Anda di halaman 1dari 6

Dunia Narnia, Dunia di Balik Lemari

Judul : The Chronicles of Narnia :


#2 Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari
Penulis : C. S. Lewis
Penerjemah : Donna Widjajanto
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : II, Sept 2005
Tebal : 232 hlm; ilustrasi
ISBN : 979-22-1458-5
Berpetualang di dunia khayal dengan membaca karya-karya fantasi sangatlah
mengasyikan, apa yang tak mungkin terjadi di dunia nyata dapat saja terjadi di
dunia fantasi. Cerita fantasi memang cerita khayal, cerita dimana seringkali fakta
dan realita dijungkirbalikkan untuk menambah keasyikan pembacanya berkelana di
dunia tanpa batas. Walau semua hanya khayalan dan tampaknya tak masuk akal,
namun bukan berarti cerita fantasi hanya menyajikan kebohongan dan lamunan sang
pengarangnya saja. Tak jarang tokoh-tokoh dalam cerita fantasi merupakan
cerminan yang sesungguhnya dari kejadian yang ada di dunia nyata, tak jarang kisah
fantasi juga dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai positif dan
membangun kesadaran pembacanya akan kenyataan atau realita yang mereka
hadapi di dunia nyata.
C.S. Lewis (1898-1953) penulis dari kisah fantasi The Chronicles of Narnia ini
sepertinya mencoba menyampaikan beragam makna positif yang secara halus tersaji
dalam rangkaian kisah petualangan di dunia Narnia, dunia khayal yang bisa dimasuki
manusia lewat sebuah lemari baju! Buku pertama cerita fantasi dunia Narnia yang
ditulis Lewis -The Lion, The Witch, and The Wardrobe-selesai ditulis pada tahun
1949. Walau awalnya Lewis tak berencana untuk melanjutkan kelanjutan dari kisah
Narnia namun ketika buku ini mendapat sambutan yang baik dari pembacanya
secara berkesinambungan Lewis membuat keenam buku lainnya sehingga buku ini
adalah buku yang mengawali serial Petualangan Narnia yang terdiri atas tujuh buku.
Serial Petualangan Narnia secara apik memadukan petualangan, humor, fantasi, dan
alegori, serta telah menjadi karya klasik dan menjadi buku monumental dalam
khazanah bacaan fantasi anak-anak dunia. Begitu terkenal dan monumentalnya kisah
Narnia membuat pengarang cerita fantasi masa kini seperti JK Rowling dan
Christopher Paolini mengaku banyak terpengaruh oleh karya2 C.S. Lewis
The Lion, the Witch, and The Wardrobe yang diterjemahkan oleh Gramedia menjadi
Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari bersetting pada saat berkecamukanya Perang
Dunia II, empat anak London, Peter, Susan, Edmund, dan Lucy diungsikan ke rumah
yang sangat besar milik seorang profesor, rumah tersebut memiliki banyak ruang di
dalamnya sehingga membuat keempat anak itu merasa tertantang untuk menjelajahi
seluruh ruangan yang ada.
Ketika hari hujan mereka menjelajah rumah besar itu dan menemukan sebuah ruang
kosong berisi lemari besar. Ketiga anak lain segera meninggalkan ruangan itu, tetapi
Lucy yang masih penasaran segera membukanya, masuk kedalam lemari, ketika
menyibakkan mantel-mantel yang terdapat di dalamnya, Lucy merasakan dirinya
tertusuk ranting pohon dan menginjak tanah bersalju!

Ternyata lemari besar tersebut membawanya memasuki negeri yang kelak ia ketahui
bernama Narnia, suatu negeri yang selalu mengalami musim dingin namun tak
pernah ada Natal gara-gara ulah si penyihir jahat yang menguasai negeri Narnia
dengan kutukannya. Dalam kunjungan itu Lucy bertemu dengan Tumnus, manusia
setengah kambing yang menceritakan kejadian buruk yang sedang terjadi di negeri
Narnia.
Beberapa jam lamanya Lucy singgah gua Tumnus di Narnia namun anehnya, ketika
ia kembali ke ruang kosong tadi, kakak-kakaknya masih di ruang sebelah dan tidak
merasa kalau Lucy sudah pergi begitu lama. Karena itu mereka sulit untuk
mempercayai Lucy yang bercerita mengenai negeri Narnia, dan memang ketika Lucy
mencoba mengajak keempat kakak-kakaknya untuk masuk ke lemari tadi ternyata
memang tidak terjadi keanehan apapun dan lemari itupun berujung kayu biasa yang
tak bisa ditembus siapapun.
Ketika bermain petak umpet secara tak disengaja Edmund bersembunyi di lemari
tersebut dan sama seperti yang dialami Lucy iapun memasuki negeri Narnia, namun
yang ditemui Edmund kali ini adalah penyihir jahat yang mencoba membujuknya
untuk mengajak ketiga kakaknya untuk menemuinya di istana sihirnya.
Esoknya ketika keempat anak itu mencoba bersembunyi dari pengurus rumah yang
sedang mengantar tamunya untuk berkeliling rumah, keempat anak itu masuk ke
dalam lemari di ruang kosong tersebut dan setelah menyibak mantel-mantel yang
terdapat dalam lemari itu merekapun mendapati bahwa mereka telah berada di
negeri Narnia yang dingin bersalju!. Ketika mereka hendak mengunjungi Tumnus
yang pernah ditemui Lucy ternyata gua tempat tinggal Tumnus telah hancur dan
mereka mendapati selebaran bahwa Tumnus telah ditangkap si penyihir karena
dianggap telah menolong Lucy dan tidak menyerahkan Lucy pada saat kunjungannya
yang pertama pada penyihir yang menjadi penguasa Narnia. Kecuali Edmund yang
diam-diam pergi untuk menemui penyihir, merekapun bertekad menyelamatkan
Tumnus.
Ternyata kedatangan mereka telah diramalkan dalam sebuah syair kuno Narnia.
Aslan sang singa, penguasa tertinggi bumi Narnia, juga telah muncul kembali untuk
menghadapi si penyihir. Akhirnya memang keempat kakak beradik itu bersama
dengan Aslan akan berperang melawan kekuatan jahat si penyihir putih. Karena
menurut ramalan kuno tersebut hanya keempat anak serta singa agung, Aslan yang
kelak bisa mematahkan kutukan jahat si penyihir itu.
Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1950; buku ini merupakan seri pertama
dalam seri Narnia menurut urutan penerbitnya. Pada tahun 90-an buku ini pernah
diterjemahkan oleh penerbit Dian Rakyat, sayang setelah buku ini habis di pasaran,
penerbit Dian Rakyat tak pernah menerbitkannya lagi hingga akhirnya buku ini
kembali diterjemahkan dan diterbitkan oleh Gramedia.
Selain diterjemahkan dengan baik langsung dari karya aslinya buku terjemahan ini
dihiasi pula oleh ilustrasi apik karya Pauline Baynes seperti pada buku aslinya.
Pauline Baynes inilah akhirnya yang membuat ilustrasi untuk seluruh buku dalam seri
The Chronicles of Narnia. Diawali dengan Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari di
tahun 1949, kariernya sebagai ilustrator pun kian berkembang.
Walau buku ini diperuntukkan bagi anak-anak namun bukan berarti buku ini tak

layak dibaca pembaca dewasa, kepiawaian Lewis dalam meramu ceritanya membuat
buku ini bisa dinikmati pembaca dewasa dengan tak kalah menariknya. Persahabatan
Lewis dengan JRR Tolkien (penulis Lord of The Rings) berpengaruh pada Lewis dalam
memadukan penalaran dan imajinasi, sehingga Lewis dengan piawai berhasil
menyampaikan nilai-nilai positif yang dipercayainya dalam bentuk tulisan yang
imajinatif.
Ada banyak nilai moral yang didapat ketika membaca buku fantasi ini, buku yang
nampaknya hanya diperuntukkan bagi anak-anak ini ternyata memberikan gambaran
yang utuh tentang sebuah semesta yang utuh dan bermoral. Pesan-pesan moral
disampaikan oleh Lewis secara halus, luwes dan tidak mengganggu alur cerita
sehingga buku ini dan seri-seri selanjutnya dari The Chronicles of Narnia akan tampil
sebagai kisah yang menyentuh hati dan sekaligus menggugah akal budi.

Bekal Berpetualang di Dunia


Narnia
Judul: Let's Go Into Narnia: Mengenal Lebih Dekat Dunia Ajaib C. S. Lewis
Penulis: Arie Saptaji
Penerbit: Gradien Books
Cetakan: 1 & 2, Juli 2005
Tebal: 136 hal
ISBN: 979-3574-08-9

Pembaca fiksi fantasi tanah air patut bersyukur dengan


diterbitkannya kembali karya fiksi fantasi klasik C.S. Lewis
- The Chronicles of Narnia oleh penerbit Gramedia. Lebih
dari sepuluh tahun yang lalu Narnia pernah diterjemahkan
dan diterbitkan oleh penerbit Dian Rakyat. Sebelum
diterbitkan kembali, praktis buku-buku seri Narnia sudah
sulit untuk dicari dan hanya dapat ditemui di lapak-lapak
buku bekas tanah air. Tak heran banyak pembaca fiksi
fantasi tanah air masih merasa asing dengan nama CS.
Lewis dan Narnia. Untuk itu, seiring dengan diterbitkannya kembali
kisah petualangan Narnia, Arie Saptaji meluncurkan karyanya "Let's
Go Into Narnia" - Mengenal Lebih Dekat Dunia Ajaib C.S Lewis - bagi
para penggemar dan calon penggemar Dunia Narnia.
Buku tipis (136 hal) ini ditulis oleh Arie Saptadi, penulis beberapa
buku dan penggemar Narnia. Berawal dari pertemuan penulis dengan
sebuah seri akhir Narnia yang terselip di rak buku bacaan anak-anak
sebuah Toko Buku di Jogya, penasaran ketika membaca penulis
Narnia -C.S Lewis - yang selama ini hanya ia temukan melalui kutipankutipan disejumlah buku karya penulis lain, ia pun segera melahap
buku Narnia tersebut hanya dalam satu malam. Terpesona oleh daya
tarik petualangan fantasi Narnia maka ia pun segera mencari seri-seri
lainnya yang sudah tak mudah lagi karena pada saat itu buku seri
Narnia sudah 'out of print'. Setelah berhasil melangkapinya dan
membaca ketujuh buku Narnia yang masing-masing diperolehnya
dengan cara unik, ia pun semakin tertarik dengan Narnia, pesona
Narnia ternyata membekaskan kesan istimewa dalam benaknya dan
memimpikan kapan ia bisa menggarap karya-karya sebagus itu (hal
97).
Mimpi Arie rupanya kini terwujud!. Dalam buku yang ditulisnya ini ia
mengenalkan kepada para penggemar dan calon penggemar Narnia

untuk mengenal lebih dekat dunia ajaib Narnia. Buku ini ditulis oleh
Arie secara singkat, padat dan jelas! Setelah kata pengantar dan
pendapat pembaca, buku ini dimulai dari biografi singkat CS Lewis
yang juga dikenal sebagai sarjana kritikus sastra yang menonjol di
Oxford dan Cambridge, pengarang fiksi ilmiah dan cerita anak yang
termasyur hingga penulis dan penyiar radio yang gigih membela iman
Kristen. Dalam bab ini terungkap juga persahabatannya dengan JRR
Tolkien, penulis Lord of The Rings yang sedikit banyak mempengaruhi
gaya penulisannya.
Buku ini selain menyajikan proses kreatif Lewis dalam melahirkan
Narnia, juga dilengkapi dengan sinopsis ketujuh buku Narnia yang
dijelaskan sebagai semacam sneak peak yang tentu saja dalam
sinopsisnya ini Arie berusaha untuk tidak membocorkan ending cerita
demi kenikmatan calon pembaca Narnia. Karena terdapat perbedaan
antara urutan penerbitan buku dengan kronologis internal, Arie juga
menyuguhkan bab mengenai urutan pembacaan Narnia, dengan bijak
Arie memberikan saran-saran darimana sebaiknya pembaca membaca
kisah Narnia, walau keputusan akhir diserahkan pada pembacanya
namun Arie menyimpulkan kalau Narnia dibaca tidak berdasarkan
urutan kronologis internal maka kisah petualangan Narnia akan
terasa "lebih nendang!"
Selain itu buku ini juga dilengkapi dengan bab Aneka Penafsiran, yang
sebenarnya ditujukan bagi pembaca yang telah menamatkan ketujuh
seri Narnia, untuk itu di awal pengantar dan di awal bab 'Aneka
Penafsiran' Arie memberi peringatan kalau bagian ini mengandung
bocoran dari kisah Narnia dan menyarankan bagi yang belum
membaca ketujuh seri Narnia agar melewatkan bagian ini.
Di bab-bab terakhir buku ini Arie mengetengahkan bab 'Keungggulan
Narnia '-Sebuah catatan pribadi- dan bab mengenai perbandingan
antara Narnia, Dunia Tengah (Lord of The Rings), dan Harry Potter.
Mungkin bab-bab ini yang paling menarik dari buku ini karena
pembaca buku-buku fantasi mau tak mau pasti akan bertanya-tanya
dan membanding-bandingkan dengan dua buku yang terlebih dahulu
telah dikenal di Indonesia. (Harry Potter dan Lord of The Rings)
Buku ini memang tak lepas dari penilaian subyektif pengarangnya
yang mengaku begitu terkesan dengan kisah petualangan Narnia (hal
97). Namun terlepas dari semua itu buku yang memang
diperuntukkan bagi pembaca Narnia di Indonesia ini sangat baik
dibaca oleh penggemar dan calon penggemar Narnia untuk
mengetahui siapa C.S. Lewis dan apa itu Narnia. Setidaknya buku ini
dapat menjadi 'bekal' yang cukup mengenyangkan bagi pembaca
Narnia untuk berpetualang ke dunia ajaib Narnia. Setelah dirasa

'bekal' itu cukup maka pembaca Narnia akan segera berkata "Let's Go
Into Narnia!" ***

Anda mungkin juga menyukai