Anda di halaman 1dari 16

RESEPSI NOVEL JALAN TAK ADA UJUNG KARYA MOCHTAR LUBIS

Disusun untuk memenuhi tugas akhir Sejarah Sastra Indonesia

Dosen pengampu: Dr. Dwi Sulistyorini, S.S., M.Hum

Disusun oleh:

Tahta Alfina Kurnia Putri (220212603203)

Offering G

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2022
I. Pendahuluan

Karya sastra adalah perasaan atau ungkapan pribadi seseorang, berupa


pengalaman, pemikiran, ide, emosi, dan semangat yang bersifat di sengaja
maupun tidak, yang terkandung estetika di dalamnya. Karya sastra dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu drama, prosa, dan puisi. Prosa sendiri dibagi
menjadi 2, novel dan cerita pendek, tidak sedikit pengarang atau penulis yang
menjadikan kisah hidup mereka menjadi bahan persoalan yang dituangkan ke
dalam tulisan dan karya nya. Pada kesempatan kali ini pembaca akan
membahas karya sastra berbentuk novel. Novel sebagai karya sastra
merupakan sebuah hasil ide dan kreatifitas pengarang dalam menyampaikan
sesuatu lalu disajikan dalam bentuk tulisan dengan cerita yang cukup lengkap.
Novel sendiri termasuk karya sastra yang unik dan amat indah dikarenakan
salah satu jenis karya sastra yang memiliki unsur pembentuk yaitu unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Novel biasanya disajikan dalam bentuk buku. Novel
juga bisa disebut karya sastra baru karena lahir setelah karya sastra lama yaitu
puisi dan hikayat.

Pada kesempatan kali ini pembaca akan mengulas secara garis besar salah
satu novel terbaik karya Mochtar Lubis yaitu Jalan Tak Ada Ujung. Novel ini
berlatar perang kemerdekaan Indonesia tahun 1946 dan menceritakan tentang
masalah ketakutan batin pemeran utama pada masa revolusi kemerdekaan.
Pemeran utama dalam novel ini adalah seorang guru sekolah dasar yang
bernama Isa. Isa di gambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, baik,
menyukai musik, pesimis, dan ia diselimuti rasa takut akan konflik-konflik
revolusi kemerdekaan pada saat itu, tetapi Guru Isa turut andil membantu para
pemuda dalam ber gerilya. Suatu pagi pada bulan September tahun 1946, di
jalan Gang Jaksa, para serdadu NICA datang. Semua orang yang berada di
lokasi tersebut segera bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari ubel-ubel.
Namun, ada saja yang tetap terkena tembak oleh serdadu NICA. Saat itu, Guru
Isa sedang berjalan menuju sekolah nya di Tanah Abang untuk mengajar, lalu
suara tembakan memecah kesunyiannya dan ia bersembunyi di rumah Semedi
(warga setempat). Pada saat bersembunyi ia teringat pada keselamatan
istrinya (Fatimah) dan anak angkatnya (Salim). Pada saat itu masyarakat
Indonesia banyak yang menderita karena dihadapkan oleh perekonomian yang
mengalami penurunan. Begitu pun dengan Guru Isa, sampai pada akhirnya ia
terpaksa mencuri buku-buku yang ada di sekolahnya dan dijual ke pasar pada
seorang tionghoa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya yang tak
kunjung membaik. Tidak hanya masalah ekonomi yang dihadapi, Isa juga
mengalami tekanan batin dan ketakutan yang amat dikarenakan konflik
revolusi dan tidak bisa menafkahi istrinya secara batin. Sebab itu istri guru Isa
berselingkuh dengan Hazil, yang merupakan rekan revolusioner Isa. Hazil dan
Isa bertemu saat di adakannya perkumpulan (organisasi untuk melawan para
serdadu) pemuda antar daerah yang ada di Jakarta. Mereka juga mempunyai
hobi yaitu sama-sama suka bermain musik (salah satunya biola), sejak saat
itulah Hazil sering berkunjung ke rumah Isa. Suatu hari, Isa menunggu
kedatangan Hazil untuk memberi informasi penting tentang rencana
perjuangan mereka. Semakin hari ketakutan Isa akan rencana perlawanan
tersebut bertambah, biarpun merasa takut Isa tetap harus menyembunyikan
nya karena ia telah terlanjur menjadi anggota organisasi untuk melawan
serdadu-serdadu NICA. Guru Isa dan Hazil pun mendapatkan tugas untuk
menyelundupkan senjata dan bom ke Karawang. Penyelundupan tersebut
berhasil berkat bantuan dari rekan seperjuangan nya salah satunya yang
bernama Rakhmat. Sampai pada klimaks nya mereka bertiga; Guru Isa, Hazil,
dan Rakhmat melakukan penyerangan di bioskop dengan melemparkan granat
ke tengah-tengah kerumunan pengunjung bioskop yang telah bubar, alhasil
beberapa serdadu NICA mengalami luka-luka. Berita mengejutkan datang
seminggu setelahnya, pagi itu saat Guru Isa sedang membaca koran di warung
Gang Jaksa, Begitu terkejut ia saat berita yang dibaca amat menakutkannya,
dan melandanya sebagai sambaran kilat: Seorang dari pelempar granat tangan
tertangkap. Berita tersebut tidak menyebutkan nama orang yang ditangkap itu,
tetapi mengatakan, bahwa dia telah mengaku melemparkan granat tangan, dan
polisi masih meneruskan pemeriksaan dan penyelidikan. Dua hari setelah guru
Isa mengetahui berita tertangkapnya salah satu dari mereka, seorang polisi
militer diiringkan oleh dua orang preman yang berpakaian preman, polisi
tersebut berhasil membawa guru Isa ke kantor. Di dalam penjara ternyata ada
Hazil yang sudah ditangkap terlebih dahulu, mereka disiksa habis-habisan dan
di interogasi. Keadaan berbalik dulu Hazil yang begitu pemberani berubah
menjadi sangat amat ketakutan sedangkan guru Isa sudah mampu mengatasi
ketakutannya. Guru Isa telah bebas dari rasa takut yang menggerogoti jiwa dan
raga nya selama ini.

Dalam memahami karya sastra dapat dilihat dari dua persepsi, yaitu
persepsi sastra dan persepsi pembaca. Pertemuan antara pembaca dan teks
sastra menyebabkan terjadinya proses penafsiran atas teks oleh pembaca
sebagai objektif, yang hasilnya adalah pengakuan makna teks (Nuryatin, 1988:
135). Persepsi menurut pembaca dalam novel Jalan Tak Ada Ujung adalah
ditemukannya sesuatu tersirat yaitu sikap berani yang tersembunyi di dalam
ketakutan Isa selama ini. Dari segi sastra Jalan Tak Ada Ujung mengusung
tentang nilai sosial dan dapat dikaji dengan metode sosiologi sastra,
berdasarkan metode tersebut karya dilihat dari cerminan atau gambaran
masyarakat pada zaman karya sastra tersebut dibuat. Dilihat dari kondisi sosial
dan keadaan yang tergambar pada novel Jalan Tak Ada Ujung menceritakan
keadaan masyarakat sosial saat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia
ber latar waktu tahun 1946 mempengaruhi kondisi sosial budaya, masyarakat,
pendidikan, ekonomi, dan politik masyarakat Indonesia setelah proklamasi
kemerdekaan dan kembalinya NICA (Hindia Belanda) ke Indonesia guna
merebut kembali Indonesia agar jatuh ke tangannya.

Kemenarikan novel Jalan Tak Ada Ujung ini terletak pada alur yang begitu
mengejutkan dan dalam karya nya kali ini Mochtar Lubis berhasil membawa
pembaca turut merasakan suasana mencekam pasca kemerdekaan. Penulis
juga sukses dalam merefleksikan karakter penokohan sehingga pembaca
dapat merasakan apa yang penulis coba sampaikan dalam novel Jalan Tak
Ada Ujung. Rasa takut yang dirasakan guru Isa nyaris membuat pembaca kesal
dikarenakan ketakutan yang sangat berlebihan terhadap apapun yang terjadi
dalam hidupnya. Namun, dibalik itu ada pula rasa kagum yang pembaca
rasakan terhadap guru Isa yaitu begitu besar tanggung jawab akan apa yang
telah ia ambil dan menjalaninya dengan rasa takut, bimbang, pesimis, dan
tabah yang beriringan. Pembaca juga salut akan rasa sabar yang Isa punya
saat mengetahui pengkhianatan oleh istri (Fatimah) dan sahabat nya (Hazil), ia
memendam seolah tak ingin menghancurkan perasaan istrinya tetapi ia juga
tidak memikirkan perasaannya sendiri. Jalan tak ada ujung yang guru Isa
tempuh berhasil membawanya melawan ketakutan yang sangat amat. Bebas.
II. Pembahasan
Novel karya Mochtar Lubis yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung tergolong
novel psikologis yaitu tokoh yang terjun langsung dalam masyarakat, golongan,
dan lingkungannya. Dalam novel psikologis persoalan dilihat dari sudut
golongan masyarakat dan kepentingan orang banyak. Berdasarkan isi cerita
novel Jalan Tak Ada Ujung ini membahas tentang psikologis guru Isa,
bagaimana ia melawan rasa takut yang terus menggerogoti jiwa dan raga
mencoba untuk mencapai kebebasan pikiran akan segala hal. Novel Jalan Tak
Ada Ujung ini mengusung tema perjuangan akan rasa takut yang di alami, alur
yang dipakai adalah alur maju, tokoh utama dalam novel ini adalah guru Isa
dan rekan nya Hazil adapun peran pembantu seperti Rakhmat, Fatimah, Salim,
Mr. Kamaruddin, Tuan Hamidi, Pak Damrah, serdadu NICA, Abdullah, Ontong,
Kiran, dan Imam. Berlatar tahun 1946 pasca kemerdekaan, menggunakan
bahasa keseharian dan ada beberapa bahasa yang tidak efektif bisa dikatakan
bahasa yang digunakan novel ini jauh dari estetika atau kata-kata yang indah.
a. Resepsi terhadap cerita
Cerita yang diangkat dalam novel ini adalah tentang ketakutan
yang dialami pasca kemerdekaan dan kondisi zaman revolusi. Setiap
individu pada zaman itu pasti dilanda ketakutan yang sama, takut akan
kematian, kelaparan, dan sebagainya. Terlihat jelas pada kutipan yang
dibubuhkan Mochtar Lubis di halaman awal novel itu, yaitu :
“Apakah yang harus kita punyai, agar kita bebas dari ketakutan?”
Jules Romains

b. Resepsi terhadap tema


Tema dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis
mengangkat cerita pasca kemerdekaan dan perlawanan pemuda
terhadap sekutu yang dibantu oleh NICA. Disini memaparkan
perjuangan rakyat Indonesia dalam memperoleh kebebasan, apalagi
semangat juang para pemuda yang amat berkobar. Di sini juga
mengisahkan tentang rasa takut guru Isa hingga akhirnya ia berhasil
berdamai dengan rasa takut nya. Ketakutan yang dialami guru Isa
dikarenakan keadaan sosial maka dari itu ia menahan rasa takutnya.
“Engkau tahu mengapa aku terima? Bukan karena semangat revolusiku
berapi-api, semangat cinta tanah airku berapi-api, aku memang cinta tanah air,
tetapi dalam darahku tidak ada atau belum ad aitu tradisi yang mendorong aku
berkorban darah dan jiwa untuk tanah air, untuk itu aku belum pernah hidup
dalam tanah air yang mesti dibela dengan darah, jadi jika ada orang berkata
mempunyai semangat seperti ini, maka itu semangat palsu dan dibikin-bikin.
Aku terima karena aku takut. Dan aku bertambah takut setelah menerimanya.”

Terlibatnya guru Isa dalam revolusi tidak didasari semangat


perjuangan untuk merebut kemerdekaan, akan tetapi karena
ketakutannya yang begitu menyiksa seakan meneror jiwanya sampai
ia tak sadar telah menerima segala amanah perjuangan merebut
kemerdekaan.
c. Resepsi terhadap alur
Alur yang dipakai dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya
Mochtar Lubis ini adalah alur maju, yang menceritakan dari awal sampai
akhir kejadian secara runtut. Dalam novel ini bagian awal cerita berisi
dengan pengenalan keterangan waktu, suasana, dan tempat terjadi nya
peristiwa yang mencekam dan penuh ancaman yaitu di Jakarta bulan
September tahun 1946.
“jalan-jalan kosong dan sepi. Beberapa orang bergegas lari dari hujan. Dan
lari dari ancaman yang telah lama memeluk seluruh kota.”

Lalu cerita berlanjut ke obrolan ringan di warung kopi Pak Damrah


yang membicarakan tentang ubel-ubel atau para NICA yang melakukan
penyerbuan ke pemukiman warga.

“Di warung Pak Damrah enam orang sedang duduk minum-minum. Empat
orang opas Kantor Kotapraja di Kebon sirih. Mereka hendak masuk kerja.”
“Kemaren kampung tanah Tinggi digeledah lagi sama ubel-ubel,” cerita tukang
loak, mulutnya penuh pisang goreng. Tukang beca yang sedang menghirup
kopinya yang panas, menghapus mulutnya dengan lengan kirinya yang kotor.”

Dilanjutkan dengan bertemunya tokoh guru Isa dengan Hazil saat


rapat untuk berperang melawan NICA yang semakin merajalela. Hazil
sudah geram ingin segera membalaskan dendam nya kepada Belanda,
ia tidak hanya mengajak guru Isa tetapi juga ikut melibatkan teman-
temannya dalam perjuangan melawan Hindia-Belanda.

“Tidak banyak yang diingatnya dari rapat yang penuh bersemangat itu. Semua
orang bersumpah berani mati dan berani berkorban untuk kemerdekaan.”

Hazil pun sering menyelundupkan senjata untuk misi


penyerarangan balik terhadap Belanda dan tak jarang memimpin rapat
organisasi rahasia.
“Ini bisa berbahaya,” kata Hazil, “kita pergi mengambil senjata dan
membawanya ke Manggarai. Di sana kita sembunyikan dan kemudian akan
diselundupkan ke Karawang.”

Setelah perencanaan yang cukup matang Hazil melakukan aksi


pembalasan dendam nya, mereka bertiga (Hazil, Rakhmat, dan Guru
Isa) melakukan pelemparan granat ke bioskop Rex di Pasar Senen.
Karena di tempat tersebut ada para serdadu Belanda yang sedang
berjaga, itulah tujuan Hazil dan Rakhmat.

“Mereka akan melempar granat tangan itu bersama-sama, dan kemudian lari.
Melempar granat ke tengah-tengah serdadu Belanda yang berdesak-desak
keluar dari bioskop.”

Setelah melakukan penyerangan mereka bertiga ber pencar dan


mengurangi komunikasi agar tidak mencurigakan, sebelum berpisah
Hazil sudah memberitahu guru Isa kalua beberapa hari ini tidak bisa
menghubungi nya terlebih dahulu. Seminggu setelah kejadian
pembalasan dendam di bioskop Hazil tak kunjung mengabari guru Isa,
suatu pagi saat di warung kopi Pak Damrah guru Isa membaca surat
kabar yang mengabarkan bahwa salah satu pelaku pelemparan granat
di bioskop Rex telah tertangkap dan berita tersebut berhasil
mengejutkan guru Isa sampai dibuatnya pingsan, guru Isa semakin
cemas, takut, dan menebak-nebak karena siapa yang tertangkap tidak
diberitahukan lewat berita tersebut.

“Karena itu berita yang dibacanya amat menakutkannya, dan melandanya


sebagai sambaran kilat: Seorang dari pelempar granat tertangkap.”

Tidak lama dari setelah berita tersebut diketahui oleh guru Isa
tentang tertangkapnya pelaku pelempar granat. Polisi datang ke rumah
guru Isa untuk menangkap dan membawanya ke kantor polisi untuk di
Interogasi. Sesampainya disana ternyata sudah ada Hazil sebagai
pelaku pelempar granat yang telah tertangkap, ia sudah di habisi oleh
polisi sampai wajahnya penuh akan bekas luka dan ditahan disebuah
ruangan.

“Mulutnya telah pecah-pecah. Dua buah giginya atas telah hilang.


Dikenangnya luka besar yang mongering. Dan mukanya pucat dan kurus.
Matanya merah, urat-uratnya gembung berdarah.”
Saat ditanyai polisi guru Isa tidak mau menjawab sepatah kata
pun, lantas ia disiksa dan dihabisi hingga pingsan lantaran tidak mau
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh polisi.

“Kemudian dia hanya merasa tiba-tiba sesuatu yang besar, yang berat dan
keras memukul dadanya dan tulang dadanya serasa remuk. Jantungnya
menjerit perih, dan Ketika tendangan kedua datang, akhirnya dia hanyut dalam
kegelapan.”

Setelah penyiksaan terhadap Hazil dan guru Isa oleh para


serdadu NICA, akhirnya Hazil menyerah, mengakui, dan menceritakan
semua perbuatan yang telah ia lakukan bersama dengan teman-
temannya. Hal tersebut membuat guru Isa kecewa dan sedih terhadap
Hazil karena dulu ia adalah pemuda yang memegang teguh prinsip,
penuh gairah, pemberontak, keras kepala, dan berjiwa pejuang
melawan serdadu NICA, kini telah lemah tak berdaya.

“Hazil menceritakan semuanya. Sebuah tempeleng di kepalanya sudah cukup


untuk menyuruhnya bercerita.”
“Dan dia merasa sedih buat Hazil. Hazil yang muda yang duduk bersandar
tembok di ujung, tidak pernah berkata-kata, dengan mata yang redup, pipi
yang cekung dan pucat pasi. Dan tiba-tiba Guru Isa tahu, bahwa Hazil akan
mati.”

Di tahap akhir novel ini ketakutan guru Isa yang telah memudar,
dan ia seperti belajar hidup bersama akan rasa takutnya, dan seolah
telah bebas dari penjara.

“Dan Ketika Guru Isa mendengar derap sepatu datang ke pintu kamar mereka,
dia merasa damai dengan rasa takutnya yang timbul. Dia tahu teror mereka
tidak akan bisa menyentuhnya lagi. Dia telah bebas.”

d. Resepsi terhadap tokoh dan penokohan


Tokoh dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis
mempunyai karakter yang unik dalam setiap penokohannya. Guru Isa
dan Hazil adalah tokoh yang disorot dalam novel ini, ada juga tokoh
pembantu berjalannya cerita seperti Rakhmat, Fatimah, dan Salim. Guru
Isa adalah tokoh utama dalam novel ini, ia digambarkan sebagai
seorang guru sekolah dasar berusia 35 tahun.
“Kemudian jadi guru tahun-tahun sebelum Perang Dunia Kedua. Waktu itu dia
masih muda. Berumur 31 tahun. Sekarang umurnya telah tiga puluh lima
tahun.”
Sifat yang dimiliki guru Isa adalah lemah lembut, baik,
bertanggung jawab, penyabar, pasrah, pesimis, dan penakut. Di
sebabkan sedari kecil guru Isa di perlakukan sangat manis oleh kedua
orang tuanya dan tidak pernah mengalami kekerasan sedikit pun dan
pada saat mengetahui perselingkuhan antara Fatimah (Istrinya) dan
sahabatnya Hazil ia tetap pasrah dan memendam semua rasa sakit nya
sendiri.

“Semenjak dia melewati masa kanak-kanak yang tidak suka berkelahi, maka
Guru Isa selama hidupnya tidak pernah memakai kekerasan terhadap orang
lain. Atau mengalami dirinya ditundukkan dengan kekerasan badan oleh orang
lain.Tinjunya tidak pernah dikepalkan untuk memukul orang. Dan tinjunya tidak
pernah dikepalkan untuk memukul orang. Dan tinju orang tidak pernah
memukul biru dikulit mukanya.”
“Dan Ketika dia mulai mengerti, mula-mula dia sangat marah. Marah dan ingin
menghancurkan Hazil dan Fatimah.”
“Dari dalam kamar tidur Guru Isa dapat mendengar mereka berkata-kata.
Suara sampai padanya, tetapi tidak jelas hingga dia dapat mengerti apa yang
mereka bicarakan. Sebentar api menyala kembali dalam hatinya, api yang
menyala di hatinya, ketika dia mula-mula mendapat pipa di bawah bantal.
Tetapi api lekas menjadi redup.”

Awalnya guru Isa tidak terima dan marah akan hal tersebut akan
tetapi ia pasrah lantaran merasa bersalah dan malu tidak bisa menafkahi
Fatimah (Istrinya) secara batin. Peran Fatimah dalam novel ini cukup
penting, ia adalah istri dari guru Isa. Selama hidup bersama guru Isa ia
menjalani rumah tangga yang tidak harmonis, Fatimah hanya ingin
menjadi istri yang baik. Fatimah tak lagi mencintai Guru Isa.

“Apa yang tinggal dari perkawinan kita kalua demikian?” Guru Isa bertanya
malam itu.
Dan Fatimah menjawab, “Aku akan menjadi istri yang baik bagimu. Hanya itu.”
“Tidak ada cinta?” desak Guru Isa.
“Tidak ada cinta,” jawabnya.

Mempunyai sifat belas kasih yang sangat terhadap guru Isa


(Suaminya). Namun, Fatimah tidak bahagia tinggal bersama guru Isa
dikarenakan nafsu birahi yang tidak bisa dipenuhi oleh suaminya. Sebab
itu lah Fatimah berselingkuh dengan Hazil untuk memenuhi Hasrat nya.
Sampai pada akhirnya Fatimah tidak menyesali perbuatan nya dengan
Hazil.
“Dia amat benci dan sedih melihat sinar mata Fatimah yang tidak mengandung
kasih dan cinta. Hanya sinar mata seorang asing yang merasa belas kasihan
kepada orang lain. Tidak ada lagi yang lain. Yang lebih dalam dan lebih
mesra.”
“Fatimah merasa senang. Dia tidak merasa sesuatu penyesalan.”

Dalam novel ini Hazil digambarkan mempunyai fisik kurus dan


suka merokok. Hazil mempunyai tekad yang kuat, pemberani, dan juga
keras kepala.

“Berikan pistol itu ke sini!” perintahnya.


Hazil mundur selangkah.
“Jangan Ayah! Kita perlu senjata untuk perjuangan kemerdekaan.”
“Kemerdekaan? Nah!” sumpah Mr. Kamarrudin.
“Kamu anak-anak muda sudah gila. Apa engkau pikir kamu bisa menang
berperang melawan Belanda? Berontak-berontak seperti orang gila!”
Mr. Kamarrudin menggerakkan tangannya hendak menyentakkan pistol itu
dari tangan anaknya. Tapi Hazil cepat berbalik, berlari, dan Ketika dia tiba di
pintu pagar rumah, dan melihat ke kiri ke kanan memeriksa jalan yang kosong,
teriak ayahnya mengejarnya,
“Haziiillll! Kembaliii!”

Hazil juga seperti manusia biasa yang mempunyai rasa takut,


hanya saja ia pandai menutupinya agar orang lain tidak mengetahuinya.

“Saya juga takut mana ada orang yang tidak takut? Tapi ini perjuangan harus
dijalankan. Karena pemberontakan terus biar dibawa mati, adalah satu
kemenangan. Musuh tidak bisa kuasai selama-lamanya.”

Rasa juang yang Hazil miliki ini patut untuk diteladani, yang
berjuang demi bangsanya dan terlepas dari jajahan bangsa asing.

e. Resepsi terhadap latar atau setting


Dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis
mengusung latar waktu tahun 1946-1947 dan berlatar tempat di Jakarta,
adapun latar suasana yang diambil pada saat pasca kemerdekaan.
Pada halaman pertama novel ini sudah dipaparkan bahwa latar waktu
yang digunakan adalah tahun 1946-1947, lebih rincinya (September-
Desember 1946 dan Januari-April 1947) seperti pada kutipan berikut:
“Bulan September tahun 1946. Pagi. Tiga orang kanak-kanak kecil sedang
bermain-main di jalan Gang Jaksa.”
“Itu mengakhiri pembicaraan mereka perkara Guru Isa. Itu dalam bulan Juni:
Tapi sekarang telah Juli.”
“….Itu putusan dibikin bulan Januari. Sekarang sudah hamper habis bulan
Maret. Satu sen belum ada uang. Bah!”
“Hari-hari dalam bulan Mei, jika Babu Inah tidak ada di rumah, hari-hari
berbahagia Hazil dan Fatimah.”

Pada tahun 1946 Guru Isa berusaha menyesuaikan


kehidupannya, ia terpaksa karena sudah terlanjur ikut terjun ke
organisasi rahasia bersama dengan Hazil dan kawan-kawannya.
Mengatur siasat untuk mengalahkan NICA.

Pada tahun 1947 pergolakan masih terus terjadi dimana mana


bahkan tak sedikit yang mengatasnamakan perjuangan untuk mencari
keuntungan untuk kelompok maupun individu.

“Tapi perlahan-lahan aku lihat bertambah banyak orang yang memakai


perjuangan untuk kedok mencati untung bagi dirinya sendiri. Banyak pula yang
telah mulai memeras rakyat, minta beras, sapi, uang.”

Maret 1947. Perjanjian Linggarjati dibuat oleh Belanda untuk


mereda revolusi dari masyarakat. Hazil menyadari bahwa perjanjian itu
hanya untuk menenangkan rakyat agar tidak terus merengsek maju
untuk melawan.

“Engkau jangan lupa Mojokerto yang diserbu Belanda beberapa hari sebelum
perjanjian itu ditanda tangani,” kata Hazil Ketika Guru Isa membantah dan
mengatakan bahwa sekali ini tentu perdamaian akan tiba.

f. Resepsi terhadap bahasa


Gaya bahasa yang dipakai dalam novel Jalan Tak Ada Ujung
karya Mochtar Lubis ini sangat khas dan bisa dikatakan bahasa sehari-
hari. Tidak banyak makna tersimpan yang dipakai dalam setiap
kalimatnya dan penggunaan kata-kata yang indah. Penggunaan majas
perbandingan sebagai contoh kutipan berikut:
“Keraudian dia meludah ke tanah, berat seperti kelereng.”
“Dan matahari seperti bola merah di atas langit yang hitam kelam. Guru Isa
merasa panas sekali, dan dadanya rasanya sesak bernapas dalam udara yang
beratseperti timah.”
“Lagu bagai topan membadai, perasaan mengamuk.”
“Pak Damrah bagai kaku duduk di atas bangkunya.”

Adapun bahasa makian atau kasar yang digunakan dalam novel


ini, seperti pada kutipan berikut:

“Mobil setan!” sumpah Amran mendongkol.


“Persetan!” sumpahnya. “Kenapa mesti saban pagi mesti ada tembakan?”
“Mampus lu, anjing Sukarno! Mau merdeka? Ini merdeka!”
“Bangsat dia! Pura-pura membantu perjuangan.”
Dapat dilihat bahwa bahasa yang digunakan dalam novel ini
mengandung beragam macam bahasa keseharian dan mudah di
pahami walaupun tidak terlalu mengandung bahasa yang indah dan
estetika seni nya.

g. Resepsi terhadap pesan atau amanat


Amanat yang terkandung dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya
Mochtar Lubis adalah apabila kita telah memilih sesuatu atau terjun
kedunia tersebut maka perjuangan yang harus ditempuh itu tak ada
akhirnya. Setiap individu pasti mempunyai ketakutan yang berbeda,
tetapi kita hidup didunia ini memang untuk memerangi rasa takut
tersebut mau menghindar dari masalah dan ketakutan itu justru semakin
membuat masalah menjadi keruh. Seperti pada kutipan berikut:
“…..jalan tidak ada ujung. Sekali dijalani harus dijalani terus, tiada habis-
habisnya.”

Dan ada satu kutipan lagi didapat dari dalam novel ini yang
menurut pembaca menarik karena pesan yang disampaikan bahwa
ketakutan ada dibawah kendali setiap individu, rasa takut itu takkan
hilang sampai kapan pun tapi kitab isa menetralisir ketakutan tersebut
adapun yang bisa mengendalikan hanya lah diri kita sendiri. Pada intinya
rasa takut tidak bisa dihilangkan namun bisa dikendalikan oleh setiap
individu. Kutipan itu berbunyi sebagai berikut:

“Manusia mesti belajar menguasai ketakutannya. Merasa takut adalah satu


perasaan yang sehat, dan kerja kita ialah melawan rasa takut.”
III. Penutup
Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ini berhasil dalam
menyampaikan apa yang terjadi pada zaman pasca kemerdekaan dan
mengajarkan bahwa ketakutan terbesar di dunia ini adalah pikiran kita sendiri.
Pembaca merasa Mochtar Lubis sukses menyampaikan maksud yang
terkandung dalam karya nya. Novel Jalan Tak Ada Ujung sebagai karya sastra
yang berperan cukup penting sebagai dokumen sejarah revolusioner saat
melawan Hindia-Belanda dapat mengisahkan revolusi pada zaman pasca
kemerdekaan. Pembaca meresepsi novel melalui unsur intrinsik yang bertema
“Seorang Guru yang hidup didampingi oleh ketakutan selama masa revolusi
atau pasca kemerdekaan” dan unsur ekstrinsik nya “Ketakutan adalah rasa
yang manusiawi semua individu pasti merasakannya, tetapi alangkah baik nya
jika kitab isa pandai mengendalikannya. Ketakutan hadir bukan untuk dihindari
tapi hadapilah sebab suatu saat nanti ia akan membuatmu menjadi pribadi
yang lebih dewasa, kuat, bertanggung jawab, dan lebih baik.” Satu hal yang
ingin pembaca sampaikan yaitu kebebasan adalah pilihan dalam hidup, maka
jalanilah kehidupan dengan baik jasmani dan rohani tidak perlu hiraukan apa
yang orang lain pikirkan tentang mu, hiduplah menjadi sebenar-benarnya
dirimu dan jangan berpura-pura. Bebas.
Daftar Pustaka

Lubis, Mochtar. Jalan Tak Ada Ujung. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.2003.

Rokhmansyah, Alfian. “Pembaca dalam Resepsi Sastra” Diakses pada


https://alfianrokhmansyah.blogspot.com/2011/01/pembaca-dalam-
resepsi-sastra.html pada 06 Desember 2022 pukul 21.00 WIB

Lutfiyani, Vivi. “Analisis Novel Jalan Tak Ada Ujung: Mochtar Lubis” Diakses
pada https://vivilutfiyani.blogspot.com/2013/06/ Pada 07 Desember
2022 pukul 10.30 WIB

Hasim. 2016. Pendidikan Karakter dalam Novel Harimau-Harimau dan Jalan


Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis (Kajian Hermeneutika). Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar
Lampiran

Identitas Novel :

Judul : Jalan Tak Ada Ujung

Nama Pengarang : Mochtar Lubis

Nama Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tebal Buku : vi+167 hlm; 11x 17 cm.

ISBN : 978-979-461-980-3

Keterangan :

Cetakan Pertama : 1952

Cetakan ketiga sampai kedelapan diterbitkan oleh PT. Dunia Pustaka Jaya

Cetakan Kesatu : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, April 1992

Cetakan Keempat : Januari 2001

Cetakan Ketujuh : Februari 2016


Sinopsis

Jakarta selama bulan-bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


tanggal 17 Agustus 1945, adalah kota yang dicekam ketegangan.

Ketegangan antara kelompok pemuda pejuang kemerdekaan dengan berbagai


kesatuan tantara Jepang yang menunggu kedatangan tantara Sekutu, karena
pemuda-pemuda pejuang kemerdekaan sedang asyik mengumpulkan
persenjataan dari pasukan Jepang, dan juga ketegangan dalam hati seluruh
rakyat Indonesia mengenai siapakah yang akan datang pertama dari tantara
Sekutu, tantara Inggris, atau Belanda?

Itulah “setting” novel Jalan Tak Ada Ujung ini, yang mengisahkan pejuang-
pejuang seperti Hazil, pemusik yang bersemangat berapi-api, Guru Isa yang
lembut hati dan tidak suka pada kekerasan, istrinya yang merindukan kasih
lelaki. Perlawanan terhadap tantara Belanda yang hendak menjajah Indonesia,
kehangatan cinta, semangat perjuangan berkobar, ketakutan, kejahatan
manusia terhadap manusia, penemuan diri di bawah siksaan, dan kemenangan
manusia dalam pergaulan dengan dirinya sendiri, dan kekejaman peperangan.

Anda mungkin juga menyukai