Anda di halaman 1dari 14

SOSIOLOGI PEMBACA DALAM NOVEL

DILAN 1990

KARYA PIDI BAIQ

Disusun oleh:
Anggi Livita Safira A.P (1714015018)

Desy Indah Permatasari (1714015006)

Ferdita Anastasyia N.S. (1714015002)

M. Ilyas Ronal (1714015025)

Muhammad Zais (1414015119)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS MULAWARMAN

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa terselesaikan.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan responnya sehingga makalah ini tersusun dengan
baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Samarinda, 7 November 2019


Penulis

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar................................................................................................2

Daftar Isi ........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Sinopsis Karya..........................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini novel atau bacaan yang paling diminati banyak orang adalah bacaan
ringan. Tema romantis menjadi tema paling populer dikalangan anak muda, baik dari
zaman dahulu hingga sekarang. Contohnya saja cerita Ramayana, Romeo and Juliet,
dan lain sebagainya. Selain cerita bertemakan romantis, tema-tema seperti kehidupan
anak sekolah pun tak kalah menarik minat pembaca.

Novel Dilan ‘dia adalah Dilanku 1990’ karya Pidi Baiq adalah salah satu novel
yang baru-baru ini populer khususnya dikalangan para remaja. Latar cerita pada novel
ini pun berkisar tentang kehidupan sekolah. Novel ini pun sempat dijadikan sebagai
sebuah film. Film tersebut semakin membuat orang-orang penasaran untuk membaca
versi novelnya.

Pada makalah ini penulis akan menganalisis atau mencari tahu alasan penyebab
orang-orang menikmati novel tersebut. Menggunakan sosiologi sastra pembaca,
penulis pun akan menemukan pengaruh yang disebabkan oleh novel tersebut kepada
pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ada dua data yang dapat diteliti
menggunakan teori sosiologi sastra pembaca, yaitu novel dan film. Akan tetapi,
penulis akan berfokus pada bentuk karya sastra, yaitu novel. Masalah yang ada pun
adalah dampak atau pengaruh yang terjadi setelah membaca novel Dilan ‘dia adalah
Dilanku 1990’. Maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan yaitu:

a. Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan novel Dilan ‘dia adalah Dilanku


1990’ kepada pembaca?

1.3 Sinopsis

4
Bercerita tentang masa remaja anak-anak sekolah di Bandung pada tahun 1990.
Milea sebagai siswi pindahan dari Jakarta yang melanjutkan pendidikan, di salah satu
Sma yang ada di Bandung. Bermula ketika Milea baru seminggu berada di sekolah
tersebut, ada seorang siswa yang menggunakan motor dan memelankan lajunya
ketika hendak menghampiri Milea saat menuju pintu gerbang sekolah. Namanya
Dilan, seorang siswa yang memulai pembicaraan pada Milea dengan alasan ingin
meramal.

Milea semula menganggap bahwa Dilan hanyalah anak nakal yang ingin
mengganggunya saja. Seiring berjalannya waktu, Milea mulai mengenal siapa itu
Dilan. Berbagai cara yang Dilan lakukan kepada Milea, agar Milea senang terhadap
keberadaannya yang ingin memiliki hati dari Milea. Namun, sikap Dilan yang
tempramental membuat ia di skors dari sekolah. Perkelahian yang tidak bisa Dilan
hindari, membuatnya di hukum oleh sekolah. Hal wajar ketika Dilan ingin membela
harga diri Milea, dan terjadilah perkelahian antara teman Dilan sendiri, yaitu Anhar.

Milea senang mendapat pembelaan dari Dilan, tetapi juga sedih karena Dilan di
skors karena berkelahi untuk membelanya. Perjuangan Dilan tidak Milea sia-siakan,
dengan betadine dan kapas Milea membersihkan luka Dilan setelah perkelahian
tersebut. Pada akhirnya, dengan peresmian yang ditulis oleh Dilan di buku Milea.
Dengan bertanda-tangan diatas materai, Dilan resmi menjadikan Milea sebagai
pacarnya.

BAB II

5
LANDASAN TEORI

Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama,
bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan).
Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socius berarti
masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal usul
dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari
keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum,
rasional, dan empiris (Ratna, 2003: 1).

Menurut Damono (1987a: 1) sosiologi sastra adalah ilmu yang membahas


hubungan antara pengarang, masyarakat, dan karya sastra. Melalui sosiologi sastra
kita dapat menganalisis apakah latar belakang sosial pengarang menentukan isi
karangan dan apakah dalam karyakaryanya pengarang mewakili golongannya
(Damono, 1987b: 14).

Para ahli sosiologi sastra memperlakukan karya sastra sebagai karya yang
ditentukan (dipersiapkan) secara tidak terhindarkan oleh keadaan-keadaan masyarakat
dan kekuatan-kekuatan pada zamannya, yaitu dalam pokok masalahnya, penilaian-
penilaian kehidupan yang implisit dan eksplisit yang diberikan, bahkan juga
bentuknya. Pendekatan sosiologi sastra ini erat hubungannya dengan kritik 11
mimetik, yaitu karya sastra itu merupakan cerminan atau tiruan masyarakat.

Sosiologi sastra yang dikembangkan di Indonesia jelas memberikan perhatian


terhadap sastra untuk masyarakat sastra, sastra bertujuan, sastra terlibat, sastra
kontekstual, dan berbagai proposisi yang pada dasarnya mencoba mengembalikan
karya sastra ke dalam kompetensi struktur sosial (Ratna, 2003: 13). Alasan utama
mengapa sosiologi sastra penting dan dengan sendirinya perlu dibangun polapola
analisis sekaligus teori-teori yang berkaitan dengannya adalah kenyataan bahwa karya
sastra mengeksploitasi manusia dalam masyarakat.

6
Analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi
sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Konsekuensinya, sebagai
timbal balik, karya sastra mesti memberikan masukan, manfaat, terhadap struktur
sosial yang menghasilkannya (Ratna, 2003: 11). Masalah pokok sosiologi sastra
adalah karya sastra itu sendiri, karya sebagai aktivitas kreatif dengan ciri yang
berbedabeda. Permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat dengan sendirinya
lebih beragam sekaligus lebih komplek dalam sastra regional, sastra nusantara.

Damono (2002: 3) menyatakan bahwa ada dua kecenderungan utama dalam


telaah sosiologi sastra. Pertama, pendekatan yang 12 didasarkan pada anggapan
bahwa karya sastra merupakan cermin sosial belaka. Pendekatan ini bergerak dari
faktor-faktor di luar sastra untuk membicarakan sastra. Sastra hanya berharga dalam
hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Kedua, pendekatan yang
mengutamakan sastra sebagai bahan penelaah. Metode yang digunakan adalah
analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami
lebih dalam lagi sosial di luar sastra. Sosiologi sastra bertujuan untuk mendapatkan
fakta dari masyarakat yang mungkin dipergunakan untuk memecahkan persoalan-
persoalan masyarakat.

Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam


kaitannya dengan masyarakat, dalam hal ini karya sastra direkontruksikan secara
imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar karya empirisnya
dan karya sastra bukan semata-mata merupakan gejala individual, tetapi gejala sosial
(Ratna, 2003: 11).

Fungsi sosial sastra menurut Watt (dalam Endraswara, 2003: 81) akan
berkaitan dengan pertanyaan: seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial
dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial. Dalam hal ini ada
tiga hal yang perlu diungkap: (1) sudut pandang kaum romantik yang menganggap
sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi, dalam pandangan ini 13

7
tercakup wawasan agar sastra berfungsi sebagai pembaharu atau perombak; (2) sudut
pandang bahwa karya sastra bertugas sebagai penghibur belaka; (3) semacam
kompromi dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik sastra harus mengajarkan ke
suatu dengan jalan menghibur.

Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1999:
4) mengemukakan setidaknya tiga hal yang dapat diteliti dalam sosiologi sastra,
seperti berikut.

1) Sosiologi Pengarang Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi


sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar
belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai
kegiatan pengarang di luar karya sastra.

2) Sosiologi Karya Sosiologi karya maksudnya isi karya sastra, tujuan, serta
halhal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah
sosial.

3) Sosiologi Pembaca Sosiologi pembaca memuat permasalahan pembaca dan


dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar
sosial, perubahan, dan perkembangan sosial.

Ratna (2003: 339-340) mengemukakan bahwa sosiologi sastra adalah analisis


karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, sehingga model analisis yang dapat
dilakukan meliputi tiga macam, yakni sebagai berikut:

1) menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra


itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi;

2) sama dengan yang pertama, tetapi dengan cara menemukan hubungan


antarstruktur, bukan aspek-aspek terttentu, dengan model hubungan yang bersifat
dialektika;

8
3) menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu,
dilakukan oleh disiplin tertentu.

Ian Watt (dalam Faruk, 1999: 11) juga menemukan tiga hal yang dapat
dipelajari dalam sosiologi sastra, yaitu sebagai berikut.

1). Konteks sosial pengarang merupakan hal yang menyangkut posisi sosial
masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-
faktor sosial yang bisa mempengaruhi diri pengarang sebagai perseorangan di
samping mempengaruhi isi karya sastra.

2). Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana
sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat.

3). Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra
berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi
sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa sosiologi sastra adalah pandangan
yang menyatakan bahwa karya sastra merupakan gambaran atau potret fenomena
sosial. Jabrohim (2003: 169) mengatakan bahwa tujuan penelitian sosiologi sastra
adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, utuh, dan menyeluruh tentang
hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra, dan masyarakat. gambaran
tersebut sangat penting artinya bagi peningkatan pemahaman dan penghargaan kita
terhadap sastra itu sendiri. Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
sosiologi sastra bertujuan untuk memaparkan fungsi dan kriteria unsur-unsur yang
membangun sebuah karya sastra yang dilihat dari gejala sosial masyarakat tempat
karya sastra itu tercipta. Dalam penelitian ini saya menggunakan pendapat dari
Wellek dan Warren yang kedua yakni sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan
suatu karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang
tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak
disampaikan.

9
BAB III

PEMBAHASAN

Hasil dari kuisioner yang telah disebarkan, mendapat 27 tanggapan. 21


orang perempuan dan 6 orang laki-laki yang berumur 20-21 tahun. 23 diantaranya
sudah membaca novel Dilan 1990 dan 4 lainnya belum pernah membaca novel
tersebut. Beberapa orang telah membaca novel Dilan hingga 2-6 kali bahkan berkali-
kali. Berikut 10 pertanyaan yang kami sebarkan yaitu:

1. Apakah kamu perah membaca novel Dilan 1990?


2. Sudah berapa kali kamu membaca novel Dilan 1990?
3. Apa yang membuat kamu tertarik membaca novel ini?
4. Siapakah tokoh favorite kamu dalam novel Dilan 1990?
5. Apakah dalam novel Dilan 1990 membuat perubahan dalam hidup kamu dan apa
saja perubahan itu?
6. Bagaimana pendapat kamu mengenai tingkah laku Dilan yang sering terlibat
perkelahian?
7. Apakah penggunaan bahasa dalam novel Dilan 1990 membawa pengaruh dalam
kehidupan kamu?
8. Apakah novel ini membuat kamu teringat masa sekolah?
9. Apakah tokoh Dilan membuat kamu sangat menggemarinya atau sebaliknya?
Alasannya?
10. Apakah setelah membaca novel ini kamu ingin mejadi seperti tokoh dalam novel
tersebut? Siapa dan mengapa?
Berikut penjabaran dari jawaban responden setelah mengisi kuisioner.

Alasan dari beberapa orang yang tertarik membaca novel ini karena
rekomendasi dari beberapa teman-temannya atau terikut teman-teman di sekitar.
Adapula yang beralasan karena jalan cerita yang disajikan sungguh menarik,
mengisahkan tentang masa-masa sekolah terutama Sekolah Menengah Atas (SMA).

10
Tokoh favorit dari para responden yaitu Dilan, Milea, Bundanya Dilan, Akew,
dan Pak Suripto. Alasan responden memilih Dilan yaitu, 1) Berhasil memanfaatkan
sudut pandang karakter pria dengan cara yang berbeda dari pria kebanyakan, 2) Sifat
Dilan yang humoris, romantis, dan selalu berhasil meluluhkan hati Milea. Alasan
lainnya responden memilih Bundanya Dilan karena 1) Baik hati dan pengertian, 2)
Selalu tegar menghadapi sikap Dilan, dan 3) Ingin memiliki suami tentara dan
memiliki anak laki-laki yang ganteng dan perempuan yang cantik.

Novel ini menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan


beberapa responden yaitu seperti, 1) Sebenarnya tidak terlalu membuat perubahan,
tetapi lebih ke mengerti bagaimana caranya menghadapi anak yang tidak mau ikut
aturan sekolah, 2) Tidak ada perubahan dalam hidup saya tapi teman-teman saya jadi
ke Dilan-Dilanan, 3) Perubahan pandangan bahwa hal yang sederhana itu jauh lebih
berkesan, 4) Perubahan dalam menghargai perempuan. Beberapa dari koresponden
tidak terlalu berpengaruh karena menganggap novel tersebut hanya sekedar bacaan.

Ada pun perubahan lainnya yang disebabkan karena penggunaan bahasa dari
novel tersebut, beberapa responden mengatakan: 1) Di lingkungan sekitar dan media
sosial banyak yang mengikuti kata-kata dari Dilan, 2) Kerap menggombal, 3) Sempat
menggunakan bahasa Sunda sesekali. Seperti yang diketahui bahasa dalam novel ini
menggunakan bahasa semi formal. Dengan latar belakang Dilan yang tinggal di
Bandung, percakapan dalam cerita pun kerap menggunakan bahasa Sunda. Tokoh
Dilan juga sering melakukan bersenda gurau serta diselingi rayuan kepada Milea.

Sifat lain dari Dilan yaitu sering mengikuti perkelahian dengan geng motor.
Pendapat dari beberapa responden mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar bagi
seorang remaja SMA pada tahun 90-an dan ia juga terlibat dalam perkelahian karena
suatu konflik bukan tanpa alasan. Respon lain mengatakan bahwa Dilan adalah tipikal
anak yang suka kebebasan dan tidak ingin mengikuti aturan.

11
Setelah membaca novel Dilan 1990 banyak responden yang mengagumi tokoh
Dilan dan Milea dengan alasan 1) Karena cara mereka menunjukkan kasih sayang
berbeda dengan pasangan remaja pada umumnya, 2) Karena tokoh Dilan yang selalu
terlihat romantis dari segi bicara dan tingkah lakunya, 3) Walaupun Dilan sering
terlibat perkelahian tetapi ia tidak pernah kasar terhadap Bundanya dan Milea, adapun
alasan lain dari beberapa responden yang tidak mengagumi yaitu 4) Tidak suka kisah
romantis dan karena hanya rekomendasi dari teman, dan 5) Karena sudah bosan
terlebih dahulu melihat teman-teman di sekitar yang terlalu mengagumi Dilan dan
Milea.

Dari penjabaran jawaban di atas dapat dibedakan antara pembaca ahli dan
tidak ahli, jika pembaca ahli akan lebih mengarah ke teori-teori yang ada dan
bersangkutan terhadap jalan cerita Dilan 1990 dan tidak ada pengaruh terhadap
dirinya mengenai gaya bahasa dan tidak terpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya
yang bergaya ala Dilan. Pembaca yang tidak ahli lebih mengarah bagaimana
perubahan hidup bahkan gaya bahasanya sekali pun.

Dampak yang dialami dari 27 responden dan di antaranya terdapat 6 orang


laki-laki yaitu kerap kali menggoda perempuan dengan gombalan-gombalan ala
Dilan, lebih mengetahui bagaimana menghargai perempuan. 21 di antaranya yaitu
perempuan, dalam hal ini mereka lebih sering mengalami kejadian di lingkungan
sekitar yang menggunakan bahasa ke Dilan-Dilanan, menggunakan bahasa baku, dan
juga memanggil orang tuanya (Ibu) dengan panggilan Dilan ke bundanya yaitu
bundahara.

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Melalui kuisioner yang kami sebarkan kepada orang-orang, dapat kami


simpulkan bahwa novel Dilan 1990 karya Pidi Baiq memiliki daya tarik tersendiri
terutama pada kalangan remaja. Masing-masing mempunyai alasan tersendiri,
mengapa novel tersebut menarik. Beberapa orang menganggap bahwa jalan cerita
yang disajikan dapat menarik minat pembaca. Selain jalan cerita yang menarik,
beberapa orang menganggap bahwa tokoh yang ada didalam novel Dilan tersebut,
juga menarik minat pembaca.

Pada hasil kuisioner tersebut, dapat kami simpulkan bahwa terjadinya


perubahan sosial dalam kehidupan sekitar para responden, yaitu seperti bagaimana
caranya menghadapi anak yang tidak mau ikut aturen sekolah. Perubahan pandangan
bahwa hal sederhana itu jauh lebih berkesan, dan juga perubahan dalam menghargai
perempuan.

Beberapa menganggap bahwa novel hanya sekedar bacaan saja, namun juga ada
yang menganggap bahwa novel ialah cerminan hidup yang dapat dijadikan pelajaran.
Tidak selamanya isi pada novel selalu memiliki sisi baik yang dapat diambil,
terkadang ada sisi buruk yang terjadi dalam alur cerita novel tersebut. Namun,
tergantung lagi kepada pembaca, bagaimana ia menyikapi hal yang ia anggap baik
atau buruk tersebut. Oleh karena itu, kepada para pembaca bahwa begitu pentingnya
dalam memilih bacaan, dan juga dapat membedakan hal baik dan hal buruk yang ada
pada isi bacaan tersebut

13
DAFTAR PUSTAKA

Baiq, Pidi. 2014. Dilan 1990. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Wellek, Rene & Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Damono, Sapardi Djoko. 1987. Sosiologi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Jabrohim, 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:


Hanindita Graha Widya.

14

Anda mungkin juga menyukai