PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan kelas kata, kelas kata dan contohnya.
2. Dapat menjelaskan pengertian frasa, ciri-ciri frasa dan jenis jenis frasa.
3. Dapat menjelaskan klausa dan klasifikasi klausa.
PEMBAHASAN
Kelas kata adalah istilah linguistik kelas atu golongan (kategori) kata berdasarkan
bentuk, fungsi , atau maknanya.
Pembagian kelas kata menurut Harimurti Kridalaksana ada 13 jenis, yakni sebagai
berikut.
Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingi partikel
“tidak” dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel “di, ke, dari, atau,
sangat, lebih, dan agak”.
Verba dasar bebas merupakan verba dasar yang bebas. Misalnya tidur, duduk,
makan, minum, dan sebagainya.
b. Verba Turunan
a. Verba Intransitif
Verba Intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek dalam
kalimatnya. Misalnya makan
Verba Transitif adalah kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap dalam
kalimat nya. Misalnya Saya menendang bola di lapangan.
a. Verba Aktif
Verba aktif yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku, biasanya
berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
b. Verba Pasif
Verba pasif yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran,
atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks di- atau ter-. Apabila ditandai
dengan prefiks ter- maka bermakna perfektif.
Verba anti aktif (ergatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi
verba aktif dan subjeknya merupakan penanggap (menderita, merasakan).
Verba anti-pasif yaitu verba yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
a. Verba Resiprokal
Verba resiprokal yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh
dua pihak, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan. Berikut
adalah contoh bentuk verba resiprokal.
b. Verba Nonresiprokal
a. Verba Refleksi
Verba refleksif, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang
sama.
b. Verba Nonrefleksi
Verba non refleksi, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen
yang berlainan.
a. Verba kopulatif
Yaitu verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa mengubah
konstruksi predikatif yang bersangkutan. Contoh: merupakan, adalah.
b. Verba ekuatif
Yaitu verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya. Contoh:
berjumlah, berlandaskan.
Selain itu, ada juga jenis verba telis dan verba atelis, serta verba performatif dan
verba konstatatif. Verba telis menyatakan bahwa perbuatan tuntas atau bersasaran,
sedangkan verba atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas. Verba
performatif, yaitu verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan
pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengujarkan kalimat, sedangkan
verba konstatif merupakan verba dalam kalimat yang menyatakan atau
mengandung gambaran tentang suatu peristiwa.
a. Ajektiva predikatif
Yaitu ajektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa.
Misalnya susah, hangat, sulit, mahal.
b. Ajektiva atributif
Yaitu ajektiva yang mendampingi nomina dalam frase nomina.
Misalnya nasional, niskala.
c. Ajektiva bertaraf
Yakni yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya.
Contohnya pekat, makmur.
d. Ajektiva tak bertaraf
Yakni yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya.
Contohnya nasional, intern.
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk
bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahului oleh
partikel dari. Nomina berbentuk:
Seperti daya juang, cetak lepas, loncat indah, tertib acara, jejak langkah.
1) Pronomina Intertekstual
2) Pronomina ekstratekstual
1) Pronomina Taktrif
Intratekstual Ekstratekstual
Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut,
karena pemakaian nonstandar tergantung dari daerah pemakaiannya. Dalam bahasa kuna juga
terdapat pronomina, seperti baginda. Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti
nomina orang, nama orang, atau hal lain yang dipersonifikasikan.
Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi
sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, (3) tidak dapat
bergabung dengan tidakatau sangat.
a. Numeralia Takrif
2) Numeralia Tingkat
3) Numeralia Kolektif,
Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yang tak tentu.
Misalnya berapa, sekalian, semua, segenap.
b. Interogativa turunan:
c. Demonstrativa gabungan (di sini, di situ, di sana, ini itu, sana sini)
Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar
misalnya si kancil, sang matahari, para pelajar. Misalnya pada nomina deverbal
(siterdakwa, si tertuduh), pronomina (si dia, sang aku), dan verba pasif
(kaum tertindas, si tertindas). Artikula berupa partikel, sehingga tidak berafiksasi.
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina),
sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi, yaitu sebagai
berikut.
b. Preposisi yang berasal dari kategori lain (misalnya pada dan tanpa)
termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas lain yang berafiks se-
(selain, semenjak, sepanjang, sesuai, dsb).
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan lain dalam
kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam
kontruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun
yang tidak setataran.
a. Konjungsi Intra-kalimat
Yaitu konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata,
frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
b. Konjungsi Ektra-kalimat
1) Konjungsi intratekstual
2) Konjungsi ektratekstual
a. Partikel dan Kata Fatis Contoh: (Ah, ding, halo, deh, kek, kok dll)
a. Bentuk dasar
Yaitu: aduh, aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo, bah, cih, cis, eh, hai, idih, ih,
lho, oh, nak, sip, wah, wahai, yaaa.
b. Bentuk turunan
Biasanya berasal dari kata-kata biasa atau penggalan kalimat Arab,
contoh: alhamdulillah, astaga, buset, duilah, insya Alloh, masya Allah, syukur,
halo, innalillahi, yahud.
Chaer : “Mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik (satuan bentuk yang bermakna)
yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (tidak miliki predikat)”
Ramlan : “Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa”
“Frasa merupakan satuan bentuk dalam bahasa indonesia yang bersifat nonpredikatif
dan memiliki kedudukan lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa”
C. Jenis-jenis frasa
Frasa Tunggal ialah frasa yang unsur pembetukannya hanya terdiri atas satu
pola frasa, yaitu apaila berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris,
frasa tersebut hanya terdiri atas dua patah kata. Misalnya : Buku sintaksis. Jika
berkonstruksi endosentris koordinatif dapat terdiri atas dua kata atau lebih.
Misalnya : Dosen, mahasiswa, dan karyawan.
b. Frasa Majemuk
Frasa Majemuk ialah frasa yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua frasa,
bukan dua kata. Frasa majemuk ini berupa frasa berlapis.
Frasa lugas ialah frasa yang maknanya masih lugas sebagaimana unsur-unsur
leksikal pembentuknya.
Frasa idiomatis ialah frasa yang sudah membentuk idiom tertentu, sehingga
maknanya pun sudah bersifat idiomatis, artinya makna yang terbentuk tidak
bisa di uraikan berdasarkan unsur-unsur leksikal pembentuknya.
Dilihat dari kategori unsur inti (frasa endosentri) dan unsur perangkai (frasa
eksosentris)-nya, frasa dapat dibedakan menjadi sebelas jenis frasa : (1) frasa
nominal seperti kursi kayu, (2) frasa pronominal seperti mereka bertujuh, (3)
frasa verbal seperti sedang berceramah, (4) frasa numeral seperti dua ekor, (5)
frasa adjektival seperti cepat sekali, (6) frasa adverbial seperti tadi pagi, (7)
frasa preposisional seperti di telapak kaki ibu. (8) frasa sandang seperti para
mahasiswa, (9) frasa oenunjuk seperti ini dan itu, (10) frasa penanya seperti
apa dan bagaimana, (11) frasa sambung seperti karena itu.
2.3 Klausa
A. Pengertian Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook,1971 : 65 ;
Elson and Pickett, 1969 : 64); atau klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung subjek dan satu predikat, objek hanya sebagai pelengkap (Ramlan, 1979 :
56).
B. Klasifikasi Klausa
Berdasarkan pembagian unitnya, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Klausa Bebas
Klausa Bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna.
Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa bebas dapat dibedakan menjadi :
a. Klausa Verbal
c) Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku
maupun sebagai penderita.
Contoh :
Dia menghibur hatinya.
Dia menyiksa dirinya.
Aku menusuk jariku.
Aku merenungi nasibku.
d) Klausa Resiprokal
Klausa resiprokal adalah klausa yang subjek dan objeknya melakukan suatu
perbuatan yang saling berbalas – balasan.
Contoh :
Saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka.
2) Klausa Intransitif
Contoh :
Ayah pergi ke sawah.
Ibu tinggal di rumah.
Nenek tidur di kamar.
Kakek duduk di kursi.
2) Klausa Ekuasional
Klausa ekuasional addalah klausa yang berpredikat nomina (kata benda).
Contoh :
Ayahku guru.
Adiknya dokter.
Ayahku polisi.
2. Klausa Terikat
Klausa terikat adlah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, sehingga memerlukan
klausa lain untuk menjadi sebuah kalimat karena klausa ini hanya terdiri dari objek
b. Klausa Adjektif
Klausa adjektif adalah klausa yang bertindak sebagai kata sifat.
Contoh :
Orang kikir itu temanmu.
Orang yang baru datang tadi itu nenek saya.
Laki laki tua itu kakek saya.
c. Klausa Adverb
Klausa Adverb adalah klausa yang bertindak sebagai kata keterangan.
Contoh :
Saya akan datang nanti.
Dia pergi kemana saja dia mau.
Saya akan datang setelah acara selesai.
Kelas kata adalah istilah linguistik kelas atu golongan (kategori) kata berdasarkan
bentuk, fungsi , atau maknanya.
Ramlan : “Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi unsur klausa”
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook,1971 :
65 ; Elson and Pickett, 1969 : 64); atau klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung subjek dan satu predikat, objek hanya sebagai pelengkap (Ramlan,
1979 : 56).
3.2 Saran
Pemahaman satuan sintaksis bahasa indonesia bagi mahasiswa, selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat peningkatan kemampuan berbahasa
mahasiswa. Sehingga, materi harus benar-benar di kuasai dan di pahami.
Harimurti Kridalaksana ,2005 .Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.