Anda di halaman 1dari 13

MINI RESEARCH

Ritual Sawer Dalam Pernikahan Sunda

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa dan Budaya Sunda

Dosen pengampu :
Eneng Yeni Mariah, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh :
Ikhlasul Yadin Hasibuan
NIM (62018. 0183)

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) KOTA SUKABUMI
Jl. Lio Balandong Sirnagalih (Beugeug) No.74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang
Kota Sukabumi Tel/fax (0266) 225465
www.staisukabumi.ac.id | Email : stai.sukabumi@gmail.com

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan mini research ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang, yaitu dengan tegak nya agama islam.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan mini research
dari mata kuliah Bahasa dan Budaya Sunda dengan judul “ Ritual Sawer Dalam Pernikahan
Sunda”.

Penulis tentu menyadari bahwa penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk penulisan ini, supaya
ini nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada Dosen Pengampu Bahasa dan Budaya Sunda saya yang telah membimbing
dalam menulis mini research ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sukabumi, 18 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penelitian......................................................................................
D. Manfaat Penelitian....................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN....................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman bahasa, budaya dan adat
istiadat. Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, buddhayah ialah bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian ke-budaya-an itu dapat diartikan "hal-hal yang
bersangkutan dengan akal". Ada sarjana yang mengupas kata budaya itu sebagai suatu
perkembangan dari majaemuk budi-daya yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka
membedakan budaya dari kebudayaan. Budaya itu adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa dan kebudayaan itu segala hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. (Koentjaraningrat,
1964:77)
Pernikahan merupakan bagian dari budaya, dalam sebuah tradisi pernikahan terdapat
ritual yang berdasarkan adat istiadat sesuai dengan daerah asal pengantin dan dipercaya oleh
masyarakatnya. Di dalam pernikahan adat Sunda, masyarakat akan melakukan acara ritual
pernikahan dengan adat Sunda. Secara antropologi-budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut
suku Sunda adalah orang-orang yang secara run-temurun menggunakan bahasa Sunda serta
dialeknya dalam kehidupan sehari dan berasal atau bertempat tinggal di daerah Jawa Barat,
daerah yang sering ut dengan Tanah Pasundan atau Tatar Sunda.

Dalam acara pernikahan adat Sunda, sawer merupakan salah satu ritual yang dilakukan
oleh penyawer atau orang yang ditunkah di dalam masyarakat. Ritual ini dipercaya sebagai
permohonan atau doa kepada Tuhan dan para leluhur supaya memberikan berkat dan restu untuk
kedua pengantin, supaya berkat dan pernikahan tersebut dapat langgeng sampai akhir hayat.
Ritual sawer di sini dilakukan setelah akad nikah dilangsungkan. Dalam acara pernikahan adat
Sunda, kata nyawer berasal dari kata awer Ibarat seember air atau benda cair lainnya, benda ini
bisa di aver awer (dipercikkan) dengan mudah. Jadi, secara fisik, arti nyamber yaitu menyebar
mebar. Akan tetapi nyawer memiliki makna yang mendalam bagi yang melaksanakannya. Ritual
nyawer dalam upacara adat Sunda mempunyai arti nebar nasihat (Agoes. 2003 70)

Penelitian ini membahas tentang Ritual Sawer Dalam Pernikahan Adat Sunda, Studi
Kasus di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Judul ini dipilih karena
ketertarikan penulis terhadap ritual-ritual yang ada. Ritual sawer terlihat sekedar sebagai hiburan
tetapi ternyata memiliki pesan-pesan yang sangat dalam dan penting untuk orang-orang yang
hendak melangsungkan pernikahan
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Bagaimana pengertian ritual sawer di pernikahan sunda


2. Bagaimana prosesnya?

C. Tujuan Penelitian
Mini riset ini bertujuan untuk mengetahui tentang siraman pengantin sebagai salah satu
dari kebudayaan sunda.
Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian sawer pernikahan di adat sunda


2. Untuk mengetahui proses sawer di suku sunda

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat dan sebagai bahan rujukan penelitian berikutnya terkait
dengan ritual sawer di pernikahan adat sunda
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Metode kepustakaan adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, rapat, dan sebagainya. Sedangkan menurut Taum,
studi pustaka dapat berupa buku-buku di perpustakaan atau koleksi pribadi dan teman mengenai
kolektif suatu suku bangsa yang akan menjadi sasaran studi. Teknik ini dipergunakan untuk
mendapatkan data yang akurat dengan cara menelaah pustaka-pusataka yang ada kaitannya
dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakannya untuk memperoleh
pengertianpengertian tentang budaya, sawer, ritual, dan sebagainya..
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Sawer merupakan salah satu ritual dalam rangkaian tatacara pernikahan dalam adat
Sunda. Sunda sebenarnya masih merupakan di dalam Pulau Jawa, tetapi berbeda halnya dengan
Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Yogyakarta yang masyarakatnya disebut dengan orang Jawa.
Masyarakat Sunda biasanya menyebut dirinya dengan orang Sunda. Hal ini dikarenakan
masyarakat Jawa biasanya menggunakan Bahasa Jawa, sedangkan masyarakat Sunda adalah
orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-
hari dan tinggal di daerah Jawa Barat. Ritual yang serupa dengan ritual sawer juga ada di daerah
Cina dan Asia Tenggara, ritual itu bernama “tabur beras”.
Ritual itu mempunyai kaitan dengan kepercayaan mereka terhadap Dewi Padi. Menurut
kepercayaan mereka, pada suatu waktu Yang dan Yin hendak mendirikan sebuah istana baru di
langit kesembilan. Dewi-dewi pun diperintahkan mengangkut bahan-bahan. Semua dewi bekerja
tetapi Yang, penurun hujan, hanya menangis karena tidak dapat membantu. Air matanya
menjelma menjadi sebutir telur. Yang lalu menyuruh naga untuk mengeraminya hingga
kemudian menetaskan seorang gadis yang cantik bernama Lo Yien (Dewi Padi). Gadis itu
dijadikan anak angkat oleh Yang dan Yin. Ketika gadis itu menginjak remaja dan tampak
kecantikannya, Yang pun tergoda akan kecantikannya sehingga terjadi pertengkaran di antara
Yang dan Yin. Alam menjadi sakit, begitupun manusia, padahal semula manusia tidak pernah
sakit dan mengenal makan. Yin pun cemburu kepada Lo Yien. Lo Yien diberinya buah ajaib
yang ketika dimakan menyebabkan Lo Yien langsung meninggal. Ia pun lalu dikuburkan.
Beberapa waktu kemudian keluarlah dari kuburnya tanaman padi, pulut, dan tumbuh-tumbuhan
lainnya. Manusia pun mulai merasa lapar. Yang dan Yin menyuruh pembantunya untuk
menurunkan beras ke bumi dalam keadaan sudah masak dan siap dimakan. Namun karena ulah
laki-laki yang serba ingin tahu timbullah kesukaran sehingga padi itu harus ditanam, ditumbuk,
dan dimasak. Dari sinilah pemujaan terhadap Dewi Padi berawal. Pemujaannya antara lain pada
musim menanam padi, mengetam, dan saat menyimpan padi di lumbung, pada hari-hari tertentu,
dan termasuk upacara menabur beras kuning atau sawer dalam upacara perkawinan Adat Sunda
sangat kental oleh agama Islam, karena agama Islam telah lama dipeluk oleh sebagian besar
orang Sunda. Demikian juga pengaruhnya dalam upacara pernikahan adat Sunda. Hal itu
menyebabkan sulitnya memisahkan adat Sunda dan agama Islam.
Ritual sawer yang terdapat dalam pernikahan adat Sunda pun tidak lepas dari pengaruh
agama Islam. Setelah menikah, sepasang mempelai biasanya akan menjalani saweran, ritual
sawer konon memiliki sejarah tersendiri. Sejak agama Islam masuk ke tanah Sunda, pasangan
muda-mudi yang menikah selalu melangsungkan pernikahannya di masjid. Agar kesucian
suasana masjid itu tetap terpelihara hingga saat kedua mempelai itu pulang ke rumah, maka
kedua mempelai itu harus disawer lebih dulu di halaman rumahnya. Proses ritual sawer dan
tujuannya akan dijelaskan dalam uraian-uraian berikut.
Persiapan Ritual Sawer
Persiapan ritual sawer adalah persiapan waktu, tempat, persiapan benda yang akan
digunakan dalam ritual sawer dan persiapan penyelenggara atau orang-orang yang terlibat dalam
ritual sawer. Persiapan itu akan dijelaskan di bawah ini.

Waktu
Ritual sawer akan dilakukan langsung setelah akad nikah dilaksanakan sehingga
persiapannya merupakan bagian dari persiapan acara pernikahan itu sendiri. Perihal waktu
melangsungkan sawer biasanya telah diperbincangkan beberapa bulan sebelumnya terlebih
dahulu oleh kedua pihak orangtua dari pengantin.

Tempat Pelaksanaan Ritual Sawer


Tempat diadakannya ritual sawer biasanya tergantung di mana akad nikah dan pesta akan
dilakukan. Apabila akad nikah dan pesta dilakukan di rumah maka ritual sawer juga akan
dilakukan di rumah. Demikian juga bila akad nikah dan pesta diadakan di gedung atau tempat
tertentu maka ritual sawer pun diadakan di Gedung atau tempat tersebut. Karena hal itu maka
biasanya persiapan tempat akan dilakukan bersamaan dengan persiapan-persiapan akad nikah
dan pesta. Tempat sawer biasanya di halaman rumah di mana akan diadakan pesta. Di tempat
tersebut akan disediakan dua buah tempat duduk untuk pasangan pengantin dan di sekelilingnya
akan disediakan kursi-kursi untuk para tamu yang ingin mengikuti ritual sawer secara langsung.

Benda-Benda
Persiapan benda-benda yang akan digunakan dalam ritual ini adalah paying besar yang
telah dihias indah untuk menaungi pasangan pengantin yang akan disawer, tiga pasang kursi
untuk pasangan pengantin yang akan disawer dan orangtua pengantin, dan bokor untuk tempat
benda-benda yang akan disawerkan kepada pasangan mempelai. Benda-benda yang akan
disawerkan berupa biji-bijian (kacang tanah, jagung), beras, kunyit yang diiris-iris, uang logam,
permen, dan perlengkapan makan sirih (daun sirih, kapur sirih, jambe, tembakau). Selain itu juga
perlu dipersiapkan lidi, korek, dan lilin untuk acara meuleum harupat, sebutir telur ayam, 26
cobek, papan yang dibungkus kain putih, kendi untuk acara nincak endog, ayam bakakak yaitu
ayam yang telah dipanggang untuk acara pabetot-betot bakakak,sebelas nasi punar yang dibentuk
bulat-bulat kecil untuk acara huap lingkung dan sepasang merpati putih untuk dilepaskan dalam
acara ngaleupaskeun japati.
Orang yang Menyawer
Orang yang menyawer biasanya adalah orang yang dituakan dan dianggap bisa
memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Persiapan yang akan dilakukan penyawer
adalah berdoa secara pribadi kepada Tuhan, memohon izin untuk melakukan ritual sawer agar
berjalan lancar. Mempersiapkan doa-doa dan nasihat berupa pantun-pantun yang indah dalam
bahasa Sunda yang akan ditembangkan selama ritual saweran.

Pasangan Pengantin yang Akan Disawer


Pasangan pengantin yang akan disawer karena sebelumnya sudah melakukan acara
siraman dan ijab kabul di masjid atau pemberkatan nikah di gereja maka tidak memerlukan
persiapan-persiapan khusus. Sawer dilakukan di depan rumah agar kesucian suasana masjid atau
gereja itu tetap terjaga hingga saat kedua mempelai itu masuk ke dalam rumah.

Pelaksanaan Ritual Saweran


Pelaksanaan ritual sawer dimulai dengan penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan
dari pihak wanita (lengser). Kemudian acara ngabageakeun (penyambutan), lalu pemberian
wejangan dari ayah pengantin wanita atau keluarga yang dituakan. Setelah itu ritual saweran, dan
dilanjutkan dengan nincak endog. Kemudian acara ngaleupaskeun japati, kemudian buka pintu,
setelah itu acara meuleum harupat, huap lingkung, dan acara yang terakhir adalah pabetot-betot
bakakak.

Penjemputan oleh Lengser


Calon pengantin yang datang akan dijemput oleh pria tua yang disebut lengser. Lengser
adalah tokoh atau pemimpin yang dihormati dalam acara pernikahan. Lengser akan
menembangkan nasihat-nasihat untuk pasangan pengantin agar acara dapat berlangsung dengan
lancer.

Acara Ngabageakeun (Penyambutan)


Pengantin pria dijemput oleh ibu calon pengantin wanita. Penyambutan dilakukan dengan
melakukan pengalungan bunga melati pada calon pengantin pria. Pengantin pria kemudian diapit
oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan untuk melakukan
akad nikah. Petugas KUA, para saksi, dan pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua
orang tua menjemput pengantin wanita di kamarnya. Pengantin wanita lalu duduk di sebelah kiri
pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang yang menyimbolkan penyatuan dua insan
yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat
nikah. Apabila pengantin beragama non-muslim maka terlebih dulu diadakan pemberkatan
pernikahan di tempat ibadah masing-masing. Apabila acara akad nikah atau pemberkatan nikah
telah dilangsungkan sebelumnya maka saat pengantin tiba di tempat resepsi pengantin akan
dijemput oleh lengser dan langsung dilanjutkan dengan acara pemberian wejangan dari orang tua
pihak wanita dan dilanjutkan dengan acara-acara seterusnya. Pada zaman dulu pernikahan adat
Sunda bisa berlangsung selama setengah atau bahkan sebulan. Sebagai undangan atau
pengumuman kepada masyarakat di sekeliling rumah bahwa akan diadakan pesta pernikahan,
selama berhari-hari para remaja putra dan putri melakukan ngagondang yaitu memukulkan alat
penumbuk padi pada lesung sambal bersama-sama melantunkan lagu-lagu tradisional Sunda.

Pemberian Wejangan
Wejangan diberikan oleh ayah pengantin wanita; memberikan nasihat-nasihat kepada
calon pengantin supaya bisa membentuk keluarga baru yang rukun dan dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang ada dengan baik dan menjaga hubungan pernikahan agar tetap harmonis.

Saweran
Nyawer memiliki makna menebar nasihat. Karena sepasang pengantin akan mengarungi
kehidupan baru, orang tua bertanggung jawab untuk memberikan bekal lahir batin kepada kedua
mempelai. Dahulu saweran biasanya dilakukan oleh orang tua kandung pengantin tetapi saat ini
lebih sering dilakukan oleh tukang sawer karena tidak semua orang dapat menyanyikan kidung-
kidung sawer. Pada masa penjajahan Belanda, berbicara di depan umum sangat dilarang karena
khawatir akan mengarah pada bidang politik sehingga menggugah perlawanan terhadap Belanda.
Itulah yang menjadi sebab digunakannya model pantun dalam saweran sejak zaman dahulu yang
terus berlanjut hingga saat ini.
Sawer diberikan secara puitis dan dilantunkan dengan tembang-tembang kidung yang
indah. Kedua pengantin duduk di kursi yang telah disediakan dan di belakang kedua kursi
tersebut ada salah satu kerabat pengantin yang memegang payung besar yang telah dihiasi.
Kepada kedua pengantin akan dinyanyikan pantun sawer yang oleh penyawer. Pantun yang
dilantunkan tersebut berisi petuah-petuah dari kedua orang tua pengantin. Setelah dinyanyikan
pantun-pantun tersebut maka kedua orang tua pengantin akan menyawer pengantin dengan
taburan biji-bijian (kacang tanah dan jagung), beras kuning dan kunyit, beberapa macam bunga,
uang logam, permen, dan perlengkapan makan sirih ke atas payung.

Benda-benda yang disawerkan pun memiliki makna tersendiri. Biji-bijian (kacang tanah
dan jagung) bermakna agar nantinya pasangan pengantin berkecukupan dalam bidang pangan.
Beras kuning atau kunyit juga bermakna agar pengantin selalu berkecukupan dalam hal pangan;
bunga melambangkan kebahagiaan di masa datang; uang logam bermakna agar pengantin selalu
berkecukupan dalam hal materi. Permen dan perlengkapan makan sirih bermakna asam manis
dan pahitnya kehidupan berkeluarga bergantung pada bagaimana kita menyikapi dan
menyelesaikan masalah yang ada. Para tamu biasanya akan memperebutkan hasil sawer karena
dipercaya akan membawa berkah dan dapat pula mengikuti jejak dalam mendapatkan jodoh bagi
yang mendapatkan saweran tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
persiapan ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan Cicurug, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat, antara lain: persiapan waktu, persiapan tempat, persiapan benda yang
akan digunakan dalam ritual sawer dan persiapan penyelenggara atau orang-orang yang terlibat
dalam ritual sawer. Waktu ritual sawer akan dilakukan setelah akad nikah dilaksanakan sehingga
persiapannya merupakan bagian dari persiapan acara pernikahan itu sendiri. Waktunya biasanya
akan diperbincangkan beberapa bulan sebelumnya terlebih dahulu oleh kedua belah pihak orang
tua dari pengantin. Tempat diadakannya ritual sawer biasanya tergantung dimana akad nikah dan
pesta akan dilakukan. Apabila akad nikah dan pesta dilakukan di rumah maka ritual sawer juga
akan dilakukan di rumah. Demikian juga bila akad nikah dan pesta diadakan di gedung maka
ritual sawer pun diadakan di gedung. Karena hal itu maka biasanya persiapan tempat akan
dilakukan sekaligus dengan persiapan-persiapan akad nikah dan pesta.
Persiapan benda-benda yang akan digunakan dalam ritual ini adalah payung besar yang
dihiasi, tiga pasang kursi untuk duduk pasangan pengantin yang akan disawer dan orang tua
pengantin, kemudian 70 bokor yang berisikan benda-benda yang akan disawerkan kepada
pasangan mempelai. Benda-benda yang akan disawerkan berupa biji-bijian (kacang tanah,
jagung), beras, kunyit yang diiris-iris, uang logam, permen dan perlengkapan makan sirih (daun
sirih, kapur sirih, jambe, tembakau). Orang yang menyawer biasanya adalah orang yang dituakan
dan dianggap bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
B. Saran
Semoga dari mini riset ini kita bisa mengambil pelajaran yang berharga didalam
mengenal suatu budaya . dan memohon maaf sebesar besarnya jika masih banyak kekurangan
didalam menulis mini riset yang ditugaskan oleh Dosen kami yang baik. Semoga Allah
memaafkan seluruh dosa dosa kita serta kesalahan yang kita perbuat baik itu secara sadar mau
tidak sadar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai