Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Upacara Kenduri Arwah dan Nasi Ambeng Masyarakat Jawa


untuk memenuhi tugas
Bidang Studi:Budaya Melayu Riau.
Guru Mata Pelajaran :Rita Rahmi, S.Pd.

Oleh:

MUHAMMAD AIDIL FIKRI

KELAS XI.IIS.2
SMA NEGERI 2 TEBING TINGGI
KABUPATEN KEPULUAN MERANTI PROVINSI RIAU
2022
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehinggasaya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul , Upacara Kenduri dan Nasi
Ambeng Masyarakat Jawa ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Guru pada
bidang studi Budaya Melayu Riau. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kenduri dan ambeng bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Rita Rahmi, S.Pd. selaku guru bidang studi
Budaya Melayu Riau yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 Selat Panjang, 25 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

1. JUDUL.....................................................................................................................................I
2. KATA PENGANTAR..................................................................................................................II
3. DAFTAR ISI..............................................................................................................................III
4. BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN....................................................................................................1
5. BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
A. PENGERTIAN KENDURI ARWAH.......................................................................................2
B. PENGERTIAN NASI AMBENG............................................................................................3
C. PROSES PELAKSAAN KENDURI..........................................................................................4
6. BAB III PENUTUP.....................................................................................................................6
 KESIMPULAN..............................................................................................................6
7. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia dalam kesehariannya banyak dipengaruhi oleh alam pikiran yang
bersifat spiritual. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia selalu merasa memiliki
hubungan istimewa dengan alam.

Upacara tradisional merupakan salah satu bentuk tradisi yang sampai saat ini masih banyak
dilaksanakan. Peran upacara adat adalah mengingatkan manusia berkenaan dengan
eksistensi dan hubungan dengan lingkungan. Sampai sekarang, eksistensi sebuah upacara
keagamaan masih diakui serta dilaksanakan dengan baik. Meskipun, dengan bentuk dan
cara yang berbeda di setiap daerah.

Sistem upacara tradisional, yang terkait dengan aspek religi di masyarakat, kerap disebut
sebagai kenduri. Kenduri merupakan bentuk upacara adat dengan cara berkumpul bersama
untuk mengutarakan doa pada sang pencipta. Permohonan yang dipanjatkan bertujuan
untuk meminta keselamatan dan mengabulkan apa yang diinginkan oleh si pemilik hajat.

Kenduri juga dilakukan di beberapa daerah namun dengan nama yang berbeda-beda.
Bahkan, di Indonesia pun sebutan kenduri tak sama di tiap wilayah. Ada yang menyebutnya
selametan, genduren, walimahan, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
A. apa itu Kenduri dan Nasi Ambeng
B. Bagaimana proses pelaksanaan Kenduri
C. Apa saja nilai-nilai pada Nasi Ambeng
C. Tujuan Penelitian
A. Mengetahui apa itu Kenduri dan Ambeng
B. Mengetahui proses pelaksanaan Kenduri
C. Mengetahui nilai-nilai pada Nasi Ambeng
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kenduri

kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan


untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih
dikenal dengan sebutan selamatan atau kenduren (sebutan kenduri bagi masyarakat Jawa)
telah ada sejak dahulu sebelum masuknya agama ke Nusantara.

Dalam praktiknya, kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya


dilakukan oleh laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang
dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang
yang dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian dibidang
tersebut.
Pada umumnya, kenduri dilakukan setelah ba'da isya, dan disajikan sebuah nasi
talam dan daun pisang (dibawa pulang oleh seseorang dari acara selametan atau kenduri)
untuk tamu undangan.
Sedangkan bagi kaum perempuan, kenduri memberikan ruang privasi untuk
kaum wanita dalam berbagi informasi baik tentang keluarga sendiri maupun tetangga yang
lain. Di sinilah wanita bisa saling bertukar cerita dengan bebas tanpa gangguan dari
kaum lelaki selama mereka menyiapkan makanan, karena wanita akan bekerja
mempersiapkan kenduri dalam waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 4-7 hari pada masa
perayaan.
Pada zaman sekarang, kenduri masih banyak dilakukan oleh segala
lingkup masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Karena
kenduri merupakan sebuah mekanisme sosial untuk merawat keutuhan, dengan cara untuk
memulihkan keretakan, dan meneguhkan kembali cita-cita bersama, sekaligus melakukan
kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama. Kenduri sebagai
suatu institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak kepentingan.
B. Pengertian Nasi Ambeng

Nasi ambeng (Jawa: ꦱꦼꦒꦺꦴꦄꦩ꧀ꦧꦼꦁ, translit. sêgo ambêng) adalah hidangan khas
masyarakat Jawa yang merupakan nasi putih yang diletakkan di atas tampah atau daun pisang dan
diberi lauk pauk di sekelilingnya. Lauk pauk terdiri daripada perkedel, ikan asin goreng, rempeyek,
sambal goreng, telur rebus, tempe goreng, urap, bihun goreng, dan opor ayam/Ingkung

Nasi ambeng adalah hidangan yang disajikan dalam selamatan sebagai tanda kesyukuran. Nasi
dimakan beramai-ramai oleh empat hingga lima orang dewasa. Nasi dimakan dengan memakai
dengan tangan, tanpa sendok dan garpu. Penyajian nasi ambeng mengandung permohonan agar
semua pihak yang turut serta dikaruniai banyak rezeki.

Nasi ambeng juga populer di Malaysia, terutama di kalangan orang Malaysia


keturunan Jawa, dan juga dikenal dengan nama nasi ambang.[1] Hidangan ini juga dapat dijumpai di
Singapura. Lauk wajib nasi ambeng di Malaysia adalah serundeng kelapa. Di Malaysia, lauk nasi
ambeng yang populer adalah daging ayam masak kecap, mi goreng, dan sambal goreng.[2] Penyajian
nasi ambeng di Malaysia hampir sama dengan penyajian nasi ambeng di Jawa. Nasi ambeng jualan
utuk porsi individu dan bukan untuk dimakan beramai-ramai. Nasi dan lauk pauknya diletakkan di
atas talam untuk dimakan bersama-sama. Nasi ambeng jualan adalah porsi individu
dengan berbagai lauk.

C. Proses pelaksanaan kenduri Arwah


Kenduri arwah adalah upacara memperingati ( mendoakan ) orang yang telah
meninggal. Apabila berlaku kematian di dalam masyarakat Jawa, keluarga arwah akan
melakukan kenduri ( kenduri arwah ) yang mana sebelum jamuan dihidangkan bacaan tahlil dan
lain-lain akan dibacakan oleh jamaah yang hadir. Kenduri bisa juga diartikan sebuah tradisi
berkumpul yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, biasanya laki-laki, dengan
tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang
mengundang orang-orang sekitar untuk datang kenduri. Bisa berwujud selamatan syukuran, bisa
juga berwujud selamatan peringatan, atau lainnya. Dalam kenduri itu dipanjatkan aneka doa.
Biasanya ada satu orang yang dituakan berfungsi sebagai pemimpin do’a sekaligus yang
mengikrarkan hajat dari sang tuan rumah. Pemimpin ini bisa diundang sendiri karena orang itu
memang sudah biasa menjalankan peran dan fungsi sebagai pemimpin doa dalam kenduri.
Tetapi jika tidak ada, kenduri bisa juga dipimpin oleh orang yang dianggap tua dan mampu untuk
memimpin kenduri tersebut Acara dimulai dengan mempersiapkan berbagai keperluan yang
akan digunakan dalam acara tersebut. Namun terlebih dahulu mendata seluruh anggota
masyarakat telah di undang untuk datang ke rumah keluarga yang meninggal dunia, yang di
undang biasanya 2 kepala keluarga atau yang mewakilinya, orang inilah yang menjadi peserta
dalam upacara tersebut. Adapun persiapan yang perlu di persiapkan oleh keluarga arwah
tempat bara yakni berupa kloso (karpet) , arwah leluhur, makanan dan minuman serta buah
tangan ( berkatan). Biasanya upacara kenduri ini di lakukan pada hari pertama, kedua, ketiga,
ketujuh, ke empat puluh, ke seratus, satu tahun, dua tahun dan seribu hari setelah
meninggalnya seseorang. Setelah semua tersedia maka di mulailah upacara kenduri Arwah yang
dipimpin oleh imam atau orang yang di tuakan dalam masyarakat tersebut. Setelah itu, imam
dan para jamaah lainnya duduk bersila menghadap kiblat / melingkar dan imam tersebut
membacakan nama yang telah meninggal dunia dengan tujuan untuk mendoakan Arwah yang
meninggal dunia.3 Kemudian acara ini dimulai dengan mendo’a bersama di awali dengan
membaca Surat Al- Fatihah (tawassul) , tahlil dan di akhiri dengan do’a.. Setelah kenduri arwah
selesai, tuan rumah (ahlu musibah) menghidangkan makanan dan minuman untuk jamaah. dan
ditambah dengan berkat buah tangan dalam bentuk makanan matang. Hidangan dan pemberian
ini dimaksudkan sebagai shadaqah yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah
meninggal tersebut. Hidangan makanan dan minuman disajikan selesai upacara.. Pada hari ke
tujuh di laksanakan Pembacaaan surah yasin sekaligus mendoakan arwah. Setelah hari ke tujuh
di lanjutkan lagi dengan hari ke empat puluh, seratus, satu tahun, dua tahun, dan seribu hari.
Setelah memperingati seribu hari, maka inilah peringatan yang terakhir, dan ini juga berarti
rentang waktu perpisahan dalam ingatan, sebab selepas itu tidak akan ada lagi upacara
peringatan untuk arwah yang tinggal hanya kenangan.

Adapun fungsi yang terdapat dalam kenduri kematian bagi

masyarakat di Dusun Kaotan adalah sebagai berikut;


1) Kenduri dijadikan sebagai sarana shodaqoh,
2) Kenduri merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan,
3) Kenduri dijadikan sarana silaturrahmi.
4) Meningkatkan rasa solidaritas.
5) Dengan adanya kenduri dapat menghibur keluarga orang yang telah meninggaL.
6) Agar teringat dengan kematian..

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan


untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya.
2. Dalam praktiknya, kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya
dilakukan oleh laki-laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang
dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk
datang yang dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian
dibidang tersebut.
3. Nasi ambeng (Jawa: ꦱꦼꦒꦺꦴꦄꦩ꧀ꦧꦼꦁ, translit. sêgo ambêng) adalah hidangan khas
masyarakat Jawa yang merupakan nasi putih yang diletakkan di atas tampah atau daun
pisang dan diberi lauk pauk di sekelilingnya. Lauk pauk terdiri daripada perkedel, ikan asin
goreng, rempeyek, sambal goreng, telur rebus, tempe goreng, urap, bihun
goreng, dan opor ayam.
4. Dilaksanakan mulai hari pertama, hari ke tujuh di lanjutkan lagi dengan hari ke empat puluh,
seratus, satu tahun, dua tahun, dan seribu hari.

B. Saran

Dalam realitas kehidupan yang ada, hendaknya setiap warga dalam suatu mayarakat

saling menghormati dan bertoleransi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak hanya materi saja, tetapi dapat di wujudkan

mengenai suatu kepercayaan dan keyakinan mengenai agama, kebudayaan ataupun

ritual yang ada dalam komunitas suatu masyarakat.

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap bagi masyarakat

agar mampu menjalankan agama Islam dengan baik, yang sesuai dengan syariat Islam

dan tanpa mencampur adukkan antara agama dengan tradisi.

Agama Islam merupakan agama yang tidak berasal dari pemikiran manusia, tetapi

agama yang merupakan wahyu dari Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi

Muhammad SAW dan di sampaikan kepada umatnya. Berbeda dengan tradisi, tradisi

merupakan hasil pemikiran dari manusia dan dilakukan untuk melestarikan kebudayaan 

nenek moyang
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kenduri

https://news.unair.ac.id/2015/12/25/kenduri-ruang-publik-dan-keberagaman-agama/?lang=id

Anda mungkin juga menyukai