Anda di halaman 1dari 6

ACERITA SEJARAH DALAM NOVEL LAUT BERCERITA

KARYA LEILA S. CHUDORI

Disusun Oleh:
Andreas Putra Ballo 8-A

YAYASAN SANTA URSULA BSD


TAHUN AJARAN 2020/2021
PROFIL BUKU

Judul Buku : Laut Bercerita

Penulis : Leila S. Chudori

Penerbit : Kepustakaan Gramedia Jakarta

Tebal Buku : 379 Halaman (20 cm)

Dimensi Buku : 13,5 cm x 20 cm

Cetakan : Cetakan Keempat; Juni 2018

ISBN : 978-602-424-694-5

SINOPSIS
Di sebuah senja, seorang mahasiswa bernama laut membawa satu bundel buku dengan waspada.
Pada saat itu, tidak semua buku boleh dibaca oleh seluruh kalangan. Entah mengapa pemerintah
sebegitu takutnya dengan paham sayap kiri. Kabar itu tidak memadamkan rasa penasaran Laut. Satu
hari ia membaca buku itu, dan hari lainnya ia sudah dibawa ke tempat yang tidak dikenal. Ia disekap,
dipukul, digantung, dan diinterogasi. Setelah berbulan-bulan, Laut dinyatakan hilang.
Ayah membagikan piring-piring ke tempat ayah, ibu, adik, dan Laut. Meja makan diisi dengan
masakan kesukaan Laut. Namun malam itu seketika suasana menjadi terasa berbeda. Menit menjadi
jam dan Laut tidak terdengar kabarnya. Meja makan yang biasanya dipenuhi oleh candaan dan topik
menarik, kini hanya menjadi tanda tanya. Dimanakah Laut? Apa dia masih hidup? Dan jika sudah
mati, dimana jasadnya?

Sudah lama sejak mereka bertemu dengan Laut. Mereka paham bahwa suatu ketika, hari ini akan
datang. Asmara Jati, adik Biru Laut, tidak bisa hanya tinggal diam mengetahui kakaknya yang hilang.
Ia bersama Tim Komisi Orang Hilang berusaha mencari, dan merekam jejak para aktivis yang hilang
tanpa tanda. Anjani, pacar Biru Laut dan orang tua Laut terus bertanya dan menuntut jawaban nasib
aktivis-aktivis itu. Sementara Laut, ia hanya mencoba mempertahankan kebenaran dan hidupnya.

UNSUR INTRINSIK

Tema
Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori ini mengangkat tema besar perjuangan mahasiswa
Indosesia dalam melawan ketidakadilan rezim orde baru. Tema besar ini lalu dielaborasikan kedalam
sebuah rangkaian kisah 2 babak & 14 episode yang mengisahkan perjuangan sosok Laut Biru
bersama rekan-rekan nya dalam memperjuangkan keadilan bagi masyarakat Indonesia yang saat itu
sedang ditindas oleh kekejaman rezim orde baru.

Alur
Dalam novel Laut Bercerita dapat diketahui bahwa jalan cerita atau alur cerita yang disajikan tidak
berurutan secara kronologis namun memiliki hubungan kausalitas. Setiap pergantian bab
menampilkan latar tempat, waktu maupun peristiwa yang berbeda, menimbulkan jalan cerita
terlihat seperti terpotong- potong. Apabila dicermati dan ditelusuri alur yang ada dalam novel Laut
Bercerita, maka sebenarnya ada dua bagian cerita yang terpisah tetapi memiliki kausalitas dan
penyatuan yang utuh. Kedua bagian cerita tersebut memiliki peristiwa-peristiwa yang tidak sama,
namun saling berhubungan erat satu dengan lainnya.

Dalam bagian babak pertama, pengarang mengisah tokoh Laut sebagai tokoh utama. Tokoh Laut
diceritakan sebagai mahasiswa Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada yang tak gentar melakukan
aksi bawah tanah bersama sejumlah teman-temannya yang tergabung dalam gerakan mahasiswa
Winatra dan Wirasena. Melalui organisasi tersebut, Laut dan kawan-kawannya merintis berbagai
gerakan seperti mendistribusikan dan mediskusikan buku-buku Pramodya, menggelar diskusi
mengenai strategi-strategi perlawanan, hingga aksi tanam jagung di Blanguan sebagai bentuk
solidaritas terhadap petani. Gerakan- gerakan tersebut disusun secara berhati-hati agar tidak
tercium oleh aparat, tetapi akhirnya gagal akibat pengkhianatan dari dalam tubuh Winatra. Laut dan
aktivis mahasiswa lainnya terpaksa bersembunyi dari kota ke kota menggunakan nama samaran
karena Winatra dan Wirasena dinyatakan sebagai organisasi terlarang.

Pada bagian babak kedua, pengarang memosisikan tokoh Asmara Jati sebagai narator setelah
kematian Biru Laut. Dalam novel bagian kedua, pengarang menceritakan keadaan keluarga melalui
tokoh Asmara Jati. Diceritakan bahwa keluarga Arya Wibosono menagalami trauma berat akibat
kehilangan anak, kakak, teman, dan kekasih tercinta Biru Laut bersama kawan-kawannya. Di dalam
novel diceritakan bahwa keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari minggu sore memasak
bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk
dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu
Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul. Selain itu, pada
latar Jakarta tahun 2000, pengarang menceritakan Asmara Jati, adik Biru Laut, bersama Tim Komisi
Orang Hilang yang di pimpin Aswin Pradana mencomba mencari jejak mereka yang hilang serta
merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orang tua dan
istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka.

Tokoh & Penokohan


Dalam novel Laut Bercerita terdapat dua tokoh utama, yaitu Biru Laut dan Asmara Jati. Biru Laut
digambarkan sebagai seorang yang idealis, seseorang yang tidak bisa melihat ketidakadilan di depan
matanya. Dia sangat mencintai hal-hal yang berbau sastra seperti buku-buku sastra karya Pramoedya
Ananta Toer. Selain itu, sikap peduli sosial Biru Laut sangat tinggi ketika dia melihat di zamannya
sebuah negeri yang puluhan tahun dikuasai oleh sebuah rezim pimpinan Soeharto yang puluhan
tahun berkuasa dan bertindak sewena-wena terhadap rakyat kecil dia tidak bisa tinggal diam. Karena
sikap idealisme nya sangat tinggi dia memutuskan untuk bergabung dengan Winatra sebuah
organisasi yang mempunyai tujuan untuk melawan dan menggulingkan pemerintah Orde Baru. Cara
yang digunakan organisasi tersebut dalam mengkritik pemerintah tidak dilakukan dengan kekerasan
fisik melainkan dengan aksi penanaman jagung dan pendampingan terhadap petani atau
mengadakan lokakarya tentang hak-hak buruh dengan para buruh Jakarta.

Sedangkan tokoh Asmara Jati digambarkan sebagai seorang wanita yang cinta terhadap hal-hal yang
berbau sains. Asmara Jati merupakan seorang Dokter Tidak Tetap (DTT) yang kini sedang mengabdi
di daerah pedalaman. Berbeda dengan kakaknya yang idealis Asmara Jati justru seorang yang
realistis dan pragmatis. Dia merupakan seorang wanita yang mampu berpikiran jernih walaupun
sedang dalam permasalahan. Asmara Jati juga digambarkan sebagai seorang wanita pekerja keras.
Disamping profesinya sebagai dokter dia juga ikut membantu para keluarga dekat korban yang
mengalami penghilangan secara paksa. Dia ikut mencari korban yang hilang dengan menggali data-
data tentang mereka dengan bergabung dalam Komisi Orang Hilang. Tokoh tambahan yang ada
dalam novel ini yaitu Ayah Biru Laut, Ibu Biru Laut, Alex Perazon, Kasih Kinanti, Sunu Dyantoro, Arifin
Bramantyo, Anjani, dan Naratama. Tokoh protagonisnya yaitu Biru Laut, Asmara Jati, Kasih Kinanti,
Aswin Pratama. Sedangkan tokoh antagonisnya yaitu Pak Kumis, Gusti Suroso, Si Mata Merah.

Latar
Latar tempat yang ditampilkan dalam novel Laut Bercerita adalah beberapa daerah di Jawa Tengah
yaitu Solo dan Yogyakarta, Jawa Timur yaitu Desa Blangguan dan Terminal Bunguarsih, Jakarta, dan
New York sesuai dengan lokasi keberadaan tokoh dikisahkan di dalam cerita.

Latar waktu yang ditampilkan dalam novel Laut Bercerita yaitu antara tahun 1991 hingga tahun
2008. Pada kurun waktu antara tahun 1991-1998 menampilkan era orde baru yang berisi perjalanan
para aktivis Winatra dalam menegakkan keadilan melawan diktator pada masa tersebut. Llau
kemudian latar waktu pasca tahun 1998 hingga tahun 2008 menggambarkan kisah perjuangan
keluarga para aktivis korban penculikan dalam menuntut pemerintah untuk mengusut kasus
penculikan dan penyiksaan yang menimpa anggota keluarga mereka.
PERBANDINGAN FAKTA SEJARAH DENGAN
KISAH LAUT BERCERITA

Fakta Sejarah
Orde Baru bukanlah masa dimana hak suara masyarakat dijamin. Era ini dikenal dengan cara
memerintah yang sepaham atau mati. Pergerakan bawah tanah pun menjadi solusi bagi para aktivis
yang tidak sepaham dengan pemerintah. Tidak sedikit aktivis yang dihilangkan dan disiksa ketika
mereka tertangkap melakukan hal yang dilarang pemerintah. Di buku ini digambarkan, tokoh utama
itu tetap meletakan nyawanya sebagai taruhan untuk menjadi aktivis. Akibatnya, ia pun diculik dan
dihilangkan. Ia dianiaya berbulan-bulan dan diinterogasi tentang siapa dalang dari kegiatan aktivis
itu.

Pada era ini, sarana ekspresi dan pengetahuan juga banyak yang terlarang. Faktanya, pada saat itu
banyak buku sastra yang bersifat mengkritik pemerintah dan pengetahuan tentang paham komunis
dilarang keras. Salah satu penulis yang terdampak adalah Pramoedya Ananta Toer. Buku ini
menekankan fakta bahwa literatur yang dibuat oleh Pram itu terlarang. Tulisan semacam itu
membuat Pram dibuang ke Pulau Buru.

Laut dikhianati temannya sendiri sehingga ia tertangkap dan dihilangkan. faktanya, orde baru juga
sering menyusup ke organisasi agar tahu tujuan sejati organisasi itu dan siapa yang mengkoordinasi
gerakan itu. Ketika antek pemerintah itu sudah mendapatkan sasaran, hanya tinggal menunggu
waktu hingga sasarannya hilang tanpa kabar.

Tidak jarang penghilangan aktivis itu menimbulkan tanya bagi keluarga yang ditinggalkan. Pada buku,
digambarkan jelas bahwa keluarga dari Laut dan kekasihnya tidak tahu dengan keadaan Laut. Hal ini
sangat umum terjadi. Hingga saat ini, keluarga korban yang dihilangkan tidak pernah tahu nasib dari
korban atau dimana jasad mereka.

Perbedaan Dengan Sejarah


Dalam buku ini tentunya tidak semua unsur di dalamnya merupakan fakta sejarah. Seluruh tokoh
dalam cerita ini fiksi. Mereka tidak melambangkan suatu tokoh penting dalam sejarah. Sang Penulis
berusaha menggambarkan kondisi yang dialami oleh aktivis ketika orde baru. Ia menggunakan tokoh
itu sebagai sarana untuk menceritakan kondisi yang dialami dengan aktivis.

Nama organisasi yang ada dalam novel ini semua tidak nyata. Organisasi salah satunya adalah
winatra. Organisasi itu digambarkan sebagai perkumpulan buruh dan petani. namun organisasi ini
tidak pernah ada dan hanya nama yang dibuat untuk mendukung cerita.
KESIMPULAN

Menurut kami novel ini sungguh menarik dan luar biasa. Kami sungguh tidak menyangka bahwa
pengalaman pahit bangsa Indonesia di era orde baru dapat dikemas sedemikian rupa menjadi
sebuah kisah yang sungguh memanjakan imajinasi setiap pembacanya. Pola penyajian alur cerita
yang begitu unik dan khas mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi para pembaca yang
akhirnya mengerti jalan cerita dari novel ini. Mencekam, tegang, dan mengharukan adalah gambaran
emosi yang dapat kami rasakan kala membaca novel luar biasa ini. Kami sangat kagum kepada Laela
S. Chudori, yang dapat dengan sangat cerdas menggambarkan berbagai penyiksaan fisik yang dialami
oleh Laut dan teman-temannya melalui butiran-butiran kalimat yang tajam dan intuitif.

Anda mungkin juga menyukai