Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SENI BUDAYA

“KAWIN CAI”

Disusun Oleh :
Adini Syafa Robiyan
Aziz Rizal Pratama
Gresya Vieamy P.
Naufal Nur F.
Rasya Adinda G.
XI MIPA 2

TAHUN AJARAN 2019/2020


SMA Negeri 1 Kuningan
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Swt, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya. Berkat rahmat dan hidayat serta inayat-Nya
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tanpa mengalami hambatan yang
berarti, oleh karena itu penulis memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah Swt.

Semua kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini, sepenuhnya
tanggung jawab sendiri.

Akhirnya, dengan makalah ini penulis persembahkan pada rekan-rekan sekalian.


Semoga menjadi titik sumbangan bagi pembangunan ilmu pengetahuan yang sangat
luas.

Kuningan, 04 September 2019

Penulis,

Daftar Isi
Cover …………………………………1

Kata pengantar …………………………………2

Daftar Isi …………………………………3

Bab I. Pendahuluan …………………………………4

1.1 latar belakang masalah …………………………………4

1.2 perumusan masalah …………………………………4

1.3 tujuan …………………………………4

Bab II. Pembahasan …………………………………5

2.1 sejarah Tradisi Kawin Cai …………………………………5

2.2 prosesi Tradisi Kawin Cai ..........................5

2.3 analisis tarian dalam prosesi Kawin Cai …………………………………6

2.4 makna filosofis Kawin Cai ..........................7

2.5 pesan tradisi Kawin Cai ..................8

Bab III. Penutup …………………………………9

3.1 kesimpulan …………………………………9

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era milenial ini masih terdapat banyak budaya yang tetap melekat di Kota
Kuningan, Jawa Barat. Salah satu budayanya adalah Kawin Cai. Saya selaku penulis disini
akan menjelaskan sejarah Kawin Cai, prosesi dari Kawin Cai, analisis tarian dan unsur-
unsurnya yang ada di dalam prosesi Kawin Cai, sampai ke makna dan pesan yang
terkandung dalam tradisi Kawim Cai ini. Selain itu juga, kita semua bukan hanya wajib
mengetahui tentang budaya kita sendiri, melainkan harus melestarikannya bersama-
sama agar budaya kita terus berkembang dan tidak diambil oleh negara lain.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Sejarah Tradisi Kawin Cai

1.2.2 Prosesi Tradisi Kawin Cai

1.2.3 Analisis unsur - unsur tarian yang ada di dalam prosesi Kawin Cai

1.2.4 Makna Filosofis Kawin Cai

1.2.5 Pesan Tradisi Kawin Cai

1.3 Tujuan

1. Untuk memperkenalkan budaya Kawin Cai dari Kuningan Jawa Barat

2. Untuk lebih mengetahui sejarah dan prosesi Kawin Cai

3. Untuk mengetahui unsur-unsur tarian yang ada dalam prosesi Kawin Cai

4. Untuk mengetahui makna filosofis dari Tradisi Kawin Cai

5. Untuk mengetahui pesan yang tersirat dalam Tradisi Kawin Cai

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tradisi Kawin Cai

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa: Waja’alna minal Mai kulla sai’in hayyin (Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup dari air). Melalui kitab sucinya, Allah SWT
memberikan petunjuk sangat jelas tentang kehidupan. Dijelaskan bahwa salah satu
aspek yang mendasar bagi sumber kehidupan adalah air. Air ini begitu penting
khususnya bagi masyarakat yang mengandalkan sumber penghidupan dari pertanian,
seperti masyarakat Babakan Mulya, Kecamatan Jalaksana, Kuningan. Karenanya
masyarakat Babakan Mulya memberi perhatian penting tentang Air. Salah satu bentuk
perhatian itu adalah dengan menyelenggarakan upacara adat kawin cai. Bagi
Masyarakat Babakan Mulya upacara adat, mungkin menjadi satu-satunya ekspresi akal
budi yang tersisa sebagai pemersatu masyarakat, lingkungan dan alam semesta.

2.2 Prosesi Tradisi Kawin Cai

Tradisi Kawin
Cai/ Mapag Cai adalah prosesi mempertemukan air dari tujuh sumber mata air Cibulan
Desa Manis Kidul dengan air dari sumber mata air Balong Dalam Tirtayatra. Ritual ini
biasa dilakukan setiap tahun pada hari kamis malam jumat kliwon.

Inti ritual ini mengawinkan air dari 7 sumur mata air Cibulan dengan mata air Balon
Dalem Tirtayatra yang berjarak sekitar 5 kilometer. 7 sumur di mata air Cibulan
dilambangkan sebagai pengantin laki-laki. Sementara mata air Balon Dalem disimbulkan
sebagai mempelai perempuan.

Sebelum pengambilan air di 7 sumur keramat, dilakukan dulu pembacaan doa di depan
petilasan Prabu Siliwangi agar acara kawin cai berjalan lancar.

Satu persatu para sesepuh Desa Manis Kidul mengambil air dari 7 sumur keramat.
Masing-masing sumur punya nama khusus, seperti sumber kejayaan, kemuliaan,
pengabulan, deranjana, cisadane, kemudahan dan sumur keselamatan.
Konon ke 7 sumur itu merupakan peninggalan Prabu Siliwangi usai bertapa meminta air
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bagi warga sekitar, air dari 7 sumur ini mengandung
berkah dan dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit.

Di kolam pemandian Cibulan yang kini jadi tempat wisata ini juga terdapat ikan dengan
spesis khusus yakni ikan Kancra Bodas yang dikeramatkan warga. Ikan yang bernama
latin Cyprinus carpio ini disebut pula sebagai ikan dewa.

Usai penyatuan 7 air sumur keramat, biasanya hujan langsung turun. Percaya atau tidak,
sekitar satu menit kemudian hujan mulai membasahi bumi.

Tapi prosesi kawin cai belum selesai. Air 7 sumur diarak ke mata air Balon Dhalem di
Desa Babakan Mulia. Bak menyambut mempelai pria, upacara dan tarian khusus digelar.

Acara puncak ritual kawin cai pun tiba. Air dari 7 sumur keramat Cibulan ditumpahkan
ke sumber mata air Balon Dalem Tirtayata. Perkawinan yang disimbulkan dengan
penyatuan mata air dari dua desa tersebut merupakan perwujudan doa dan harapan
warga agar air tetap mengalir deras.

Layaknya pesta pernikahan, air diarak dan diiringi tari -tarian. Tradisi yang dinamakan
kawin cai ini, memang dilangsungkan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang
melimpah.

Tradisi kawin cai ini sarat dengan budaya sunda. Terlihat dari pakaian yang mereka
kenakan dan iring-iringan musik. Mereka membawa calon pengantin, yakni kendi yang
akan mereka isi dengan air yang diambil dari sumbernya di kolam Balong Dalam Tirta
Yatra.

Calon pengantin ini kemudian diarak dengan diiringi tari – tarian. Sepintas, prosesi ini
mirip perkawinan dua anak manusia.

Air, calon pengantian pria ini dibawa untuk dipertemukan dengan pasangannya, air yang
diambil dari sumber mata air tujuh sumur di kawasan wisata Cibulan, yang lokasi cukup
jauh. Sumber mata air di petilasan ini dipercaya merupakan peninggalan Prabu Siliwangi.

Kedua air dari sumber berbeda ini kemudian disatukan dalam satu kendi. Kemudian
dibawa kembali balong dalem untuk dikawinkan. Semua prosesi dilangsungkan dengan
khidmat sehingga terasa sakral.

Prosesi diakhiri dengan makan bersama, yang diambil dari hasil pertanian. Sebagian
warga menganggapnya sebagai berkah.

2.3 Analisis Unsur-Unsur Tarian

Dalam prosesi Kawin Cai ini terdapat arak-arakan calon pengantin dengan diiringi tari-
tarian. Tarian tersebut dibawakan oleh penari pria sebagai pengiring calon pengantin
pria dan penari wanita sebagai pengiring calon pengantin wanita. Adapun unsur-unsur
tarian yang ada pada prosesi Kawin Cai tersebut adalah sebagai berikut.

a. Gerakan Tari

Gerakan tari dalam tradisi Kawin Cai ini sama seperti seorang penari pada pesta
pernikahan yang mengiringi arak-arakan calon pengantin pada umumnya. Bedanya,
pada penari wanita terdapat gerakan membawa kendi berisikan mata air dari Balong
Dalem sebagai simbol mempelai perempuan.

b. Pola Lantai Tari

Pola lantai yang digunakan dalam tarian tradisi Kawin Cai adalah kombinasi, karena
terdapat pola lantai vertikal, diagonal, dan garis melengkung. Pola lantai tersebut biasa
digunakan dalam tarian tradisi.

c. Tata rias
Tata rias yang digunakan adalah eye shadow , blush on, lipstik dll, seperti penari
pada umum nya, tidak terlalu mencolok dan sangat sederhana. Rambut nya di
gelung dan menggunakan hiasan kepala.
d. Kostum
Kostum yang digunakan dalam tarian ini antara lain

Kebaya (penari wanita)

Kemben ( penari wanita)

Selendang ( penari wanita)

Ikat pinggang (penari wanita)

Mahkota atau siger ( penari wanita)

Pangsi atau pakaian prajurit ( penari pria)

Iket (penari pria)

e. Musik/iringan
Musik yang digunakan termasuk ke dalam musik internal diantaranya alunan kecapi,
gendang, suling, angklung dan goong. Juga diiringi pupuh sunda yang di bawakan oleh
sinden.

f. Properti
Properti yang digunakan dalam tarian ini :
Kendi (penari

Kendi emas ( menampung air)

Sajen

Kayon

Keris

Payung

g.Tempat
Obyek Wisata Balongdalem Desa Babakanmulya, Kecamatan Jalaksana Kabupaten
Kuningan.
h. Waktu
Pada saat musim-musim kemarau. Waktu nya pada saat Jumat Kliwon.

2.4 Makna Filosofis Kawin Cai

Kepala Desa Babakanmulya menjelaskan bahwa


upacara adat kawin cai merupakan tradisi
masyarakat Desa Babakanmulya yang telah
berlangsung lama. Upacara adat ini merupakan
permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan kesuburan terutama
kesuburan air dan turun hujan untuk mengairi lahan pertanian serta kebutuhan hidup
lainnya dan tradisi kawin cai ini biasanya dilaksakan dalam musim-musim kemarau.

2.5 Pesan Tradisi Kawin Cai


Terdapat pesan religius didalam Tradisi Kawin Cai ini. Masyarakat mengaku dan merasa
bahwa diluar kemampuan manusia ada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai asal dari segala
asal berserah diri dan sebagai pemberi air.

BAB III

Kesimpulan
Tradisi yang masih tetap melekat di Kuningan Jawa Barat adalah Tradisi Kawin Cai yang
diselenggarakan oleh masyarakat Desa Babakan Mulya dan Manis Kidul. Konon
masyarakat Babakan Mulya memberi perhatian penting tentang Air. Salah satu bentuk
perhatian itu adalah dengan menyelenggarakan upacara adat kawin cai. Bagi
Masyarakat Babakan Mulya upacara adat, mungkin menjadi satu-satunya ekspresi akal
budi yang tersisa sebagai pemersatu masyarakat, lingkungan dan alam semesta.

Tradisi Kawin Cai/ Mapag Cai ini adalah prosesi mempertemukan air dari tujuh sumber
mata air Cibulan Desa Manis Kidul dengan air dari sumber mata air Balong Dalam
Tirtayatra. Ritual ini biasa dilakukan setiap tahun pada hari kamis malam jumat kliwon
yang bertujuan untuk meminta hujan pada saat musim kemarau.

Anda mungkin juga menyukai