Kementerian Agama Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang Jalan Bandung Nomor.7, Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, kode pos 65113
Malang, 9 April 2020
Literasi Buku Fiksi Judul Buku : Komet Pengarang : Tere Liye Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jenis Buku : Fiksi (Novel Fantasi) Tebal Halaman : 384 halaman Harga Buku : Rp 95.000,00 Sinopsis Buku ini mengisahkan tentang tiga sahabat yang selalu bersama-sama berjuang dengan melalui berbagai rintangan dari berbagai dunia paralel pula. Selain itu, buku ini merupakan buku ke enam dari serial bumi. Di episode pertama ini, diawali dengan tokoh utama Raib yang sedang ditanyai ayahnya bahwa ia hendak kuliah di mana. Kemudian ketika di sekolah, Ali tidak masuk. Seperti biasa, ia selalu sibuk dengan eksperimen di basement bawah rumahnya. Raib dan Seli juga bersekolah seperti biasa layaknya anak SMA. Hari itu, Pak Gun guru biologi sedang menerangkan tentang pohon dengan masa pembuahan terlama di dunia. Raib penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Ali di rumahnya. Sepulang sekolah, Raib dan Seli pergi ke rumah Ali dengan menaiki angkot. Sesampainya di sana, mereka berdua langsung pergi ke basement bawah rumah. Mereka terkejut melihat ruangan Ali yang bersih, karena sebelumnya tidak pernah bersih. Ternyata Ali telah membuat portal antar dunia paralel yang kecil.Mereka berbincang bincang dan memutuskan untuk pergi ke klan matahari esok harinya. Raib pulang ke rumahnya. Ia takut untuk izin kepada orang tuanya. Tapi akhirnya ia dapat berbicara kepada mereka. Ibu Raib terlihat sedih. Paginya, Raib berangkat menaiki ILY dengan Ali, Seli, dan Miss Selena. Raib membuka bukunya dan membuat portal antar klan. Satu menit melintasi portal, mereka tiba. Mereka persis mendarat di salah satu tribun utama stadion yang digunakan lomba untuk mencari bunga matahari pertama yang mekar, seperti mereka dulu. Mala-tara-nata II langsung mengajak mereka untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Si Tanpa Mahkota. Armada tempur empat klan juga bersiap-siap. Tak diduga, Si Tanpa Mahkota muncul di tengah stadion. Pertempuran besar pun terjadi antara pihak lawan dan empat klan besar. Bunga matahari pun muncul. Semua menjaga agar Si Tanpa Mahkota tidak mengambilnya. Tapi Si tanpa Mahkota sangat kuat. Ia pun mengambil bunga itu dan langsung membuka portal menuju suatu tempat. Namun, Ali mengikutinya. Menyusul pula Raib dan Seli. Beberapa detik kemudian, Raib, Seli dan Ali mendarat di sebuah pulau yang tidak diketahui keberadaannya. Mereka pun memutuskan untuk mengelilingi pulau kecil itu. Namun tempatnya selalu sama. Dua hari pun terlewati dengan sia-sia. Mereka kelaparan. Ali melihat beberapa perahu yang berisikan buah. Dia pun mengambilnya. Tapi, Raib melarangnya karena bukan miliknya dan dia pun memberikan bekal buatan ibunya. Pulau itu bernama Pulau Hari Senin. Seusai Ali menghabiskan bekal Raib, seorang kakek tua sekitar tujuh puluh tahun datang. Ia mengajak mereka menuju suatu tempat bawah tanah. Ternyata, perkampungan berada di bawah tanah. Penduduk membangunnya untuk menghindari perompak dan hewan besar dan buas. Kakek tersebut mengajak mereka ke rumahnya dijamu makan minum. Terdapat istrinya Nay, dan namanya sendiri Kay. Seusai istirahat, mereka ingin bergegas mencegah Si Tanpa Mahkota, yang petunjuk setelahnya berada di pulau selanjutnya, Pulau Hari Selasa Masalahnya, mereka tidak tahu cara mengendalikan perahu. Tapi Ali selalu saja mencoba. Ia dapat memasang layar walau terbalik, dan dibenarkan kembali. Sang kakek tiba-tiba menghilang tanpa jejak pulang. Tidak berpikir lama, mereka langsung menuju ke petunjukn berikutnya. Dengan menggunakan kekuatan dentuman oleh Raib dan Ali, perahu dapat terdorong jauh. Mereka bergantian melakukannya. Raib dan Ali melakukannya secara bergantian. Lama sekali mereka di lautan, bahkan bias lebih dari enam jam. Ali pun menyalahkan Seli dan adu mulut dengannya. Tanpa disadari perahu mereka berbelok sedikit yang akhirnya dapat merubah perjalanan. Merkeka tak tahu mengapa belum sampai di pulau berikutnya. Mereka memutuskan untuk bergantian menjaga pada malamnya. Seli memutuskan untuk menjaga terlebih dahulu. Ia tidak membangunkan kedua sahabatnya untuk berjaga karena ia ingin berkorban setelah tidak dapat membantu Raib dan Ali. Masih terlalu pagi, tiba-tiba ada cahaya. Ali langsung mendorong perahunya hingga ke cahaya tersebut. Ternyata itu bukan matahari, melainkan kapal yang terbakar. Ada satu kapal lagi tetapi tidak terbakar. Ternyata perompak sedang menjarah kapal lain. Rain dan kedua sahabatnya pun naik menolong. Tapi, teknik bertarung perompak itu sungguh diluar dugaan. Mereka dapat menebak arah serangan . Ali pun memiliki ide dengan menggunakan serangan tipuan. Akhirnya perompak dapat dikalahkan dan lari menaiki kapal mereka. Mereka menyelamatkan seseorang. Ketiga sahabat itu mendatangi orang tersebut lalu membebaskannya dari krangkeng. Seli menggunakan kekuatan panasnya. Pemuda tersebut bernama Max. Ia seorang kapten kapal yang sendiri di kapal itu. Sebagai gantinya karena telah menyelamatkan, Max mengemudi perahu untuk sampai ke pulau Hari Selasa. Akhirnya mereka sampai. Di tempat itu mereka baru menyadari bahwa klan yang mereka pijaki sekarang ini adalah Klan Komet. Terdapat beberapa hewan yang aneh seperti ikan berkepala dua dan lain-lain. Ali tidak tertarik dan ia memutuskan untuk pergi ke restaurant terdekat. Mereka bertemu dengan seseorang yang mirip sekali dengan paman Kay. Panggilannya adalah Kakek Kay dan ia adalah saudara kembar paman Kay. Max kembali ikut rombongan ketiga bersaudara. Setelah makan mereka menuju ke sebuah pertemuan di aula. Aula pulau berada di bawah tanah, sama seperti pulau Hari Senin. Pembawa acaranya datang yang ternyata adalah Kakek Kay. Penduduk sedang membahas masalah-masalah yang ada di pulau tersebut. Kebanyakan masalahnya adalah perompak. Tiba-tiba seorang anak perempuan bernama Cindanita meminta pertolongan untuk dicarikan bonekanya yang sudah hilang lama sekali. Setelah itu Kakek Kay menutup acara dengan memukul lonceng. Raib ternyata ingin menolong anak itu. Ia meminta bantuan kepada dua sahabatnya. Namun dua sahabatnya menolak. Terjadilah pertengkaran singkat diantara mereka. Rai jua mengatakan ia tidak akan melanjutkan perjalanan sampai bonekanya ketemu. Diambillah voting yang akhirnya Seli setuju untuk mencarinya. Tiba-tiba Kakek Kay muncul begitu saja. Ia memberi petunjuk dengan adanya bintang laut yang dapat berjalan. Rupanya yang mencuri barang-barang penduduk adalah hewan tersebut. Ali pun memiliki ide untuk mengikuti hewan tersebut. Mereka terus memperhatikan bintang-bintang laut tersebut. Seli tidak bisa menahan tawanya karena hewan itu lucu sehingga bintang lautnya pun pergi. Beberapa saat kemudian Muncul bintang-bintang laut lagi. Mereka pun mengikuti hewan-hewan itu. Max mengemudikan perahu. Bintang- bintang laut itu ternyata tinggal tak jauh dari pulau Hari Selasa. Mereka tinggal di gua yang lebarnya sekitar lapangan bola. Tiba-tiba salah satu bintang laut melihat kedatangan Manusia. Mereka masuk ke dalam lubang sarang. Seketika itu ada bintang laut raksasa sekitar empat puluh meter. Ali mengecohkan perhatiannya saja karena bintang laut itu tidak bisa diserang. Raib dan Seli mencari boneka Cindanita yang hilang. Salah satu bintang kecil memberinya boneka yang terdapat nama si pemilik. Mereka bertiga pun langsung keluar dan menaiki perahu. Setelah sampai, Kakek Kay langsung menyambut begitu saja. Ali berbau busuk setelah melawan bintang laut raksasa itu. Kakek Kay mengajak tigga sahabat bersama Max menuju ke restaurantnya. Mereka membersihkan diri dan makan dan dilanjutkan dengan tidur. Paginya mereka pergi ke ujung batu yang tinggi. Kakek Kay memberi tahu untuk mendapatkan petunjuk berikutnya dengan datang ke Pulau Hari Rabu. Mereka kemudian pergi dan Max ikut untuk mengendalikan perahu. Mereka sampai di Pulau Hari Rabu pada sore hari. Disana terlihat seorang kakek tua yang sedang menanam padi. Mereka mengunjunginya. Kakek tersebut mirip sekali dengan Kakek Kay dan Paman Kay. Dia dipanggil Petani Kay. Petani itu suka sekali bicara sampai lupa matahari hamper tenggelam. Kemudian mereka diajak masuk. Petani Kay menyiapkan makanan. Mereka berlima makan sambil berbicara. Sampai larut malam Petani Kay masih berbicara. Hanya Seli yang sanggup mendengarkan dengan antusias untuk petani tersebut karena petani itu tinggal sendirian di pulau itu. Paginya, mereka bertiga kesiangan. Mereka pergi keluar rumah dan ternyata padi yang baru kemarin ditanam hari itu langsung siap dipanen. Siklus di Klan Komet memang berbeda. Tiba-tiba ada awan hitam datang dengan sangat cepat membentuk formasi. Itu adalah jutaan burung yang dapat terbang meliuk sana sini. Raib dan kedua sahabatnya bertarung dengan jutaan burung itu. Burnung tersebut seperti transformer yang dapat berubah bentuk dan memiliki akal. Mereka kemudian merubah diri mereka menjadi kepala tida dan empat sayap. Ali berusaha mencari cara untuk mengalahkan burung tersebut. Di dada burung itu terdapat burung yang berwarna emas. Seli dan Raib berusaha menangkapnya dan dibekukan oleh Raib. Kawanan burung hitam pun pergi tanpa adanya pimpinan mereka. Mereka kemudian dijamu makanan oleh Petani Kay. Seperti biasanya petani suka berbicara panjang lebar. Tak lama kemudian Ali mengingatkannya. Mereka diberi petunjuk selanjutnya untuk datang ke Pulau Hari Jumat. Mereka menaiki kapal pada sore harinya. Awak kabin sangat bersahabat. Ali menantang adu panco dan ibu jari pada mereka. Ali memenangkannya. Mereka bercanda setiap saat. Raib bermimpi ketika tidur. Ia terbangun ketika mendengar suara ledakan. Ternyata delapan perompak sedang menjarah kapal yang ditumpanginya. Terjadilah pertarungan dahsyat antara dua pihak. Tetapi yang namanya perompak tetaplah perompak. Mereka lebih tangguh daripada lawan sebelumnya. Namun, Ali yang super jenius itu memiliki cara untuk mengalahkan mereka, yakni dengan menggunakan serangan tipuan berkali-kali. Awak perompak pun tumbang satu per satu. Muncullah kapten perompak bernama Dorokdok-dok. Ia sulit dikalahkan walau denhan berkali- kali serangan tipuan. Raib, Seli dan Ali pun tertangkap dengan jaring perak. Ali terus meraung, namun jarring perak semakin erat. Berkali-kali ia mencobanya. Tiba-tiba, Raib mendengar suara orang kesakitan. Mereka adalah perompak. Entah kenapa kesakitan. Raib dan dua sahabatnya dibawa ke sebuah ruang. Di sana terdapat sekitar lima puluh perompak yang kesakitan. Seorang yang dipanggil ”dokter” pun datang. Raib dan kedua sahabatnya pun diberi kelonggaran untuk makan. Raib kemudian berkata bahwa ia dapat menyembuhkan penyakit. Perompak pun melepaskannya. Dokter berkata bahwa penyakit ini mucul karena efek samping dari menggunakan senjata. Raib mengeluarkan satu persatu racun di tubuh mereka. Sayangnya, Raib hanya dapat menyelamatkan separuh dari seluruh perompak yang kesakitan. Raib kemudian dibawa ke suatu ruang. Di sana terdapat Dorokdok- dok. Ia juga kesakitan. Namun, Raib dapat menolongnya. Raib, Seli dan Ali pun dapat tidur di ruangan yang mewah di Pulau Hari Kamis. Pagi-pagi, perompak membawakan makanan untuk Raib dan kedua sahabatnya. Mereka pun dibawa untuk menemui Dorokdok-dok. Dorokdok- dok mengangkat mereka sebagai anggota perompak. Ketiga sahabat itu meminta beberapa permintaan seperti membebaskan awak kapal yang lalu, memberi izin untuk pergi ke Pulau Hari Jumat, dan bertanya tentang pulau dengan tumbuhan yang aneh itu. Mereka pun pergi untuk mencari petunjuk berikutnya. Mereka melakukan perjalanan dengan menaiki kapal. Perjalanan berjalan lancer. Sesampainya di sana mereka disambut oleh petugas yang bernama Zam. Petugas itu mengantar mereka ke rumahnya untuk beristirahat. Mereka menempati singgasana yang nyaman setelah berada di lingkungan yang tidak menyenangkan. Tak lama kemudian, Petugas Zam mengantar mereka menuju istana pulau. Istana itu sangat indah. Di sana telah menunggu seorang pemimpin Otoritas Pulau Hari Jumat. Kagetnya, pemimpin tersebut mirip sekali dengan Kay-Kay sebelumnya. Setelah percakapan singkat, tiba-tiba terdengar suara ledakan. Dorokdok-dok menembus benteng pulau. Ia berkata bahwa ia telah memanfaatkan tiga sahabat. Terjadilah pertempuran antara perompak dan pasukan Pulau. Pada akhirnya, dimenangkan oleh Dorokdok-dok. Ia kemudian mengambil lima cincin yang berada di tangan Pemimpin Otoritas dan kemudian menjadi pemimpin yang baru. Setelah Dorokdok-dok menguasai pulau itu, ia menjadi raja. Penampilannya sudah berbeda. Ia menjadi baik, ramah, dan lembut. Ia memberi petunjuk untuk datang ke Pulau Hari Sabtu untuk menemui Pelaut Kay, sang pemegang kunci lautan. Ia memberikan sebuah kabal yang sangat cepat. Max mengemudi kapal. Ia mengemudinya sampai pagi. Ketika pagi, terdapat sekawanan kuda nil yang dapat terbang di atas permukaan air. Ketika sarapan, mereka terganggu oleh kuda nil yang tersangkut di layar. Perjalanan berjalan lancar. Baru saja membuka bungkus makanan, tiba-tiba terlihat sebuah pulau besar dalam radius sepuluh kilometer. Mereka membelokkan kapal karena jelas-jelas itu bukan pulau yang dituju karena masih sekitar empat jam lagi. Pulau tersebut muncul lagi hingga ke tiga kalinya. Kali ini benda raksasa itu mengejar mereka. Terluhat dalam radius satu kilometer bahwa benda itu adalah gurita raksasa sebesar gunung, Max berusaha kabur dari hewan itu dibantu Raib dan Ali. Terlambat, gurita itu menghantamkan salah satu tentakelnya sehingga dapat menghancurkan kapal. Raib memiliki ide untuk menyerap cahaya. Kata Ali, gurita tidak dapat melihat dalam gelap. Setelah kapal hancur, mereka pergi dengan berenang. Raib dan tiga lainnya bergantian untuk mendorong sebilah papan. Beberapa papan dibangun dan diikat. Mereka sangat lelah terutama Seli. Raib dan Ali juga lelah karena masih sepuluh jam untuk mendorong dengan papan itu. Paginya, Seli membangunkan Raib dan Ali. Namun mereka berdua tak kuat menopang tubuh. Terlihat dua orang dari pulau seperti menjemput mereka. Ketika sadar, terdapat Bibi Nay dan Paman Kay di sebuah rumah. Mereka pikir itu adalah Pulau Hari Senin. Namun Paman Kay menjelaskan bahwa mereka sedang berada di Pulau Hari Sabtu. Mereka dihidangi masakan buatan Bibi Nay. Pada akhirnya, Paman Kay menjelaskan bahwa sebenarnya mereka telah diuji.Ujiannya adalah kejujuran, kepedulian, kesabaran, kecerdasan, ketulusan dan ketangguhan. Ia adalah Pelaut Kay. Ia membawa cermin yang didalamnya terlihat sebuah kapal yang menuju Pulau Hari Minggu untuk memetik buah yang siklusnya dua ribu tahun sekali. Namun, ada syaratnya. Mereka harus membunuh Paman Kay dan Bibi Nay. Jelas sekali ketiga sahabat tersebut memutuskan untuk menolaknya walau rasanya pahit karena mereka sudah melalui sejauh ini. Seketika itu, Paman Kay meluluskan ujian terakhir yaitu ujian melepaskan. Tidak ada satu pun di hati mereka niat jahat. Maka, berangkatlah tiga sahabat disusul oleh Max. Tak lama kemudian, tiba-tiba Max melepaskan tiga jarring perak. Tiga sahabat terheran-heran karena Max tidak memiliki kekuatan. Max bertransformasi menjadi manusia gagah. Ternyata ia adalah Si Tanpa Mahkota. Ia dulu pernah di klan Komet namun tidak lolos ujian terakhirnya karena ambisinya. Ia lalu mengelabui ketiga sahabat tersebut. Raib dan Seli menangis terisak. Sementara, Ari meraung keras. Si Tanpa Mahkota memetik buah ranum itu. Petualangan ini sama sekali belum berakhir.