Anda di halaman 1dari 69

Antologi Cerita Pendek

Lomba Gerakan Literasi Madrasah Tahun 2023


KEPAKAN SAYAP

MTsN 7 Hulu Sungai Tengah


2023

i
ANTOLOGI CERITA PENDEK

LOMBA GERAKAN LITERASI MADRASAH TAHUN 2023

Penanggung Jawab : Muliadi, S.Pd, M.Pd

Penulis : Para Siswa Peserta Lomba Gerakan Literasi

MTsN 7 Hulu Sungai Tengah

Penyunting : Hj. Sriyati Ramdanah, S.Ag

Heldya Murlita, S.Pd

Sri Mulyati, S.Pd

Fahrina, S.Pd

Hermansyah, S.Pd

Herni Damayanti, S.Pd

Perancang Sampul : Noerwenty Fuji Astuty, S.Pd

Nurhidayah

Penerbit : MTsN 7 Hulu Sungai Tengah

Alamat : Jl. Kesatria No. 35 Ilung Kec. Batang Alai Utara,

Kab. Hulu Sungai Tengah,

Provinsi Kalimantan Selatan.

Kode pos 71391

Ukuran Buku : 16.5 x 21.5 cm

Bahan Kertas : Sampul AP 230, isi HVS 70

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan antologi cerita pendek ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta kerabat
dan sahabat beliau.

Alhamdulillah, hanya dengan izin-Nya kami berhasil mewujudkan salah satu


mimpi besar kami yaitu menerbitkan suatu karya fenomenal kami berupa Buku
Antologi Cerpen yang merupakan hasil kegiatan Lomba Gerakan Literasi Madrasah
Tahun 2023. Antologi ini merupakan karya siswa-siswi MTsN 7 Hulu Sungai Tengah
sebagai bentuk untuk mewadahi minat dan bakat dari seluruh siswa. Antologi cerpen
ini juga sebagai bentuk tidak lanjut dari Program Gerakan Literasi Madrasah.

Antologi Cerpen ini sangat menarik dan mudah dimengerti oleh pembaca. Di
dalamnya berisi tentang petualangan dan pengalaman yang diceritakan oleh siswa-
siswi MTsN 7 Hulu Sungai Tengah. Secara teknis juga didominasi sistem penulisan
yang sederhana dengan memanfaatkan alur maju dan penokohan yang juga sederhana.
Apapun bentuknya, antologi ini merupakan hasil dari sebuah proses belajar yang
layak untuk diapresiasi.

Penerbitan antologi ini diharapkan dapat memacu semangat baru bagi para
siswa-siswi MTsN 7 Hulu Sungai Tengah untuk berkarya melalui jalur penulisan.
Keterampilan menulis sesungguhnya bukanlah sebuah bakat tetapi sebuah hasil dari
proses belajar. Dengan berbagai keunggulannya, kami berharap Antologi Cerpen ini
dapat bermanfaat dan berkontribusi lebih maksimal untuk menambah khazanah
literasi siswa-siswi MTsN 7 Hulu Sungai Tengah. Akhir kata, selamat membaca
Antologi Cerpen ini, semoga ada manfaat dan nilai kehidupan yang dapat dipetik di
dalamnya. Salam literasi.

Ilung, Januari 2023

Tim Penyunting

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................ Error! Bookmark not defined.

ANTOLOGI CERITA PENDEK LOMBA GERAKAN LITERASI MADRASAH TAHUN 2023 ............. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv

ARTI SEBUAH TANGGUNG JAWAB .................................................................................... 1

HIKMAH DIBALIK SHOLAT TAHAJUD ................................................................................. 7

IMPIAN AISYAH.............................................................................................................. 10

TAK MAU KALAH ............................................................................................................ 16

LIBURAN AKHIR TAHUN KE PANTAI BATAKAN BARU ....................................................... 20

ANAK NELAYAN YANG MENJADI PEMAIN SEPAK BOLA .................................................... 23

DOAKU DI SEPERTIGA MALAM ....................................................................................... 26

GAGAL TA'ARUF ............................................................................................................. 29

LIBUR KEPANTAI TELUK TAMIANG .................................................................................. 31

SEORANG ANAK GADIS YANG KEHILANGAN CINTA PERTAMANYA ................................... 35

CINTA TERHALANG AGAMA ............................................................................................ 43

iv
ARTI SEBUAH TANGGUNG JAWAB

Karya: Emelda Harlina (IX E)

“Hore... aku mendpatkan rangking satu” teriak Putri saat melihat rapot
miliknya. Momen ini memang sangat di dambakannya, karena ini baru pertama kali
dia mendapat peringkat sebagus itu. Hasil demikian bisa dia raih berkat ridho dari
Tuhan dan juga bimbingan dari Bu Sartika. Jadi sebagai rasa terima kasih, ia ingin
mengajak Bu Sartika beserta kedua orang tua untuk makan malam bersama.

Ketika mereka duduk sembari menikmati hidangan di atas meja, bu guru


sangat tersanjung karena baru pertama kali dia menginjakan kaki di restoran mewah.

”Pak, bu, dan Putri terimakasih banyak atas ajakan makan malam ini.” ucap
Bu Sartika sambil menyantap udang goreng dimeja. “Tidak, tidak. Seharusnya
kamilah yang berterimakasih. Sebab atas bimbingan ibu yang luar biasa, Putri bisa
menjadi juara kelas.” Kata Ayah Putri seraya merangkul pundak sang juara kelas.

“Ah biasa saja, saya cuma mengarahkan sedikit. Tapi karena kepandaian anak
bapak di barengi usaha keras maka ia pun dapat meraih peringkat terbaik di kelas”
tegas Bu Sartika.

Sejak hari itulah mereka tidak lagi bertemu selama dua minggu di sebabkan
oleh libur semester. Tak terasa liburan semester sudah berakhir, maka sekolah
kembali di buka untuk para siswa yang akan menimba ilmu. Menyadari hal tersebut
Putri berangkat dari rumah menuju sekolah dengan semangat baru demi
mempertahankan rangking satu.

***

Ketika sudah sampai di sekolah ia disambut oleh Karin, temanya. Dengan


mata berbinar-binar merekapun bergandengan tangan menuju kelas. Saat sudah
berada di dalam kelas, tanpa di sangka-sangka Kepala Sekolah datang bersama
seorang anak laki-laki berpakaian seragam sekolah rapi. Sepertinya siswa pindahan.
Melihat anak itu, Putri langsung meremehkan siswa baru tersebut dan berasumsi anak
itu bodoh dan juga sangar.

Waktu berlalu begitu cepat, sedikit demi sedikit tingkah laku anak baru itu
mulai terlihat, seperti malas belajar dan sering kabur ketika jam sekolah alias bolos.
Karena masalah kedisiplinan ia sering di panggil ke ruang guru.

Melihat itu, Bu Sartika merasakan kasihan kepada Andre, si siswa pindahan


itu. Maka ia pun berkeinginan untuk mengarahkan siswa nakal itu ke jalan yang
benar, dengan cara memberikan pelajaran khusus secara privat dan memberikan
1
motivasi agar dapat kembali ke jalan yang lurus. Awalnya Bu Sartika sangat kesulitan
dalam mengajak Andre untuk memasuki metode ini, karena dia sering mengindahkan
tawarannya.

Pernah suatu hari, waktu jam istirahat Bu Sartika mencari Andre untuk
berbicara dengannya, tapi tak sengaja dia melihat Andre sedang merokok di koridor
sekolah. Menanggapi hal itu Bu Sartika merasa semakin prihatin dan khawatir akan
kebiasaan itu. Karena terlalu mengonsumsi rokok akan merusak kerja jantung.

“Nak, rokok itu tidak bagus untuk proses pertumbuhanmu!” tegur Bu Sartika
dengan nada lemah lembut. “Ah, aku juga yang akan merasakan akibatnya, lagian
tugas ibu disini hanya memberikan pelajaran bagi saya, maka hal ini bukan
urusanmu” tegasnya sambil mendorong pahlawan tanpa tanda jasa itu hingga jatuh
kelantai.

Melihat kejadian itu para siswa yang lalu-lalang disepanjang koridor merasa
prihatin, sebab mereka menganggap hal demikian tidak etis, termasuk Putri yang
sigap membantu membangkitkan sang guru seraya berkata, “Kamu anak baru sudah
sok-sokan disini! Sampai melawan ibu guru seperti ini” ucapnya dengan
membusungkan dada.

“Sudah-sudah, jangan berantem disini” ibu guru melerai.

Dengan rasa tidak puas Putri pergi bersama Bu Sartika sembari mengancam.

Hari ini, Bu Sartika tidak berhasil membujuk si anak nakal untuk belajar
secara privat, tetapi walaupun begitu beliau tidak patah semangat, malah ia semakin
terpacu untuk mengajaknya ke jalan yang benar, meski tanggapan serupa yang ia
dapat saat mencoba mengarahkan. Sampai suatu ketika dengan sangat terpaksa Andre
menerima ajakan sang guru dikarenakan sudah jengkel mendengar ceramah.

***

Dalam proses membimbing, Bu Sartika sangat kewalahan karena


kesabarannya selalu diuji ketika menghadapi sikap malas Andre, tapi pada suatu hari
Andre bersemangat untuk belajar. Maka dengan sendiri ia menjemput Bu Sartika dari
ruang guru ketika jam bel pulang berbunyi. “Bu.. Bu ayo kita belajar, saya tidak sabar
lagi!” ajaknya sambil menarik tangan kanan Bu Sartika. Melihat perubahan itu Bu
Sartika terharu dan semakin terpacu untuk memberi pelajaran pada Andre.

Ketika sampai di sebuah tempat yang mempunyai pemandangan indah, Bu


Sartika sangat terpesona jadi beliau memutuskan untuk melakukan kegiatan belajar di
tempat itu. Saat mengeluarkan berbagai perlengkapan seperti papan tulis mini, spidol,
penghapus dan lain-lain tanpa disangka Andre sudah siap dengan peralatan belajar.
Melihat si anak nakal mulai ada tanda-tanda ingin belajar Bu Sartika berdoa “Ya
2
Tuhan, jadikanlah anak muridku ini orang yang berguna bagi bangsanya, jangan
jadikan dia sebagai sampah masyarakat” harapan sang suru berlinang air mata
kebahagiaan.

Menyadari ada setetes air mata jatuh dari katup mata sang guru, Andre dengan
sigap menyeka kesedihan itu. “Kenapa ibu bersedih?, tanyanya sopan. “Tidak ada
apa-apa, ayo kita mulai pelajaran” jawabnya sambil tersenyum bahagia. Sejak saat itu
Bu Sartika mengajar lebih intens sehingga Andre semakin terpacu untuk giat belajar.

Seiring berjalannya waktu, Andre berkembang menjadi anak pintar dan cerdas
berkat bimbingan serta arahan dari Bu Sartika. Kepandaian itu terbukti ketika proses
pembelajaran di dalam kelas. Karena hari demi hari Andre semakin mendominasi
pelajaran dikelas. Putri pun merasa iri, disebabkan oleh ketakutan pada tersingkirnya
ia dari rangking satu ketika penerimaan rapot nanti. Maka demi mempertahankan
rangking satu ia semakin giat lagi belajar agar ketakutannya tidak menjadi kenyataan.

Siang dan malam ia mengulang pelajaran hingga tidak memperdulikan perut


yang sudah keroncongan. Menyadari ada ketidakwajaran pada Putri, ibunya pun
merasakan khawatir sebab setiap kali makan mereka tidak bersama-sama lagi dalam
satu meja. Maka untuk itulah beliau mendatangi kamar sang buah hati sebelum
melaksanakan makan malam.

“Putri, put makan yuk. Ibu sudah siapkan rendang makanan kesukaanmu”
katanya sembari berjalan menuju kamar Putri. Ketika sudah didepan kamar, ibunya
melihat begitu banyak buku pelajaran di sudut-sudut ranjang Putri. Wanita yang sudah
kepala empat itu menegur putrinya yang sedang serius belajar.

***

“Put, Kenapa kamar kamu berantakan sekali, seperti kandang ayam saja.
Padahal kemarin ruangan ini rapi dan harum loh” kata ibunya lembut dan tegas dalam
waktu yang sama.

“Maaf bu, saya jadi berubah begini untuk mempertahankan rangking satu saya
disekolah” harap Putri sambil memandang ibunya.

“Oh seperti itukah yang kamu lakukan, tapi walaupun begitu kamu jangan
lupa makan, nanti sakit lho” kata ibunya perhatian.

“Iya bu, sebentar lagi yaa” jawab Putri masih fokus membaca buku.

“Janji ya, ditunggu dimeja makan yaa” pinda sang ibu sembari melangkah ke
ruang makan.

“Iyaaa ibuku sayang” sahut Putri memanja.


3
Malampun semakin larut tetapi Putri belum menyelesaikan pelajarannya
hingga ia kelelahan lalu tertidur di atas meja belajarnya.

***

Sang mentaripun terbit dari timur seperti biasa, burung-burung sudah


berterbangan kesana-kemari seakan hari ini adalah hari yang ceria. Meski begitu,
Putri tampak murung karena uang sakunya tertinggal dirumah pagi tadi. Namun hal
itu tidak melunturkan semangat untuk sekolah, dan mendapatkan rangking satu lagi.

Saat jam pelajaran dimulai, tanpa disangka tiba-tiba Putri melihat Karin duduk
tepat di sebelah Andre. Putri begitu marah hingga tak sadar lagi memukul mejanya
dengan keras. Dia begitu marah karena pikirnya, Andre sudah keterlaluan. Andre
perlahan sudah mengambil hal-hal yang dimiliki Putri, dari bintang kelas dan
sekarang sahabatnya juga.

“Ooh kamu jangan macam-macam disini” teriak Putri tak terkendali dengan
menatap tajam pada ANdre. “Loh kamu kenapa? Aku tidak mengerti apa maksudnya”
jawab Andre bingung.

“Halah!! Jangan pura-pura tidak mengerti kamu” kata Putri sambil menampar
wajah Andre keras. Putri tidak bisa menahan diri lagi. Andre yang kebingungan tidak
membalas perbuatan Putri dan hanya menyeka sedikit darah yang muncul diujung
bibir kanannya.

Melihat kejadian itu, pak guru yang baru memasuki kelaspun menahan Putri
agar tidak melakukan hal lebih jauh. Pak guru menyuruh murid lain untuk mengantar
Andre ke ruang UKS, dan dia membawa Putri ke ruang guru BK untuk diminta
penjelasan.

“Nak, sekali lagi ibu bertanya. Apa alasan kamu menampar Andre?” tanya ibu
guru tegas.

Ketika ditanya seperti itu, Putri tersadar akan perbuatannya yang memang
keterlaluan. Dengan penuh rasa bersalah, Putri menjelaskan semuanya.

“Jadi bu, kejadian ini terjadi atas dasar rasa marah saya kepada Andre. Saya
marah karena dia sudah mencuri kesempatan saya untuk menjadi rangking satu lagi
nanti. Lalu tadi saya melihat sahabat saya berbicara akrab dengannya. Saya pikir
Andre telah merebut kesempatan saya dan juga sahabat saya juga” jelas Putri panjang
lebar.

“Oh jadi begitu, ibu bisa memaklumi perasaan itu tapi janganlah bertindak
seperti itu lagi yaa. Karena kita sebagai makhluk hidup yang paling sempurna di
anugerahi akal pikiran yang berguna sebagai filter. Makanya sudah tentu semua
4
tingkah laku kita harus dipikirkan dahulu” jelas sang guru dengan harapan bisa
membuka mata hati Putri.

Mendengar itu Putri terdiam sejenak sambil berpikir, mencerna semua yang
dikatakan ibu guru. Lalu sesaat kemudian telihat anggukan kecil dari kepalanya tanda
mengerti. Ibu guru BK pun meminta Putri untuk minta maaf kepada Andre, agar
masalah ini tidak sampai menlibatakan orang tua masing-masing.

***

Putri berjalan dikoridor sekolah dengan pelan, menuju ruang UKS untuk
menemui Andre dan meminta maaf. Sesampainya di UKS dia mengintip sedikit
kedalam ruangan dan tersentak. Dia melihat Bu Sartika sedang merawat Andre
dengan penuh kasih sayang. Pikirannya kembali bercampur aduk semua emosi,
amarah, iri, cemburu entah apa yang dia rasakan. Yang ada dipikirannya, Andre juga
merebut Bu Sartika si guru kesayangannya. Putri melangkah masuk dan menepuk
pundak Bu sartika dan berkata, “ohh ini yang ibu lakukan, hingga tidak ada waktu lagi
untuk mengajari Putri?”.

Pada saat yang sama Bu Sartika menoleh. “Bukan begitu Putri, ibu melakukan
semua ini karena ibu kasihan pada Andre” katanya menatap lembut pada Putri.

“Halah!!, jangan bohong bu” bentak Putri keras sambil melangkah pergi dari
UKS. Air matanya berlinang karena emosinya meledak tak terkendali, hingga dia
terduduk di bukit belakang sekolah.

Setelah puas menangis beberapa menit kemudian, tiba-tiba Bu Sartika


menghampiri Putri.

“Boleh ibu duduk disini?” katanya pelan.

“Boleh” singkat Putri.

“Kenapa jadi begini? Apa karena kamu cemburu?” tanya Bu Sartika lagi.

“Iya Bu” jawab Putri.

“Oh itu permasalahannya, tapi walaupun begitu kamu jangan merubah


tingkahlakumu sampai memusuhi temanmu seperti ini, karena hal seperti itu hanya
dilakukan oleh setan. Sebenarnya selama ini ibu tidak ada waktu untukmu karena ibu
merasa kasihan pada nilai Andre. Dia sering bolos saat jam pelajaran. Ibu ingin
membantunya agar menjadi lebih baik dan lebih semangat belajar. Sekarang kamu
bisa lihat perubahannya bukan? Andre menjadi lebih rajin belajar dan menjadi anak
yang lebih ramah. Dan, ibu janji akan meluangkan waktu untuk Putri juga
kedepannya” tutur Bu Sartika.
5
“Benar ya bu, janji ya?” sahut Putri bersemangat.

“Iya Putri, maafkan ibu juga ya” jawabnya tersenyum sambil memeluk pundak
Putri. “Sekarang kita ke UKS ya, minta maaf pada Andre” ajak Bu Sartika.

Mereka kembali ke UKS dan Putri meminta maaf pada Andre dengan penuh
penyesalan. Sejak hari itu juga Putri dan Andre menjadi teman baik dan jadi panutan
di sekolahnya. .

TAMAT

6
HIKMAH DIBALIK SHOLAT TAHAJUD

Karya : Alyatun Rahmah (IX B)

Pagi ini Lisa bangun tepat jam 6. Dia bangun di sambut hangat oleh kicauan
burung dan sinar mentari yang sangat cerah, karena sedang tidak bisa sholat, setelah
bangun Lisa langsung berdiri dan membuka tirai kaca di kamarnya. Betapa indahnya
pemandangan pagi di samping kamar, bunga-bunga bermekaran dangan warna-warna
yang indah. Setelah menikmati pemandangan Lisa langsung bergegas mandi dan
bersiap-stap dengan memakai seragam dan sarapannya.

Selesai sarapan tepat pukul 07.00 Lisa langsung mengambil sepedanya di


garasi dan berpamitan untuk berangkat, Lisa mencium tangan ibu dan ayahnya dan
juga mencium pipi adiknya yang baru bangun tidur.

Lisa adalah gadis yang bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri di


kabupatennya dan sekarang ia sudah kelas delapan. Hari ini Lisa sangat bersemangat
sekali untuk pergi ke sekolah karena akan ada pembagian raport semester ganjil. Lisa
sangat tidak sabar ingin melihat nilainya dan Lisa juga sangat berharap kali ini ia akan
masuk peringkat 3 besar lagi.

***

Nikmatnya udara pagi dengan sinar mentari membuatnya semakin


bersemangat ke sekolah, Ia mengayuh sepeda dengan santai ditemani dengan kicauan
berung-burung yang begitu merdu. “Hai, Lisa! Selamat pagi! wah kamu terlihat
semangat banget berangkat sekolahnya” kata salah satu tetangga menyapa Lisa.
“Hehe iya tante soalnya hari Ini ada pembagian raport" jawab ramah Lisa dengan
tersenyum.

Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua puluh menit Lisa pun
sampai ke sekolah, setelah meletakkan sepedanya di parkiran sekolah, lalu Lisa
bergabung bersama dua sahabatnya yang sudah lebih dulu sampat di sekolah. Sembari
menunggu pengumuman dan pembagian raport mereka mengobrol di teras kelas.

"Kira-kira siapa ya Lis, yang bakal jadi juara kelas kita semester ini?” kata
salah satu sahabat Lisa yang biasa dipanggil Laras, Laras adalah sahabat Lisa yang
satu kelas dengannya, mereka kenal saat Masa Ta'aruf Madrasah dan mulai saat itulah
mereka berteman sampai sekarang mereka dan juga Citra menjadi tiga sahabat. “Eh
iya ya jadi penasaran deh, tapi aku takut nunjukin raport ke orang tuaku kalau aku
pulang nanti,” sahut Lisa dengan perasaan khawatir dengan wajah cemas.

7
"Tenang Lis, kamu kan biasanya dapat peringkat. Pasti bakalan dapat lagi,
kamu aja nggak ada remedial kan?," kata Citra. Citra bersahabat dengan Lisa dari
Taman kanak-kanak. Ayah Citra dan ayah Lisa juga berteman akrab karena satu
kantor bekerja dan meski mereka beda kelas dengan, Lisa kelas VIII B dan Citra kelas
VIIIA mereka tetap bersahabat.

Tepat jam delapan mereka di suruh berkumpul di lapangan untuk


pengumuman juara, peringkat 1-2-3 dikelas. Pengumuman peringkat dimulai dari
kelas 7, setelah beberapa saat tibalah pengumuman kelas yang dimulai dari kelas VIII
A dan ternyata Citra lah yang mendapatkan peringkat pertama setelah itu dilanjutkan
untuk kelas VIII B yaitu kelasnya Lisa, ternyata Lisa mendapatkan peringkat kedua.

"Alhamdulillah!!" ungkap Lisa dengan perasaan sangat senang, dan yang


mendapat peringkat ke tiga juga sahabatnya yaitu Laras. Mereka bertiga sangat
senang karena sama-sama masuk peringkat 3 besar. Setelah raport dibagikan kepada
seluruh siswa mereka dipersilahkan untuk pulang ke rumah masing-masing, Lisa pun
bergegas pulang menuju rumahnya dengan perasaan riang gembira ingin menunjukan
nilainya kepada ayah dan ibunya.

Sesampainya dirumah Lisa langsung memperlihatkan raportnya ke ayah dan


ibunya, ibunya sangat senang tetapi tidak dengan ayahnya. Sang ayahaya seperti
merendahkan Lisa dan membandingkan Lisa dengan anak temannya yaitu Citra yang
juga sahabat Lisa.

“Loh kok kamu cuman dapat peringkat 2? kayak anak temennya ayah itu
dong, katanya dia dapet peringkat 1 dan juga katanya menangin lomba olimpiade
sains,” kata ayah Lisa. Lisa yang cuma bisa berdiam saat ayahnya mengucapkan itu
semua.

Kemudian Lisa masuk ke kamarnya untuk menenangkan diri sambil merenung


di sisi Jendela kaca, yang diluarnya terdapat banyak tanaman. Sembari memaikan
handphone dan men scroll YouTube untuk mencari vedio motivasi. Lisa menemukan
sebuah vedio ceramah seorah ustadz yang membahas tentang keistimewaan sholat
tahajut. Dengan beberapa kisah contoh oleh beliau, beliau bercerita ada seseorang
yang sukses berkat sholat tahajud yang diamalkan dengan giat berusaha. Bahkan
Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan shalat sunnah malam ini karena
keutamaan nya yang luar biasa. Diriwayatkan juga melalui sebuah hadish "sholat
yang paling utama setelah sholat wajib adalah gramul lail (sholat lail)" (HR.
Muslim).

Setelah mendengar tausiah ustadz tersebut hati Lisa mulai tergerak untuk
mengerjakan sholat tahajud secara rutin setiap malam dan tidak lupa pula
mengerjakan sholat 5 waktu di awal waktu. Karena itu yang paling utama, namun itu

8
semua tidaklah cukup karena juga harus di barengi dengan berdoa dan ikhtiar. Yaitu
dengan cara lebih rajin lagi belajar. karena tidak ada usaha yang menghianati hasil.

***

Berkat dari giat belajar dan sholat tahajud serta menjaga sholat 5 waktu dan
rajin bersedekah, Lisa selalu mendapatkan nilai yang bagus ketika ulangan. Baik
ulangan harian maupun ulangan umum dan Lisa merasa bahwa dirinya menjadi lebih
mudah memahami materi yang biasanya ia anggap materi yang susah.

Karena melihat nilai Lisa yang semakin meningkat tinggi, guru sekolahnya
memintanya untuk mewakili sekolah dalam lomba olimpiade matematika tingkat
kabupaten. Lisa sangat bersemangat untuk memenangkan lomba tersebut ia sangat
rajin belajar di sela-sela waktu luangnya, berkat usahanya tersebut ia mendapat juara
pertama pada olimpiade tersebut. Ketika ayah dan ibunya mengetahui bahwa Lisa
menjadi anak yang sholehah dan pintar karena rajin shalat dan memenangkan
olimpiade matematika, mereka sangat bangga karena anak mereka mau berusaha
menjadi lebih baik lagi dan meraih prestasi seperti yang ayahnya inginkan setelah
pembelajaran. Penilaian akhir semester genap berakhir tibalah saatnya pembagian
raport semester genap Lisa hanya bisa berdo'a dan menyerahkan semuanya kepada
Allah SWT. Benar saja ternyata Lisa berhasil mendapat peringkat pertama dikelasnya,
"Alhamdulillah" kembali terucap dimulut kecilnya. Lisa sangat begitu senang dan
merasa bahwa hasil dari usah yang selama Ini ia lakukan sangat memuaskan.

TAMAT

9
IMPIAN AISYAH

Karya : Ranna Salsabil ( IX E )

Orang sering mengatakan bahwa”Bermimpilah setinggi langit” selagi langit itu


masih sanggup menampung mimpimu. Kata-kata itulah yang selalu membuatku semangat
untuk bermimpi. Aku sempat mempertanyakan hal tersebut pada guruku. Kenapa harus
bermimpi setinggi langit? Emang gak boleh kalau mau bermimpi setinggi pohon bonsai.

Akhirnya kini baru kusadari bahwa langit itu sangat tinggi jadi wajar saja kalo orang
mengatakan untuk bermimpi setinggi langit bukan setinggi pohon bonsai. Maklum saja
pertanyaan itu terlontar dari mulutku saat usiaku 6 tahun. Angan-anganku dulu
mengatakan bahwa pohon bonsai jauh lebih tinggi dari pada langit, saat itu aku tak tau
yang mana namanya bonsai. Setelah melakukan pelajaran dan penelitian, maksudnya
bertanya pada ibuku ternyata bonsai itu sejenis pohon yang pertumbuhannya sangat kecil
sekali. Cukup bahas tentang mimpi, langit, sama bonsai.

Namaku Aisyah usiaku saat ini telah berada pada angka 14 tahun. Sekarang aku
telah duduk di bangku kelas 3 SMP. Sedangkan adikku duduk di kelas 1 SMP. Aku adalah
seorang gadis yang tumbuh di lingkungan keluarga yang berkekurangan, bahkan bisa
dibilang miskin. Tempat tinggalku didesa Jatirejo. Aku tinggal bersama nenek dan adikku.
Kedua orangtuaku meninggal saat aku berusia 8 tahun dan Putri adikku berumur 6 tahun.
Sejak kepergian orangtuaku, aku dan adikku terpaksa harus berjualan kue keliling
kampung untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah kami berdua. Dari hasil
jualan itulah sampai saat ini aku dan adikku bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih
tinggi.

Desa Jatirejo merupakan desa yang terpencil. Bahkan sekolahpun belum ada di desa
tersebut. Bahkan untuk berangkat ke sekolahpun kami harus menyeberangi sungai. Aku
dan adikku bersekolah di tempat yang sama yaitu SMP Negeri 21. Di sekolah kami berdua
termasuk murid yang berprestasi. Hampir setiap lomba antar sekolah kami berdua selalu
mewakilinya. Dan Alhamdulillah kami selalu membawa gelar juara.

Di sekolah aku mempunyai dua sahabat Desi dan Dona. Diantara kami bertiga Dona
merupakan dari keluarga yang berada. Semua perlengkapan sekolahnya termsuk barang
mewah. Setiap berangkat sekolah Dona selalu diantar orang tuanya menggunakan mobil
akan tetapi Dona kurang giat dalam belajar. Walaupun Dona anak orang kaya tapi dia tidak
sombong dan ramah paada semua siswa. Dona sering kali mentraktir kita berdua di
sekolah.

Diantara para siswa di sekolah, ternyata ada salah satu siswa yang tidak suka
denganku. Rosa namanya. Aku tak tau mengapa dia tidak suka denganku. Yang aku tau dia
selalu iri dengan prestasi yang aku raih di sekolah. Rosa adalah sepupu dari sahabatku,
Dona. Sifatnya sangat berbeda jauh dengan Dona. Bahkan dia sering menghinaku di depan
teman-teman yang lainnya. Terkadang aku meneteskan air mata akibat dari hinaannya.
Namun aku tetap sabar menerima hinaan darinya. Aku Cuma bisa berkata
10
kepadanya”Miskin atau kaya, Tuhan akan memberi penilaian yang sama” ujarku sambil
menitikkan air mata. Untung saja kedua sahabatku salalu menghiburku. Aku tetap
tersenyum meskipun hatiku sedang bersedih.

Suatu hari di kelasku kedatangan guru baru Bahasa Indonesia. Beliu menggantikan
ibu Yati yang pindah tugaas ke luar daerah. Orangnya terlihat gagah dan berwibawa.
Pesona indah di wajahnya mengalihkan duniaku. Terus terang aku sangat mengaguminya.
Kurasa semua siswa dikelasku pun demikian. Tiba saat perkenalan,”Pagi semua,
perkenalkan nama saya Putu Wijaya biasa dipanggil Pak Wijaya”. Suaranya menggelegar
membelah susana ruang kelaasku. Semua siswa terdiam dan terpana menatapnya. Tak lama
kemudian Pak Wijaya menyuruh semua siswa untuk memperkenalkan diri beserta cita-
citanya. Sesi perkenalan pun mulai berlangsung. Dan kini kena giliranku. Akupun
memperkenalkan diriku.”Pagi pak Wijaya, namaku Aisyah, cita-citaku ingin menjadi
seorang Arsitek yang handal, impianku sejak kecil ingin mendirikan sekolah di desaku”
jawabku sambil menatap pak Wijaya.

“Wah, mulia banget cita-cita dan impianmu Aisyah” jawab Pak Wijaya sambil
tersenyum kepadaku. Tiba-tiba saja terdengar celetukan dari bangku barisan belakang.

“Aah... mana mungkin, Kamu Aisyah bisa mendirikan sekolah di desamu, kamu kan
hanya gadis kampung dan miskin lagi, jangan mimpi terlalu tinggi dah...ntar jatuhnya sakit
lo...hahaha” ujar Rosa tertawa merendahkanku.

“Aku memang gadis miskin, tapi tekadku sangat kuat untuk mewujudkannya,
selama kita bertekad dan berusaha in syaa Allah pasti akan terwujud” ucapku sambil
menahan tangisku. Kemudian Pak Wijaya berkata,”Benar apa katamu Aisyah, bapak setuju
itu. Allah akan mewujudkan keinginan hambanya, selagi ia mau berussaha dan berikhtiar
dengan sungguh-sungguh” ujar Pak Wijaya lembut.

“Rosa... maju ke depan sini kamu! Sekarang cepat kamu minta maaf kepada Aisyah
atas ucapanmu tadi” ujar Pak Wijaya dengan tegas.

“Bapak minta jangan lagi kamu menghina temanmu seperti itu lagi, karena kita
tidak tau nasib sesorang ke depannya bagaimaana hanya Allah yang tau,paham kamu
Rosa!”

“Sekarang cepat kamu minta maaf pada Aisyah” ucap Pak Wijaya.

“iya pak” ucap Rosa

Rosa pun segera mendatangi bangkunya Aisyah.”Aku minta maaf ya Aisyah atas
ucapanku tadi, aku sungguh-sungguh menyesal” ujar Rosa sambil memelukku dan
meneteskan air matanya.

“Iya Rosa aku maafin” ucapku lirih sambil membalas erat pelukannya.

Bel pulang sekolahpun berbunyi. Seluruh siswa berdoa dan berpamitan pulang.
Sebelum aku beranjak dari kursiku umtuk pulang, Pak Wijaya memanggilku. Akupun
11
menghampirinya. Pak Wijaya memberikan nasehat padaku,”Aisyah jangan dengarkan
orang yang selalau meremehkanmu teruslah maju dan gapailah cita-cita dan impianmu”.

“Baik pak, kukan selalu mengingat nasehat bapak yang memberikanku semangat
untuk itu. Terima kasih banyak pak untuk nasehatnya” ujarku pelan.

“Iya sama-sama Aisyah” sahut pak Wijaya.

Tak terasa sudah 4 tahun berlalu, aku sekarang sudah kelas 3 SMA dan hampir
mendekati kelulusan. Banyak hal yang perlu kupersiapkan seperti siswa lainnya bila
mendekati ujian nasional. Biasanya orangtua siswa sibuk memilihkan tempat untuk
anaknya mengikuti les privat tambahan demi meningkatkan pengetahuan anaknya agar
meraih nilai yang terbaik. Namun hal itu tidak berlaku untukku. Aku hanya belajar sendiri
di rumah karena aku tidak mempunyai biaya untuk semua itu.

Tiba dihari kelulusan semua siswa berkumpul di halaman sekolah untuk


mendengarkan pengumuman hasil ujian akhir. Alhamdulillah aku mendapatkan nilai
tertinggi bukan hanya di sekolahku saja tapi juga di tingkat propinsi. Tak henti-hentinya
aku mengucpkan puji syukur kepada Allah. Semoga Allah selalu memberi kemudahan
jalan bagiku untuk menggapai cita-cita dan mimpiku sejak kecil. Aku termenung
memikirkan diriku untuk melanjutkan kuliah. Karena butuh biaya besar untuk melanjutkan
ke jenjang berikutnya.

Tak lama kemudian seorang guru BP datang menghampiriku dan berkata,”Aisyah


kamu di panggil ke ruang bapak kepala sekolah”.

“Baik pak, nanti saya kesana” sahutku.

Akupun berjalan ke ruang pak kepala sekolah sambil memikirkan kenapa aku
sampai dipanggil ke ruang pak kepala sekolah. Setibanya di depan pintu ruangan kepala
sekolah kuketuk pintu sambil mengucapkan,”Assalamualaikum Pak”.

Dari dalam ruangan terdengar”Waalaikumussalam.. silahkan masuk” ucap pak


kepala sekolah. Akupun masuk ke dalam. Kemudian beliau berkata,”Kamu pasti bingung
kenapa bapak panggil kamu kesini iya kan”.

“iya pak, ada apa ya pak ?” jawabku masih dalam kebingungan.

Lalu beliau berkata,”Kamu bapak panggil kesini, karena bapak ingin


memberitahukan bahwa kamu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di
Universitas Indonesia, selain itu juga kamu mendapatkan bantuan dari sebuah yayasan
OrangTua Asuh yang membiayai kamu semua keperluan selama kamu kuliah hingga lulus
sarjana”.

Aku sempat terdiam sejenak. Dan hampir-hampir tak percaya mendengar semua ini.
samapai-sampai bapak kepala memanggil namaku berkal-kali,”Aisyah...Aisyah.. Aisyah..
kamu kenapa nak ?”.

12
“Oooh iya pak... ma..ma..maaf pak saya tadi sempat terkejut mendengar semua ini,
saya bagaikan mimpi di siang bolong” sahutku.

Lalu aku bertanya sekali lagi pada pak kepala untuk meyakinkan,”Apakah benar
berita ini pak ?”.

“Iya benar nak Aisyah”ujar pak kepala

“Alhamdulillah yaa Allah.... Engkau telah mendengar semua doa-doaku” ucapku


sambil menitikkan air mata.

“Selamat ya nak Aisyah, pergunakan kesempatan emas ini untuk menggapai cita-
cita dan impianmu” ujar pak kepala mengucapkan selamat kepadaku.

“In syaa Allah pak... siap, saya akan pergunakan rezeki yang Allah berikan kepada
saya dengan sebaik-baiknya” ucapku dengan penuh semangat

Kemudian aku langsung berjabat tangan seraya berkata”Terima kasih banyak pak”.

“Sama-sama nak, semoga sukses ke depannya” ujar pak kepala.

“Aamiin.....yaa Allah” ucapku penuh khimad.

Aku pun segera pulang ke rumah dengan hati gembira. Setiba di rumah, aku
menghampiri nenekku yang sedang membuat kue untuk dijual siang harinya. Aku pun
langsung memeluk nenekku seraya berkata,”Nek.. Aisyah ada kabar gembira buat nenek,
Aisyaah dapat beasiswa untuk lanjutin kuliah di perguruan tinggi negeri ternama nek”.

“Alhamdulillah yaa Allah... nenek doakan semoga Aisyah bisa tercapai meraih
impian dan cita-citamu cucuku” ucap neneknya.

“Iya nek, Aamiin aamiin yaa Rabbal’alamiin” jawabku sambil menadahkan


tanganku.

“Selamat ya kak, Putri senang mendengarnya” ujar adikku.

“Iya dek, makasih ya dek” ujarku sambil memeluknya.

Setelah menunaikan shalat zuhur dan makan siang, aku dan adikku pergi berjualan
kue keliling kampung. Dan ternyata sudah banyak yang menunggu kue buatan nenekku ini.
Salah satu pembeli langgananku bertanya padaku,”Aisyah apa benar kamu dapat beasiswa
untuk melanjutkan kuliah ?”

“Alhamdulillah... iya bu” jawabku singkat.

“Saya dengar kamu mempunyai keinginan untk membangun sekolah di desa kita ini
ya Aisyah ?” tanya ibu-ibu yang lainnya.

13
“Iya benar bu” jawabku sambil tersenyum.

Lalu bu Siti bertanya lagi,”Emang kamu bisa membangun sekolah di desa kita ini,
kamu kan cuman jualan kue keliling dan miskin lagi”.

Aku mencoba menahan tangis dan berkata,”In syaa Allah bisa bu, doakan saja”.

“Iya in syaa Allah kakakku bisa, lihat aja nanti bu !” sahut Putri adikku dengan
kesal.

Dua hari sebelum keberangkatanku ke Jakarta,nenekku meninggal dunia. Aku


sangat terpukul sekali. Karena nenekku yang selama ini menjadi pengganti kedua
orangtuaku telah pergi selamanya. Sebelum nenekku meninggal, beliau berpesan ,”Aisyah,
Putri kamu harus tetap semangat, jangan jadikan alasan bila nenek sudah tidak ada nanti
kalian tidak mau melanjutkan hidup kalian. Teruslah berjuang jangan pernah menyerah,
apalagi kamu Aisyah, kamu harus bisa membuktikan pada warga di desa kita ini kalau
kamu bisa membangun sekolah di desa ini”.

Aku dan adikku pun tak kuasa menahan tangis hingga sampai ke tempat
peristirahatan nenek yang terakhir.

Tiba saatnya aku harus berangkat ke Jakarta, namun aku masih berdiam diri di
kamar sejak kepergian nenekku. Putri mencoba membujuk kakakku,”Kak... kakak harus
berangkat hari ini”.

“Kakak gak semangat lagi dek, sejak kepergian nenek” sahutku lirih.

“Ayo kak, kakak harus ingat pesan nenek ka” ucap adikku memberi semangat.

Seketika itu juga aku terdiam, dan mengingat pesan nenek terakhir kalinya. Akupun
mengenang kebersamaanku bersama nenekku. Aku lagi-lagi menangis. Dan Putri pun
membantu menghapus air mataku.

“Dek... kakak akan berangkat, tapi gimana dengan kamu disini sendirian ?” kataku

“Putri gak apa pa sendirian kak, kan Putri disini juga banyak teman”ucap Putri
menyenangkan hatiku.

Aku pun bersiap-siap untuk berangkat menggunakan bus. Dan kukatakan pada
adikku,”Tunggu kakak kembali ya dek dengan membawa sejuta impian“.

“Pasti kak” sahut Putri sambil berlinang air matanya.

***

4 tahun kemudian......

14
Tiba hari wisudaku, aku merasa bangga dan sekaligus bersedih. Kegembiraanku
dikarenakan aku sudah menyelesaikan kuliahku dan mendapat gelar sarjana dengan
menjadi lulusan wisudawan terbaik di Fakultas Teknik dari sekian banyak wisudawan.
Pada saat sesi foto-foto aku ditanya oleh dosenku,”Mana keluargamu Aisyah ?”.

Aisyah lalu terdiam sejenak dan menangis seraya berkata,”Orangtuaku meninggal


saat aku berumur 8 tahun, nenekku di panggil sang Ilahi disaat dua hari sebelum
keberangkatanku kesini dan adikku di kampung sendirian”.

Orang-orang yang ada disekelilingku ikut menangis mendengar ceritaku. Teman-


teman dan dosenku langsung memelukku.

Dari kejauhan terdengar suara memanggilku,”Kakak, aku kangen padamu kakak”


ucap adikku yang sedang berlari menghampiriku. Aku langsung memeluk adikku dengan
erat,”Kakak juga sangat rindu padamu, kamu kok bisa sampai disini, sama siapa kamu ?”
tanyaku dengan bingung.

“Putri sama kami kesini Aisyah,kami ingin melihat wisuda kamu,”ucap dua orang
perempuan yang menghampiriku..

Dan ternyata kedua perempuan tersebut tak lain adalah sahabat karibnya di SMP
dulu, Desi dan Dona. Merakapun berpelukan saling melepas rindu sejak sekian puluh
tahun lamanya mereka berpisah. Dan akhirnya mereka berfoto berempat.

Keesokan harinya

Aku kembali ke kampung halamanku dengan membawa ijazah S1 ku. Tentunya


dengan kontrak kerja dari perushaan ternama. Aku dan adikku mengadakan hajatan
tasyakuran atas nikmat yang diberikan kepada keluargaku. Impian kecilku pun terwujud.
Aku bisa membangun dua sekolah sekaligus SMP dan SMA di desaku. Dimana semua itu
kubangun dengan desainku sendiri yang ilmunya kudapat dari aku kuliah dulu di Fakultas
Teknik Arsitektur dan biayanya pun dari penghasilanku selama kerja di perusahaan
ternama.

Dari situlah para penduduk desa tidak lagi memandang rendah pada keluargaku
khususnya pada diriku, yang dulunya sering menghina dan mengejekku. Mereka pun para
warga di desaku mulai peduli betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
Mereka juga berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya hingga lulus menjadi sarjana.

Dan akhirnya akupun berhasil mewujudkan impian dan cita-citaku.

TAMAT

15
TAK MAU KALAH

Karya : Dinda Mauridsa (IX E)

Hari Senin, Pembelajaran pertama hari ini adalah olahraga. Anak-anak kelas IX
sedang berbaris di lapangan sekolah untuk melaksanakan senam. Pak Mursyid adalah
guru olahraga yang memimpin senam tersebut dan ada juga murid yang ikut
memimpin di depan. Untuk pelajaran semacam itu, biasanya anak-anak setelah senam
meraka bebas melakukan permainan olahraga lainnya. Alex dan Baim sibuk dengan
bermain badminton. Mereka bermain dengan semangat, Saat lagi asyiknya bermain
tiba-tiba tali sepatu Alex lepas. Saat Alex sedang memasang tali sepatu, Alex tak tahu
kalau Zedan mendekatinya tanpa ijin, raket yang berada di dekat Alex diambilnya
begitu saja. Bersamaan dengan itu Alex juga mau mengambil raket tersebut. Alatnya
hanya dua. Hanya bisa dimainkan oleh dua orang.

"Aku juga mau memakai, Zedan!" seru Alex.

"Sopan sedikit, Zedan!" bentak Baim sambil melotot.

"Alahh...! Sok kamu. Aku cuma pinjam sebentar saja!" Kata Zedan ketus tanpa
mau mengembalikan alat itu. "Boleh saja. Tapi kan mesti gantian. Kamu tahu sendiri
alatnya cuma itu."

"Tahu! Raket ini tak akan kumakan! Mentang-mentang kamu hebat bermain
badminton. Ingin berlagak, ya? Ini bukan raketmu!" kata Zedan.

"Memang bukan. Sekolah yang mempunyai raket itu." kata Alek jujur.

"Nah, begitu saja pelit! Apalagi kalau benda itu kepunyaanmu!"

“Dengar, Zedan! Aku tidak bermaksud pelit. Hanya saja saat ini aku juga ingin
memakai. Aku tidak melarang kau meminjam. Nih!” Kata Zedan sambil melempar
raket yang dipegangnya. Raket itu meluncur di lapangan sekolah dan hampir saja
mengenai kaki Baim.

"Sopan sedikit, Zedan!" bentak Baim sambil melotot. Sejenak keduanya saling
pandang. Tak lama kemudian, Zedan melangkah pergi meninggalkan kedua anak itu.

"Biarkan sajalah". Kata Baim

Mereka berdua pun kembali ke kelas karena sudah waktunya untuk masuk ke kelas.
Dan mulailah pelajaran matematika. Setelah itu bel pulang pun berbunyi semua murid
dipersilahkan pulang ke rumah masing-masing.
16
"Kita pulang bareng aja Lex, aku tadi bawa sepeda!" kata Baim.

"Ya udah, aku tunggu di depan gerbang ya!" kata Alex.

"Ya. Aku ambil sepedanya dulu ya!" kata Baim.

"Iya." kata Alex.

Segera Baim berlari mengambil sepedanya. Alex menantinya di pintu gerbang


sekolah. Tak lama kemudian Baim kembali.

"Lho, mana sepedamu?"

"Sial betul! Bannya kempes. Dua-duanya lagi! Padahal aku yakin betul tadi pagi
tidak ada apa-apa. Malahan bannya baru lagi.” Gerutu Baim.

"Ya udah, kita bawa ke bengkel aja dulu!" Kata Alex, Saat dalam perjalanan ke
bengkel mereka melewati tempat sepi dan ternyata di sana ada Zedan dan satu orang
teman nya.

"Hei pengecut!" panggil Zedan

Alex dan Baim pun saling pandang tak paham.

"Siapa yang kamu maksud pengecut?" kata Alex

"Siapa lagi kalau bukan kamu!" kata Zedan dengan ketus.

Dan Zedan pun berjalan ke arah Alex dengan tangan di kepal.

"Kamu mentang-mentang juara badminton sampai gak mau minjamkan raket ke


aku!" kata Zedan.

"Maaf ya Zedan, bukannya aku gak mau minjaminkan raketnya, raketnya kan
cuman dua jadi kita harus bergantian dong mainnya dan saat itu kan aku yang makai."
kata Alex.

"Halah, alasan! bilang aja kamu mau permaluin aku di depan orang-orang." kata
Zedan

"Gak gitu Zedan."

"Ayok, kita berkelahi, buktikan siapa yang lebih hebat!"

"Jangan gitu dong Zedan dia gak ada salah!" kata Baim.

17
"Kamu gak usah ikut campur ya!" kata Zedan.

"Udah kamu diam aja." bisik Alex ke Baim.

"Zedan aku gak mau masalah ini menjadi besar mending biarin aja udah. Aku
minta maaf ya." kata Alex.

"Enak banget minta maaf, kamu udah bikin aku malu tau gak!" kata Zedan
ketus.

"Udahlah biarkan saja Zedan dia gak salah." kata teman Zedan.

"Ooo… kamu malah bela dia, hah?!" kata Zedan sengit.

"Gak gitu maksudnya, aku cuma gak mau kamu kena masalah."

"Halah… kalian semua sama saja!" kata Zedan.

Zedan pun meninggalkan tempat itu dan temannya pun nyusul Zedan. Alex dan Baim
pun masih bingung dengan tingkah Zedan.

"Ya udah, mending kita pulang saja!" kata Alex.

"Ya udah deh, nanti biar ayahku yang perbaiki ban sepeda nya." kata Baim.

"Okelah!" Kata Alex

Esok harinya Alex berangkat sekolah sendirian. Di perjalanan ia bertemu Zedan.

"Hai Zedan!" Kata Alex

Zedan hanya melirik dengan muka judes. Alex pun bingung karena tak mengerti
maksud Zedan seperti itu kepadanya.

"Zedan kenapa ya?" kata Alex.

Alex pun sampai sekolah. Memang rumah Alex ke sekolah tidak jauh, jadi Alex bisa
berangkat dengan jalan kaki.

Sesampainya di kelas Alex langsung nyamperin Baim.

"Hai, bro!" kata Alex.

"Bikin kaget aja!" kata Baim

"Hehe, maaf. Lagi ngapain sih serius banget?" kata Alex


18
"Baca buku nih, besok kan ulangan." kata Baim.

"Ooo!" kata Alex

Tiba-tiba Zedan datang dan nyamperin Alex.

"Alex, aku minta maaf ya. Kemaren aku cuman iri dengan kamu makanya aku
kayak gitu." kata Zedan.

"Gak papa, kamu gak salah kok." kata Alex sambil menepuk pundak Zedan
sambil tersenyum.

"Makasih." kata Zedan

"Sama-sama." kata Alex

Mereka pun kembali berteman dengan baik.

TAMAT

19
LIBURAN AKHIR TAHUN KE PANTAI BATAKAN BARU

Karya : Riska Fauzana Kelas (IX B)

Libur telah tiba! Agaknya tiada hal lain yang lebih seru kecuali jalan-jalan.
Entah itu bersama keluarga, saudara, atau teman. Entah itu pergi ke tempat wisata, ke
luar kota atau di daerah sendiri. Aku pun demikian. Beruntung pandemi covid-19
pada akhir tahun ini mulai mereda. Setidaknya orang-orang sudah boleh pergi tanpa
harus melewati persyaratan dan ketentuan yang ketat.

Aku pun sejak jauh-jauh hari sudah merencanakan kegiatan liburan bersama
teman, tempat liburan yakni ke pantai Batakan baru yang ada di Tanah Laut. Karena
lokasinya yang jauh dari Kota Barabai ke Pantai Batakan baru yaitu sekitar 221,6 KM
maka kami memutuskan untuk menyewa sebuah mobil. Ya, cukuplah untuk
mengangkut kami yang delapan orang ini. Ada aku, lalu tujuh orang teman satu
kampung. Kami berangkat bersama-sama karena sudah sejak lama merasakan
kepenatan dan ingin berlibur ke pantai. Benar rasanya jenuh bila harus terus berdiam
di rumah dan membuka buku. Belajar itu sangat penting, tapi kukira liburan dan jalan-
jalan pula tidak boleh diremehkan. Kalau sudah jenuh, tidak ada gunanya belajar
karena apa pun materi ajar bakal enggan masuk ke otak. Mungkin bakal nyantol di
pikiran, tapi cuma lewat sebagaimana masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri.

Tepat pada hari Rabu pagi kami pun berangkat ke pantai Batakan Baru. Kira-
kira pukul 05.00 WITA mobil yang kami sewa sudah datang menjemput kami. Karena
lokasi rumahku yang paling dekat dengan supir jadi di rumahkulah yang menjadi titik
kumpul teman-teman. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit, semua
penumpang naik ke mobil. Kulihat teman-teman tampak sehat dan ceria hingga tak
perlu ku khawatirkan.

"Di sini ada yang mabuk darat gak?" tanya om sopir.

"Ada om, tapi kami sudah antisipasi minum obat anti mabuk, hehe…" jawab
salah seorang temanku.

Pukul 05.30 WITA berangkat dari kampungku. Kira-kira kami akan tiba pukul
11.00-11.30 WITA. Ya, rata-rata durasi perjalanan dari Barabai ke Pantai Batakan
sekitar kurang lebih 5 jam bergantung pada padatnya lalu lintas. Tapi, sebenarnya
kami tidak langsung berangkat ke Pantai Batakan Baru maupun Pantai Takisung,
melainkan ingin singgah ke museum terlebih dahulu. Alamatnya yaitu JI. Komet,
Kecamatan Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714.

Sebelum jebyar-jebyur dan bermain pasir di pantai, aku bersama teman-teman


ingin melirik benda-benda peninggalan, budaya, hingga adat dan suku yang ada di
20
berbagai daerah di provinsi Tidak lupa kami pun membawa catatan kecil untuk
merangkumnya. Bukan apa-apa. Biasanya setelah masuk sekolah nanti Bu Guru kami
pasti bakal meminta kami menuliskan kisah liburan.

Ya, kalau kisah liburan semesterku cuma sekadar jalan-jalan ke pantai bersama
teman, agaknya kurang begitu lengkap dan mengesankan. Tepatnya pukul 09.00
WITA, kami akhirnya tiba di Museum Lambung Mangkurat. Perjalanan tiga jam
bagiku dan teman-teman tidak begitu melelahkan sehingga kami hanya perlu istirahat
sebentar dan memakan sedikit cemilan. Masuk ke museum hanyan perlu bayar lima
ribu rupiah demikian dengan parkirnya hanya lima ribu rupiah untuk satu mobil.

Setelah memasuki Museum Lambung Mangkurat kulihat ada begitu banyak


koleksi replika dan budaya. Menurut penjelasan petugas museum, setidaknya ada
kurang lebih 11.965 koleksi museum mulai dari koleksi etnografika, arkeologika,
historika, biologi, keramologika, hingga teknologika yang telah dikumpulkan sejak
tahun 1979.

Lumayan, kan. Bisa penuh nantinya catatan karangan liburan akhir tahunku ini,
he he he. Urusan ke Museum Lambung Mangkurat selesai, aku bersama teman-teman
langsung bergegas menuju pantai, Di Jalan Pariwisata, Batakan 1, Kecamatan
Penyipatan, Kabupaten Tanah Laut Kota Pelaihari. Namun sebelum itu, kami singgah
terlebih dahulu di salah satu rumah makan yang berada di kota Pelaihari, tidak jauh
dari lokasi pantai. Bukan apa-apa, hari sudah menjelang siang dan matahari segera
akan tergelincir. Setelah makan, aku dan teman-teman beristirahat sebentar dan
melanjutkannya perjalanan dengan Tepat pukul 13.00 siang, kami akhirnya bergegas
menuju lokasi pantai.

"Duh, panas sekali hari ini!" keluh temanku.

Memang panas, sih. Namanya juga kota pinggir pantai,rasanya seperti lebih dari
30 derajat celcius. Padahal di Barabai cuaca siang hari saja kadang tidak sampai ke
angka 29 derajat. Biarpun demikian, kami pun tidak terlalu mementingkan cuaca
karena sejatinya hari yang cerah sangat bagus untuk berfoto. Ya, kamera handphone
kami yang sederhana ini bisa tampak lebih terang. Tidak ada biaya khusus saat kami
memasuki lokasi Pantai Batakan Baru. Cuma bayar parkir mobil saja, yang seingatku
hanya Rp 5.000. Selebihnya gratis. Kecuali jajan, sih he he he. Namanya memang
Pantai Batakan Baru, tapi tidak jauh dari lokasi masuk ada pula bagian Pantai Tanjung
Dewa dan Pulau Datu. Tetapi untuk akses pergi ke sana kita memerlukan penyewaan
perahu atau kapal. Rencananya, aku dan teman-teman bakal bersantai di pantai hingga
bisa melihat matahari terbenam. Ya, pas sekali dengan cuaca pantai yang terik ini.

"Sis, kamu mau beli es dogan gak?"

Karena tenggorokan sudah mulai kering, aku dan teman-teman pun berencana
untuk membeli es dogan. Tidak lupa, kami pula mengajak om supir karena dirinya
21
juga diberi tanggung jawab menemani aku dan teman-teman. Tapi sedikit mahal, sih.
Rp 10.000 harganya. Sebenarnya wajar, sih, karena memang nyaris semua jajanan di
lokasi wisata itu mahal. Sama halnya dengan di sini, Pantai Batakan Baru. Tapi, kami
tidak terlalu memedulikannya. Minum es dogan dingin sembari duduk memandang
ombak di pantai adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Rasanya, kepenatan dan
kegelisahan hidup ini sirna begitu saja. Tambah lagi ketika sore hari mulai tiba.
Langit-langit mulai tampak memerah hingganya suasana di pantai semakin sejuk.

Aku dan teman-teman sengaja mengincar detik-detik senja untuk mengabadikan


foto yang menarik. Beruntung dikala itu langit belum dikerumuni awan hingga cahaya
senja yang memerah tampak begitu mempesona. Setelah berurusan dengan senja,
kami pun segera bersiap-siap untuk membangun tenda kemah untuk bermalam di
Pantai Batakan Baru. Besok paginya kami baru pulang.

TAMAT

22
ANAK NELAYAN YANG MENJADI PEMAIN SEPAK BOLA

Karya: Fia Vebrya (VIII B)

Suatu hari ada anak laki-laki yang terlahir dari keluarga yang bisa dibilang
miskin namanya ialah Mahen Putra Alexandra, dia masih SMA, dan dia mempunyai
cita-cita yang pasti akan dia buktikan suatu saat nanti. Dia tinggal di tepi pantai
Ayahnya adalah seorang nelayan. Tetapi ibu dan ayah Mahen tidak mendukung cita-
citanya tersebut. Ayahnya Mahen bekerja keras untuk Mahen agar masih bisa
bersekolah sampai menjadi sarjana, namun Mahen sedikit lemah dalam pelajaran
Karena dia mempunyai kemampuan sendiri yaitu sepak bola, setiap sepulang sekolah
Mahen selalu berlatih bermain bola dengan tiga temannya yaitu Fajar, Andika, dan
Justin.

Teman-teman Mahen adalah orang yang termasuk sangat mampu dan mereka
tidak pernah membedakan Mahen dengan mereka, Karena teman itu tidak mencari
kekayaannya namun kebaikan hatinya saat di sekolah.

***

Sekolah mengumumkan untuk mengadakan ekstrakurikuler futsal, dan


tentunya saja Mahen sangat bersemangat untuk mengikuti ekstrakurikuler tersebut
namun karena tidak mampu untuk membeli sepatu futsal, maka dia mengurungkan
niat. Setelah Fajar, Andika dan Justin mengetahui hal tersebut mereka berpatungan
untuk membelikan sepatu futsal untuk Mahen dan waktu yang sangat tepat mereka
berikan untuk hadiah ulang tahun Mahen, karena hari itu Mahen berulang tahun ke-
17.

Mahen sangat bahagia karena teman-temannya, dia bisa bermain futsal.


Mereka berempat pun mendaftar dan mereka bisa mulai latihan sore hari ini. Sepulang
sekolah Mahen hanya diam dan masuk ke kamar, Mahen tidak ingin memberitahu
orang tuanya dulu karena ia tidak ingin dimarahi. Saat sore telah tiba Ayah Mahen
sudah berangkat melaut dan ibu Mahen mengeringkan ikan asin. Mahen bergegas ke
sekolah karena dia tidak mau terlambat latihan.

Tespun dimulai, Mahen dan tiga temannya lulus dan bisa mengikuti
pertandingan antar sekolah, saat latihan selesai Mahen pulang dan berkurung diri di
kamar, dia menulis banyak hal di sebuah buku harian dan saat itu Mahen tertidur di
meja belajar. Ibunya yang kasihan melihat Mahen seperti sangat kelelahan langsung
membaringkan Mahen dikasur, ibunya melihat ada yang ditulis putranya, tak sengaja
saat membaca buku harian Mahen ibunyapun merasa bersalah karena memaksa
Mahen. Namun ibunya melakukan hal tersebut hanya demi kebahagiaan Mahen juga.
Saat itu Ibunya menuliskan suatu kata motivasi untuk Mahen di secarik kerta.
23
“Kamu boleh bermain bola sepuas kamu tapi jangan lupa belajar dan salat
yaa”

dari Ibu

Tibalah hari di mana Mahen bertanding. Tak disangka ibunya datang, dengan
begitu saja dia sudah merasa bersemangat.

Lalu ibu Mahen berteriak "Ayo main bangun jangan menyerah!!!”

Mendengar itu Mahen melihat ke arah ibunya, seketika Mahen bangkit


kembali, dan Mahen akhirnya memenangkan pertandingan tersebut dengan
mendapatkan skor 7-6. Ibunya sangat bangga kepada Mahen, karena telah
memenangkan pertandingan tersebut. Mahen mendapatkan sedikit uang senilai
Rp500.000. Dia memberikan uang itu untuk ibunya namun ibunya menolak dan
berkata "tabung saja dulu uang itu mungkin suatu saat perlu”.

Satu tahun kemudian

Mahen telah lulus SMA dan ayahnya ingin menguliahkannya ke Jakarta


namun Mahen tidak bisa meninggalkan tim futsalnya karena seminggu lagi ia akan
bertanding di stadion Jakarta internasional. Tidak terasa semua pencapaian yang
pernah Mahen dapatkan terlalu banyak piala dan piagam penghargaan yang ia tabung
selama ini. Saat malam sebelum ia bertanding dia mengeluarkan semua uang yang ia
tabung selama itu, total dari uangnya ia tabung adalah 500 juta, dia meletakkan semua
uangnya di meja belajar namun ia menuliskan sebuah pesan.

Mahen menuliskan pesan yang berisikan

Ayah dan ibu maafkan Mahen yang belum bisa menjadi anak yang
baik dan berbakti kepada ayah dan ibuu, ayah Maafkan aku yang tidak
patuh dengan ayah, Mahen minta maaf karena selama ini telah
berbohong kepada ayah, Mahen besok akan bertanding ke Jakarta,
Mahen terpaksa pergi tanpa memberitahu ayah dan ibu, Mahen
memberikan sedikit uang ini untuk ayah dan ibu Mahen mendapatkan
uang ini dari memenangkan pertandingan Ayah Mahen pamit yaa...

wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

Mahen langsung bergegas dari kamarnya langsung keluar melalui jendela, dia
langsung berangkat bersama temannya, ayah dan ibu main khawatir dan mencari
Mahen ke kamar karena belum makan, saat ayah dan ibu Mahen melihat banyak
sekali uang di meja belajar Mahen, dan jendela kamar Mahen terbuka, mereka sangat

24
khawatir apa yang terjadi kepada Mahen lalu mereka menghampiri meja belajar
Mahen dan menemukan surat yang ada di dekat uang yang sangat banyak tersebut.

Ayah dan ibu Mahen membaca surat tersebut berlinang air mata jatuh dari
ayah dan ibu Mahen. Ayahnya sangatlah bangga kepada anaknya dan ayah merasa
bersalah karena selama ini telah mengekang dan memaksa Mahen, dan ayah ibu
Mahen bergegas bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta.

Keesokan harinya....

Mahen yang bersiap-siap untuk bertanding dan tentu saja saat Mahen
memasuki lapangan banyak sekali fans Mahen yang m berteriak untuk menyemangati
Mahen karena selain juga bermain bola, Mahen juga termasuk pemain sepak bola
yang paling tampan dari seluruh penonton yang ada, sekitar 90% yang menjadi
penggemar Mahen, saat pertandingan dimulai Mahen segera fokus mencari strategi
agar tidak kalah dalam pertandingan tersebut.

Tidak berselang lama Mahen mencetak gol pertama dan semua penggemar
berteriak sangat kencang karena Mahen mencetak gol saat itu. Tiba-tiba Mahen
melamun dan jadi tidak fokus dengan pertandingannya, Ia kepikirkan kedua orang
tuanya yang dia tinggalkan. Dan dengan tidak sengaja sebuah bola mendarat diwajah
Mahen. Mahen terjatuh dan hidungnya berdarah tak terasa air matanya jatuh,
menangis.

Semua penggemarnya juga ikut bersedih saat itu suasana lapangan menjadi
hening tanpa ada suara sedikitpun. Mahen tidak bangun sama sekali untuk beberapa
saat. Dan tidak lama kemudian ibu dan ayahnya Mahen akhirnya datang dan berteriak.

"Ayo, nak bangun buktikan bahwa anak ibu hebat!!!”ucap ibunya.

"Bangun, nak kau kan hebat!!”ucap ayahnya meneruskan.

Seketika Mahen bangun dan dengan semangatnya akhirnya dia memenangkan


pertandingan tersebut. Ayah dan ibu Mahen turun ke lapangan dan memeluk Mahen.
Ibunya sangat bangga kepada Mahen karena ia sekarang menjadi pemain sepak bola
terkenal di dunia. Mahen meminta maaf kepada ayahnya karena selama ini telah
berbohong kepada ayahnya, ayah juga meminta maaf karena selama ini memaksa dan
menekan Mahen agar fokus belajar dan tidak bermain bola. Lalu mereka pulang ke
tempat asal mereka tinggal sekarang dan menjadi orang yang sangat kaya di kampung
atau desa itu mereka hidup dengan bahagia.

TAMAT

25
DOAKU DI SEPERTIGA MALAM

Karya : Annisa Agustina (VIII D)

Annisa adalah seorang siswi SMP yang rajin dan taat akan perintah agama
suatu hari saat Annisa ingin pergi menuju mushola tiba-tiba ada yang memanggilnya
dari belakang.

"Assalamualaikum Annisa" suara laki-laki yang mengejutkan Annisa ternyata


sumber suara itu adalah Radit. "Waalaikumsalam..."jawab Annisa.

"Mau ke mushola ya?" tanya Radit.

"Iya nih mau ke mushola" jawab Annisa lagi.

"Oh iya aku juga mau ke sana kita bareng yuk" ajak Radit.

"Emm... boleh deh" sahut Annisa.

Lalu Annisa dan Radit berjalan beriringan menuju mushola hati Radit
berdegup kencang ketika ia berjalan bersama perempuan yang ia kagumi selama ini,
setelah salat Radit menghampiri Annisa yang sedang duduk di mushola.

"Assalamualaikum" ucap Radit.

"Waalaikumsalam" jawab Annisa.

"Kamu jangan marah yaa" bujuk Radit.

"Iya aku nggak akan marah kok" sahut Annisa ramah.

"Boleh nggak aku minta nomor whatsapp-mu" pinta Radit sedikit gugup.

"Emangnya buat apa?" tanya Annisa tegas.

"Yaa buat kalau ada kepentingan sama chat-an gitu hehehe" ucap Radit sambil
senyum tersipu.

"Emmm, boleh deh, tapi kalau malam jangan sering chat aku ya" pinta Annisa.
"Iya deh iya" jawab Radit dengan perasaan senang. Annisa pun memberikan nomor
whatsapp-nya kepada Radit , "nih catat ya" ucap Annisa diikuti Radit dengan segera
mengeluarkan handphone miliknya.

26
"Iya makasih ya Nis nanti kalau aku chat bales ya.." kata Radit percaya diri.
"Iya Insya Allah, udah ya aku mau ke kelas dulu. Assalamualaikum" balas Annisa
sembari berlalu meninggalkan Radit.

"Waalaikumsalam" sahut Radit

Sejak hari itu Annisa dan Radit menjadi semakin dekat, mereka saling
mengingatkan salat saling mendoakan menyemangati bahkan Radit sering bercanda
dan menggombali Annisa, benih cinta pun mulai tumbuh dalam hati Annisa, pada
pukul 03.00 pagi hembusan angin menyelinap melalui dinding dinding kayu yang
mulai rapuh, yang membuat Annisa terbangun dari tidurnya. Lalu ia segera
mengambil air wudhu dan melakukan salat tahajud dalam salatnya

Annisa berdoa "ya Allah Ya Robbi yang maha mengetahui segala isi hati ini
jika dia memang jodohku maka Dekatkanlah namun jika dia bukan jodohku maka
ٰ ْ ‫ َربَّن َۤا ٰاتِنَا فِى الد ْنيَا َح َسنَةً َّوفِى‬aamiin".
َ ‫اْل ِخ َرةِ َح َسنَةً َّو قِنَا َعذَا‬
jauhkanlah ‫ب النَّا ِر‬

Tak terasa azan subuh pun mulai berkumandang, lalu Annisa bergegas pergi
ke masjid untuk salat berjamaah. Di pagi hari yang cerah dengan embun pagi yang
indah Annisa berangkat sekolah menggunakan sepedanya, saat disekolah Annisa
melihat Radit yang sedang membantu guru. Radit memberikan senyuman kepada
Annisa yang membuat jantung Annisa deg dig dug, Annisa pun membalas dengan
senyuman yang membuat Radit terpana.

Jam pulang sekolah tinggal lima belas menit lagi. Radit bersiap-siap untuk
menyatakan cinta kepada Annisa lalu ia pergi ke kelas Annisa, Radit merasa grogi
ketika berada di depan pintu kelas 8D yaitu kelas Annisa, akan tetapi itu masih bisa
diatasi oleh Radit lalu ia membuka pintu kelas Annisa dengan perlahan.

"Assalamualaikum..." ucap Radit yang memecahkan kegaduhan kelas yang


tengah ramai "Waalaikumsalam...." jawab teman-temannya serentak.

"Annisa sini" ucap Radit sambil melambaikan tangannya kepada Annisa,

"Ada apa Dit?"tanya Annisa penasaran.

"Nggak apa apa aku cuman pengen ngasih tahu kalau bel pulang nanti kamu
jangan pulang duluan ya, nungguin aku di lapangan basket" jelas Radit . "Loh
Emangnya ada apa sih?" tanya Annisa lagi.

"Udah lakuin aja entar kamu juga tahu kok" ucap Radit. "Ya udah deh iya"
balas Annisa.

"Udah ya aku mau ke kelas dulu, Assalamualaikum" ucap Radit.


"Waalaikumsalam" sahut Annisa.
27
Bel pulang pun sudah berbunyi, Annisa bergegas pergi menuju lapangan
basket, Tak lama kemudian Radit menghampiri Annisa dengan teman-temannya yang
mengikuti di belakang.

"Assalamualaikum..." ucap Radit.

"Waalaikumsalam..." jawab Annisa.

"Loh ada apa ini Dit??" tanya Annisa bingung.

"Nis sebenarnya aku ingin mengungkapkan isi hatiku kalau aku menyukaimu,
maukah kamu menjadi pacarku" ucap Radit dengan penutup sambil memberikan
bunga mawar kepada Annisa. Annisa yang sedang kebingungan tiba-tiba Radit
menyatakan cintanya kepada Annisa. Perasaan Annisa saat itu bercampur aduk,
sebagian ada perasaan senang karena harapan cintanya terbalaskan namun sebagian
ada perasaan sedih karena ia tak ingin pacaran karena takut akan mukanya Allah.

"Terima kasih ya Dit karena sudah menyukaiku, sebenarnya aku juga


menyukaimu akan tetapi aku tidak mau berpacaran karena aku lebih memilih rabb-ku"
ucap Annisa

Annisa berlari sambil menangis dan menerobos kerumunan, Radit masih


terdiam dan terpaku karena tak percaya Annisa menyukainya namun ia menolaknya,
Annisa masih menangis di kamarnya.

"Ya Allah mengapa engkau secepat ini mengabulkan harapan cintaku, Aku
memang ingin bersamanya tapi bukan di jalan yang tidak engkau ridhoi Aku senang
dikala cintaku terbalaskan tapi Haruskah berakhir seperti ini... " rintih Annisa.

TAMAT

28
GAGAL TA'ARUF

Karya : Nurhaliza (IX B)

Gadis muda bernama Mentari yang berumur 21 tahun putri tunggal dari bapak
Heri Subaja seorang guru di sekolah SMA. Mentari baru saja lulus kuliah keguruan
beberapa bulan yang lalu, ia menjadi seorang guru di sebuah yayasan pendidikan di
Bandung. Menjadi seorang guru seperti bapaknya adalah cita-cita Mentari sejak kecil.
Semenjak ibu Mentari meninggal dunia satu-satunya orang terdekat yang dimilikinya
hanyalah bapaknya.

Pada malam itu saat Tari dan bapak sedang makan malam Tari berbicara
kepada bapak untuk menyampaikan bahwa ada seorang laki-laki yang berniat baik
untuk menikahi Tari yang bernama Sholeh Salihin. Tari pun memperlihatkan biodata
dan CV dari Sholeh ia pun meyakinkan bapaknya bahwa Sholeh, bisa menjadi imam
untuknya.

Tari meminta izin kepada bapak untuk berta'aruf dengan laki-laki pilihannya,
bapak mengizinkan Tari ta'aruf tapi yang menjadi perantara tahap tersebut adalah
bapaknya sendiri, ia pun setuju dengan perkataan bapaknya, keesokan harinya Tari
menelepon Sholeh untuk memberitahu bahwa orang tuanya setuju dengan rencana
mereka untuk berta'aruf, mendengar persetujuan dari orang tua Tari Sholeh merasa
senang dan berharap semuanya berjalan dengan lancar.

Beberapa hari kemudian Tari kembali menelepon Sholeh untuk datang ke


rumahnya karena keinginan bapak untuk bertemu. Sholeh pun segera berangkat
menuju rumah Tari pada saat sampai di rumah Tari, Sholeh sedikit berbincang dengan
bapaknya Tari dan tak lama kemudian bapak memberikan beberapa pertanyaan.

Bapak menanyakan karakter kepribadian dan kebiasaan sholeh, setelah


mendengar jawaban dari Sholeh bapak meminta maaf kepada Sholeh lalu berkata
bahwa putrinya bukanlah perempuan yang tepat untuknya dan bapak berharap Sholeh
bisa ikhlas menerima keputusan ini, sedangkan Tari yang mendengar jawaban dari
orang tuanya langsung masuk ke kamar dan menangis sesenggukan. Bapak
menghampirinya dan mengatakan "kamu itu anak bapak satu-satunya bapak hanya
ingin yang terbaik untukmu nak dan bapak tidak akan membiarkan kamu menikah
dengan laki-laki yang salah".

Besok harinya Tari menemui dan bercerita kepada sahabatnya tentang


pembicaraan bapaknya dan Sholeh tadi malam, saat Tari sedang bercerita tiba-tiba ada
orang yang menghampirinya dan memberitahu Tari bahwa bapaknya pingsan di
rumah. Tari pun bergegas pulang menemui bapaknya saat dalam perjalanan menuju

29
ke rumah, orang yang memberi tahu Tari tentang keadaan bapaknya tadi adalah orang
suruhan bapak untuk memata-matai dan mencari tahu informasi tentang Sholeh.

Orang itu bercerita dan menegaskan kepada Tari bahwa Sholeh bukan orang
yang tepat untuknya karena menurut informasi yang dia dapat sholeh itu adalah anak
yang tidak patuh kepada orang tuanya dan dia adalah laki-laki yang tidak bertanggung
jawab.

Saat sampai di rumah, bapak meminta maaf dan menceritakan semuanya


kepada Tari, setelah mendengar hal itu Tari pun menangis dan meminta maaf kepada
bapak karena telah berprasangka buruk.

***

Sedangkan sholeh fokus memperbaiki diri dan hijrah untuk jadi lebih baik, dia
mulai merubah kebiasaan buruknya dan belajar untuk lebih menghormati orang
tuanya dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Beberapa hari kemudian
Sholeh tidak sengaja bertemu dengan Tari, ia pun berterima kasih kepada Tari dan
bapaknya karena merekalah dia dapat sadar dan dapat menjadi lebih baik dan Sholeh
juga mendoakan Tari agar mendapatkan jodoh yang lebih baik.

TAMAT

30
LIBUR KEPANTAI TELUK TAMIANG

Karya : Noor Kasuma Amalia (VIII D)

Libur telah tiba! Aku dan keluarga sudah sejak jauh hari merencanakan
liburan bersama, kami memutuskan untuk berlibur ke pantai pasir putih yang ada di
Teluk Tamiang.

Lokasi berada di Kota Baru yang sangat jauh dari kota tempat aku tinggal
yaitu sekitar 283 kilometer, kami memutuskan pergi dengan perjalanan darat. Dengan
menggunakan 6 buah mobil sangat cukup mengangkut kami berjumlah 34 orang yang
terdiri orang dewasa dan anak-anak.

Tepat pada hari Jumat subuh, kami pun berangkat ke Pantai Teluk Tamiang.
Kira-kira jam empat pagi. Kami pergi melintasi jalan gunung.

"Yey, mantai!!!" ucap adikku Marsya

"Yuk, berdoa dulu agar selamat sampai tujaan" ucap ibuku

Setelah satu jam perjalanan kami memutuskan untuk sholat subuh di salah satu
mesjid, lalu kami melanjutkan perjalanan. Pukul 12.30 wita kami telah sampai di kota
Batulicin dan segera menuju pelabuhan untuk menyeberang ke Kota Baru.

"Aduh, lama banget dijalan”, keluhku

"Sabar..." sahut Tiya sepupuku

Sesampainya di pelabuhan kami menunggu kapal feri datang dari seberang


laut. "Waw, laut" seruku girang. "Yey kita akan nyebrang!! naik kapal Feri" lanjut
Tya.

"Wah, besar sekali kapalnya!" kagumku saat melihat kapal feri.

Suara sorak gembira dari adik-adik dan sepupuku melihat kapal feri yang akan
kami tumpangi telah tiba di pelabuhan. Kami memasuki kapal feri dan duduk di dekat
jendela menikmati angir sepoi-sepoi serta pemandangan gunung yang berada di
sebelah kanan kiri laut.

Setelah tiba di Pelabuhan Tanjung Serdang kami melanjutkan perjalanan dan


mencari mushola untuk melaksanakan sholat zuhur lalu di lanjutkan dengan memakan
bekal yang kami bawa dari rumah, di teras mushola.

31
"Ayo, kita makan siang dulu disini, baru melanjutkan perjalanan" kata Ibuku.

"Iya, duduk dulu makan bekal dari rumah" sahut tanteku. Kami pun makan
bersama ditemani dengan suasana yang sejuk serta hujan yang turun membasahi jalan,
membuat aku sedikit merasakan dingin ditubuhku.

Di Perjalanan kami menikmati pemandangan gunung dan laut. "Lihatlah di


sebelah kanan ada laut yang indah sekali," ucap Tiya. "Iya, tapi coba lihat ombaknya
sangat tinggi." Sahutku sedikit bergidik. "Semoga saat di pantai tidak tinggi
ombaknya ya” lanjut Tiya

"Iya. Aamiin"

Sesampainya di Teluk Tamiaing, aku pun menyeletuk “Astaga, ombaknya


tinggi sekali anginnya juga deras ya,"ucapku sedikit takut. “Semoga saja, anginnya
berhenti deras dan air laut mulai surut " kata Ayahku seraya menenangkan aku.

Kami segera memindahkan barang ke penginapan dan mulai membersihkan


badan. Para tante dan pamanku menyiapkan alat dan bahan memasak untuk makan
malam hari mulai magrib. Tiba-tiba angin pantai bertambah kencang dan ombak laut
makin meninggi serta padamnya listrik menambah suasana menjadi mencekam lalu
keluargaku pun menghentikan kegiatan memasak.

"Aaa... Ibu aku takut" suara adikku yang menangis.

"Tenang dulu, kita gak akan kenapa-kenapa" ucap Ibuku.

"Iya nak berdoa yaa, semoga situasi makin kondusif nanti kita akan pulang."
kata ayahku menenangkan. Situasi semakin ribut dan menakutkan sekali.

"Ya Allah, kita nginap di rumah warga aja ya” kaka tanteku melihat suasana
yang semakin ricuh.

"Iya, Aku Punya kenalan yang letak rumahnya lumayan dekat dari sini, sekitar
15 Jam," ajak pamanku mantap.

kami sekeluargapun memutuskan untuk membereskan barang-barang dan


segera pergi meninggalkan pantai tersebut. Dengan langkah yang gemeteran aku
mengikat barang-barang dengan sembarang saja sekaligus. Kami semua saling
membantu dan menenangkan yang lain, mengambil barang lalu memasukkan ke
mobil.

"Alhamdulillah masih diberi keselamatan” Ayahku membuka suara


memecahkan keheningan. "Takut banget, badi hampir nangis" Sahutku. "Iya aku juga
sangat panik" ujar Tiya.
32
***

Di tengah-tengah perjalanan tepat di jalan yang terkena banjir, tiba-tiba mobil


kami mengalami kemogokan. Segeralah paman dan kaka sepupuku yang laki-laki
keluar dari mobil dan membantu mendorong mobil serta mengecek mesin. “Ini
mobilnya tidak dapat dinyalakan" ucap Ayahku "Ya, mobil kami yang akan
menariknya" jawab paman.

Ayah, paman besarta sepupuku segera memasangkan tali. Lalu aku, adik, dan
Tiya bertukar mobil agar tidak terlalu berat saat ditarik, hingga Pukul 09.30 wita kami
telah sampai dirumah yang pamanku maksud.

"Alhamdulillah, ada kalian yang membantu kami saat kemogokan tadi" ucap
ayah dan ibuku berberimakasih. Kami segera membersihkan badan lalu beristirahat
karena hari semakin malam.

Keesokan Paginya, Saat sarapan kami berunding di meja bundar hehe... Kami
memutuskan akan kembali ke pantai. Saat makan siang berakhir kami melanjutkan
perjalanan untuk kembali kepantai.

"Semoga, tidak seperti hari kemarin suasananya" ujar Pamanku

"Ya mudah-mudahan saja" kata tanteku menyahut. Di Perjalanan melewati


hutan dan desa dengan angin yang lebih tenang dari kemarin. Setelah dua jam dijalan
melewati jalan mulus hingga bergelobang, akhirnya kami semua tiba di Pantai.
Suasana serta hembusan angin dan hamparan ombak yang telah kembali lebih tenang.

“Masya Allah pantai kembali biru" ucapku

Ya, Sangat jelas terlihat pantai dengan pasir putih dan terdapat tumpukan batu
kerang ditengah-tengah pantai, pantainya juga kembali membiru hampir bersatu
dengan langit. Sangat indah namun masih terdapat sampah akibat badai kemarin.

Kami segera memindahkan barang barang ke penginapan. "Habis


memindahkan barang kita Jalan-jalan yuk dipinggir patai" ucapku pada adik dan
sepupuku. "Iya" sahut Tiya penuh semangat.

Setelah memindahkan barang-barang kami berdua pun berjalan dipinggiran


pantai, dan berfoto tentusaja. Kami mulai merasa lelah dan memutuskan untuk
singgah di tempat makan yang berada di pinggir pantai, kami memesan dua gelas
minuman dingin dan dua mie goring. Tak sampai lima belas menit pesanan kami
sampai, langsung saja kami makan bersama sambil menikmati pemandangan laut tak

33
terbatas didepan kami. Setelah makan kami memutuskan untuk kembali kepenginapan
dan sholat zuhur lalu beristirahat.

Disore hari aku, adik dan Tiya duduk di pinggir pantai. Kami menikmati
suasana pinggir pantai yang indah. Air yang berwarna biru dan semilir angin sepoi-
sepoi yang terasa sejuk membuat kami nyaman dan bahagia. Aku senang, membuat
jiwaku terus terbuai melepas penat.

"Masya Allah, air pantainya indah berwarna biru" ucap Tiya kagum. "Iyaa,
Masya. Allah "Sahut adikku dengan mata berbinar memandang laut lepas. Hari Pun
mulai senja kami kembali ke Penginarian..

***

Dimalam harinya Aku beserta keluarga makan bersama di teras penginator


penginapan.

“Ayo kita makan malam dulu" ajak ibu. “lya duduklah, makanan sudah
disiapkan" sambung tanteku.

Kami makan bersama sambil melihat lampu kelap-kelip dan terdengar suara
ombak yang menghempas pantai. Setelah makan kami pun masuk ke kamar masing-
masing lalu beristirahat dan tidur, kami berlibur di Pantai selama 4 hari. Berbagi
Pengalaman Selama aku di Pantai, tidak akan pernah terlupakan.

***

Itu adalah liburan terindah yang pernah aku rasakan. Liburan menikmati
kebersamaan, menikmati keindahan alam, berbincang dengan keluarga. Demikianlah
kisahku, singkat namun sangat membekas.

TAMAT

34
SEORANG ANAK GADIS YANG KEHILANGAN CINTA PERTAMANYA

Karya : Nana Irianti (VIII A)

Disuatu ruangan rumah sakit terdengar suara rintihan dan kesakitan dan seorang
wanita yang sedang melahirkan, diluar ruangan itu ada suami dan keluarganya yang sedang
menunggu hasil melahirkan wanita itu dengan raut wajah yang sedang takut dan gelisah, tak
lama kemudian terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan itu. Setelah mendengar
suara itu, semua orang yang sudah lama menunggu bergegas untuk memasuki ruangan
dimana wanita yang sedang melahirkan itu berada, semua orang terpesona dan memasang
wajah yang sangat bahagia setelah melihat seorang lucu yang mungil sedang berbaring
diatas perut ibunya,

Lahirlah seorang bayi perempuan pertama dari sepasang suami istri itu pada hari
kamis, tanggal 18, tahun 2008. Pandangan yang tertuju kearah suaminya, air mata yang
mengalir deras dari wanita itu dan dia mengatakan bahwa bayi yang dia lahirkan adalah
seorang bayi perempuan yang sangat cantik, suaminya pun terkejut dan dengan cepat dia
menggendong bayi itu dan langsung mengadzankan dengan derai air mata yang tidak
tertahankan.

Setelah melahirkan berjalan dengan lancar, wanita dan bayinya itupun dibawa
pulang kerumahnya. Yang didampingi oleh Suami dan keluarganya. Setelah tiba didalam
rumah bayi itupun diselimuti dengan kain yang sangat lembut dan diletakan diatas kasur
khusus untuk seorang bayi. Dia sering diberikan asi oleh ibunya, begitulah setiap harinya.
Seiring berjalannya waktu, tidak terasa bayi perempuan yang dulunya sering menangis dan
selalu disusui oleh ibunya sekarang sudah tumbuh menjadi anak kecil yang sangat lucu.
Orang tuanya memberinya nama Nuna Michelia Putri. Anak kecil yang sering dipanggil Nuna.
Sangat dimanjakan oleh kakeknya. Dia Sering dibawa bersepeda berkeliling kampung setiap
Nuna bersama dengan kakeknya dia selalu terlihat tertawa dan sangat bahagia.

Namun seiring berjalannya waktu, umur kakek Nuna menjadi bertambah dan
semakin menua. Kakek Nuna jatuh sakit sampai beberapa minggu tidak kunjung sembuh dan
pada suatu malam, keluarga Nuna memutuskan untuk membawa kakek kerumah sakit agar
kakeknya menjadi sehat kembali. Pada waktu itu Nuna tidak diizinkan ikut ke rumah sakit,
diapun menurut saja dan tinggal bersama pamannya.

Ditengah-tengah perjalanan ibu Nuna tampak sedang kebingungan setelah


memperhatikan kakek yang sedang berbaring dalam mobil tidak terlihat pergerakan, detak
jantungnya juga tidak berdengar, ibu sangat panik dan melaju sangat kencang dan berharap
agar mereka sempat membawa kakek kerumah sakit. Lima menit kemudian mereka sampai
diramah sakit dan memanggil seorang dokter untuk memeriksa keadaan kakek. Namun
takdir berkata lain dokter memberi tahukan kepada ibu bahwa kakeknya Nuna sudah
meninggal dunia. Betapa terkejut dan sedih ibu setelah mendengar semua kabar itu.

35
Mereka pulang kerumah membawa mayat almarhum kakek dan memberi kabar
kepada keluarga yang lain. Pada Saat itu Nuna belum diberitahu bahwa kakek meninggal.
Hanya keesokan harinya saat ada banyak orang datang kerumah Nuna.

Usai membacakan yasin dan semua prosesi pemakaman berakhir, esok harinya Nuna
diantar pulang oleh pamannya. Nuna tampak sangat kegirangan setelah sampai dirumah, dia
langsung mencari kakeknya, berharap dia akan diajak berkeliling lagi. Ibu dan ayahnya hanya
bisa tersenyum dan memberitahu perlahan bahwa kakeknya sudah pergi dan tidak akan
pernah kambali untuk selamanya. Nuna masih anak kecil saat itu, dia belum sepenuhnya
mengerti dengan keadaan tersebut. Yang Nuna tahu, dia tidak bisa berjalan-jalan lagi
bersama kakek dan menangis tersedu-sedu.

Melihat Putrinya sedang menangis, ayahnya pun mengajak Nuna untuk jalan-jalan
berkeliling kampung manggunakan motor, untuk menghilangkan perasaan sedih yang
sedang Nuna rasakan. Setelah berjalan-jalan sebentar dia tampak bahagia dan melupakan
rasa sedihnya tadi.

"Seorang Anak kecil memang sangat mudah untuk dibujuk, kata ibu sambil
tersenyum. Beberapa jam kemudian mereka kembali. Disaat mereka masuk rumah, tercium
aroma yang sangat enak, ternyata ibunya muna telah memasak makanan yang sangat
banyak dan mereka makan bersama.

Satu minggu kemudian, Nuna terlihat seperti biasa dan tidak pernah mencari
kakeknya lagi, karena ayahnya sering membahagiakannya dan sering membelikan banyak
mainan, Nuna tidak pernah dimarahi oleh ayahnya karena Nuna bukan anak nakal dan
lingkahnya yang selalu membuat orang tuanya tertawa.

***

Dua tahun berlalu, Nuna sudah bisa masuk sekolah dasar, dia di sekolahkan di
sebuah sekolah yang tidak jauh dan rumahnya. Dia sangat senang dan tidak sabar menunggu
hari pertama dia masuk sekolah. Dua minggu sebelum masuk sekolah, Nuna diajak ayahnya
kepasar untuk membeli seragam sekolah dan alat tulis. Dengan senang hati Nuna langsung
ikut belanja bersama ayahnya.

Setelah beberapa jam berbelaja mereka pulang dan Nuna langsung diajarkan
beberapa huruf kecil dan angka oleh ayahnya. Nuna terlihat rajin membaca dan menghitung,
ayahnya tidak pernah marah saat mengajari muna.

Lima hari kemudian

Nuna masuk sekolah untuk yang pertama kalinya, dan dia diantar jemput oleh
ayahnya. Disaat jam pelajaran pertama dimulai Nuna sangat patuh dan mendengarkan apa
yang sedang gurunya jelaskan, ketika gurunya bertanya Nunalah yang selalu menjawab
dengan jawaban yang tentu saja kebanyakan benar. Gurunya sangat kagum melihat
kepintaran Nuna.
36
Disaat jam pelajaran sudah selesai Nuna tampak sedang terburu-buru karena
hendak menceritakan tentang hari pertama dia sekolah kepada orangtuanya, ketika dia
keluar dari kelasnya terlihat ayahnya sedang menunggu untuk pulang. Nuna sangat gembira
setelah melihat ayahnya dan berlari.

“Hari ini aku sangat senang karena mendapatkan banyak teman, ayah" kata Nuna
sambil tertawa bahagia. Ayahnya tersenyum mendengar itu dan langsung pulang kerumah.
Ketika Nuna dan ayahnya datang, terlihat ibu sedang duduk sambil menata makanan dimeja,
sepertinya dia sedang menunggu anak dan suaminya pulang dan makan bersama.

Satu tahun kemudian.

Tibalah hari pengumuman peringkat kelas dan pembagian raport. Dihari itu Nuna
didampingi ibunya, padahal dia ingin ayahnya yang hadir tapi tidak bisa karena dia sedang
bekerja. Pengumuman kelas telah dimulai dan tidak disangka Nuna mendaratkan peringkat
satu dikelasnya, ibu pun terkejut dan langsung memeluk Nuna dengan rasa bangga
terhadapnya disaat itu tanpa muna ketahui, ibunya menelpon ayah yang sedang bekerja
memberitahu bahwa Nuna mendaratkan peringkat satu dikelasnya. Ayahnya sangat senang
dan bangga setelah mendengar kabar itu, ayahnya langsung pulang kerumah untuk
menemui Nuna. Setelah acara itu telah selesai, Nuna dan ibunya pulang kerumah. Dan ketika
nuna dan ibunya melangkahkan kaki untuk masuk rumah, terlihat ayah Nuna sedang duduk
dikursi dan langsung melambaikan tangan kepada Nuna, dengan tawa bahagia Nuna segera
mendekati ayahnya. Ternyata sang ayah memberikan sebuah hadiah kecil sebagai tanda
bangga dan sayangnya kepada Nuna karena telah dapat peringkat sah ayahnya menyuruh
muna untuk membuka hadiah itu dengan cepat Nuna langsung membuka hadiah itu dan dia
langsung terkejut dan tersenyum lebar ternyata ayahnya memberikan sebuah kalung emas
berbuah huruf N.

"Nuna apakah kau menyuka kalung thu?" tanya ayah. Dengan penuh rasa bahagia
Nuna menjawab, “Iya ayah, Nuno sangat, sangat menyukai kalung ini" sambil tersenyum.
"Kalau Nuna suka kalung ini coba sini peluk ayah, ayah ingin dipeluk sama Nuna lalu ayahnya
memakaikan kalung the dileher Nuna. Nuna terlihat sangat bahagia setelah dipakaikan
katung itu oleh ayahnya, dan diapun langsung memeluk ayahnya. Setelah melihat
kehormanisan anak dan suaminya ibunya pun langsung memeluk mereka berdua.

***

Beberapa tahun kemudian, sampailah hari kelulusan SD. Satu hari sebelum acara
kelulusan SD orang tua Nuna ingin menyekolahkan Nuna ke Pesantren, namun Nuno
menolak itu dengan alasan takut tidak tahan dengan semua pelajarannya dan tidak ingin
berpisah lama dengan ayah dan ibunya. Nuna meminta agar dia disekolahkan di SMP karena
ada banyak temannya yang melanjutkan sekolah disana. Setelah mendengar itu semua
ayahnya bersikap tak acuh kepada Nuna, dia merasa sangat bersalah dengan perkataannya
tadi jadi begitulah kehendaknya.

37
Keesokan harinya tiba hari kelulusan SD dan pengumuman peringkat kelas. Dihari itu
Kepala Sekolah tidak meminta kehadiran orang tua untuk mengambilkan raport anaknya.
Dengan perasaan takut dan gugup Nuna khawatir jika ia tidak mendapatkan peringkat satu
lagi. Disaat pengumuman telah dimulai Nuna mendapatkan peringkat satu lagi. Dia pun
terkejut dan merasa bangga terhadap dirinya karena sejak kelas satu SD sampai lulus dia
tidak pernah tidak mendapatkan rangking. Setelah acara ini selesai Nuna pun pulang
kerumah dan memberitahukan kepada orangtuanya bahwa dia mendapat ranking satu lagi.
Ayahnya langsung tersenyum dan memeluk Nuna dengan perasaan yang penuh sayang
namun setelah itu ayah Nuna bertanya lagi kepada Nuna bahwa dia ingin melanjutkan
sekolah apa setelah SD. Dengan bersikeras Nuna tetap memilih untuk sekolahnya di SMP.

Perasaan kecewa dan sedih langsung dirasakan Ayahnya. Ayahnya ingin Nuna
sekolah dipesantren, dia tidak ingin Nuna sekolah di SMP dengan alasan sekolah itu cukup
terkenal dan ada banyak siswa dan siswinya. Ayahnya takut kalau suatu hari Nuna membuat
masalah disekolah itu.

"Aku berjanji aku tidak akan membuat masalah disekolah itu, aku janji akan belajar
dengan tekun ayah, jadi mohon izinkan aku sekolah di SMP" kata Nuna memohon.

"Nuna, kamu janji tidak akan mempermalukan ayah dan ibu jika kamu sekolah
disana?" tanya ayah.

"Iya ayah, Nuna janji” jawab Nuna sungguh-sungguh. Setelah mendengar perkataan
Nuna, ayahnya pun mengizinkan Nuna untuk melanjutkan sekolah disana.

Satu minggu kemudian

Nuna Pergi ke SMP pilihannya untuk mendaftar dan dia diterima oleh guru-guru
yang ada disekolah, dia sangat senang dan segera pulang kerumah untuk memberitahu
kepada orangtuanya. Sesampainya Nuna dirumah, Nuna Langsung memberitahu orangtua
nya bahwa ia diterima untuk bersekolah di SMP itu, mendengar kabar itu orang tua nya
sangat senang dan mengatakan bahwa Nuna harus belajar dengan giat dan tidak boleh
membuat masalah disitu

Lima hari sebelum masuk sekolah, terjadi pertengkaran antara ayah dan ibunya
dimalam itu orang tua nya mengetahui bahwa Nuna sudah tertidur pulas padahal dia hanya
bertura-pura tidur dan tidak sengaja mendengar pertengkaran itu. Dengan perasaan yang
penuh emosi ibu meminta cerai kepada ayah dan berpisah. Setelah mendengar perkataan
itu dari ibunya, Nuna langsung menangis tanpa mengeluarkan suara di dalam kamarnya.
Agar orang tua nya tidak mengetahui bahwa dia belum tidur dan mendengar percakapan
mereka tadi. Nuna terus-terusan menangis sampai akhirnya tertidur hingga eesokan harinya.

Nuna yang sedang duduk dikursi depan rumah, lalu ayahnya datang mendekati
sambil membawa barang-barang ayahnya dan berlata beberapa hal. "Nuna ayah dan ibu
akan pisah, ayah tidak lagi tinggal disini dan ayah akan pulang kerumah kakek dan nenek.

38
Kamu jaga ibu ya nak, janganjJadi anak nakal, belajar yang rajin supaya bisa dapat peringkat
lagi seperti dulu waktu SD, yaa...”.

Setelah mendengar Perkataan yang sangat menyakitkan ihdan ayahnya, Ahura


langsung penangis dan memeluk Song ayah Seolah-olah dia tidak rela dengan semua ih
branghia ra fun barrilah dan Muna tinggal berdua bersama ibunya.

Empat hari kemudian

Nuna masuk SMP untuk yang pertama kalinya. Dia mendapatkan kelas paling ujung,
dikelas 7A. Tidak ada satu orang pun yang dia kenal, mamun ada satu siswi yang kebetulan
satu kelas dengan Nuna yang mau berkenalan dan berteman sama Nuna. Setelah
mendengarnya Nuna langsung dengan senang hali mau berkenalan dengan dan berteman
dengan siswi itu, pertemanan dimulai pada hari itu. Disaat jam pelajaran telah dimulai Nuna
terlihat sangat penuh memperhatikan apa yang sedang guru nya jelaskan. Namun terselip
dipikirannya sehabis semua pelajaran telah berakhir biasanya dia bercerita kepada ayah
tentang bagaimana hari ini disekolah, tapi ayah sudah tidak ada dirumah. Lalu kemanakah
dia akan menceritakan ini semua. “Apa kepada ibu?” pikirnya.

Jam istirahat tiba Nuna diajak teman barunya untuk membeli makanan di kantin
dekat dengan kelasnya, mereka mengobrol dan bertawa bersama.

Dua puluh menit berlalu, jam istirahat sudah berakhir. Merekapun kembali ke kelas
untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Tak terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi, artinya
sudah waktunya untuk pulang. Ditengah-tengah Pejalanan hendak menuju rumah, Nuna
kembali memikirkan ayahnya, seolah-olah ada banyak pertanyaan didalam hatinya “Apa
yang sedang agah lakuin, apakah ayah sedang merindukanku?" Pikirnya sambil mengayuh
sepeda. Beberapa menit hemudian Nuna akhirnya didalam rumahnya dan segera mengganti
Pakaian. Ibunya Nuna memanggil untuk menyuruh makan. Nuna Pun makan bersama
ibunya. Namun terpikirkan lagi olehna “hmm biasanya aku selalu makan bertiga bersama
ayah ibu tapi sekarang ayah udah ga ada disini, ayah udah makan atau belum ya” pikirnya
melayang.

Setelah makan Nuna yang tampak sedang melamun menarik perhatian ibu.

"nak gimana hari ini sekolahnya seru tidak? Nuna udah punya taman baru gak?"
tanya ibu sambil tersenyum. "Hari ini sangat menyenangkan, bu. Nuna punya temen baru
Namanya Nana, dia sangat ramah dan baik jadi Nuna temenan sama dia” jawab Nuna
bersemangat. “Oh ya, bagus dong ya, sekarang habiskan makanannya ya lalu istirahat” suruh
ibu sambil tersenyum.

Satu minggu kemudian.

Diwaktu pagi Nuna sedang duduk santai, tiba-tiba ada yang menelpon ibu. Orang itu
mumberitahukan bahwa ayahnya Nuna sedang sakit dan ingin bertemu dengan Nuna.
Setelah mengetahui kabar itu ibu lansung mengajak Nuna untuk menjenguk ayah.
39
Setelah sampai di rumah kakek, ibu tidak ikut masuk kedalam dan hanya menyuruh
Nuna untuk masuk sendirian untuk menjumpai ayahnya. Nuna langsung masuk ke dalam
rumah itu dan langsung melihat sang ayah sedang berbaring seperti orang yang tidak
berdaya, melihat ayahnya seperti itu Nuna langsung duduk disebelah ayah sambil menangis.
"Ayah, aku sangat merindukan ayah, ayah kenapa jadi sakit begini? Ayah jangan tinggalin
Nuna ya ayah, aku sudah belajar disekolah, selama aku disekolah aku tidak pernah membuat
masalah ataupun kesalahan” kata nuna mencurahkan semua isi hatinya pada ayah. “Nuna,
kita tidak bisa menebak umur dan takdir. Kamu doakan saja semoga ayah diberi panjang
umur dan sehat kembali” jawab ayah pelan.

Setelah lama berbincang dengan ayah, Nuna diajak pulang oleh ibunya. Nuna
berpmitan dan memeluk ayahnya sebagai tanda perpisahan. Dua minggu kemudian, Nuna
tidak pernah lagi bertemu dengan ayah. Nuna selalu memikirkan ayah, “Bagaimana kabar
ayah? apakah ayah sudah sehat kembali? hmm...bagaimana jika ayah pulang duluan?
sepertinya aku tidak akan pernah merelakan itu semua terjadi!" pikirnya sambil
menggelengkan kepala. ihan itu suasana hati nuna sangat sedih, padahal dia sendin juga
tidak tahu apa sebabnya. Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu. Nuna
tampak bingung karena ibunya menyuruh Nuna untuk membukakan pintu. Nuna membuka
pintu dab ternyata ternyata orang itu adalah pamannya, adik ayahnya. Nuna terkejut dan
langsung menyuruhnya masuk kedalam rumah. Namun pamannya menolak dan langsung
memberitahu Nura bahwa ayahnya sudah sakit parah.

Setelah mendengar itu semua, Nuna langsung mengajak ibunya untuk pergi
menjenguk ayahnya. Sesudah sampai, terlihat ayahnya sedang berbaring dan ada banyak
orang yang sedang menjenguk, lalu ada seorang tetangga mengatakan bahwa ayah Nuna
tidak pernah lagi berbicara dan menjawab pertanyaan orang lain. Setelah mendengar itu
Nuna langsung mendekati ayahnya dan memanggil manggil ayahnya namun tidak ada satu
patah kata pun yang keluar dari mulut ayahnya. Nuna sangat sedih dan langsung memeluk
ayahnya yang sedang terbaring tidak berdaya, setelah lama memanggil-manggil ayahnya dan
memeluknya. Nuna mengajak ibunya untuk pulang sambil menangis.

“Untunglah dirumah ini ada banyak keluarganya yang merawat ayah" kata ibu lirih.

Mereka pun akhirnya pulang kerumah mereka. Pada malam hari itu Nuna tidak bisa
tidur. Dia terus memikirkan ayahnya sambil meneteskan air mata, sampai ia tertidur dengan
sendirinya. Dikeesokan harinya, diwaktu siang sesudah dzuhur terdengar lagi suara ketukan
pintu dari pamannya.

Nuno langsung membukakan pintu itu. Pamannya terlihat habis menangis.

"Paman, ada apa kemari?" tanya Nuna sambil kebingungan. Pamannya menjawab,
"Nuna anak baik, kamu jangan sedih ya, kamu jangan pernah jadi anak nakal dan jangan
pernah sesekali membangkang ibu kamu ya." Nuna masih merasa kebingungan, tiba-tiba
paman berkata seperti itu. "Memangnya ada apa paman?," desak Nuna. "Nun, ayah Nuna
40
sudah meninggal tadi pagi jam sembilan” kata pamannya kembali meneteskan air mata.
Dengan penuh rasa tidak percaya Nuna mengira ini semua hanyalah sebuah candaan,
mamun ibunya memberitahukan Nuna bahwa ia tadi ditelpon oleh sepupu Nuna bahwa
ayahnya Nuna sudah meninggal tadi pagi.

Setelah mendengar itu Nuna tampak menundukan kepala dan menangis histeris.
Tapi ibunya langsung dengan sigap memeluk Nuna dengan erat. Nuna pun pergi kerumah
kakek bersama ibunya. Kelika Nuna melangkahkan kakinya kedalam rumah, terlihat sang
ayah sudah ditutupi dengan kain dan ada banyak orang yang sedang membacakan yasin,
Nuna pun sangat sedih dan memeluk sang ayah untuk yang terakhir kalinya setelah
memeluk mayat ayahnya.

Nuna pun pergi ke teras rumah dan duduk, dengan derai air mata yang tiada henti
sambil merenungi dan mengenang ayahnya.

"Dulu aku pernah membaca sebuah komik dimana disitu ada sebuah kalimat bahwa
cinta pertama dari seorang anak perempuan adalah ayahnya, tapi kenapa cinta pertamaku
harus pergi meninggalkanku lebih dulu? Apakah ayah tidak mencintaiku? Kenapa Tuhan?
Kenapa engkau telah mengambil ayahku? Aku sangat merindukannya, aku sangat rindu
pelukan hangat dari ayahku, aku rindu disaat ayahku sedang memarahiku, aku rindu disaat
waktu kila bertiga bersama ayah ibu dan aku makan bersama dan bercanda dengan penuh
gelak tawa, tapi kenapa engkau pergi meninggalkanku ayah” semua itu memenuhi kepala
Nuna bahkan dadanya kini terasa sesak. Beberapa menit kemudian pamannya
memberitahukan Nuna bahwa pemakaman akan segera dilakukan, pamannya mengajak
Nuna untuk pergi bersama, disaat pemakaman itu dilakukan Nuna hanya melihatnya dengan
mata yang sembab dan sedikit membengkak, karena menangis tadi.

Sesudah semua itu selesai Nuna jatuh sakit dan tak masuk sekolah selama dua hari.
Saat dia sudah sembuh dan kembali kesekolah, dia tidak bercerita kepada siapapun bahwa
ayahnya meninggal. Lalu beberapa hari berlalu hingga empat bulan kemudian tibalah
pembagian raport dan pengumuman peringkat kelas.

Ada banyak murid-murid yang sedang berkumpul di halaman sekolah dan terlihat
tidak sabar untuk mendengarkan pengumuman peringkat kelas. Setelah lama menunggu
akhinya pengumuman peringkat kelas dimlai. Dan tak disangka nama Nuna disebut sebagai
peringkat pertama oleh gurunya, dan nuna diminta untuk mengambil piagam dan piala
sebagai tanda pelajar yang baik.

Nuna mendapatkan peringkat untuk yang pertama ditingkat SMP. Setelah semua itu
selesai, semua murid diminta untuk memasuki kelasnya masing-masing untuk menerima
raport. Pembagian raportpun selesai, semua murid diperbolehkan untuk pulang kerumah,
Nuna terlihat sangat bersemangat untuk menunjukan piala nya kepada ibu.

Nuna mengayuh sepedanya dengan sangat laju, sampailah Nuna dirumahnya dan
segera mengganti pakaian lalu dia menemui ibunya tidak sabar dia berteriak dari kejauhan
"Ibu~ lihat Nuna dapat ranking salu lagi dan ini hadiahnya bu, piala"
41
Ibu sempet terkejut dengan teriakan Nuna dan dengan rasa bangga ibunya langsung
memeluk Nuna. P Pada sore harinya Nuna mengajak ibunya untuk pergi ke
pemakaman ayahnya, mereka pun pergi menuju pemakaman. Sesudah sampai ibu nung
menunggu Nuna diluar, dan Nuna sendiri yang masuk ke pemakaman itu. Setelah melihat
kuburan ayahnya Nuna langsung duduk dan menceritakan tentang keluhan dan rasa
rindunya.

“Ayah tau tidak, hari ini tadi hari pembagian raport dan pengumuman peringkat
ketas, dan Nuna mendapatkan peringkat kesatu lagi dan diberi piagam dan piala oleh
sekolah, ayah senang tidak? Muna juga tidak pernah membuat masalah, ayah udah tenang
kan dialam sana? Ayah tidak perlu khawatir dengan Nuna, Nuna udah pernah janji sama
ayah, Nuna tidak akan pernah menjadi anak Nakal" ujar Nuna sambil tersenyum tulus.

Setelah selesai bercerita dan berdoa, Nuna pulang kembali kerumahnya, disitu dia
duduk di kursi teras dan dia berpikir bahwa dia tidak perlu bersedih atas apa yang telah
terjadi, dia hanya terus melangkah sedikit demi sedikit untuk menemui masa depan yang
cerah. Meskipun tanpa dukungan seorang ayah disampingnya.

TAMAT

42
CINTA TERHALANG AGAMA

Karya : M. Zaid Mubaraq Kelas (IXD)

Di suatu pagi yang cerah di sebuah kota, yaitu kota Yogyakarta ada satu perempuan
yang baru saja bangun tidur untuk pergi ke sekolah. Namanya adalah Nadira. Nadira baru
saja masuk SMA dia masih kelas 1/10.

"Nadira, cepet bangun! Kamu hari ini pertama masuk sekolah!"kata bunda.

"Iya bunda, Dira udah bangun. Ini mau mandi." balas Nadira. Nadira menuruni tangga
rumahnya terus pergi ke dapur.

"Bun, aku mau langsung berangkat aja ya!"kata Nadira.

"Gak mau makan?"sahut bunda.

"Gak deh bun, bawa bekal aja. Boleh gak?" ucap Nadira.

"Boleh." ucap bunda singkat.

Saat sampai di sekolah Nadira langsung pergi ke kelasnya yaitu kelas 10 MIPA 2.
Nadira pun masuk ke kelas dia langsung duduk.

"Dir!"ucap orang tersebut.

"Lah, tenyata lu masuk kelas sini juga toh, wk wk wk" jawab Nadira. Oh, itu temen
Nadira Pas di sekolah SMP namanya Airen.

"Gue juga gak nyangka, lu masuk kelas ini, tapi kita beda tempat duduk." ucap Airen
sambil murung.

"Iya." jawab Nadira singkat.

"Dir, lo duduk sama cowokkah?"ucap Airen.

"Gak tau. Emang kenapa?"ucap singkat Nadira.

"Itu, di sebelah bangku lu ada cowo." Kata Airen. Nadira pun menengokan kepalanya
ke kanan, tenyata bener kata Airen ada seorang cowo yang lagi nelungkupin mukanya pake
tangan.

"Oh, kayanya dia kecapean deh, pulas banget dia tidurnya." ucap Nadira ke Airen.

"Mungkin sih." sahut airen.

43
Nadira tak sengaja menyenggol tangan laki-laki di sampingnya itu. Terus laki laki itu
terbangun.

"Maaf, maaf. Aku ga sengaja, sekali lagi maaf." ucap Nadira sambil meminta maaf.

"Hmmm."kata lelaki itu. Lelaki itu pun langsung nelungkupin mukanya lagi. Nadira
pun menghadapkan badannya lagi ke depan, karena guru memasuki ruang kelas dan langsung
menjelaskan materi pelajaran.

Setelah pelajaran selesai, Airen nyamperin Nadira buat diajak ke kantin.

"Dir, kantin yuk gue udah laper." ucap Airen.

"Sebentar, gue beres-beres dulu." Kata Nadira sambil membereskan bukunya yang
berhamburan di meja.

"Ok."ujar Airen terus dia balik lagi ke kursinya.

Sekarang Nadira yang nyamperin Airen.

"Ren, jadi ke kantin gak?" tanya Nadira ke Airen.

"Jadi. Ayo!" ucap Airen nyaring. Airen pun narik tangan Nadira buat ke kantin.

Sesampai nya di kantin mereka mencari tempat duduk buat makan nanti, setelah sudah dapat
tempat duduk, Airen nanya ke Nadira.

"Dir, lu mau makan apa?" tanya airen ke Nadira.

"Gue mau bakso aja." balas Nadira dengan santai.

"Ok." jawab Airen.

Airen pun berjalan ke arah stan-stan yang ada di kantinnya itu. Nadira pun melihat-lihat
kantin sekolahnya itu. Nadira kaget karena ada orang yang duduk di depannya.

"Hallo! Boleh duduk di sini gak? Soalnya di tempat lain rame banget, cuma bangku ini
yang tersisa."ujar laki-laki itu.

"Boleh." balas Nadira terkejut.

"Makasih." ujar si lelaki itu.

Airen yang jalan ke arah meja mereka heran karena ada satu orang cowo di meja
mereka. Airen pun jalan ke arah meja mereka.

"Halo!"kata airen.

"Eh, Ren sini duduk di sebelah gue!" ucap Nadira sambil nunjuk ke bangku
sampingnya. Airen pun mengangguk dan duduk di samping Nadira.

44
"Eh btw, kita belum kenalan." ucap si lelaki sambil menyendok bakso di hadapannya.

"Kenalin gue Nadira dan dia Airen dari 10 MIPA 2."balas Nadira sambil nunjuk ke
Airen.

"Oh. Kenalin, gue Gabriel dari 11 IPS 1." balas si Gabriel.

Nadira sama Airen kaget ternyata yang di hadapan mereka ini kakak kelas mereka.

"Maaf kak, kita ga tau." ucap mereka berdua dengan menundukan kepalanya ke bawah.

"Ga papa, kalian kan baru pertama kali turun ke sekolah baru." balas gabriel sambil
tersenyum.

"Iya." ujar Nadira dan Airen berbarengan.

"Kakak duluan ya!"ucap Gabriel sambil tersenyum ke arah mereka berdua.

Gak disangka Nadira memperhatikan senyuman manis dari Gabriel yang mau beranjak dari
tempat duduk karena sudah selesai makan.

"Oh iya, kak." jawab Airen sambil nyenggol


Nadira.

"Kenapa sih nyenggol-nyenggol?"jawab Nadira ke Airen.

"Soalnya lu ngelamun tau gak sih! Ngelamunin apa emang?" tanya Airen.

"Oh, gue ngelamunin senyuman kak Gabriel, senyuman dia manis banget Ren, meleleh
gue." ucap Nadira sambil menatap mata Airen dengan tatapan senang.

"Heh, lu tuh ga liat apa di lehernya?"tanya Airen dengan nada


kesal.

"Gak, gue gaK liat di lehernya. Emang ada apa?"Tanya Nadira keheranan .

"Dia kristen, woi." jawab Airen sambil memakan mie ayamnya.

Setelah dari kantin mereka langsung ke kelas karena ada tugas yang harus di kerjakan.

"Bye, Dir!" ujar si Airen yang langsung menuju bangkunya.

"Bye!" balas Nadira, dia pun juga duduk ke mejanya kembali.

45
Nadira sedang mengerjakan tugas dari guru dan teman sebangkunya itu masih tidur pules.
Nadira pun menepuk punggung sang lelaki itu, pas lelaki itu ngangkat kepalanya terus
nolehin ke arah Nadira.

"Hmm."jawab lelaki itu singkat.

"Lu gak kerjain tugas?" Nadira pun nanya balik.

"Uda. Lu?" jawab si lelaki.

"Boleh bantu kerjain gak?" tanya si Nadira ke lelaki itu.

"Kita belum kenalan, kenalin gue Daniel" ujar si Daniel sambil mengulurkan
tangannya ke Nadira.

"Nadira." jawab Nadira sambil balas uluran tangan Daniel.

"Sekali lagi, boleh bantu kerjain tugas gak?" ucap Nadira dengan nada memohon.

"Hmm, yang mana? Mari kubantu." kata Daniel.

“Terima kasih ya, atas bantuannya.” kata Nadira sambil tersenyum.

Pulang sekolah

Saat Daniel keluar dari ruangan kelas menuju ke parkiran dia melihat ada seorang yang
nunggu jemputan ternyata si Nadira.

"Padahal ini udah jam 4 sore, kok si Nadira belum di jemput aja?" batin Daniel. Daniel
pun bergegas ke parkiran untuk mengambil motornya.

Setelah keluar dari kelas Nadira langsung nunggu jemputan di halte sekolah tapi
ayahnya gak menjemput dia.

Chat room

Ayah

Yah, kok belum jemput aku?

16:00

Maaf nak, ayah ga bisa jemput kamu soalnya ada urusan mendadak
di kantor ayah.

16:03

Ya udah deh yah, ga papa, aku ikut sama temen aja .

16:06
46
Di halte

"Gimana nih, ayah ga bisa jemput gue. pulang sama siapa dong?" guman nadira pelan.
Setelah nadira berguman ada bunyi kendaraan yang mendekat ternyata itu Daniel.

"Kok, lu belum di jemput?" tanya Daniel ke Nadira sambil buka helm.

"Ayah gue ga bisa jempu,t makanya gue nunggu bus." jawab Nadira dengan muka
murung.

"Ya udah, lu ikut gue aja. Gue yang anterin lu pulang." ucap Daniel dengan santainya.
Dia memasang kembali helmnya.

"Gak papa gue ikut lu?" tanya Nadira.

"Gak papa, tapi gue harus ke supermarket dulu mau beli makanan ringan." jawab
Daniel.

"Oke, nanti gue arahin jalan rumah gue, tapi bantu gue naik dulu gak bisa naik ini."
ucap Nadira kesal karena gak bisa bisa naik motornya Daniel. Daniel pun turun dari
motornya terus ngebantu Nadira naik ke jok motornya, terus masangin helm ke kepala
Nadira. Daniel naik lagi ke motornya terus jalan menuju supermarket.

Sesampainya di supermarket, setelah turun dari motor mereka berdua masuk ke


supermarket.

"Lu mau apa? Biar gue yang bayar." ucap Daniel sambil mengambil makanan ringan.
Dengar itu Nadira menggelengkan kepalanya.

"Gak, gue gak mau beli apa-apa. Gue ikut ke dalam karena takut di parkiran, hehehe…" ucap
Nadira sambil nyengir.

"Owh, tunggu gue di bangku sana ya!" ucap Daniel sambil menunjuk bangku yang ada di
dalam supermarket. Nadira pun mengangguk ke Daniel. Nadira duduk di kursi itu sambil main
hp tapi dia kepikiran kata kata Airen tadi “Heh, lu tuh gak liat apa di leher nya? Dia kristen
woi!”

"Emang apa yang di lehernya kak Gabriel, apa kalung?" tanya Nadira ke diri sendiri.

"Gak taulah mending lanjut main hp." kata Nadira kepada diri sendiri.

"Udah bicara sendirinya?" ucap Daniel sambil lipatin tangan di dada.

"Udah hehehe. Udah belanjanya?" jawab Nadira sambil liatin barang belanjaan yang ada
di tangan Daniel.

47
"Ayo pulang, udah mau magrib!" ucap Daniel dan diangguki oleh Nadira.

"Ayo, nanti bunda gue marah." ucap Nadira sambil ngikutin Daniel dari belakang.
Sesaat mereka sampai di parkiran.

"Lu bisa naik ga?" tanya Daniel ke Nadira.

"Udah bisa kok gue." balas Nadira dengan santai dan Nadira langsung menaiki motor
Daniel.

"Udah siap belum?" tanya Daniel ke Nadira sambil memasang helmnya.

"Udah, ayo jalan!" jawab Nadira sambil pegangan di bahu Daniel.

Saat mereka lagi di jalan pulang mereka melewati taman yang banyak anak-anak main
basket

"Lu ikut basket, Niel?" tanya Nadira ke Daniel.

"Gue ikut basket. Kenapa nanya?" balas Daniel dengan memelankan kendaraannya.

"Soalnya gue gak pernah lihat lu main basket." jawab Nadira sambil liatin sekeliling
mereka.

"Soalnya gue ikut basket sekolah gue yang dulu." jawab Daniel sambil melajukan
motornya lagi.

"Owh, pantesan tenyata di sekolah lu yang dulu." ucap Nadira sambil nganggukin
kepalanya.

Setelah sampai di depan rumah Nadira, mereka berdua turun dari motor.

"Ayo masuk!" ucap Nadira ke Daniel.

"Gak dulu deh, gue mau langsung pulang." jawab Daniel dengan santai.

"Oh ya, udah klo gitu. Gue masuk ya, sampai jumpa di sekolah!" balas Nadira sambil
memasuki rumahnya.

"Gue pulang ya." ucap Daniel sambil menghidupkan motornya.

Saat di dalam rumah Nadira duduk di kursi ruang tamu sambil nyemilin kue yang ada di atas
meja.

"Siapa yang anter kamu tadi, Dir?" kata bundanya yang ikut duduk di kursi ruang tamu.

"Temen sekelas, bun." jawab Nadira yang masih makan kue.

"Temen apa temen." ucap bunda menggoda.


48
"Temen kok bun, tanya aja sama Airen, soal nya Airen sekelas sama aku." jawab
Nadira yang ingin mengambil air.

"Iya deh temen. Sana ganti bajumu! Nanti ada Tante Sonia mau datang ke sini."
ucap bunda nyuruh Nadira ganti baju.

"Buat apa bunda nyuruh tante Sonia ke sini? Emang ada makan malam bersama?"
tanya Dira ke bunda.

"Iya kita makan malam sama mereka, soalnya udah lama gak main sama Tante Sonia.
Kayanya dia punya anak deh, katanya dia sekolah di SMA kamu, tapi sayangnya Tante Sonia
itu Kristen." jawab bunda.

"Siapa nama anaknya bun?" tanya Dira.

"Bunda lupa namanya, mending sekarang ganti baju deh! Itu baju udah bau sama
keringat kamu, wkwkwk…" jawab bunda sambil ngeledek.

"Iya iya, Dira ganti baju." jawab Dira lemes

Jam 19 : 2

Ada satu mobil yang baru saja datang di depan rumah Nadira.

"Dira, bukain pintu masuk, bunda lagi mandi!"teriak bunda ke Nadira.

"Iya, bunda."sahut Nadira. Nadira pun langsung bergegas ngebukain pintu, ternyata
teman bunda yang bunda bicarain itu datang.

"Eh, om tante, masuk dulu! Bundanya lagi di kamar." ucap Nadira dengan senyum.

"Makasih ya nak Dira, udah bukain kami pintu." ucam om tersebut.

"Ya, om." balas Nadira sambil ketawa pelan.

"Eh, jeng udah dateng. Mana anakmu, jeng?" ucap bunda Nadira ke Tante Sonia.

"Iya jeng, baru aja tadi di bukain Nadir. Anakku bentar lagi nyusul kok, jeng." balas
Tante Sonia.

Mereka berempat berbincang-bincang ayah, bunda, Tante Sonia, dan Om Saga. Nadira hanya
main hp sewaktu orang tuanya berbincang-bincang dengan tamunya.

Mereka yang ada di rumah itu tiba-tiba denger suara klakson mobil dari luar rumah.

"Dir, bukain gih! Siapa tau anak Tante Sonia yang datang." ucap bunda ke Nadira.

49
"Iya, bun."jawab Nadira sambil bukain pintu utama.

Setelah ngebukain pintu rumah mereka berdua sama-sama terkejut.

"Loh, Nadira! Lo ngapain di sini?" tanya Gabriel ke Nadira.

"Ini kan rumah aku. Terus kakak ngapain ke sini?" jawab Nadira terus balik nanya.

"Lah ini rumah kamu ya, kakak cuma ngikutin jalan aja karena ada pertemuan temen
mama papa kakak di rumah ini, ternyata ini rumah kamu ya." jawab Gabriel panjang lebar.

"Berarti kakak ... "ucapan Nadira kepotong karena suaranya bundanya nyuruh masuk.

"Kalian berdua sini masuk kek apa aja di depan pintu." ucap bunda Nadira.

"Ayo kak, masuk!" ucap Nadira ke Gabriel.

Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah dan mereka berdua duduk beda arah, Nadira ke
samping bundanya, sedangkan Gabriel duduk di samping papanya.

"Ini loh jeng anak saya, namanya Gabriel. Eh Dira, kenalin dia Gabriel" ucap Tante
Sonia.

"Halo om, tante, saya Gabriel." ucap Gabriel sambil nyalamin ayah bunda Nadira.

"Kalian udah saling kenal?" tanya ayah.

"Iya, hari ini tadi gak sengaja ketemu di kantin, kak Gabriel nyari tempat duduk." balas
Nadira ke ayahnya

"Ayo kita makan, makanannya udah siap!" ucap bunda ke mereka semua.

Di meja makan

"Ayo jeng, makan yang banyak! Ini masakan kesukaan kamu kan, jeng?" tanya bunda
ke Tante Sonia.

"I,ya jeng makanan kesukaan saya ini. Kok jeng tau sih?" jawab Tante Sonia.

"Kan saya yang buatin dulu, jeng." jawab bunda sambil ketawa pelan.

"Eh iya jeng, lupa saya." ucap Tante Sonia sambil ketawa pelan. Btw Gabriel sama
Nadira duduknya sampingan.

"Kak Gabriel kok bisa sih jadi anak Tante Sonia?" tanya Nadira ke Gabriel.

50
"Ya, kan kakak dibuat sama mama papa kakak, kaya kamu juga."

"Dibuat kaya gimana, kak?" tanya Dira ke Gabriel.

"Gak usah dibahas, nanti kamu tau sendiri." ucap Gabriel ke Nadira.

"Owh, ok ka." balas Nadira.

"Eh, kalian seangkatan kah?" tanya ayah.

"Gak om, aku kelas 2, Dira kelas 1." balas Gabriel.

"Owh, kirain om seangkatan." ucap ayah Nadira.

"Iya, om." balas Gabriel sambil memakan makanannya.

Saat selesai makan malam bersama, Tante Sonia, Om Saga, dan kak Gabriel pamit pulang
karena sudah larut malam.

Pukul 05 : 10

"Dira, bangun sekolah!" teriak bunda dari arah dapur.

"Iya bunda, Dira udah bangun kok!"ucap Dira sambil merenggangkan badan.

"Sana mandi, abis itu bangunin ayah!"ucap bunda sambil menata makanan di meja
makan.

Dira pun jalan ke kamarnya lagi untuk mandi dan siap-siap, setelah selesai mandi dan
siap-siap dia ngebangunin ayahnya.

"Ayah bangun, nanti bunda jadi kucing garong!" ucap Dira sambil mengetuk
kamar ayah bunda.

"Hmm… iya, ayah bangun. Sana ke meja makan dulu aja!" kata ayahnya yang di
dalam kamar. Saat Dira menuju ke meja makan ada yang manggil dia ternyata bundanya
nyuruh bantuin.

"Dira, bantuin bunda nyusun makanan di meja dong!" ucap bunda ke Dira

"Iya bunda." balas Dira.

Saat makanan sudah semua ditata, Nadira sama bunda duduk di kursi meja makan sambil
menunggu sang ayah.

"Yah, mau makan apa?" tanya bunda ke ayah.

"Mau nasi goreng aja." ucap ayah sambil mengancing lengan baju. Saat mereka
sarapan ayah nanya ke Nadira "Gimana sekolah kamu seru?"tanya ayah ke Nadira.
51
"Seru yah aku sekelas sama Airen." jawab Nadira dengan senyuman.

"Lah kira ayah Airen pindah ke luar kota ikut papahnya, ternyata gak." ucap ayah.

"Airennya gak mau ikut ke luar kota yah, kata dia males ikut papahnya. " jawab Nadira
sambil ketawa pelan.

Setelah selesai sarapan ayah sama Nadira pamit ke bunda mau berangkat "Bund, ayah sama
Dira berangkat ya!" ucap ayah ke bunda.

"Iya, hati hati di jalan! Jangan ngebut-ngebut!" ucap bunda.

"Iya, bund." jawab Dira.

SKIP sekolah

Saat Nadira keluar dari mobil dia melihat Airen lagi jalan ke pintu gerbang Nadira
langsung saja teriak ke Airen.

"Airen, tunggu!"teriak Nadira. Airen pun menoleh siapa yang teriakin namanya ternyata
Nadira langsung di berhenti jalan, saat Nadira sampai di samping Airen.

"Lu apa-apan sih, malu gue di liatin banyak orang!" ucap Airen sambil ngomel-ngomel
gak jelas.

"He he he… gak papa kok, pengen aja teriakan lu siapa tau lu gak denger kan." ujar
Nadira.

"Heh kutu, gue denger ye gak budeg. Lu kali yang budeg!" ucap Airen sambil ngomel-
ngomel ke Dira. Saat sampai di kelas mereka pun duduk di bangku mereka masing-masing.
Saat duduk Nadira melihat ke samping, ternyata si Daniel lagi tidur.

"Woi, bangun! Bu guru bentar lagi datang!" ucap Nadira sambil nyenggol lengannya
Daniel.

"Hmm…" sahut Daniel sambil merenggangkan bandannya.

"Udah sarapan lu?"tanya Nadira ke Daniel.

"Belum, dan ga bisa makan pagi." jawab Daniel.

"Owh." balas Nadira sambil mengeluarkan buku pelajaran karena bu guru sudah datang.

Saat jam pelajaran mereka disuruh membuat kelompok karena kelompoknya harus 4 orang,
maka mereka harus menggambil 2 orang dari meja depan, dan orang di meja depan mau
sekelompok sama Nadira dan Daniel.

52
"Hay! Mau ikut kelompok gue sama Daniel gak?" tanya Nadira pada kedua orang yang
di meja mereka

"Boleh." ucap mereka berdua serentak.

Saat mereka mengerjakan kerja kelompok di luar ruangan karena sekarang jam pelajaran IPA.

"Eh kenalan dulu dong kita belum kenalan." ucap perempuan yang ada di hadapan
Nadira.

"Iya nih, kita belum kenalan." sahut laki-laki yang berhadapan sama Daniel.

"Owh iya ya, kenalin gue Nadira, yang di sebelah gue ini Daniel." ucap Nadira sambil
ngejulurin tanggan buat salaman.

"Kenalin gue airin yang di sebelah gue nama nya bima"balas airen dengan salaman
tangan

"Dir gue pengen ke toilet dulu ya"ucap daniel ke dira dan di iyakan oleh dira

"Hm"kata dira sambil mengerjakan tugas kelompok nya kembali

"Dir, kok lu akrab banget sama Daniel, padahal baru 2 kali pertemuan loh!" ucap Airen
ke Nadira. Nadira yang mendengar itu langsung ngomong.

"Dia tidur mulu sih di kelas, makanya gue suruh dia bantuin gue biar dia ada temennya
juga sih." jawab Nadira sambil makan makanan ringan yang ada di mejanya.

"Owh, pantesan dia jarang tidur lagi, ternyata lu yang bikin dia ga tidur, wkwkwkw…"
sahut Bima dengan ketawa pelan. Di sisi lain Daniel sedang mengawasi Bima. Airen sama
Nadira saat mengawasi mereka bertiga ada yang menepuk bahu Daniel, ternyata itu Gabriel.
Dan oh ya Gabriel itu ketua OSIS ya di sekolah.

"Kenapa lu disini, gak ke kelas lu?" tanya Gabriel ke Daniel sambil melipatkan tangan
di dada.

"Lagi nungu wc kosong kak." balas Daniel sambil lari masuk ke wc.

Padahal Gabriel tau Daniel sedang memperhatikan Nadira yang sedang mengerjakan tugas
kelompok karena Gabriel juga mengawasi Nadira dari jauh.

Saat itu Gabriel sedang mengawasi Nadira sama temen-temennya dan dia kebelet buang air
kecil jadilah dia masuk ke wc. Saat keluar dari wc, dia melihat Daniel yang sedang mengawasi
Nadira langsung lah Gabriel tepuk bahunya.

Setelah Daniel datang dari wc mereka pun melanjutkan kerja kelompok yang mereka
buat. Nadira melihat ke arah wc laki-laki ternyata dia melihat Gabriel yang lagi
mengawasinya, padahal Gabriel tau kalo mereka berdua tidak seiman.

“Kok kak Gabriel ngawasin gue sih? Apa jangan-jangan dia suka sama gue?” tanya
Nadira dalam hati.
53
Dengan hati yang berkecamuk Nadira pun ijin buat ke wc mau cuci muka. Saat dia jalan ke
arah wc perempuan, ada yang panggil dia dari arah taman depan. Tenyata itu Gabriel yang
ngelambaikan tangannya ke Nadira. Nadira pun nurut aja, dia samperin itu Gabriel.

"Kenapa kak, kok manggil Dira?" tanya Nadira ke Gabriel.

"Kita belum tukar nomor kontak. Mana handphone lu?" balas Gabriel sambil ngejulurin
tangan buat meminjam handphonenya Nadira.

"Oh, iya ya aku lupa kak. Nih handphonenya!" ucap Nadira sambil meminjamkan
handphonenya.

"Passwordnya apa?" tanya Gabriel ke Nadira.

"1226 kak, itu sandi nya." balas Nadira dengan enteng padahal dia lupa kalau password
itu sama dengan tanggal lahir orang yang ada di hadapannya.

"Kok sama kaya tanggal ulang tahun kakak?" tanya Gabriel ke Nadira.

Dengan seketika Nadira ingat kalo passwordnya itu memang ulang tahun kakak tingkatnya itu.

Nadira pun langsung panas dingin karena Gabriel tau kalo itu tanggal ulang tahunnya, dengan
segera Nadira membalas.

"Ga kok itu tanggal lahir idola aku." balas Nadira sambil senyum. Nadira mengambil
hpnya terus meminta ijin buat ke wc.

"Sini kak hpnya, aku mau ke wc, udah kebelet!" ucap Nadira sambil mengabil hp yang
ada di tangan gabriel dan langsung lari ke wc

"Lah tuh anak, ternyata udah kebelet, ha ha…" balas gabriel dengan ketawa.

Padahal Gabriel tau itu tanggal lahirnya, cuma dia pengen ngejek Nadira aja. Gabriel puas
banget ngeledek Nadira karena pas itu muka nNadira udah pucet.

Saat di wc Nadira langsung cuci muka sebernahnya dia tidak kebelet buang air, dia cuma malu
karena kakak tingkatnya itu tau kalo dia menyukainya. Padahal mereka udah tau kalo mereka
tidak seiman.

"Woi! Ngapain lu disini?" sapa Airen sambil menepuk bahu Nadira.

Nadira yang terkejut langsung ngusap dada karena temen yang satunya kaya kalo ngagetin kaya
ehem.

"Apa sih lu? Jantungan gue. Lu tanggung jawab kalo gue jantungan!" ucap Nadira ke
Airen.

Mendengar kata kata Nadira, Airen langsung ngomong maaf.

"Maaf ye!" ucap Airen sambil senyum tertekan.

54
"Btw, kok muka lu pucet?" tanya Airen ke Nadira.

"Nih ya gue ceritain, sebenarnya gue suka sama kak Gabriel dan malem tadi keluarga
dia sama keluarga gue makan malam bareng." jawab Nadira sambil nunduk.

"Ra lu tau kan lu berdua beda kepastian kenapa lu harus ga seagama aja ra masih
banyak laki laki lain yang ada di luar sana." ucap Airen sambil memegang kedua bahu Nadira
dan menghadapkan ke arah kaca yang ada di toilet, dengan anggukan Nadira menyetujui
ucapan Airen.

"Bye! Gue mau kerjain tugas kelompok lagi." ucap Nadira ke Airen sambil berjalan
menuju pintu keluar toilet.

"Bye!" jawab Airen dengan melambaikan tangan ke Nadira.

Saat di pertengahan jalan ada yang narik Nadira ke belakang sekolah dan yang narik Nadira
itu ternyata Gabriel.

"Ra, kakak mau ngomong." ujar Gabriel sambil memegang kedua telapak tangan
Nadira.

"Ngomongin apa?"tanya Nadira ke Gabriel.

"Sebenarnya kakak suka kamu dari awal kita ketemu, yang kamu masih SD kakak udah
SMP, tapi kakak tau kalau kita beda keyakinan kamu Islam kakak Kristen." ucap Gabriel
panjang lebar.

"Aku juga suka sama kakak pas awal masuk SMA, tapi aku tau kalo kita gak bisa
bersatu karena di tangan aku tasbih sedangkan di leher kakak ada salib yang menggantung."
ujar Nadira sambil mengelus pergelangan Gabriel.

"Dan juga keluarga aku gak ngerestuin aku sama yang beda agama kak, tapi aku
menyukai kakak yang beda agama, kalo ayah tau pasti ngelarang Dira deket-deket lagi ke
kakak." sambung Nadira sambil ngelepas genggaman tangan mereka.

"Ya sudah, kalo begitu kakak cuma mau nyampein perasaan kakak aja ke kamu. Kakak
suka kamu dari kamu SD sampai sekarang." balas Gabriel sambil senyum ke arah Nadira.

"Ya udah sana gih, udah jam pulang!" ucap Gabriel Sambil ke Nadira.

"Bye kak, hati-hati di jalan ya!" balas Nadira sambil membalas senyuman Gabriel dan
langsung berjalan ke kelasnya.

Saat di kelasnya Nadira ketemu Airen.

"Dari mana aja lu? Temen-temen lu udah pada selesai ngerjain tugas, lu baru datang pas
mau pulang." tanya Airen ke Nadira sambil menaikan sedikit nada.

55
"Ya nanti gue ceritain ke elu deh, tapi pulang ini gue ikut lu ya? Ayah gue ga bisa
jemput." ucap Nadira ke Airen dan diangguki oleh Airen.

Nadira merasa ada yang mengechatnya ternyata benar.

Chat room

Kak gabriel

Seve Gabriel

15:09

Ok

15:12

Lagi di mana?

15:13

Di kelas, emang kenapa?

15:15

Pulang sama siapa?

Sendirian?

Apa sama temen?

15:16

Sama Airen

15:19

“Kok kak Gabriel nanya gue pulang sama siapa ya?” ucap Nadira dalam hati.

"Ra, lu jadi ikut gue gak?"tanya Airen ke Nadira.

"Jadi lah. Ayo!" balas Nadira.

Suatu hari

Saat Nadira dan Airen duduk di halte sekolah mereka melihat ada sebuah mobil yang
mendekat ke arah mereka, kirain papahnya Airen ternyata kak Gabriel.

"Belum dijemput?" tanya Gabriel ke Nadira dan Airen.

56
"Bentar lagi kak, papa aku bentar lagi sampe." ucap Airen.

"Owh ya, udah kalo gitu. Kakak duluan ya, kalian berdua hati hati!" ucap Gabriel
sambil menjalankan mobilnya pelan.

"Iya, kakak juga hati-hati!" jawab mereka berdua.

Dan saat mobil Gabriel menjauh datang lah mobil papanya Airen sambil mengklakson.

"Loh, Dira gak dijemput ya?"tanya papa Airen ke Nadira.

"Iya pa, ayahnya gak bisa jembut karena rapat." ucap airen yang membalas perkataan
papanya.

"Ya udah, sini masuk nak Dira, om anter." kata papa Airen dan Dira pun mengangguk.

"Iya om, makasih." balas Dira sambil masuk ke mobil. Airen sama Nadira duduk di jok
belakang dan mereka bertiga menuju rumah Nadira. “Tapi, kok perasaan gue ga enak Ya.”
ucap Nadira dalam hati dan Dira pun membuka handphonenya.

Chat room

Bunda

Bund, bunda gpp kan?

15:22

Bunda ga papa kok emang knp?

15:22

Ga papa bun dira cuma nanya

15:22

Nadira pun ngechat ayah nya

Ayah

Yah, ayah ga papa kan?

15:23

Ayah ga papa emang kenapa?

15:23

Gapapa yah nanya aja

15:23

57
“Kok, hati gue makin gak tenang sih. Coba deh telpon kak Gabriel.” ucap Nadira dalam
hati.

Telpon berdering

Tut, tut, tut …

Halo…

BRAKk

Kak, kakak gak papa kan?

………………….

Kak, kakak gak papa kan?

…………………..

Tut …

Panggilan diakhiri Nadira

"Ren, kok gue telpon kak Gabriel dia gak ngomong apa-apa, tapi diangkat dan juga
gue hawatir, gue denger suara seperti tabrakan." ucap Nadira ke Airen.

"Mungkin perasaan lu aja kali Dir, gak mungkin dia tabrakan." ucap Airen sambil
ngelus tangan Nadira.

Saat mereka sampai di rumah Nadira mereka melihat bundanya Nadira yang tergesa-gesa
menghampiri.

"Anak Tante Sonia kecelakaan, Dir." ucap bunda sambil lari ke arah Nadira.

"Berarti yang kecelakaan kak Gabriel dong bund?" tanya Nadira panik.

"Iya, Gabriel kecelakaan saat pulang sekolah." ucap bunda Nadira lagi.

"Kan apa yang gue bilang Ren, bener yang gue denger itu suara tabrakan." ucap
Nadira sambil menoleh ke arah Airen.

"Sekarang kak Gabriel di rumah sakit mana bund?" tanya Nadira sendu.

"Rumah sakit Permata." ucap bunda ke Nadira.

"Om boleh anterin aku ke rumah sakit Permata ga?" tanya Nadira ke papa Airen.

"Ayo! Om juga mau liat keadaannya." ucap papa Airen.

58
"Ren, bener kan kata gue tadi?" ucap Nadira sambil ngegoyangin tangan Airen.

"Ya udah lu tenang dulu ini kita mau ke rumah sakit"balas airen sambil nenangin nadira

Saat mereka sampai di rumah sakit ada Tante Sonia dan Om Saga di dekat ruangan
ICU. Bunda melihat Tante Sonia nangis langsung mendekat dan memeluk Tante Sonia.

"Gabriel Re, kata dokter 99% gak selamat." ucap Tante Sonia sambil memeluk
bunda Nadira. Nadira yang mendengar kata 99% gak selamat langsung netesin air
mata.

Beberapa hari kemudian saat Nadira berkunjung ke ruangan Gabriel yang masih koma.

"Kak, lu kok gak bangun-bangun sih! Gue kangen lu kak!" ucap Nadira sambil
memegang telapak tangan Gabriel.

Nadira kaget karena bunyi suara detak jantungnya Gabriel berhenti.

"Dok, dokter!!!" teriak Nadira dan disamperin dokter, "Kenapa, de?" tanya dokter.

"Itu dok, suara detak jantungnya hilang." balas Nadira gelisah.

"Ya udah, kamu keluar dulu! kami atasi kok." ucap suster yang ada di samping dokter.
Dengan gelisah Nadira keluar ruangan.

Di dalam ruangan

"Suster, tolong ambilin ICD (Implantable Cardioverter Device)!" ucap dokter.

"Ya, dok!"balas suster sambil menggambilkan IDC.

Saat sudah 4 kalinya dan detak jantung tidak muncul muncul, itu juga bisa disebut dengan
Gabriel meninggal.

Saat dokter keluar dari ruangan dan menemui Nadira

"Saudara pasien?" tanya dokter ke Nadira.

"Iya dok, ada apa dengan dia?" tanya Nadira dengan muka cemas.

"Kami sudah semaksimal mungkin, tapi yang di atas berkehandak lain." ucap dokter ke
Nadira. "B-berarti G-Gabriel m-meninggal dok?" tanya Nadira sambil terduduk lemas.

"Iya, dia sudah di jemput." balas dokter. Nadira pun langsung ngechat Tante Sonia
memberi kabar tentang Gabriel.
59
Chat room

Tante Sonia

Tan, cepetan ke rumah sakit! Kak GabrieL udah ga ada.

9:23

Apa? Gabriel udah ga ada?

Tante sekarang menuju ruangan, kamu tenang aja di sana ya!

9:23

Saat itu Nadira melihat Tante Sonia yang datang dengan tergesa gesa.

"Mana Gabriel?" tanya Tante Sonia yang sambil menarik nafas.

"Di dalam tante." balas Nadira sambil nangis.

Saat di dalam ruangan

Tante sonia dan nadira melihat muka pucet Gabriel.

"El, bangun sayang! Ini mom." ucap Tante Sonia sambil menangis. Tapi mau
gimana lagi yang di atas berkehendak lain.

Nadira pun menepuk-nepuk punggung Tante Sonia sambil berkata, "Tante, ayo kita urus
pemakaman kak Gabriel. Kita ikhlaskan kepergiannya, tante.” lanjut Nadira sendu.

TAMAT

60
Gerakan Literasi

MTsN 7 Hulu Sungai Tengah

61
62
"Kupu-kupu mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki
kemampuan untuk berubah dan berkembang."

-anonim-

63
Kementrian Agama, MTsN 7 Hulu Sungai Tengah
Gerakan Literasi Madrasah

Anda mungkin juga menyukai