Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SOSIAL

Fanatisme Dalam Kehidupan Beragama

MATA KULIAH KOMUNIKASI PERUBAHAN SOSIAL (KPS)

DI SUSUN OLEH :

DINDIN HASANUDIN

6662101477

2B-ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2011-SERANG,BANTEN

DAFTAR ISI

1. BAB I
2. PENDAHULUAN..
3. LATAR BELAKANG..
4. BAB II..
5. PEMBAHASAN.
6. ANALISIS SOSIALA-FANATISME DALAM KEHIDUPAN UMAT
BERAGAMA.
7. PENGERTIAN FANATISME
8. STUDI KASUS
9. ANALISIS DATA
10. SOLUSI.
11. BAB III
12. KESIMPULAN.
BAB II

PEMBAHASAN

ANALISIS SOSIAL

Fanatisme Dalam Kehidupan Umat Beragama

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Apa itu fanatisme? Dan apa itu kehidupan umat beragama? Apa yang melandasi
sebuah kehidupan umat beragama? Adakah penyimpangan-penyimpangan agama yang
merusak sebuah citra keharmonisan hubungan lintas agama?. Mungkin pertanyaan-
pertanyaan ini sering kita dengar dan sering pula kita renungkan, namun bukan sesuatu yang
sering kita mencari solusi untuk masalah lintas agama ini, yang telah menjadi fenomena nyata
dan biasa.

Kesenjangan pemikiran dalam kehidupan masyarakat masih sering terjadi, terutama dalam
hal kehidupan beragama, pernah berpikir apa yang menjadi panutan kebenaran dalam
kehidupan? Musuh nyata dalam suatu kebebasan adalah fanatisme, faham yang selalu
menciderai kehidupan umat beragama dan merusak keharmonisan interaksi sosial, memberi
satu sudut pandang yang salah dan tidak memiliki sandaran teori yang jelas, mungkin kita
sering mendengar fanatisme dalam masyarakat, seorang penganut agama yang sangat fanatik
terhadap agama dan hukum yang dia dia anut, sehingga dia tidak menyukai atau mencela
orang-orang yang tidak sefaham dengannya, dan menganggap bahwa agama dan hukim yang
di anut oleh orang lain itu salah dan menganggap bahwa faham dia yang paling benar.

Kita mungkin tidak pernah berpikir jiks kita menggurui orang lain, maka orang lain pun akan
menggurui kita, dan itu merupakan konsekuensi yang harus di terima. Perbedaan pendapat
dalam suatu masyarakt adalah sesuatu yang biasa, karena indonesia merupakan sebuah negara
yang majemuk masyarakatnya,

Tujuan penulis menjabarkan fenomena ini adalah untuk menjabarkan mengenai pola pikir
dari suatu individu yang berhaluan fanatisme, bahwa sikap individu itu akan merusak
interaksi sosial, tingkat pemahaman yang rendah namun merasa dirinya memiliki semua
pengetahuan itu adalah hal yang paling bodoh, karena orang yang bijaksana adalah orang
yang tahu apa yang tidak ia ketahui ( socrates). Saya ingin mencoba menjabarkan akibat dan
solsusi fanatisme kehidupan beragama, dengan menggunakan analisis dan pandangan penulis.

PENGERTIAN FANATISME

Fanatik adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu
pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan mana tidak memiliki
sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi di anut secara mendalam sehingga susah di
luruskan atau di ubah. Fanatik dalam arti cinta buta kepada yang di sukai dan antipati kepada
yang tidak di sukai serta merupakan perwujudan dari egoisme sempit.
Sedangkan fanatisme sendiri merupakan sebuah faham atau merupakan sebuah konsekuensi
logis dari kemajemukkan sosial atau heterogenitas dunia dan merupakan bentuk solidaritas
terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai kepada orang-orang yang berbeda.

Suatu kekeliruan bila masyarakat menganggap fanatisme adalah sesuatu yang benar,
seseorang yang terlalu fanatik biasanya di karenakan dia hanya menafsirkan sesuatu hanya
dari satu sudut pandang ilmu saja, bisa di katakan kurangnya pemahaman mengenai ilmu lain
dari masyarakat tersebut.

Dewasa ini kehidupan umat beragama masih belum dapat tercapai titik kedewasaan, dalam
kurun waktu yang singkat banyak terjadi konflik, bahkan menimbulkan peperangan hanya
karena satu alasan perbedaan suatu pandangan dalam peribadatan dan kurangnya toleransi
untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial.

Konflik umat beragama tidak dimulai baru-baru ini saja, namun sudah terjadi sejak zaman
lampau (1095-1291), pada saat itu terjadinya perang salib yaitu perang antara umat kristiani
dengan umat muslim untuk merebut kembali yerusallem dan tanah suci, dan dalam konteks
sosial perang salib merupakan konflik agam yang terbesar hingga abad ini walaupun bukan
konflik karena fantisme.

Indonesia merupakan negara Bhineka Tunggal Ikka dan merupakan masyarakat majemuk
yang harus di toleransi, yang terdiri dari banyak suku, agama, budaya, yang harusnya dapat
saling memberikan toleransi dan bersikap tempo seliro, wujud ketidak harmonisan hubungan
sosial umat beragama masih sering terjadi hingga saaat ini.

Faktor terbesar yang menciptakan kisruh dalam kehidupan umat beragama adalah fanatisme,
faham ini dapat menciderai kerukunan masyarakat sosial, fanatisme adalah musuh dari
adanya sebuah kebebasan, kebebasan disini di maksudkan pada semua individu dapat saling
menghormati dalam segala aspek proses peribadatan, selama proses tersebut tidak merugikan
kepercayaan dan mengganggu keyakinan yang lainnya.

kehidupan umat beragama sendiri merupakan suatu konsep tatanan perbedaan keyakinan
yang di anut dalam suatu kehidupan sosial masyarakat dalam melakukan interaksi
berdasarkan konsep ketuhannan. yang sebenarnya kehidupan itu harus berjalan seiring dan
tidak saling mengganggu, konsep ini akan sesuai dengan konsep manusia sebagai makhluk
sosial.

STUDI KASUS

Saya mengambil contoh peristiwa Bom Cirebon yang terjadi baru-baru ini. Kronologis
peristiwa :

Bom bunuh diri ini meledak di masjid Polresta Cirebon, Jawa barat, Kapolres sasaran Utama
pada tanggal 15 April 2011, saat akan di laksanakan shalat jumat, sekitar pukul 12.35 WIB,
tiba-tiba tubuh salah satu yang melakukan shalat jumat meledak, pelaku meninggal di tempat
dengan kondisi badan hancur. Dalam kejadian ini jamaah mengalami luka, sebagian besar
anggota kepolisian kapolres Cirebon,
Korban juga ada dari ulama dan para warga sekitar, modus pelaku pemboman, pelaku sengaja
ikut shalat dan posisi dia cukup dekat dengan dengan barisan kapolres yang hendak shalat
jumat.

Kronologis bom meledak :

11.30 WIB

Jamaah shalat jumat mulai berduyun-duyun datang ke masjid polresta cirebon.

11.50 WIB

Khutbah jumat di mulai. Saat itu jamaah yang berada di dalam masjid telah penuh.

12.15 WIB

Imam shalat jumat mulai bersiap-siap mendirikan shalat jumat. Dan saat imam
mengucapkan Allahu akbar tiba-tiba suara ledakkan terdengar.

12.20 WIB

Korban berjatuhan

12.30 WIB

Evakuasi korban mulai di lakukan.

ANALISIS DATA

Dari ciri-ciri karakter peristiwa, peristiwa ini tergolong dalam kelas teori penyadaaran, yang
mana dalam teori penyadaaran terdapat 3 bentuk kesadaran yaitu : kesadarn magis, kesadarn
Naif, kesadaran kritis.

Kesadaran Magis.

Dalam hal ini masyarakat tidak dapat menghubungkan antara kehidupan agama dengan
kehidupan masyarakat sosial dan politik, dalam kehidupan masyarakat sosial peran agama
adalah sesuatu yang sakral dan sangat penting, namun para pelaku pemboman atau terorisme,
mereka tidak dapat mengerti hubungan antara agama dan proses sosial. Agama merupakan
sesuatu yang telah di bawa sejak mereka lahir, dan keyakinan mereka tidak dapat di rubah
sesuai dengan apa yang mereka dapatkan dari pendidikkan agama sebelumnya, jika salah
pendidikkan itu salah pula ideologi yang di anutnya.

Kesadaran Naif

Pelaku pemboman berpikir bahwa semua kesalahan yang di lakukan oleh masyarakat harus di
musnahkan, dan kesalahan itu karena tindakan mereka sendiri dan mereka mengikuti faham
yang salah karena dokrinan-dokrinan yang di berikan oleh penganut ideologi itu, walupun
sebenarnya tidak semua kalangan ikut bersalah. Mereka berpikir untuk mengurangi kesalahan
umat manusia, maka umat yang salah itu harus di musnahkan. Walaupun di sekitarnya tidak
semua individu bersalah, namun tetap menjadi korban.

Kesadaran Kritis

Pertentangan bukan saja dalam lintas agama, namun tidak jarang masih dalam satu agama.
Dalam sejarah Islam klasik, pembunuhan cucu nabi Muhammad, Imam Husain as di Padang
Karbala, 10 Muharram tahun 61 Hijriah, mungkin bisa menjadi contoh. Dalam sejarah
kristen, pembantaian pengikut protestan oleh Katolik tidak ada yang bisa melupakanya.
Sebabnya adalah fanatisme dan fundamnetalisme.

Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, tetapi biasanya
merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau kelas sosial. Pada hakikatnya, fanatisme
merupakan usaha perlawanan kepada kelompok dominan dari kelompok-kelompok minoritas
yang pada umumnya tertindas. Minoritas bisa dalam arti jumlah manusia (kuantitas), bisa
juga dalam arti minoritas peran (Kualitas).

Akar permasalahan peristiwa ini adalah fanatik nya sikap umat beragama, dan rendahnya
tingkat pemahaman mengenai agama, karena mereka hanya melihat suatu kejadian dari satu
sudut pandang yang sempit tanpa melihat akibat apa yang di timbulkan. Lemahnya
kepercayaan diri penganut agama terhadap ajaran agama yang telah di anut sejak dia berada
dalam lingkungan keluarga, sehingga mudah terpengaruh oleh dokrinisasi agama baru yang
sesat. Sebagai seorang pemeluk agama individu harus memiliki keyakinann yang teguh
terhadap agama yang telah di anutnya dan telah di anggap benar menurut UU pemerintahan.

Dalam kasus ini, banyak kejanggalan-kejanggalan akan kebenaran tindakan pelaku bom ini,
tindakan dia tetap tidak bisa di anggap benar, di lihat dari sudut pandang agama islam,
tindakan ini salah, karena dalam islam tidak di benarkan untuk menggunakan kekerasan
karena islam merupakan agama yang cinta akan kedamaian, selain itu akibat yang di
timbukan dari tindakkan ini, yang menjadi korban bukan hanya target sasaran mereka saja
namun warga sekitar dan ulama pun menjadi korban, sama seperti halnya peristiwa bom bali,
tujuan si pelaku adalah untuk menghancurkan kemaksiatan yang terjadi di bali namun apakah
yang menjadi korban sesuai dengan sasaran?

Dari peristiwa ini pelaku selalu mengatasnamakan jihad, sebaiknya kata jihad ini masih
perlu di definisikan dan di fahami secara benar, mungkin perlu di ajarkan dalam sebuah mata
kuliah mengenai pemahaman jihad yang sebenarnya, agar tidak terjadi kesalah pengertian dan
menjadikan jihad sebagai pembenaran alasan yang jelas-jelas salah sehingga memicu
terjadinya konflik agama.

PENYELASAIAN :

Munculnya kelompok radikal dalam suatu masyarakat biasanya berawal dari


terpinggirkannya peran sekelompok orang dalam sistem sosial (ekonomi dan politik)
masyarakat dimana orang-orang itu tinggal. Kita bisa menelaah fenomena gerakan radikal
pada masa orde baru dimana kelompok yang ekstrim selalu berasal dari kelompok yang
terpinggirkan atau merasa terancam, dan kelompok-krlompok itu sering bertukar peran.
Begitu juga fanatisme, mereka yang menganut faham ini akan merasa terpinggirkan oleh
golongan yang tidak sefaham dengan mereka, kuantitas mereka tidak sebanyak orang yang
ada di luar anggotanay, karena dalam psikologi dimana dalam suatu masyarakat akan ada
kelompok in group dan kelompok out group, dengan adanhya perasaan ini mereka melakukan
tindak terorisme yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat islam.

Solusi dari pertentangan faham ini adalah dengan memperkuat adanya toleransi, toleransi
adalah kesiapan menerima realitas adanya perbedaan. Karena perbedaan itu merupakan
realitas maka orang yang toleran tidak merasa terganggu oleh adanya perbedaan, sebaliknya
perbedaan itu dihormati. Etika agamapun mengajarkan bahwa seseorang boleh bekerja-sama
dengan orang yang berbeda dalam menegakkan keadilan, dalam membangun kesejahteraan
sosial, dalam membela si lemah dan hal-hal yang yang bernilai kebaikan. Di mata orang-
orang yang toleran, keragaman adalah keindahan dan potensi. Tetapi toleransi juga dibatasi,
tidak pada pada hal-hal yang destruktip. Orang tidak boleh toleran terhadap pengedar
narkoba, terhadap kemaksiatan terbuka, terhadap korupsi dan hal-hal lain yang berdampak
merusak masyarakat. Toleransi beragama wujudnya ialah setiap orang beragama bisa
menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda keyakinannya, dan berbeda pula ritual
agamanya. .
Mengajarkan mengenai makna jihad yang sebenarnya dalam pendidikkan agama, bukan
sekedar bertindak, dan mereka mengartikan bahwa itu adalah jihad dan mati dalam keadaan
syahid, yang dalam makna sebenarnya mereka mati dalam keadaan kafir, karena mereka
malah menghilangkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah.

Maka dari itu sesuatu yang perlu di ubah adalah pola pikir masyarakat, dan cara pendidikkan
agama, agar masyarakat tidak hanya melihat suatu persoalan dari satu sudut pandang dan satu
bidang keilmuan, yang mungkin masih ada kebenaran dari ilmu itu yang belum kita ketahui,
berpikir secara multi perspektif, bukan mono perspektif. Dan mulai menggunakan
kebijaksanaan dalam berpikir.

BAB III

KESIMPULAN

Fanatisme adalah bentuk solidaritasa terhadap orang-orang yang sefaham dengan


kelompoknya, dan membenci adanya perbedaan pandangan dalam suatu kehidupan
bermasyarakat, baik dalam kehidupan agama, sosial, politik, ekonomi.

Karena perilaku fanatik mempunyai akar yang berbeda-beda, maka cara penyembuhannya
juga berbeda-beda. Perilaku fanatik yang disebabkan oleh masalah ketimpangan agama,
pengobatannya harus menyentuh masalah agama, dan perilaku fanatik yang disebabkan oleh
perasaan tertekan, terpojok dan terancam, maka pengobatannya juga dengan menghilangkan
sebab-sebab timbulnya perasaan itu. Pada akhirnya, pelaksanaan hukum dan kebijaksanaan
lintas agama yang memenuhi tuntutan rasa keadilan masyarakat secara alamiah akan
melunturkan sikap fanatik pada mereka yang selama ini merasa teraniaya dan
terancam. .

Oleh karena itu jika dalam suatu negara keadilan dapat ditegakkan, dan rasa keadilan dapat
dinikmati oleh semua aspiran, maka aspirasi garis keras akan mencair dengan sendirinya.
Sebaliknya jika ditekan dengan kekerasan, maka pandangan itu semakin keras, dan semakin
tidak mengenal kompromi.
Belajar untuk memahami toleransi dalam kehidupan bermasyarakat terutama dalam
menghormati RAS dan agama. Serta belajar untuk memahami banyak wawasan tentang ilmu
yang bersangkutan dan mencari titik pembenaran yang umum.

semoga sumbangan pemikiran saya ini dapat bermanfaat..

Tags: agama, sosial politik


Comments RSS feed

Leave a Reply

psikologi komunikasi

Categories

Categories

Follow Blog via Email

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by
email.

Join 4 other followers

Search for:

Top Rated
budaya dan metafisik
o KONSTITUEN WARISAN DIBALIK GLAMOUR EKSEKUTIF
MAHASISWA YANG MELUMPUHKAN HEGEMONI LEGISLATIF
MAHASISWA DAN CERMIN BURUK POLITIK KAMPUS
o Demokah Tujuan Akhirmu?
o budaya dan metafisik: JANGAN HANCURKAN MENTAL PENGABDIAN
KAMI DENGAN KESALAHAN ANDA
o JANGAN HANCURKAN MENTAL PENGABDIAN KAMI DENGAN
KESALAHAN ANDA
o Etika Protestan karangan dan semangat kapitalisme
o BAIK BURUKNYA BUDAYA COPY PASTE MAHASISWA
o PROFESI WARTAWAN IDEAL
o KARAKTER INDIVIDU DEWASA SEBELUM WAKTUNYA
o Demokrasi Dan Halaman publik
o kuamang kuning

Create a free website or blog at WordPress.com. | The Motion Theme.


[ Back to top ]
Follow

Follow dindinkomunikasi

Get every new post delivered to your Inbox.

Build a website with WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai