Anda di halaman 1dari 2

1.

Sinopsis Novel Gadis Pantai


Roman ‘Gadis Pantai’ menceritakan tentang seorang Gadis Pantai
(namanya memang demikian, alias tidak memiliki nama) sebagai tokoh utama. Ia
adalah gadis belia dari pesisir pantai utara Jawa Tengah, di sebuah kampung
nelayan yang miskin, berlokasi di Rembang. Tak seperti perempuan pesisir pada
umumnya yang berkulit hitam, Gadis Pantai ini berkulit putih bersih dengan mata
sipit. Kecantikanya memikat hati seorang pembesar santri setempat yang tinggal
di kota, yaitu seorang yang bekerja pada administrasi Belanda. Pembesar yang
disebut ‘Bendoro’ itu tinggal di sebuah Gedung Besar di kota Rembang. Gadis
Pantai yang baru berusia 14 tahun itu, dipaksa oleh Emak dan Bapaknya untuk
menikah dengan Bendoro dengan harapan ia akan bahagia sekaligus mengangkat
derajat Emak dan Bapaknya jika bersedia diboyong ke Keresidena atau Gedung
Besar tempat tinggal Bendoro.
Pernikahan antara Gadis Pantai dengan Bendoro hanya diwakili oleh
sebilah keris. Hal ini dikarenakan Gadis Pantai hanya dijadikan istri
sementaranya, teman seranjang, dan bukan sebagai teman hidupnya.Pernikahan
yang sesungguhnya bagi Bendoro adalah pernikahan dengan wanita priyayi yang
sederajat dengan dia.
Setelah Gadis Pantai menikah dengan Bendoro, kemudian ia dibawa ke
Gedung Besar tempat tinggal Bendoro. Mula-mula Ia merasa seperti dalam
“penjara”, ia hanya bisa berkomunikasi dengan seorang pelayan tua atau biasa
disebut “sahaya”, tidak boleh bertemu dengan orang lain. Berbeda seperti ketika
di kampungnya yang bebas bermain sepuasnya. Namun lambat laun, melalui
cerita-cerita dan nasihat-nasihat dari pelayan tuanya itu, Gadis Pantai luluh dan
mengerti apa yang harus dilakukan yaitu mengabdi dan taat kepada Bendoro yang
tak lain adalah Suaminya.
Gadis Pantai juga mulai mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang
berguna, sepertimanyulam, membatik dan belajar mengaji yang tentunya
semuanya diajarkan oleh gurunya. Ditahun kedua pernikahanya dengan Bendoro,
ia mulai lebih mengakrabkan diri dengan Bendoro. Apabila ditinggal pergi
Bendoro, ia merasa kesepian dan menjadi pencemburu, karena ia telah memahami
kedudukanya sebagai ‘Wanita Utama’ walaupun hanya sementara. Ditahun kedua
itu juga pelayan tuanya diusir oleh Bendoro dari Gedung Besar, karena suatu
masalah yang tidak begitu besar.Hal ini membuat Gadis Pantai merasa kesepian
dan merasa tak ada lagi pembimbing bagi dirinya ketika ada suatu masalah.
Tentu saja ada yang tak suka dengan keberadaan Gadis Pantai di rumah
Bendoro, terutama dari keluarga besar si Bendoro sendiri.Mereka mengharapkan
Bendoro secepatnya mengambil istri yang sederajat. Seorang Bendoro Demak
yang menginginkan putrinya kawin dengan si Bendoro akhirnya mengutus
Mardinah untuk menghabisi Gadis Pantai, dengan imbalan Mardinah akan
diangkat menjadi istri kelima. Rencana dilaksanakan ketika Gadis Pantai pulang
ke rumahnya di pinggir pantai, namun gagal.
Gadis Pantai kemudian hamil dan kemudian ia melahirkan seorang bayi
perempuan. Menurut suaminya, anak perempuan tidak ada gunanya dan tidak
lebih baik dari anak laki-laki. Tapi 3 bulan kemudian, Gadis Pantai “diceraikan”,
dan dipulangkan dengan paksa, serta anaknya harus ditinggal di rumah Bendoro.
Dengan hati hancur Gadis Pantai meninggalkan anaknya di rumah si Bendoro.Ia
malu dengan keadaannya yang tak bersuami, tak punya rumah, dan anaknya
dirampas oleh Bapaknya sendiri, Gadis Pantai memutuskan untuk tidak pulang ke
kampung halamannya. Tapi ia berbelok ke selatan, ke wilayah Blora. Selama
sebulan setelah kepergiannya, ia selalu mengawasi keadaan rumah si Bendoro.
Namun setelahnya, ia tak kelihatan lagi.

Anda mungkin juga menyukai