Disusun Oleh
: Hidayah Nuril Phasa 1700025009
Mata Kuliah:
FIlOLOGI
Dosen Pengajar :
Drs. Sujarwa, M.Hum.
Cover ..................................................................................................................................... i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Berangkat dari latar belakang lahirnya filologi sebagai satu istilah bagi suatu bentuk
studi, filologi diperlukan karena munculnya variasi-variasi dalam teks yang tersimpan
dalam naskah. Gejala tersebut memperlihatkan gejala bahwa dalam penyalinan
naskah, teks senantiasa mengalami perubahan sehingga lahirlah wujud teks yang
bervariasi.
Peninggalan tulisan masa lampau pada saat ini dikenal dengan kata-kata
‘naskah’, kata Arab yang berarti tulisan tangan, ‘manuskrip’, kata Latin yang berarti
tulisan tangan, dan ‘kodeks’. Di sini istilah yang digunakan adalah ‘naskah’. Dalam
peninggalan yang bernama naskah, tersimpan sejumlah informasi masa lampau yang
memperlihatkan buah pikiran, perasaan, kepercayaan, adat kebudayaan, dan nilai-nilai
yang berlaku pada masyarakat masa lampau. Kandungan yang tersimpan dalam
naskah, dalam kegiatan filologi pada umumnya disebut teks. Teks merupakan produk
yang bersifat abstrak. Jadi, teks adalah informasi yang terkandung dalam naskah.
Dari sejarah lahirnya filologi sebagai istilah, dapat diketahui bahwa filologi
mempunyai sasaran kerja yang berupa naskah. Ilmu yang berkaitan dengan naskah
pernaskahan disebut kodikologi, yaitu ilmu tentang kodeks (kata lain untuk naskah).
Dalam hal ini, objek kajian filologi berupa teks, yaitu informasi yang terkandung
dalam naskah, yang sering disebut juga muatan naskah. Ilmu yang berkaitan dengan
naskah yang tersimpan dalam naskah disebut tekstologi.
Tekstologi inilah yang nantinya meneliti penjelmaan dan penurunan teks
sebuah karya sastra. Sebagai pegangan yang berguna menggunakan sepuluh prinsip
Lichacev untuk penelititan tektologis karya-karya monumental sastra Slavia lama.
Dalam hal ini, akan dilakukan sebuah kritik teks yang menggunakan prinsip
Lichacev terhadap karya sastra populer atau novel pada penerbitan di atas tahun 2000-
a. Novel yang akan dikaji berdasarkan prinsip Lichacev adalah novel yang berjudul
“Sekeping Hati” karya Ersica Febriani & Firrr. Untuk mengetahui seluk beluk yang
terdapat dalam karya sastra populer tersebut.
1
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Filologi
Kata filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari
philos yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘pembicaraan’ atau ‘ilmu’. Dalam bahasa
Yunani philologia berarti senang berbicara yang kemudian berkembang menjadi ‘senang
belajar;, ;senang kepada ilmu’, ‘senang kepada utlisan-tulisan’, dan kemudian ‘ senang
kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’ seperti ‘karya-karya sastra’.
Sebagai istilah, kata filologi mulai dipakai pada kira-kira abad ke-3 SM oleh
sekelompok ahli dari iskandariyah, yaitu untuk menyebut kehalian yang idpelukan untuk
mengkaji peninggalan tulisasn yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus tahun
sebelumnya. Ahli dari Iskandariyah yang pertama kali melontarkan istilah filologi bernama
Erosthenes. Pada waktu itu, mereka harus berhadapan dengan sejumlah peninggalan tulisan
yang menyimpa suatu informasi dengan bentuk yang bermacam-macam dalam; pada itu, pada
fisik peninggalan tulisan itu terdapat sejumlah bacaan yang rusak atau korup. (Pengantar teori
filologi, Siti Baroroh Baried, Dkk.:1994)
2
naskah, sesuatu yang abstrak hanya dapat dibayangkan saja. Teks terdiri atas isi, yaitu ide-ide
atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Dan bentuk, yaitu cerita
dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur,
perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.
3
BAB 3
PEMBAHASAN
Berdasarkan yang telah disampaikan pada bab pendahuluan, berikut kritik teks terhadap
novel “Sekeping Hati” karya Erisca Febriani & Firrrr :
A. Tekstologi Teks:
1. Idetitas Buku
Judul : Sekeping Hati
Penulis : Erisca Febriani & Firrrr
Penerbit : Kata Depan
Distributor : Huta Media
Editor : Gita Romadhona
Proofreader : Nur Adhista
Penata Letak : Wahyu Suwarni
Desain Sampul : Sukutangan
Genre : Fiksi
Cetakan : I, November, Depok, 2017
ISBN : 978-602-6475-79-4
Tempat terbit : Perum Executive Village E9. L. Curug Agung No. 36, Tanah
Baru, Beji, Depok, awa Brat 16426
2. Edisi Teks :
Panjang Buku : 19 cm
Lebar Buku : 13 cm
Tebal Buku : 1,5 cm
Jumlah Halaman : iv + 232 hlm,
Percetakan : Kata Depan
Jenis Font : Times New Roman
Ukuran Font : 12 pt, 1,5 spasi
Jenis Kertas : Book Paper
Warna Kertas : Cream atau kecoklat-coklatan
Jenis Kertas Cover : Art Paper
Jenir Kertas Bookmark : Art Paper
4
Warna dasar cover berwarna coklat kertas, atau coklat kusam. Untuk judul
berwarna hitam dengan penulisan huruf kapital semua. Begitu juga dengan penulisan
nama penulis. Cover dalam bentuk 2D, atau cover timbul pada tiap bagiannya. Seperti
penulisan jduul, nama penulis serta perkuat gambar tampak timbul. Pada bagian cover
belakang terdapat blurb juga biodata singkat penulis beserta foto penulis atau pengarang.
Di bagian bawah terdapat informasi mengenai penerbit, distributor, serta barcode novel
tersebut. Bagian-bagian tersebut juga ‘timbul’ atau berbentuk dua dimensi dengan
menggunakan kertas art paper.
Halaman pertama berisi judul buku, halaman kedua berisi judul buku, nama
penerbit, serta nama penulis. Halaman berikutnya berupa informasi buku atau identitas
buku, dan halaman keempat berisi halaman kosong yang hanya berupa gambar kertas
yang buram.
B. Subtansi/isi perbab
S
aya sering bertanya-tanya; apakah Tuhan membuatmu sedang dalam
keadaan bahagia sehingga dapat menciptakan makhluk yang begitu
sempurna? Hal. 2
Serta penulisan kata pertama di awal paragraf sebagai pembeda atau masuk ke
dalam bagian lain menggunakan huruf kapital. Seperti pada kutipan berikut :
Pada setiap pembeda narasi, dibatasi dengan gambar gulungan kertas yang
berada di tengah-tengah halaman, sebagai penanda bahwa bagian paragraf atau
narasi tersebut telah selesai.
Penormoran halaman terdapat pada sudut kanan kiri bagian bawah halaman.
Pada bab satu dengan judul “hadiah terindah untuk bumi” penggambaran tokoh,
atau perkenalan tokohnya kurang kuat. Namun semakin melewati halaman lain,
baru dapat dipahami sudut pandangnya menggunakan sudut pandang pertama
aku, pelaku utama dan sebagai narator.
Kurangnya footnote untuk kata asing atau arti sebuah kata yang menggunakan
bahasa lain di luar bahasa indonesia maupun inggris yang tidak umum. Seperti
pada kalimat berikut :
Saat berendam, dia melihat air di dalam bak naik, lalu meluap, dia pun
terperanjat, seketika berteriak “Eurka! Eureka!” Hal. 4
6
Penulisan kalimat batin, atau dialog oengucapan dalam hati di tulis miring.
Kamu dengar itu, Ra? Itu jantung saya yang berdetak, detaknya terasa cepat,
bukan? Dan kamu tahu, Ra... jantung itu berdetak lebih cepat seperti itu, tiap
kali kamu ada di dekat saya. Hal. 12
Penggunaan kata panggilan ata sebutan “Lo, Gue” serta “Saya, Kamu” terasa
kaku dan kurang adanya penegasan serta kesesuaian kalimat yang menggunakan
kata resmi “Saya, Kamu”
Bab ini berisikan kedua orang sahabat yang saling jatuh cinta, yang telah
kenalan lama dengan cara kebetulan. Namun saat salah seorang idantaranya
mengungkapkan rasa, salah satunya menolak karena trauma pada kisah masa
lalu. Penyelesaian masalahnya pun kurang jelas, dan terkesan buru-buru.
7
Pada tiap paragraf di awal bab, menggunakan huruf kapital besar atau
penggunaan Drop Cap dengan font yang berbeda.
Serta penulisan kata pertama di awal paragraf sebagai pembeda atau masuk ke
dalam bagian lain menggunakan huruf kapital.
Di halaman terakhir, sebagai penanda akhir bab. Terdapat halaman kosong
tanpa nomor halaman dan terdapat gambar kertas kurang lebih seperti gambar
cover namun berwarna kusam atau samar-samar.
Bagian dua ini menceritakan tentang seorang suami yang merindukan sang istri.
Melalui hujan ia berharap bisa menyampaikan salam rindunya, seperti langit
dan bumi yang tidak dapat bersatu namun saling merindu dan hujan lah yang
menyampaikan salam rindu itu untuk mereka.
Di awal bab, di halaman pertama. Tulisan “Montase” atau penunjuk bagian bab
menggunakan huruf kapital pada tiap hurufnya, dan menggunakan huruf yang
berbeda dengan narasi atau cerita. Serta, di balik tulisan “Montase” terdapat
watermark gambar yang berupa gulungan kertas berwarna coklat kusam lebih
gelap dari warna kertas dasarnya.
Penulisan judul berada di awal bab dan di tengah-tengah halaman, dengan
penulisan menggunakan huruf kapital pada tiap huruf dan menggunakan huruf
yang berbeda.
Pada tiap paragraf di awal bab, menggunakan huruf kapital besar atau
penggunaan Drop Cap dengan font yang berbeda.
Serta penulisan kata pertama di awal paragraf sebagai pembeda atau masuk ke
dalam bagian lain menggunakan huruf kapital.
9
Terdapat kejanggalan dalam cerita. Ketika sang tokoh merasa keingungan
karena bangun tidur bukan di kamarnya maupun di rumahnya, ia seolah
bersikap tidak terjadi apa-apa dan bahkan langusng duduk di pantry ketika
seorang laki-laki asing berada di dapur memasak dengan lihai. Bahkan ia
menanyakan kepada laki-laki yang dijelaskan tidak slaing kenal dan orang asing
itu sekana saling kenal dan memang akrab.
Sisipan gambar pada halaman ke utuh serta kutipan pada halaman ke 8 atau
halaman 41 memotong narasi atau percakapan yang belum ada hubungannya
dengan narasi sebelumnya. Jadi, sedikit mengganggu dalam isi cerita.
Gambar atau foto berupa gambar dua tangan yang slaing mneyentuh namunt
idak saling bertaut. Berwarna hitam putih serta terdapat kutipan yang
menggambarkan foto tersebut.
Mendengar ucapanku, dia malah tiba-tiba bangkit dari kursi. “Maaf. Ada
banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan.
Selamat tinggal.” Hal. 42
Penulisan kalimat yang tidak sesuai pada tempat atau konteksnya. Terdapat
pada kutipan berikut.
10
“Bee!” Sebuah tangan terulur menahan gelas yang ingin kutempelkan kubibir.
Padahal dialog tersebut yang mengucapkan sang ibu yang baru dua hari
kehilangan anaknya. Namun penyusunan dialog tersebut kurang tepat
untuk menciptakan atmosfer sedih atau kehilangan.
Pada halaman 98 terdapat penggunaan dua font yang berbeda dalam
penyampaian narasi. Untuk font berbeda tersebut digunakan dalam isi
cerita bagian dalam tulisan tangah pada sebuah surat sehingga, narasi dan
isi surat sebagai tulisan tangan itu dibedakan font atau jenis hurufnya.
Pada halaman 100 di sisipi dua halaman gambar tanpa nomor halaman,
dengan kutipan di halaman 101. Sisipan gambar tersebut tidak disesuaikan
dengan keadaan narasi yang menggambarkan gambar tersebut. Karena,
gambar tersebut disisipkan pada bagian pembacaan surat atau tulisan
tangan.
Suatu hari, setelah tiga tahun kepergian ibu, Ayah pulag membawa
seorang wanuta. Hal. 117
Tata letak tulisan pada halaman 118 tidak sama dengan tata letak tulisan di
halaman selanjutnya maupun halaman sebelumnya. Letakt ulisannya lebih
ke bawah, padahal masihd alam rangkaian paragraf di halaman
sebelumnya atau lanjutan dari paragraf sebelumnya.
12
Terdapat salah ketik atau typo pada kalimat di halaman 119.
Saat kami turun dari mobil yand teroarkir tak jauh dari sebuah halte bus,
barulah aku tersadar bahwa seseorang yang duduk di samping halte itu
benar adalah Ibu. Hal. 119
“Ini mau kamu, kan dari dulu? Kamu yang memilih pergi.” Ayah
berteriak.
Halaman akhir bab berupa halaman kosong tanpa nomor halaman serta
hanya berupa gambar. Berbeda dengan halaman akhir bab pada bab
sebelumnya.
14
Pada cerita ini terdapat kejanggalan ektika sang sopir taksi yang mengantar
tokoh dan Alana pulang ke rumah merasa heran dan ketakutan. Namun,
tidak ada kejelasan jika memang sang sopir tahu ada yang aneh dengan
tokoh, lalu bagaimana dengan jas yang idberikan kepada Alana jika
ternyata gadis yang pulang bersama tokoh adlaah hantu? Lalu kenapa
sepanjang perjalanan sopir takasi hanya diam tidak berkata atau
berkomentar apa-apa?
Pada halaman ke 140 disisipi dua halaman bergambar dengan satu
halaman berisi kutipan dan memiliki nomor halaman. Berbeda dengan
halaman bergambar hitam putih yang tidak memiliki nomor halaman.
17
Pada bab ini diawali di halaman 190 sampai halaman 196. Atau berjumlah
7 halaman.
Pada halaman kedua terdapat perbedaan warna kertas dan jenis kertas. Di
halaman kedua hingga empat halaman setelahnya berbeda warna kertas
yaitu kertas foto berwarna putih dengan sedikit tipis dari kertas foto pada
umumnya. Di halaman kedua dan ketiga kerta berwarna putih, terdapat
gambar atau foto full color yang dominan berwarna kuning kecoklatan
dengan kutipan di halaman ketiga, dan kedua-duanya tanpa nomor
halaman.
Pada akhir bab, di akhir halaman cerita, tata letak penulisan sambungan
dari halaman sebelumnya berada lebih ke bawah daripada tata letak pada
halaman-halaman sebelumnya alias berbeda.
Halaman terakhir bab, berupa halaman kosong bergambar tanpa nomor
halaman sebagai penanda atau pembatas untuk bab selanjutnya.
18
Ada yang melambaikan tangan, membawa bekal agar dicicipi,
menuliskan sebuah surat atau puisi manis. Hal 198.
19
Di halaman akhir bab tidak ada halaman kosong bergambar tanpa nomor
halaman. Berbeda dengan halaman terakhri di bab-bab sebelumnya.
Pada halaman akhir bab tidak berupa halaman kosong bergambar tanpa
nomor halaman ataupun enanda bahwa cerita itu teahusai dengan tanda di
tnegah-tengah halaman berupa gambar gulungan kertas sepreti pada
bagian-bagian cerita yang lain sebagai pemisah narasi satu dengan narasi
yang lain.
Pada dua halaman terakhir buku berisi ucapan terakhri dari kedua penulis.
Penulisan judul “terima kasih” lebih besar dari tulisan narasid an berwarna
lebih tebal. Sedangkan untuk penulisan nama penulis menggunakan huruf
lain yang juga berwarna lebih tebal.
Di halaman paling akhir dari buku terdapat waterpmark berupa logo
penerbit berwarna hitam putih serta bertuliskan informasi mengenai buku.
20
C. KESIMPULAN
Berdasarkan kritik sastra di atas, diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Di awal bab, di halaman pertama. Tulisan “Montase” atau penunjuk bagian bab
menggunakan huruf kapital pada tiap hurufnya, dan menggunakan huruf yang berbeda
dengan narasi atau cerita. Serta, di balik tulisan “Montase” terdapat watermark
gambar yang berupa gulungan kertas berwarna coklat kusam lebih gelap dari warna
kertas dasarnya.
2. Penulisan judul berada di awal bab dan di tengah-tengah halaman, dengan penulisan
menggunakan huruf kapital pada tiap huruf dan menggunakan huruf yang berbeda.
3. Pada tiap paragraf di awal bab, menggunakan huruf kapital besar atau penggunaan
Drop Cap dengan font yang berbeda.
4. Serta penulisan kata pertama di awal paragraf sebagai pembeda atau masuk ke dalam
bagian lain menggunakan huruf kapital.
5. Pada setiap pembeda narasi, dibatasi dengan gambar gulungan kertas yang berada di
tengah-tengah halaman, sebagai penanda bahwa bagian paragraf atau narasi tersebut
telah selesai.
6. Penormoran halaman terdapat pada sudut kanan kiri bagian bawah halaman.
7. Terdapat halaman yang loncat atau halaman yang hilang.
8. Banyaknya kesalahan ketik atau kesalahan ejaaan.
9. Tidak sinkronnya gambar denga kutipan maupun dengan cerita yang dibahas
10. Ada kejanggalan ataus ecara logika dan nalar kaliamt dialog dengan penjelas tidak
sesuai.
11. Adanya ketidaksesuaian atau ekjanggalan dibagian beberapa cerita.
12. Di setiap bab terdapat dua halaman bergambar dengan satu halaman full gambar dan
halaman lainnya berupa kutipan.
13. Ada beberapa bagian halaman yang berbeda jenis kertas serta berbeda warna. Dan
terdapat beberapa halaman bergambar serta berwarna.
14. Di akhir bab diakhiri dengan halaman kosong bergambar tanpa nomor halaman,
namun ada beberapa bab yang juga tidak diakhiri dengan halaman tersebut.
SARAN
1. lebih diperhatikan ejaan atau tulisan yang kruang sesuai, serta perhatian terhadap
sisipan gambar yang harus sesuai dengan narasi, serta gambar dan kutipan yang
lebih selaras.
2. Serta konsistensi dalam akhri bab atau penggunaan halaman kosong bergambar
tanpa nomor halaman sebagai penanda akhir tiap bab.
21
D. DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh, Dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan
Publikasi Fakultas (BPPF)
Febriani Erisca, dan Firrrr, 2017. Sekeping Hati. Depok, Jawa Barat: Kata Depan
22