Anda di halaman 1dari 4

BUKU NOVEL PULANG

Judul Buku : Pulang

Pengarang : Tere Liye

Penerbit : Republika Penerbit

Tahun Terbit : 2015

Kota Terbit : Jakarta

Jumlah halaman : 400 halaman

Cetakan : Ke-1

a. Biografi : Tere Liye merupakan nama pena penulis novel Indonesia. Tere Liye lahir di
Lahat, Indonesia, 21 Mei 1979 dengan nama Darwis. Beberapa karya Tere Liye yang
diangkat ke layar lebar yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah.
Meski berhasil dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis hanya sekedar hobi karena
sehari-hari ia masih bekerja di kantor sebagai akuntan. Pendidikan SDN 2 Kikim
Timur,Kabupaten Lahat, SMPN 2 Kikim, Kabupaten Lahat, SMAN 9 Bandar Lampung,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Mempunyai istri bernama Riski Amelia dan
mempunyai anak Abdullah Pasai dan Faizah Azkia.

b. Sinopsis : “Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih,
takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.”

Bapaknya bernama Samad. Ia yang lumpuh itu -kemudian diketahui- merupakan


mantan tukang pukul nomor satu Keluarga Tong. Mamaknya bernama Midah, ia merupakan
putri dari Tuanku Imam, pemuka agama di Pulau Sumatra. Pernikahan kedua insan dari strata
dan kultur berbeda itu menyebabkan mereka harus terusir dari kampung, lantas menetap di
Talang (semacam kampung) Kawasan Bukit Barisan, Sumatra.

Kejadian melawan babi hutan menjadi awal kisah hidup baru bagi Bujang yang waktu
itu masih 15 tahun. Tauke Muda mengajaknya pergi ke kota. Ia meminta Bapak dan Mamak
Bujang mengizinkannya pergi. Bapaknya setuju, mamaknya berat melepaskan. Namun ia tak
kuasa menolak. Ini adalah bagian dari perjanjian antara Bapak Bujang dengan Tauke Muda.
Lagi pula ia ingin putra semata wayangnya itu maju. Tak hanya berkutat dengan hutan dan
ladang di Talang. Sebelum keberangkatan sang anak, mamak menitipkan pesan yang begitu
berharga, “Berjanjilah kau akan menjaga perutmu (dari makanan dan minuman haram dan
kotor) itu, Bujang. Agar…. Agar besok luka, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh
hatimu, kau tetap punya satu titik yang putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu
pulang.”

“Shadow economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam, di bawah


meja. Oleh karena itu orang juga menyebutnya black market, underground economy. Kita
tidak sedang bicara tentang perdagangan obat-obatan, narkoba, atau prostitusi, judi dan
sebagainya. Itu adalah masa lalu shadow economy, ketika mereka menjadi kecoa hitam dan
menjijikan dalam sistem ekonomi dunia. Hari ini, kita bicara tentang pencucian uang,
perdagangan senjata, transportasi, properti, minyak bumi, valas, pasar modal, retail, teknologi
mutakhir, hingga penemuan dunia medis yang tidak ternilai, yang semuanya dikendalikan
oleh institusi ekonomi pasar gelap. Kami tidak dikenal oleh masyarakat, tidak terdaftar di
pemerintah, dan jelas tak diliput media massa….. Kami berdiri di balik bayangan. Menatap
sandiwara kehidupan orang-orang.

menjelaskan perihal shadow economy, singkat, jelas, terperinci, dan menghentak.


Selepas itu alur kembali berkelindan ke masa lalu. Saat kali pertama Bujang sampai di
kota. Bertemu banyak kawan baru. Salah satunya Basyir, seorang anak muda yang terobsesi
menjadi seperti ksatria penunggang kuda suku Bedouin. Kini jelas apa tujuan Bujang diajak
oleh Tauke Muda. Ia akan dilatih seperti bapaknya, menjadi tukang pukul nomor satu
Keluarga Tong.

Meski begitu, jauh panggang dari api. Harapan itu menguap, bukannya berlatih silat dan
beladiri, Bujang malah diminta belajar “memukuli kertas dengan pulpen” dibimbing Frans,
guru asal Amerika. Bujang bosan. Ia lantas meminta Tauke mempersamakannya dengan
teman yang lain: berlatih beladiri dan ikut operasi.
Tauke tetap pada pendirian. Hingga tiba saat kesabarannya hampir habis, Tauke
menantang Bujang ikut ritual amok. Ritual itu simpelnya, satu orang melawan puluhan
bahkan ratusan petarung. Jika satu orang itu mampu menahan gempuran dalam waktu
tertentu, ia menang. Bujang hanya diminta bertahan dua puluh menit. Sayang ia hanya
bertahan 19 menit. Ia gagal, sehingga ia tetap harus belajar bersama Frans.
Namun hikmah dari peristiwa amok, ia bisa punya kesempatan belajar bela diri. Selepas
belajar dengan buku dan pulpen di siang hari, ia belajar tinju di malam hari. Guru pertamanya
adalah Kopong. Komandan tukang pukul Keluarga Tong. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan
ia berlatih, amat keras. Akhirnya Bujang berhasil meng-KO gurunya itu. Itu artinya latihan
tinjunya selesai dan harus berganti guru.
Guru berikutnya tak kalah hebat, Guru Bushi namanya. Asli Jepang, ia adalah salah satu
Samurai yang masih tersisa di zaman modern ini. Bersama Guru Bushi Bujang berlatih
menggunakan pedang, katana, shuriken, dll. Latihan yang seru bersama mantan ninja yang
andal itu. Berbulan-bulan Bujang terus berlatih. Hingga tiba saat Guru Bushi mengatakan
cukup. Lantas Bujang berlatih dengan Salonga. Seorang penembak jitu asal Filipina. Dengan
guru menembaknya itu ia juga belajar filosofi hidup. Selain berlatih beladiri, Bujang juga
terus melanjutkan sekolah. Ia bahkan mengenyam pendidikan magister di luar negeri.
Novel beralur maju mundur ini terus mengajak pembaca menikmati keseruan cerita.
Pertarungan demi pertarungan yang mengesankan. Jua perihal ekspansi Keluarga Tong yang
perlahan merangkak naik level dari penguasa shadow economy tingkat provinsi menjadi
penguasa shadow economy nasional bahkan internasional. Selalu ada intrik menarik di
dalamnya.
Hingga di satu titik. Saat Keluarga Tong di puncak kejayaan, pengkhianat muncul.
Siapakah pengkhianat itu? Berhasilkah ia melumat kekuasaan Keluarga Tong? Lalu apa
maksud pulang dalam novel ini? Kita akan menemukan jawabannya dalam novel keren ini.
c.Inti : Unsur Intrinsik

 Tema : Perjuangan
Novel ini mengangkat cerita tentang ketanguhan dan keberanian anak
peralaman turunan perewa
 Alur : Campuran
Tere liye membuat novel ini sangat megalir prnuh kejutan. Banyak hal yang
tidak terduga muncuk dari aliran-aliran ceritanya.
 Setting : Luar Kota
 Tokoh : Bujang,Samad,Midah,Tauke muda/Tauke besar,Kopong,Basyir,Salonga,Fran
si Amerika,Master dragon,white,Yuki dan Kiko,Shang,Perwez,Joni,Tuanku imam
 Karakter : Penulis menggabungkan teknik ekspositori (teknik penjelasan secara
langsung oleh penulis)dan teknik dramatik (teknik penjelasan secra tidak
langsung,digambarkan melalui aktivitas,tindakan,percakapan,pikiran sang tokoh
cerita saat melalui setiap tokoh peristiwa).
 Sudut Pandang : Yang digunakan oleh pengarang adlah sudut pandang orang pertama
yaitu “aku”.
 Amanat : Senakal-nakalnya kita tetaplah ingan pesan orang tua tentang apapun
terutama larangan-larangan yang masuk akal. Jangan terlalu larut dalam kesedihan.
Serta harus mempunyai tujuan hidup yang jelas dan kuat, selalu berusaha semaksimal
mungkin.

Unsur Ekstrinsik

Keberanian dan ketangguhan seorang anak tanpa merasakan takut bahkan


semua ketakutannya puh hilang karena adanya keberanian dan ketangguhan.

d. Keunggulan dan Kekukarangan

 Cover : bagus
 Bahasa : bahasa yang digunakan oleh pengarang mudah dipahami,dominan dengan
bahasa Indonesia yang diguakan sehari-hari
 Kertas : tidak bagus karena buku bajakan

e. Kesimpulan

Selaku pembaca (setia) karya-karya Tere Liye, jujur, peresensi merasa bangga.
Bangga kenapa? Bangga atas perkembangan novelis kelahiran Sumatera Selatan ini. Salah
satu yang mencolok adalah kemampuan menghadirkan banyak genre. Penyair muda,
Muhammad Amirudin, menjuluki ayah Abdullah Pasai ini sebagai penulis serba bisa.
Bayangkan, Tere Liye menghentak dunia literasi Indonesia lewat Hafalan Shalat Delisa yang
bertema anak-anak, dilanjut dengan Moga Bunda Disayang Allah, lalu Serial Anak-Anak
Mamak (Burlian, Pukat, Eliana, Amelia). Tak berhenti sampai di situ, ia menggarap genre
lain, cinta remaja. Walau terkesan ringan, namun Tere Liye mampu mengemasnya amat
mengesankan. Simak saja Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Berjuta Rasanya,
Sepotong Hari yang Baru, Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Atau kumpulan qoute dan
puisi Dikatakan atau Tidak Dikatakan itu tetap Cinta dan #About Love. Ia juga sukses
menggarap tema seputar pertanyaan-pertanyaan hidup, lihat saja Rembulan Tenggelam di
Wajahmu atau, yang terbaru, Rindu. Lebih dari itu, novelis yang merupakan suami Riski
Amelia ini juga mampu meracik genre fantasi. Bumi dan Bulan adalah bukti sahih racikan
hebatnya itu.
Kembali ke Pulang. Novel ini menegaskan kemampuan sang penulis menulis genre
ekonomi berbalut aksi (action). Bahkan novel ini memiliki nilai plus tinimbang novel
bergenre mirip milik penulis. Nilai plusnya ada pada pengangkatan kearifan lokal (Sumatra)
dan relijiusitas.
Novel ini direkomedasikan bagi siapa pun yang ingin memahami makna pulang yang
sesungguhnya. Tak sekadar pulang dalam artian kembali ke rumah dan kampung halaman.
Namun mengandung makna pulang yang dalam. Pulang menuju hakikat kehidupan. Pulang
ke arah kesejatian. Pulang, kembali padaNya. Pulang dengan segenap kerinduan dalam
damai.

Anda mungkin juga menyukai