Anda di halaman 1dari 15

SINOPSIS ROMAN “NI RAWIT CETI PENJUAL

ORANG” KARYA A.A PANJDI TISNA

Disusun Oleh :

Ayu Cahyaningsih ( K7117034 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Sinopsis
Roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang karya A.A Pandji Tisna dengan baik. Penulis
juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sty Slamet, M.Pd sebagai Dosen mata
kuliah Keterampilan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan tugas ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keterampilan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, penulis berharap makalah ini
dapat membantu pembaca dalam menambah wawasan tentang keterampilan
membaca karya sastra.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekeliruan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya masukkan
baik berupa kritik maupun saran yang bersifat membangun.

Surakarta, 1 Mei 2019

Penyusun
Ayu Cahyaningsih
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif
tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering
menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang
pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang
terkait dengan waktu mereka.
Karya sastra adalah seni, di mana banyak unsur kemanusiaan yang
masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk
metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur
karya sastra sulit dibuat batasannya. Lahirnya sebuah karya sastra adalah
untuk dapat dinikmati oleh pembaca.
Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena
karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-
kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat
memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis
hiburan intelektual dan spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai
pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan
pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni.
Roman adalah roman karya fiksi yang gambaran cerita menurut
pengerangnya sendiri, yang di dalamnya menampilakan keseluruhan hidup
tokoh utamana terutama mengenai kehidupan sosialnya, seperti kehidupan
percintaan. Roman adalah salah satu jenis karya sastra dalam bentuk prosa
atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelaku menurut watak dan isi
jiwa masing-masing. Roman adalah sebuah karya sastra yang menceritakan
kehidupan seorang atau kelompok tokoh mulai dari kelahiran, dewasa, hingga
kematiannya. Selain itu, Roman didefinisikan sebagai karya sastra yang
menampilkan urutan kejadian bersambung satu sama lain yang
menggambarkan pengalaman-pengalaman tokoh yang ada dalah situasi
kehidupan tertentu.
Pengertian synopsis menurut bahasa ialah ringkasan maupun précis
yang sangat efektif guna menyajikan sebuah karangan yang oanjang jadi lebih
pendek lagi. Menurut KBBI, synopsis adalah karya ilmiah yang umumnya
digunakan secara bersamaan beserta karangan asli sebagai dasar synopsis
tersebut. Secara garis besar, synopsis adalah ringkasan, abstraksi, ataupun
ikhtisari karangan.

Roman Ni Rawit ini merupkan salah satu contoh karya sastra dalam
bentuk roman. Roman yang mencerotakan tentang kehidupan zaman dahulu
yang identic dengan perjodohan penuh dengan paksaan. Banyak juga nilai
moral dan nilai sosial yang terkandung dalam roman ini. Melalui roman ini
dapat dibuat sebuah sinopsis untuk mengetahui isi dari roman tidak hanya alur
ceritanya melainkan juga unsur-unsur mendetail yang ada di dalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana identitas dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang?
2. Bagaimana isi dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang?
3. Bagaimana unsur intrinsik dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang?
4. Bagaimana unsur ekstrinsik roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang?
5. Apa kelebihan dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang?
6. Apa kekurangan dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan identitas dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang.
2. Untuk menjelaskan isi dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang.
3. Untuk menjelaska unsur intrinsic dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang.
4. Untuk menjelaskan unsur kestrinsik dari roman Ni Rawit Ceti Penjual
Orang.
5. Untuk memahami kelebihan dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang.
6. Untuk memahami kekurangan dari roman Ni Rawit Ceti Penjual Orang.

D. Manfaat
1. Sebagai referensi bagi penulis untuk pembuatan makalah berikutnya
2. Melatih penulis dalam menggunakan ejaan dan bahasa Indonesia yang
baik dan benar
3. Sebagai pembanding dalam pembuatan makalah dengan topik pembahasan
yang sejenis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas Roman
Judul : Ni Rawit Ceti Penjul Orang
Pengarang : A.A Pandji Tisna
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : Cetakan 1(Pertama), 1935
Total : 361 Halaman

B. Sinopsis Roman
Dalam roman ini diceritakan bahwa Ida Bagus Ngurah kedatangan
seorang tamu, yaitu Ida Wayang Ompog, saudaranya sendiri. Ida Wayan
Ompog memang membawa suatu maksud. Ia berniat mengambil adik
perempuan Ida Bagus Ngurah, Ida Ayu Kenderan (Dayu Kenderan) sebagai
istri yang dikawin sah. Ida Wayan Ompog yang kaya-raya ini sebelumnya
sudah memiliki dua orang gundik yang cantik-cantik, tetapi nafsu serakahnya
tidak pernah terpuaskan.
Ida Ayu Kenderan sebenarnya telah ditunangkan dengan Ida Nyoman
Rai oleh Ida Bagus Ngurah. Perbuatan yang dirasakan pantas untuk membalas
keluhuran budi keluarga Ida Gde Jawi. Kakek Ida Nyoman Rai itu telah
merawat bapak Ida Bagus Ngurah dan Dayu Kenderan ketika ia diusir
kakaknya, Ida Putu Mas karena terlibat percintaan dengan gadis yang sama.
Meskipun Ida Made Bang telah memutuskan hubungan dengan Dayu Suci, ia
terpaksa menjauhkan diri dari rumah pusaka orang tuanya. Tak lama
kemudian Dayu Suci meninggal dunia. Kabarnya, Ida Putu Mas yang
menyuruh orang meracuninya. Ida Putu Mas menikah dengan seorang
perempuan kasta Brahmana, lalu mempunyai anak laki-laki, yaitu Ida Wayan
Ompog. Ida Bagus Ngurah dan adiknya yang telah lama yatim piatu itu tidak
memperoleh bagian sedikit pun.
Dalam waktu bersamaan, Ni Rawit juga sedang menjadi tamu Dayu
Kenderan. Perempuan bekas penari legong itu sengaja diminta Kenderan
untuk menemaninya, karena Ni Anis, sahabatnya karibnya, tidak datang
sebagaimana biasanya. Rupanya Ni Rawit diberi upah oleh Ida Wayan Ompog
agar bersedia mempengaruhi Dayu Kenderan. Ni Rawit membujuk-bujuk
Dayu Kenderan dengan cara membanding-bandingkan Ida Nyoman Rai,
tunangannya, dan Ida Wayan Ompog. “Akan Ida Nyoman Rai itu, apa yang
dipandang padanya? Paras? Tetapi ia miskin dan masih muda, belum boleh
dijadikan junjungan. Akan tetapi Ida Wayan Ompog, wah, niscaya ratu suka
bersuamikan dia”. Namun, Dayu Kenderan yang baru berusia empat belas
tahun itu hanya menangis tesedu-sedu. Ia sama sekali buta mengenai hal
percintaan. Kebingungannya bertambah ketika Ni Rawit menyampaikan pula
sepucuk surat dari Ida Wayan Ompog.
Ida Wayan Ompog merasa kecewa karena usaha Ni Rawit kurang
membawa hasil. Akhirnya, ia menyuruh Ni Rawit untuk pergi menemui
Balian Beda untuk meminta guna-guna “jaran guying”. Obat pemikat tersebut
ditanam I Sompelogan, pembantu Ida Wayan Ompog di halaman rumah Ida
Bagus Ngurah, dan ditemukan Balian Sandi, dukun yang merawat Dayu
Kenderan yang tiba-tiba sakit sepulangnya Ni Rawit beserta Ida Wayan
Ompog. Ida Bagus Ngurah sejak semula sudah menaruh curiga kepada I
Wayan Ompog, sebab kalau tak ada “udang di balik batu” mana mungkin
saudara sepupunya yang congkak itu sudi berkunjung.
Kegagalan memikat Dayu Kenderan lewat guna-guna tadi membuat Ni
Rawit senang. Hal ini mengisyaratkan bahwa rejekinya masih akan terus
mengalir. Ia kemudian berharap, guna-guna yang kedua dari Balian Beda pun
mengalami kegagalan. Dayu Kenderan tidak dibiarkan sendirian. Ia selalu
ditemani Ni Anis yang cepat-cepat kembali ke Mengwitani setelah mendengar
berita Dayu Kenderan sakit. Apalagi, ia mengetahui siapa sesungguhnya Ni
Rawit itu.
Ida Bagus Ngurah bermaksud mempercepat perkawinan Dayu
Kenderan dan Ida Nyoman Rai untuk menghindari hal-hal yang tidak baik,
yang dapat timbul karena ulah Ida Wayan Ompog. Persiapan-persiapan
menjelang perkawinan segera dilakukan. Ida Wayan Ompog yang mendapat
laporan dari I Sompelogan, mengira bahwa guna-gunanya mengenai sasaran
dan Ida Bagus Ngurah hendak menyelenggarakan pesta besar untuknya. Ibu
dan mamak Ida Wayan Ompog segera berangkat ke Mengwitani untuk
meminang Dayu Kenderan. Namun, semangat mereka mendadak padam,
bahkan mereka menjadi malu. Dayu Kenderan menolak lamaran Ida Wayan
Ompog. “Hamba telah menjadi milik kanda Nyoman,’ sahut gadis itu dengan
pendek”.
Ida Wayan Ompog tak dapat menerima kenyataan itu. Ia
menganggapnya sebagai penghinaan. Malam harinya, ia diiringi beberapa
orang kawannya menuju Mengwitani untuk menculik Dayu Kenderan. Sayang
sekali, rumah saudara sepupunya itu sudah kosong. Tak ada lagi tanda-tanda
orang tengah menyelenggarakan hajatan. Lalu tersiar kabar, Dayu Kenderan
dan Ida Nyoman Rai telah hidup sebagai suami-istri di Karangasem. Ida
Wayan Ompog sangat kecewa, tetapi lama-kelamaan ia dapat mengatasinya,
sampai suatu hari ia didatangi oleh Ni Rawit bersama suami barunya, I
Lempod. Ni rawit masih menaruh dendam pada Ni Anis yang ia rasakan
menghalang-halanginya usahanya untuk mendekati Dayu Kenderan.
Kepadaian Ni Rawit dalam merayu tidak mampu menggerakkan hati Ida
Wayan Ompog yang sudah insaf, untuk bersekongkol dengannya.
Ni Anis diculik oleh I Lempod, kemudian diserahkan kepada Ni Rawit
yang berencana menjualnya dengan harga tinggi. Suami Ni Anis, I Kerta
dibantu I Pugeg, bekas suami Ni Rawit, sekuat tenaga berusaha
menyelamatkan Ni Anis. Malang nasib Ni Rawit, ketika ia mengantarkan Ni
Anis kepada Kapten kapal “La Tete de Mort”, kapal itu mulai bergerak.
Keduanya ikut terbawa bersama kapal yang ternyata memuat sejumlah budak
belian yang hendak dijual kepada Gusti Gde Putra. Termasuk yang akan dijual
itu adalah Ni Rawit dan Ni Anis.
Dari kapal La Tete de Mort, budak-budak belian itu dipindahkan ke
kapal Le Esprit malin yang kemudian berangkat menuju Nusa Penida. Dalam
perjalanan, kapal itu berpapasan dengan kapal jaga. Kedua kapal itu pun
saling memuntahkan tembakan. Gempuran dari kapal penjaga memaksa para
awaknya berikut sejumlah budak belian menyelamatkan diri. Tidak sedikt
pula yang tewas tertembak. Di antara yang tewas itu adalah Ni Rawit.
Sementara Ni Anis berhasil diselamatkan. I Kerta sekeluarga, setelah musibah
yang menimpa Ni Anis, pindah ke Karangasem dan tinggal berdekatan dengan
Ida Ayu Kenderan.

C. Unsur Intrinsik Roman


1. Tema
Tema yang digunakan dalam roman ini adalah kehidupan percintaan pada
zaman dahulu. Kehidupan percintaan yang diselipi dengan perjodohan
paksaan dan kelicikan.
2. Latar
a. Latar tempa dalam roman ini adalah rumah Ida Bagus Ngurah,
Karangasem, kapal La Tete De Mort, kapal Le Esprit Melin, dan
Mengwitani.
b. Latar waktu yang digunakan dalam roman ini adalah pagi, siang, sore
dan malam. Latar waktu yang lain yaitu ketika persiapan perkawinan
dan setelah selesai acara perkawinan.
c. Latar suasana yang tercipta dari roman ini adalah menengangkan,
membingungkan, menyedihkan, menakutkan namun berakhir dengan
suasana kebahagiaan.
3. Tokoh dan penokohan
a. Ida Bagus Ngurah : protagonist, bijak, baik hati, solutif dan memiliki
jiwa yang kuat serta tegar.
b. Ida Wayang Ompog : antagonis, serakah, nafsu tinggi, senang
memaksakan kehendak, dan licik.
c. Ida Ayu Kenderan : protagonis, baik hati, setia, mudah bingung dan
setia kawan.
d. Ida Putu Mas : antagonis, jahat, berperilaku buruk.
e. Ni Rawit : antagonis, licik, serakah, tidak setia kawan dan berperilaku
buruk.
f. Ni Anis : protagonist, baik hati, tegas, dan setia kawan.
g. I Lempod : antgonis, jahat, mudah di perbudak oleh istrinya.
4. Alur : alur maju
5. Amanat : janganlah berbuat jahat dan memaksakan kehendak orang lain
dengan memuluskan segala cara.

D. Unsur Ekstrinsik Roman


1. Biografi penulis
A. Pandji Tisna mempunyai nama lengkap Anak Agung Nyoman
Pandji Tisna. Ia lahir tanggal 11 Februari 1908 dan meninggal dunia
tanggal 2 Juni 1978 di Buleleng, Singaraja, Bali. A.A. Pandji Tisna
dikenal sebagai seorang novelis. Karyanya yang terkenal dan mengangkat
namanya sebagai seorang pengarang adalah Sukreni Gadis Bali. A.A.
Pandji Tisna adalah putra ketiga dari lima bersaudara, kakaknya dua orang
(perempuan), dan adiknya dua orang (laki-laki). Ayahnya bernama Anak
Agung Putu Djelantik, Raja Buleleng X dan ibunya bernama Mekele Jero
Rengga sedangkan kakeknya bernama I Gusti Putu Gria (Raja Buleleng
IX), penulis buku Darmo Lelangon, sebuah kisah bergambar tanpa kata.
Sebagai putra laki-laki pertama dari istri pertama seorang raja, A.A.
Pandji Tisna berhak menerima warisan takhta kerajaan Buleleng. Sebagai
putra priyayi, A.A. Pandji Tisna sempat mengenyam pendidikan yang
cukup baik. Dia bersekolah di Hollandsche Inlanders School (HIS). Pada
usia lima belas tahun ia dikirim ke Batavia untuk bersekolah di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Di sekolah itu ia belajar bahasa
Belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Prancis.
2. Nilai yang terkandung
Dalam roman ini banyak nilai yang terkandung. Nilai moralnya adalah
manusia yang serakah dan licik akan mendapatkan karma diatas perbuatan
yang ia lakukan. Nilai sosial yag terkandung adalah dengan sesame
manusia apalagi dengan saudara atau teman harus saling membantu, saling
melindungi dalam kebaikan. Dan jangan takut terhadap hal buruk yang
mengganggu kita, perjuangkan kebaikan dalam hidup kita maupun hidup
rang yang kita sayangi.

E. Kelebihan Roman
Kelebihan dari roman Ni Rawit ini adalah cerita yang disajikan adalah cerita
yang familiar pada nasanya sehingga mudah di cerna oleh pembaca. Banyak
juga nilai-nilai moral yang terkandung dari cerita yang disajikan sehingga
dapat membuka pemikiran dan menambah pengetahuan pembaca.
F. Kekurangan Roman
Kekurangan dari Roman Ni Rawit ini adalah penamaan dari masing-masing
tokoh memiliki unsur nama yang tidak berbeda jauh. Karena penggunaan nam
khas dari daerah bali sehingga pembaca sulit untuk membedakan dan sulit
dalam mengingat antara tokoh satu dengan tokoh lainnya. Karena kendala ini
pembaca sulit dalam mencerna alur ceritanya meskipun maksud dari cerita
bisa tersampikan dengan baik namun alurnya kurang bisa dinikmati.
PENUTUP

A. Simpulan
Judul dari roman ini adalah Ni Rawit Ceti Penjul Orang.
Pengarang yang menuliskan cerita ini bernama A.A Pandji Tisna. Roman
ini diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1935 yang
berjumlah 361 halaman.
Roman Ni Rawit ini menceritakan tentang seorang gadis yang sudha
bertunangan namun akan dipinang oleh orang lain yang serakah akan
wanita karena juga memiliki kedudukan dan harta. Orang tersebut
melakukan berbagai cara untuk meminang gadis tersebut mulai dari
memperalat dukun dan menjadikan Ni Rawit sebagai penghasut. Namun
usahanya selalu gala begitu juga usaha Ni Rawit. Karena dendam, Ni
Rawit berniat menculik dan menjual sahabat dari gadis kepada salah satu
pembesar di sana namun takdir berkata lain. Karena niat buruknya itu Ni
Rawit kehilangan nyawanya saat terjadi baku hantam di kapal ketika akan
menjual Ni Anis.
Tema dari roman ini adalah perjodohan paksaan penuh kelicikan.
Latar tempat yang digunakan ada yang di rumah tokoh ada juga yang di
kapal. Latar waktu yang di gunakan pagi, siang, sore dan malam. Latar
suasana yang diciptakan beragam mulai dari menegangkan, menyedihkan,
membingungakn hingga berakhir membahgiakan. Alur yang di gunakan
alur maju. Dalam penokohannya terdapat watak yang antagonis dn
protagonist serta memiliki cirikhs masing-masing dari setiap tokoh.
A. Pandji Tisna mempunyai nama lengkap Anak Agung Nyoman
Pandji Tisna. Ia lahir tanggal 11 Februari 1908 dan meninggal dunia
tanggal 2 Juni 1978 di Buleleng, Singaraja, Bali. A.A. Pandji Tisna
dikenal sebagai seorang novelis. Karyanya yang terkenal dan mengangkat
namanya sebagai seorang pengarang adalah Sukreni Gadis Bali. A.A.
Pandji Tisna adalah putra ketiga dari lima bersaudara, kakaknya dua orang
(perempuan), dan adiknya dua orang (laki-laki). Ayahnya bernama Anak
Agung Putu Djelantik, Raja Buleleng X dan ibunya bernama Mekele Jero
Rengga sedangkan kakeknya bernama I Gusti Putu Gria (Raja Buleleng
IX), penulis buku Darmo Lelangon, sebuah kisah bergambar tanpa kata.
Dalam penulisannya, roman ini mengandung banyak nilai moral hingga
sosial.
Kelebihan dari roman ini adalah cerita yang disajikan adalah cerita
yang sedang naik daun di kalangan masyarakat saat itu sehingga mudah
dinikmati. Namun kekurangannya akibat penggunaan nama tokoh yang
hampir sama karena penggunaan nama khas Bali sehingga sulit di ingat
dan dibedakan sehingga mempengaruhi daya ingat dan daya pemahaman
alur cerita oleh pembaca.

B. Saran
Kegiatan membaca sangatlah baik dan memiliki banyak manfaat untuk
masing-masing orang. Dengan membaca juga dapat meningkatkan
kualitas intelektual kita. Membuat sebuah sinopsis pastilah diawali dengan
membaca dan memahami isi bacaan. Dengan membaca dan memahami isi
bacaan kita akan dapat mendalami apa yang kit baca. Membuat sinopsis
menjadi salah satu cara untuk mengajak seseorang memiliki minat baca.
Untuk itu teruslah rajin membaca atau dengan cara membuat sinopsis agar
dapat meningkatkan kualitas intelektual dan diri kita.
DAFTAR PUSTAKA

Tisna, A.A Pandji. 1935. Ni Rawit Ceti Penjual Orang. Jakarta : Balai
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai