiri
yang semula sangat menyayanginya menganggap Sri anak yang membawa sial. Sejak itu,
ibunya memperlakukan Sri dengan kejam. Sri kecil harus menanggung semua kebutuhan
keluarga. Mencari nafkah dan mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti memasak,
mencuci, dan mengurus rumah. Tak jarang ibunya membentak, memukul dan menyakiti Sri.
Pada suatu hari rumah Sri terbakar, ibu dan Talamutta berada di dalamnya. Saat itu Sri
sedang berziarah ke makam ibunya di seberang. Tahu hal itu, Sri berusaha menyelamatkan
ibu dan adiknya. Saat itulah, perasaan bersalah muncul dalam diri ibunya. Ibunya meminta
maaf atas perlakuan kasarnya serta meminta Sri pergi menyelamatkan dan merawat adiknya.
Ada satu harapan. Tilamuta, adik kandung Sri sebagai ahli waris yang masih hidup.
Dilanjutkan ke juz persabatan. Bagian ini bercerita tentang Ponpes di Surakarta tempat
Sri Ningsih belajar dan sekolah. Settingnya adalah tahun 1961-1966 tahun dimana komunis
sedang bergejolak. Di sini kita akan mendapatkan persahabatan indah yang berubah hanya
karena kedengkian. Sri punya dua sahabat akrab yang bernama Lastri dan Nur’aini. Lastri,
terlibat gerakan komunis di tahun 1965. Kelompok komunis menghabisi ribuan santri.
Pimpinan madrasah dan keluarga dihabisi dengan cara dibakar dalam gudang pabrik gula.
Adiknya, Tilamuta dikabarkan tewas mengenaskan. Penduduk menemukan potongan-
potongan daging mayat yang sudah tidak karuan bentuknya di sebuah sawah diduga sebagai
Tilamuta. Sahabatnya, Nur’ani, selamat. Hilang sudah kesempatan menemukan Tilamuta
yang akan menjadi pewaris. Rasa penasaran saya berlanjut.
Next, juz keteguhan hati, tentang kehidupan Sri Ningsih di Jakarta pada tahun 1967
sampai 1979 saat monas masih dikelilingi rumput-rumput, kerbau-kerbau yang berseliweran,
ungkapan pedagang kaki lima, dan sewa kost masih 200 rupiah. Sri memulai karier dengan
menjadi guru di Sekolah Rakyat, bekerja sebagai kuli angkut di Tanah Abang, menjadi kasir,
berdagang nasi goreng di monas dan berjualan bakso serta minuman. Sejarah kemunculan
gerobak kaki lima pun terjawab dari cerita Sri di Jakarta. Semakin banyaknya orang berjualan
dengan gerobak membuat Sri banting setir mendirikan rental mobil. Usahanya sukses besar.
Namun disaat mencapai puncaknya, usaha Sri terjerembab. Tragedi Malari, Malapetaka 15
Januari 1974, menghancurkan delapan belas mobil usahanya. Sri kemudian memulai usaha
dari bawah lagi, karyawan di pabrik sabun cuci. Hingga kemudian Sri memutuskan keluar
dan mendirikan pabrik sabun mandi dengan tidak menjadi saingan pabrik yang
membesarkannya. Perusahaan baru itu pun berkembang pesat. Segera menjadi pesaing
perusahaan kelas dunia.
Namun, mendadak Sri pergi secara misterius. Menjual perusahaan ‘dengan cara jenius’.
100 % pabrik ditukar dengan 1 % kepemilikan saham perusahaan raksasa dunia. Sri pergi ke
London. Awalnya dia petugas cleaning service, mencuci mobil, mengelap kaca, dan
menyikat lantai di sebuah perusahaan bus. Beberapa bulan kemudian ia melamar menjadi
sopir bus. Wanita menjadi sopir bus adalah hal yang unik dan langka. Tapi Sri berhasil
membuktikan kemampuannya. Bahkan Sri berhasil menjadi sopir bus terbaik di kota London
selama empat kali berturut-turut. Di bagian ini saya banyak belajar keteguhan hati, ilmu
bisnis, inovasi, dan ikut termotivasi oleh usaha Sri Ningsih. Dari yang pertama ikut orang
sampai memiliki  perusahaan sendiri.
Juz Cinta tentang kisah cinta Sri dengan seorang pria keturunan Turki bernama Hakan.
Dengan setting tahun 1980 sampai 1999 di London. Sederhana tapi sangat melankolis dan
manis sekali. Hakan mendapatkan hati Sri setelah melalui pengorbanan yang ‘gila’. Dia rela
memutar satu jam ke tempat kerja. Memaksakan diri naik bus trayek Sri, agar bisa mengobrol
lima menit. Kemudian berlarian naik kereta menuju kantornya yang berlawanan arah dengan
rute bus. Aktivitas itu dilakukannya selama satu tahun. Sri dan Hakan menikah di penghujung
tahun musim gugur di akhir tahun 1984.
Ujian belum lepas dari kehidupan Sri. Bayinya, meninggal saat usia tujuh bulan dalam
kandungan. Setelah berhasil melupakan kejadian itu, Sri kembali mengandung. Kali ini dia
dan suaminya lebih berhati-hati. Sri melahirkan dengan lancar. Bayinya selamat.
Kegembiraan menyelimuti keluarganya. Namun kegembiraan yang singkat. Enam jam
setelah kelahirannya, sang bayi meninggal karena gagal jantung. Nama bayi laku-laki itu,
Nugroho. Seperti nama bapaknya. Dua tahun kemudian dia kehilangan suaminya. Hakan
jatuh sakit dan meninggal setelah tiga belas tahun usia pernikahan mereka. Pengorbanan
suaminya baru terungkap di akhir juz benar-benar membuat air mata menetes.
Sri kembali menjadi sopir bus. Tiga tahun usai kepergian suaminya, Sri bertahan di
London. Sampai pada saat bersiap-siap merayakan pergantian tahun, Sri pergi secara diam-
diam. Beberapa kali Sri pergi tanpa berita dan dengan cara misterius. Bukan tanpa alasan ia
melakukan hal ini. Penyebabnya sungguh tak disangka. Kejutan ini akan kita temui di
halaman-halaman terakhir buku.
Juz terakhir adalah tentang memeluk semua rasa sakit. Cerita tentang Sri Ningsih yang
akhirnya bisa menerima dengan lapang segala kejadian yang menimpa dirinya. Disini
diceritakan bagaiamana dari London tiba-tiba ke Paris dan akhirnya meninggal di Panti
Jompo.
Menakjubkan. Saya penasaran dengan mind mapping Tere saat menulis novel ini.
Tentang mengaitkan konflik dengan sangat cantik. Tak hanya itu, saat menyadari setting yang
ditulis, saya membayangkan riset yang dilakukan oleh Tere. Bagaimana budaya negara?
Kondisi bangunan? Kebijakan hukum? Bahasa? Belum lagi ceritanya yang berlatar belakang
waktu tahun 1940-an hingga sekarang ini. Inilah salah satu yang saya suka dari seorang Tere
Liye, novelnya selalu memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi pembaca.
Sungguh cerita yang luar biasa. Setiap alur yang ditulis Tere sangat mengalir dan
membuat pembaca akan hanyut dalam segala rasa yang ada di hati Sri. Sri bagi saya adalah
perempuan yang memiliki hati dengan batas kemampuan sabar yang tak memiliki batas,
mempunyai pemikiran tulus, ia berprinsip 1000x jatuh maka harus dipastikan 1001x bangkit,
penuh welas asih, dan positive thinking. Selain selalu berprasangka baik terhadap sesuatu, Sri
Ningsih juga merupakan orang yang cerdas dan brilian. Dia bisa memutuskan segala hal yang
bisa memberikan dampak luar biasa ke depannya.
Selain kisahnya yang menarik, novel ini pula memiliki kelebihan lain dalam hal tak ada
kesalahan ketik dan kutipan yang menarik. Tak sedikit kata-kata mutiara menyentuh hati
misalnya, “Karena dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kekuatan,
sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita
keberanian.”
Satu lagi tentang percakapan Hakan dengan Sri, “Kamu tahu, Sri, kenapa aku baru
menikah di usia tiga puluh sembilan tahun?” Hakan bertanya pelan.
“Karena kamu laki-laki yang pemalu.” Sri menjawab.
“Bukan, Sri.” Hakan menggeleng, “melainkan agar kita bisa bertemu dan
menikah.” Tentang Kamu, Tere Liye, hal. 408.
Itulah penggalan kalimat romantis yang terdapat dalam buku ini.
Saya pikir “Kamu” disini ada di tokoh Zaman namun ternyata adalah tokoh Sri.
Walaupun memang disinggung juga kehidupan Zaman, namun tidak terlalu mendetail juga.
Ya, mungkin hanya satu kekurangan dalam novel, yakni pengisahan sosok Zaman yang
terlalu minim diungkap.
Lalu siapa yang akhirnya menerima hartanya tersebut? Apakah Zaman berhasil mencari
siapa penerima sah harta warisan dari Sri Ningsih? Agar lebih seru, lebih baik teman-teman
langsung beli dan baca sendiri. Hehe

Sinopsis
“Terimakasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah
berakhir, tapi aku akan tersenyum karena seuatu itu pernah terjadi.”
Tentang Kamu, novel karangan penulis terkenal Tere Liye. Novel yang menceritakan tentang
perjalanan hidup seorang wanita yang berasal dari keluarga miskin di sebuah pulau terpencil,
Pulau Bungin Kepulauan Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Perempuan itu adalah Sri Ningsih, perempuan yang perjalanan hidupnya dari masa kecil
hingga akhir hayat ditelusuri oleh Zaman, seorang pengacara muda di firma hukum London
Thompson & Co lantaran mencari ahli waris dari harta yang ditinggalkannya senilai 19
triliyun rupiah.

Perjalanan Zaman dimulai dengan mendatangi tempat Sri Ningsih kecil, Pulau Bungin.
Zaman bertemu dengan seorang tua di pulau itu yang menceritakan masa kecil Sri Ningsih
yang ditinggalkan oleh ibunya, Rahayu ketika melahirkannya hingga ayahnya, Nugroho
menikah lagi dan mempunyai satu orang anak. Sampai pada saat Nugroho pergi melaut dan
tidak pernah kembali, ibu tiri Sri Ningsih berubah menjadi galak dan sering memukulnya.
Dengan sampai insiden itu terjadi, kebakaran yang membunuh ibu tirinya dan ia serta adiknya
terpaksa tinggal di sebuah pondok pesantren di Surakarta.

Sri Ningsih seorang yang pekerja keras. Dari mulai bekerja sebagai pedagang kaki lima
dengan gerobak, membuka rental mobil, sempat bangkrut hingga menjadi sopir bis, pekerja
pabrik, hingga puncaknya membuka pabrik sabun nya sendiri dengan merk ‘Nurahayu’.
Semuanya ia lakukan di Jakarta hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke London dengan
meninggalkan pabriknya, pergi melupakan semuanya.

Paris, perjalanan hidup terakhir Sri Ningsih. Perjalanan panjang yang melelahkan hingga ia
harus meninggalkan semuanya. Bersembunyi dan tinggal di panti jompo. Sebelum
meninggalnya, Sri Ningsih meninggalkan surat wasiat dengan cara yang unik. Cara yang
membuat Zaman bisa menelusuri kembali jejak-jejak kehidupannya.

Unsur Intristik Novel


1. Tema : Menelusuri perjalanan hidup seorang wanita untuk menemukan ahli warisnya.
2. Latar Belakang : London, Paris, Jakarta, Surakarta Jawa Tengah, Pulau Bungin Sumbawa.
3. Waktu : Dari pagi hingga malam
4. Suasana : Menyedihkan, mengharukan dan menegangkan.
5. Alur : Novel ini menggunakan alur maju mundur artinya dalam cerita terjadi flashback ke
masa lalu dan kejadian masa datang. Dimana perjalanan Zaman yang menelusuri potongan-
potongan cerita hidup Sri Ningsih dari masa kecil hingga akhir hayatnya demi menemukan
ahli waris dari harta yang ditinggalkannya.
6. Gaya Bahasa : menggunakan gaya bahasa sastra tinggi tetapi masih mudah dimengerti oleh
para pembacanya.
7. Amanat : Kita selalu bisa melakukan apapun dengan kondisi semenyakitkan apapun.
Semua tergantung kita, kebencian dari orang lain adalah urusan mereka. Jika kita membalas
dengan senyuman tulus boleh jadi mereka berubah. Atau jika pun tidak, setidaknya kita tidak
seperti mereka. Tetap lakukan hal-hal keren dalam hidup ini. Bumi Tuhan terlalu luas untuk
kita diam dan berhenti di tempat.
8. Penokohan
a) Sri Ningsih : Sosok perempuan yang kuat dan tegar, keinginannya untuk mandiri sejak
muda membawanya menjadi perempuan yang luar biasa meski dengan kisah hidup yang
sangat menyakitkan.
b) Zaman Zulkarnaen: Pengacara muda, cerdas dan jujur yang bekerja di sebuah firma hukum
Thompson & Co di London. Zaman seorang yang bersemangat dan pantang menyerah.
c) Sulastri : Seorang wanita yang pendendam, ambisius dan kejam. Tega melakukan apapun
demi benci serta kecemburuannya pada Sri Ningsih terpuaskan.
9. Sudut Pandang : Penulis sebagai orang ketiga serba tahu.

Kelebihan
Penggunaan bahasa Tere Liye sudah tidak diragukan lagi. Pilihan dan susunan katanya dapat
menghanyutkan pembacanya kepada alur cerita. Terdapat banyak amanat-amanat yang
tekandung didalamnya baik tersirat maupun tersurat. Covernya yang elegan juga sangat
menarik minat pembaca pada saat pertama kali melihat.

Kekurangan
Novel ini hampir minim kekurangan, hanya saja sinopsis di cover belakang kurang
menggambarkan isi keseluruhan cerita. Pandangan pembaca akan salah jika hanya melihat
dari sinopsisnya, setelah membacanya tentu inti ceritanya bukan itu.

Anda mungkin juga menyukai