0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
448 tayangan2 halaman
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk diadaptasi dari novel klasik karya Buya Hamka dan dirilis pada 2013, menceritakan lika-liku kehidupan Zainudin yang jatuh cinta pada Hayati namun takdir membawanya untuk dinikahi oleh Aziz. Meskipun ada kekurangan seperti alur yang lambat, visual effect kurang bagus, film ini masih layak ditonton karena penggunaan bahasa dan kostum yang tepat serta kata-kata puitis yang
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk diadaptasi dari novel klasik karya Buya Hamka dan dirilis pada 2013, menceritakan lika-liku kehidupan Zainudin yang jatuh cinta pada Hayati namun takdir membawanya untuk dinikahi oleh Aziz. Meskipun ada kekurangan seperti alur yang lambat, visual effect kurang bagus, film ini masih layak ditonton karena penggunaan bahasa dan kostum yang tepat serta kata-kata puitis yang
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk diadaptasi dari novel klasik karya Buya Hamka dan dirilis pada 2013, menceritakan lika-liku kehidupan Zainudin yang jatuh cinta pada Hayati namun takdir membawanya untuk dinikahi oleh Aziz. Meskipun ada kekurangan seperti alur yang lambat, visual effect kurang bagus, film ini masih layak ditonton karena penggunaan bahasa dan kostum yang tepat serta kata-kata puitis yang
Orientasi Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk adalah sebuah film adaptasi dari sebuah novel klasik Indonesia karya Buya Hamka. Film ini dirilis pada 19 Desember 2013 dan dibintangi oleh artis berbakat seperti Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan juga Reza Rahardian. Film ini juga disutradarai oleh Sunil Soraya dan menjadi salah satu karya suksesnya di tahun 2013. Tafsiran Film ini menceritakan tentang lika-liku kehidupan Zainudin pada tahun 1930 yang berlayar dari Makassar ke Batipuh yang merupakan tanah kelahiran ayahnya. Disana ia bertemu dengan Hayati dan langsung jatuh hati, namun kisah cinta mereka terhalang perbedaan suku, derajad ekonomi, dan juga takdir yang lebih membawa Hayati untuk dinikahi oleh Aziz. Evaluasi Film berdurasi 2,5 jam ini memperlihatkan situasi Indonesia pada tahun 1930an, namun usaha untuk menampilkan atmosfer klasik dalam film ini kurang berhasil. Alur cerita terkesan lambat dan ada beberapa bagian yang terasa kurang menarik. Beberapa konflik kurang memuncak dan berujung datar kembali. Penggunaan lagu Nidji juga dirasa kurang pas, karena melodi yang digunakan terkesan modern. Rangkuman Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan seperti dari alur cerita yang terlalu lambat, visual effect yang kurang bagus, dan lain sebagainya, film ini masih tetap layak untuk ditonton. Penggunaan kata-kata yang pas dan kostum apik membuat film ini menjadi salah satu yang terbaik di tahun 2013. Kata-kata puitis sepanjang film membuatnya menarik untuk ditonton dan menambah khasanah pengetahuan.