OLEH :
AMBROSIUS JEKI (311810145)
ELSYARANI SRIMUQIRCI (311810023)
PATRISIA AUR DANIATI (311810154)
YULI ANGGRAINI (311810143)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah kami dengan Judul “Proses Afiksasi, Nosi, dan Fungsi Afiks”
ini dapat terselesaikan. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan bagi pembacanya.
Terlepas dari ini kami mohon maaf jika terdapat kekurangan baik dari
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
D. Manfaat...................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Afiksasi.................................................................................3
B. Proses Afiksasi........................................................................................3
BAB III. PENUTUP...........................................................................................36
A. Kesimpulan.............................................................................................36
B. Saran........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan (afiks) penting sekali dan menentukan
arti. Imbuhan itu banyak dan tiap imbuhan memberikan banyak kemungkinan
arti atau makna. Mempergunakan imbuhan tidak semudah yang disangka, itu
sebabnya harus dipelajari apa arti dan fungsi tiap imbuhan.
Imbuhan dalam bahasa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar,
apalagi dewasa ini. Bentuk yang banyak kita jumpai dewasa ini dahulu tidak
dapat dalam bahasa melayu sebagai bahasa asal bahasa Indonesia; misalnya:
pertunggung jawaban, keterbelakangan, ketidak serasian.
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata
merupakan unsur langsung yang bukan kata dan bukan pokok kata melainkan
mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu
menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis utarakan dalam pembahasan
di dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan afiksasi?
2. Bagaimana proses afiksasi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan afiksasi
2. Untuk mengetahui bagaimana proses afiksasi
1
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini ialah :
1. Untuk memberikan pemahaman tentang imbuhan dalam bahasa Indonesia
2. Untuk memberikan pemaham tentang proses afiksasi
3. Dan pemahaman mengenai fungsi afiks
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Afiksasi
Menurut Rohmadi dkk (2012:41) “Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks
pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk
membentuk kata-kata baru”.
Menurut KBBI, Afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks
(prefiks, konfiks, sufiks) pada kata dasar.
Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal
tersebut terjadi karena bahasa Indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi.
Sistem aglutinasi ialah merupakan proses dalam pembentukan unsur-unsurnya
dilakukan dengan jalan menempelkan atau menambahkan unsur selainnya.
Afiksasi merupakan unsur yang dilekatkan dalam pembentukan kata dan
dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan
pokok kata yang baru.
Afiksasi adalah proses pembubuhan atau penambahan afiks atau yang
biasanya disebut dengan imbuhan pada kata dasar sehingga menjadi sebuah kata
yang baru.
Menurut Tarigan (2009:20) “Kata dasar adalah satuan terkecil yang
menjadi asal atau permulaan suatu kata kompleks.
B. Proses Afiksasi
3
4
a) Prefiks me
Prefiks atau disebut juga imbuhan awalan adalah sebuah imbuhan yang
dibubuhkan atau ditambahkan pada awal kata dasar.
1) Bentuk : Imbuhan awalan me yang melekat pada bentuk dasar akibat
morfofonemik menimbulkan bunyi sengau (nasal) hal itu juga
mengakibatkan terjadinya alomorf. Perhatikan tabel berikut!
Catatan :
Khusus untuk prefiks me- yang diikuti kata dasar berfonem awal lcl dan ljl
sebenarnya mendapat sengau ny, tetapi dalam bahasa tulis cukup
dinyatakan dengan n saja. Penulisannya sengau palatan :ny: menjadi “n”
berdasarkan jaan terasa lebih praktis.
Dari catatan itu maka :
Me + cuci = mencuci = mencuci
5
2) Fungsi me
Fungsi mutama prefiks me ialah membentuk kata keja baik kata kerja
transitif maupun kata kerja intransitive. Adapaun fungsi prefiks me adalah
sebagai berikut :
a. Membentuk kata kerja aktif transitif
Kata kerja aktif transitif ialah kata kerja aktif yang dapat diikuti objek.
Contoh :
Memukul anjing
Membaca buku
Menulis surat
Menanak nasi
e. Jika benftuk dasarnya kata aku dan aduh maka nosi me- ialah :
Menyatakan mengucapkan atau mengatakan.
Contoh:
Mengaku : mengatakan “aku”
Mengaduh : mengatakan “aduh”
Jika me bergabung dengan sufiks –i atau sufiks –kan, mampu
mengubah bentuk intransitive menjadi transitif
Catatan :
1. Jika prefiks me- bergabung dengan sufiks –i dan sufiks –kan,
mampu mengubah benetuk intransitif menjadi transitif
Contoh :
Adik menari (intransitive)
Adik menarikan tarian Bali (transitif)
Adik menangis (intrasitif)
Adik menangisi bonekanya (transitif)
2. Prefiks me- mampu membentuk kata kerja aktif transitif dan kata
kerja aktif intransitive sekaligus.
Contoh :
Pak Ali merotan setiap hari (intransitif)
Pak Ali merotan anaknya yang nakal (transitif)
3. Prefiks me- yang bergabung dengan sufiks i dan kan menentukan
kedudukan objek.
a. Kata kerja aktif dengan e- jika bersufiks i- objenya tetap tidak
bergerak.
Contoh :
Tono melempari buah manga. Mangganya tetap Badu
melempari batu besar. Batunya tetap
b. Kata kerja aktif dengan me- jika bersufiks –kan objeknya
bergerak.
Contoh :
9
c. Prefiks ber- berfungsi memberntuk kata kerja atau kata sifat jika
bentuk dasarnya kata benda atau kata bilangan.
Contoh :
Kata benda prefiks Kata kerja
Teman Ber- Berteman
Guru Ber- berguru
Bentuk berisi berasal dari afiks ber dan bentuk kata sandang si
yang membeakan bentuk dasar yang didekatinya
f. Nosi ber-an
Prefiks ber- yang bergabung dengan –an sebagai konfiks tidak
berfungsi mengubah jenis kata menjadi jenis kata lain.
Contoh :
Tidur (kata kerja) -bertiduran (kata kerja)
Nosi ber-an adalah
1. Saling, pekerjaan dilakukan dengan berbalasan, atau saling
mengena (resiprok)
Contoh :
Berpukulan : saling memukul
Berpelukan : saling memeluk
2. Dalam keadaan
Contoh : berjauhan berjatuhan bertebaran
Berceceran berbambutan berlarian
b) Prefiks di-
1. Bentuk : imbuhan awalan di- tidak mempunyai variasi bentuk peristiwa
pengafikan dengan menpergunakan prefiks di- tidak menimbulkan
alomorf. Imbuhan awalan di hanya melekat pada kata kerja pasif.
Contoh :
di- + pukul = dipukul
di- + ambil = diambil
2. Fungsi prefiks di-
Prefiks di- tidak mempunyai fungsi mengubah jenis kata fungsi utama
prefiks di- ialah membentuk kata dasar pasif.
Contoh :
Aktif pasif
Pukul memukul dipukul
Buru memburu diburu
13
b. Jika bentuk dasarnya kata kerja makan nosi di- ialah yang tersebut
pada bentuk dasarna dikenai pekerjaan
Contoh : dipukul, ditampar, dicubit, dan didorong
c. Bentuk dasarnya “kata benda” nosi di- ialah :
1. Mengerjakan dengan alat
Contoh : dipalu, diobeng, dicangkul, dan dibajak
2. Memberi atau memasang
Contoh : dipaku, dikatpet, dilem, dan disampul
c) Prefiks pe-
1. Bentuk
Prefiks pe- mempunyai variasi bentuk (alomorf), yaitu pe(N), yaitu pe(N).
Imbuhan pe- ini mengikuti ketentuan-ketentuan persengauan (nasalisasi).
Contoh :
Fonem awal Mendapat
contoh
Kata dasar nasal
p M Paku Pemaku
b m Buru Pemburu
t n Todong Penodong
d n Dorong Pendorong
s ny Selam Penyelam
c ny Curi Pencuri
j ny Jual Penjual
k ng Karang Pengarang
14
g ng Goring Penggoreng
a ng Antar Pengantar
i ng Intai Pengintai
u ng Urus Pengurus
e ng Edar Pengedar
o ng Obral Pengobral
kh ng khianat Pengkhianat
Catatan :
Khusus pe + fonem c dan j = peny dalam bahasa tulis cukup ditulis pen
saja.
Contoh :
Pe + cuci = penycuci = pencuci
Pe + judi = penyjudi = penjudi
Jika imbuhan awal pe- diikuti kata dasar berfonem awal l,r,y dan w tidak
menumbulkan nasal.
2. Fungsi prefiks pe-
a. Ptefiks pe- berfungsi membentuk kata benda dari jenis kata lain yang
bukan kata benda.
b. Jika kata dasar berasal dari jenis kata benda, maka prefiks pe- tidak
berfungsi mengubah menjadikan kata benda atau membedakan
3. Nosi prefiks pe-
a. Jika bentuk dasarnya merupakan kata kerja nosi pe- ialah sebagai
berikut.
1. Alat untuk melakukan pekerjaan
Contoh : pe + tahan (kata kerja) = penahan
2. Pelaku pekerjaan
Contoh : pe + likis (kata kerja) = pelukis
b. Jika bentuk dasarnya kata sifat, nosi pe- ialah sebagai berikut.
1. Yang mempunyai sifat
15
Contoh :
Pe + berani (kata sifat) = pemberani (yang mempunyai sifat berani)
2. Yang menyebabkan adanya
Contoh :
Pe + sakit ( kata sifat ) = penyakit (yang menyebabkan adanya
sakit)
c. Jika bentuk dasarnya kata benda, nosi pe- ialah pelaku berhubungan
dengan benda seperti yang disebutkan pada bentuk dasarnya.
Contoh : pe + ladang (kata benda) =peladang (orang
yang melakukan pekerjaan di lading atau mengerjakan ladang)
d) Prefiks per-
1. Bentuk
Prefiks per- mempunyai varian sama dengan prefiks ber-.
2. Fungsi prefiks pe-
Membentuk kata kerja dari kata lain yang bukan termasuk jenis kata kerja.
Dalam pemakaian selamjutnya, imbuhan per- masih memerlukan imbuhan
awalan lain yakni me- dan di-. Jika tidak demikian maka prefiks per baru
sampai membentuk “bentuk dasar” saja.
Contoh : kecil + per- = perkecil + me = memperkecil
+ di = diperkecil
3. Nosi prefiks pe-
a. Jika bentuk dasarnya terdiri dari kata benda, maka nosi prefiks pre-
ialah menjadikan atau menganggap.
b. Jika bentuk dasarnya kata bilangan, maka nosi per- ialah membuat jadi
atau membadg jadi
Contoh : perempat (membagi jadi empat
c. Jika bentuk dasarnya terdiri dari kata sifat, maka nosi per- ialah
membuat jadi lebih atau menambah
Contoh :
Perkeras memperkeras= membuat jadi lebih keras
16
e) Prefiks ke-
1. Bentuk
Prefiks ke- sering dikacaukan dengan preposisi ke-, keduanya berbeda dan
penulisan ke- sebagi afiks tetap dirangkai
Contoh :ketua tidak ditulis ke tua
2. Fungsi prefiks ke-
a. Prefiks ke- membentuk kata benda dari kata yang bukan berasal dari
kata benda namun hanya dari beberapa kata.
b. Jika bentuk dasarnya termasuk kata bilangan makan prefiks ke- tidak
mengubah jenis kata.
3. Nosi prefiks ke-
a. Pada kata benda : ketua, kekasih, dan kehendak nosi prefiks ke- ialah
yang di
Contoh : kekasih ( yang dikasihi )
b. Jika bentuk dasarnya kata bilangan, maka nosi prefiks ke ialah tingkat,
tahapan, atau urutan.
Contoh : kesatu (tingkat pertama)
c. Jika bentuk dasarnya kata bilangan, maka prefiks ke- ialah kelompok
atau kumpulan
Contoh : Kelima penjahat itu tertangkap.
f) Prefiks se-
1) Bentuk
Prefiks se- tidak mengalami perubahan bentuk ketika melekat pada
morfem lain.
Contoh : se + asal = seasal
2) Fungsi prefiks se-
a) Prefiks se- mengubah jenis kata
Contoh : lalu selalu (kata keterangan)
Sudah sesudah (kata sambung)
b) Jika melekat pkata sifat prefiks se- tidak mengubah jenis kata.
17
g) Prefiks ter-
1) Bentuk
Prefiks ter- mempunyai varian dengan alomorf te-, ter-, dan tel-.
Contoh :
a) Jika fonem awal kata dasarnya r, maka alomorf ter- ialah te-.
b) Jika kata dasar bersuku awal dengan diakhiri fonem r maka alomorf
ter- ialah ter- atau te- namun yang telah sering terpakai ialah te-.
c) Terhadap beberapa kata tertentu ter- mengalami proses gejala
disimilasi.
d) Prefiks ter- tetap pada beberapa bentuk tertentu.
2) Fungsi prefiks ter-
18
Fungsi ter yang utama ialah membentuk kata kerja pasif. Sebagai
pembentuk kata kerja pasif ter- berbeda dengan di-. Perbedaan ter- dengan
di- dapat diketahui sebagai berikut.
a) Bentuk pasif ter- tidak mementingkan pelaku tindakan tetapi pada
pasif di- masih memerlukan pelaku tindakan.
3) Nosi prefiks ter-
Ialah menunjukkan kegiatan
Contoh : terbakar
terbawa Ketidaksengajaan (Tidak Sengaja)
tertarik
(2) Memberi/membubuhi
Contoh : menggulai air teh dan menggarami sayur
c) Jika bentuk dasarnya kata kerja, nosi sufiks -i ialah sebagai berikut.
(1) Tempat
Contoh : mendatangi, menanyai, dan menghadapi
(2) Berulang-ulang (intensitas)/ mengeraskan maksud
Contoh : memukuli, mengamati, dan mencabuti
Contoh :
Menangis menjadi menangisi
Menangiskan
2) Dalam kalimat aktif, kata kerja berakhiran -i diikuti objek tetap/
tak bergera, sedangkan yang berakhiran -kan diikuti objek yang
bergerak.
Contoh :
Ali melempari batu. Batunya tetap.
Ali melemparkan batu. Batunya bergerak.
3) Sufiks -i berasal dari kata di-, sedangkan sufiks -kan berasal dari
kata akan.
4) Sufiks -i menyatakan objek tempat, sedangkan sufiks -kan
menyatakan objek sebenarnya (berupa benda).
5) Ada juga kata bersufiks -i atau -kan yang dikacaukan
penggunaannya sehingga tidak begitu jelas perbedaannya.
Contoh : Memanasi air memanaskan air
i) Sufiks –an
1) Bentuk
Sufiks -an dalam pemakaian tidak mengalami perubahan bentuk.
21
k) surfiks -nya
1) Bentuk
Surfiks -nya menempel pada bagian belakang bentuk dasarnya.
Contoh : agaknya, udaranya, rupanya, dan seandainya
m) Surfiks -isme
1) Bentuk
Sufiks –isme sudah dapat melekat pada kata Indonesia. Cara melekatnya
tanpa menimbulkan perubahan bunyi.
Contoh :
Pancasila + isme = pancasilaisme
Suku + isme = sukuisme
2) Fungsi surfiks -isme
Senagai afiks, sufiks –isme tidak mempunyai fungsi. Hal ini mungkin
juga disebabkan oleh anggapan bahwa –isme bukan afiks, namun sebuah
leksis.
3) Nosi afiks –isme
Nosi afiks –isme ialah menyatakan aliran atau paham
Contoh :
Pancasilaisme = berpaham pancasila
Kolonialisme = berpaham colonial
l) Sufiks –is
1) Bentuk
24
Sebagai maka bentuk –is melekat pada bagian belakang kata yang dilekati
dengan tanpa mengubah kata yang dilekatinya.
Contoh :
pancasila +is = pancasilais
agama +is = agamais
2) Fungsi sufiks –is
Sufiks –is ialah membentuk kata benda.
Contoh :
social menjadi sosialis (kata benda)
moral menjadi moralis (kata benda)
3) Nois sufiks –is menyatakan orang yang memiliki sifat seperti yang
tersebut pada kata dasar.
Contoh :
pancasilais : orang yang bersifat atau berjiwa pancasila
sosialis : orang yang menganut paham social
m) Konfiks ke-an
1) Bentuk
Sebagai konfiks maka ke-an melekat bersama-sama dengan bentuk
dasarnya. Ke-an langsung membentuk kata baru dengan bentuk dasar
sehingga bukan dibentuk dengan an atau kan terlebih dahulu.
Contoh :
Ke-an + adil = keadilan
Bukan keadil + an atau ke + adilan
2) Fungsi konfiks ke-an
(a) Pembentuk kata benda
Contoh :
Malas + ke-an = kemalasan
Bodoh + ke-an = kebodohan
(b) pembentuk kata kerja pasif
Contoh :
25
n) Konfiks/simulfiks pe-an
1) Bentuk : konfiks pe-an yang melekat pada bentuk dasar mengalami nasal
karena itu konfiks ini harus mengikuti kaidah nasalisasi.
Contoh :
Pe-an + baca = pembacaan
Pe-an + cabut = pencabutan
Pe-an + hayat = penghayatan
26
(c) jika bentuk dasarnya kata benda maka pe-an bernosi: hal melakukan
perbuatan
Contoh:
Pembuahan pendaratan pengairan
Pembukuan penanganan penalian
Contoh:
Satu ( kata bilangan ) persatuan
Budak ( kata benda ) perbudakan
Tumbuh ( kata kerja ) pertumbuhan
Luas ( kata sifat ) perlusan
Rata ( kata sifat ) perataan
2) Nosi konfiks per-an
a) jika bentuk dasarnya kata kerja, nosi per-an adalah:
(a) menyatakan tempat
Contoh:
Perhatian perkumpulan
Perhimpunan persidangan
(b) menyatakan pristiwa, hal, atau hasil suatu pekerjaan
Contoh:
Pertumbuhan perpindahan
Permohonan permintaan
b) jika bentuk dasarnya kata sifat,nosi per-an adalah hal hasil
menyebabkan jadi
Contoh:
Persamaan pertumbuhan perbaikan
Perluasan perdamaian perataan
28
r) Konfiks ber-an
1) Fungsi konfiks ber-an
Mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata kerja
2) Nosi konfiks ber-an
(a) perbuatan dengan pelaku yang banyak
Contoh:
Bermunculan bersimpangan bergulingan
Berdatangan berguguran berjatuhan
(b) Perbuatan yang dilakukan berkali-kali
Contoh:
Berlarian bergulingan berloncatan
Berpukulan bergumulan bermunculan
(c) perbuatan yang dilakukan berbalasan ( resiprok )
Contoh:
Bersahutan berjabatan berpelukan
Berpandangan berlirikan bersentuhan
29
u) Konfiks se-an
Fungsi konfiks se-an adalah membentuk kata keterangan.
Contoh:
Seharian semalaman
Sehari-harian semalam-malaman
(b) jika melekat pada kata benda, maka tidak mengubah jenis kata
Contoh :
sabut + -er- = serabut
tali + -em- =temali
3) nosi infiks –el-, -em-, -er-
(a) Menyatakan banyak
Contoh : gerigi, geligi,kemilan, geletar, temali
(b) Menyatakan menyerupai
Contoh : kemucing, kemudi
w) bentuk klitik
1) Bagaimanakah bentuk kllitik itu?
Bentuk klitik ialah bentuk yang hampir menyerupai afiks, namun memiliki
makna leksis. Dengan demikian bentuk-bentuk klitik masih tergantung dan
terikat pada bentuk dasar lain agar mempunyai fungsi.
Contoh bentuk klitik –ku, -mu, -kau, dan –nya dalam kata aku milikki,
milikmu, engkau, dan miliknya.
2) Macam-macam klitik
a. Poliktik, klitik yang berada di depan
Contoh :
Kuambil : berasal dari kata aku ambil
Kauambil : berasal dari kata engkau ambil
Kubawa : berasal dari kata aku bawa
Kaubawa : berasal dari kata engkau bawa
b. Enklitik, klitik yang berada di akhir
Contoh :
Bukunya : berasal dari kata buku miliknya.
Bukumu : berasal dari kata buku milikmu
Rumahnya : berasal dari kara rumah miliknya
Rumahmu : berasal dari kata rumah milikmu
1) Enklitik –nya –ku, dan –mu
33
a. Enklitik –nya
Enklitik –nya merupakan morfem setengah bebas yang melekat
pada bagian belakang kata seperti halnya sebuah sufiks. Enklitik
–nya merupakan morfem setengah bebas katena sebenarnya –
nya mempunyai makna leksis dengan mengambil lmakna
sebagai bentuk posesiva dan pemilikan.
Dalam pemakaian selanjutnya klitik –nya dapat berlaku sebagai :
1. Posesiva/pemilikan
Contoh :
Giginya : gigi miliknya
Bukunya : buku miliknya
Uangnya : uang miliknya
2. Akhiran /sufiks
Sebagai akhiran, maka bentuk klitik –nya tidak lagi dapat
dielaskan dengan mempergunakan kata milik sebagai
posesiva.
Contoh :
Agaknya : bukan agak miliknya
Akhirnya : bukah akhir miliknya
Seharusnya : bukan harus miliknya
Contoh lain : seyogyanya, sekiranya, tentunya, kiranya, dan
lain-lain
3. Pembentukan kata kerja
Contoh :
Dinginnya menyengat kulit tubuh.
Tingginya tidak memenuhi syarat.
Ayah memperbesar luasnya.
Sakitnya menyebabkan ia sangat menderita.
Tujuhnya membuat ia menjadi bintang kelas.
Empatnya yang membuat tidak naik kelas.
34
b. Eklitik ku
Kedudukan klitik ku sama dengan –nya. Cara letaknya juga
sama dengan –nya, yakni di belakang. Dalam pemakaian
selanjutnya klitik –ku berlaku sebagai :
1. Posisiva/pemilikan
Contoh :
Rumahku = rumah milikku
Uangku = uang milikku
Bajuku = baju milikku
2. Obyek penderita
Contoh :
Menyuruhku = menyuruh diriku
Memukulku = memukul diriku
Menodongku = menodong aku
Bentu –ku pada contoh diatas berasal dari kata aku.
Misalnya, menyuruhku = menyuruh aku.
c. Enklitik mu
Kedudukan –mu sebagai enklitik sama dengan –ku sebagai
enklitik. Klitik –mu berlaku sebagai:
a. Posesiva/pemilikan
Contoh :
Rumahmu = rumah milikmu
Bukumu = buku milikmu
Kakimu = kaki milikmu
b. Obyek penderita
Membunuhmu = membunuh dirimu
35
Catatan :
Penulisan ku dank au sebagai bentuk klitik harus serangkai denan kata yang
dilekatinya.
Contoh :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
37
B. Saran
Sebaiknya setiap orang dapat mengetahui apa fungsi dan makna imbuhan
yang sebenarnya. Dengan demikian dapat menggunakan imbuhan dengan baik
dan benar khususnya dalam penggunaan bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Rohmadi, M., dkk. 2012. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma
Pustaka.
38