Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembicaraan tentang sintaksis bidang yang menjadi lahannya adalah unit bahasa
berupa kelas kata, frasa, dan klausa.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai
berbahasa, selalu memunculkan kalimat – kalimat yang dirangkai, dijalin sedemikian rupa,
memelihara kerja sama dengan orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kelas kata, pembagian kelas kata dan contohnya?
2. Apa pengertian frasa, ciri-ciri frasa, dan jenis-jenis frasa?
3. Apa pengertian klausa dan klasifikasi klausa?

1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan kelas kata, kelas kata dan contohnya.
2. Dapat menjelaskan pengertian frasa, ciri-ciri frasa dan jenis jenis frasa.
3. Dapat menjelaskan klausa dan klasifikasi klausa.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelas Kata

A. Pengertian Kelas Kata

Kelas kata adalah istilah linguistik kelas atu golongan (kategori) kata berdasarkan
bentuk, fungsi , atau maknanya.

B. Pembagian Kelas Kata

Pembagian kelas kata menurut Harimurti Kridalaksana ada 13 jenis, yakni sebagai
berikut.

1. Kata Kerja (Verba)

Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingi partikel
“tidak” dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel “di, ke, dari, atau,
sangat, lebih, dan agak”.

Berdasarkan bentuknya, verba dapat terbagi menjadi sebagai berikut.

a. Verba Dasar Bebas

Verba dasar bebas merupakan verba dasar yang bebas. Misalnya tidur, duduk,
makan, minum, dan sebagainya.

b. Verba Turunan

Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami proses morfologis


(afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, komposisi). Misalnya berenang, duduk-
duduk, melirik-lirik, adu domba.

Berdasarkan banyaknya nomina yang mendampingi, verba terbagi menjadi sebagai


berikut.

a. Verba Intransitif

Verba Intransitif adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek dalam
kalimatnya. Misalnya makan

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 2


b. Verba Transitif

Verba Transitif adalah kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap dalam
kalimat nya. Misalnya Saya menendang bola di lapangan.

Berdasarkan hubungannya dengan nomina, verba terbagi menjadi sebagai berikut.

a. Verba Aktif

Verba aktif yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku, biasanya
berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.

b. Verba Pasif

Verba pasif yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran,
atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks di- atau ter-. Apabila ditandai
dengan prefiks ter- maka bermakna perfektif.

c. Verba Anti Aktif

Verba anti aktif (ergatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi
verba aktif dan subjeknya merupakan penanggap (menderita, merasakan).

d. Verba Anti Pasif

Verba anti-pasif yaitu verba yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.

Berdasarkan interaksi antarnomina pendampingnya, verba terbagi menjadi sebagai


berikut.

a. Verba Resiprokal

Verba resiprokal yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh
dua pihak, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan. Berikut
adalah contoh bentuk verba resiprokal.

ber- + perang = berperang

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 3


ber- + salaman = bersalaman

b. Verba Nonresiprokal

Verba nonresiprokal yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang


dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.

Berdasarkan referensi argumennya, verba terbagi menjadi sebagai berikut.

a. Verba Refleksi

Verba refleksif, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang
sama.

b. Verba Nonrefleksi

Verba non refleksi, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen
yang berlainan.

Berdasarkan Hubungan Identifikasi antara Argumen-argumennya

a. Verba kopulatif
Yaitu verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalkan tanpa mengubah
konstruksi predikatif yang bersangkutan. Contoh: merupakan, adalah.
b. Verba ekuatif
Yaitu verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya. Contoh:
berjumlah, berlandaskan.

Selain itu, ada juga jenis verba telis dan verba atelis, serta verba performatif dan
verba konstatatif. Verba telis menyatakan bahwa perbuatan tuntas atau bersasaran,
sedangkan verba atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas. Verba
performatif, yaitu verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan
pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengujarkan kalimat, sedangkan
verba konstatif merupakan verba dalam kalimat yang menyatakan atau
mengandung gambaran tentang suatu peristiwa.

2. Kata Sifat (Adjektiva)

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 4


Berdasarkan bentuknya, adjektiva terbagi menjadi tiga jenis, yaitu adjektifa dasar,
turunan, dan majemuk.

Adjektiva memiliki ciri-ciri yang memungkinkanya untuk (1) bergabung dengan


partikel tidak, (2) mendampingi nomina atau (3) didampingi partikel seperti lebih,
sangat, agak, (4) dapat hadir berdapingan dengan
kata lebih...daripada... atau paling untuk menyatakan tingkat perbandingan, (5)
mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, -if, (6) dapat dibentuk menjadi nomina
dengan konfiks ke-an, (7) dapat berfungsi predikatif, atributif, dan pelengkap.

Subkategorisasi ajektiva, dibagi ke dalam dua macam kategori, yakni sebagai


berikut.

a. Ajektiva predikatif
Yaitu ajektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa.
Misalnya susah, hangat, sulit, mahal.
b. Ajektiva atributif
Yaitu ajektiva yang mendampingi nomina dalam frase nomina.
Misalnya nasional, niskala.
c. Ajektiva bertaraf
Yakni yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya.
Contohnya pekat, makmur.
d. Ajektiva tak bertaraf
Yakni yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya.
Contohnya nasional, intern.

3. Kata Benda (Nomina)

Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk
bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahului oleh
partikel dari. Nomina berbentuk:

a. Nomina dasar, seperti radio, udara, kertas, barat, kemarin, dll.

b. Nomina turunan, terbagi atas:

1) Nomina berafiks, seperti keuangan, perpaduan, gerigi.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 5


2) Nomina reduplikasi, seperti gedung-gedung, tetamu, pepatah.

3) Nomina hasil gabungan proses, seperti batu-batuan, kesinambungan.

4) Nomina yang berasal dari pelbagai kelas karena proses.

Contoh: deverbalisasi, seperti pengangguran, pemandian,


pengembangan, kebersamaan, bersalam-salaman.

c. Nomina paduan leksem,

Seperti daya juang, cetak lepas, loncat indah, tertib acara, jejak langkah.

d. Nomina paduan leksem gabungan,


Seperti pendayagunaan, ketatabahasaan, pengambilalihan, kejaksaan tinggi.

4. Kata Ganti (Pronomina)

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina, yang


digantikan itu disebut anteseden.

Berikut adalah subkategorisasi pronomina.

a. Dilihat dari hubungannya dengan nomina,


Yaitu ada atau tidaknyaanteseden dalam wacana. Berdasarkan hal itu, dibagi
lagi menjadi:

1) Pronomina Intertekstual

Bila anteseden terdapat sebelum pronomina itu dikatakan anaforis,


sedangkan bila anteseden muncul sesudah pronomina, hal itu disebut
kataforis. Contoh kataforis: Pak Arif sepupu Bapak. Rumahnyadekat.

2) Pronomina ekstratekstual

Merupakan pronomina yang menggantikan nomina yang terdapat di luar


wacana, bersifat deiktis.

Contoh: Itu yang kukatakan.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 6


b. Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya

1) Pronomina Taktrif

Pronomina taktrif yaitu menggantikan nomina yang referennya jelas.


Pronomina ini terbatas pada pronomina persona.

2) Pronomina Tak Takrif

Berikut adalah tabel pembagian pronomina menurut Harikurti Kridalakasana.

Intratekstual Ekstratekstual

Anafori Katafori Takrif Tak takrif


s s

Ia/dia -nya I II III sesuatu,


-nya seseorang,
S P S P S P barangsiapa
kami(eksklusif Kamu Kamu , siapa,
Say ia/ di Merek
) apa, apa-
a Kau/ a a
kita(inklusif) Kalian apa, anu,
aku engka beliau mereka masing-
u Anda
semua masing,
semua/
sendiri.
Anda Anda
sekalia
n

Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut,
karena pemakaian nonstandar tergantung dari daerah pemakaiannya. Dalam bahasa kuna juga
terdapat pronomina, seperti baginda. Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti
nomina orang, nama orang, atau hal lain yang dipersonifikasikan.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 7


5. Kata Bilangan (Numeralia)

Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi
sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, (3) tidak dapat
bergabung dengan tidakatau sangat.

Subkategorisasi numeralia adalah sebagai berikut.

a. Numeralia Takrif

Numeralia takrif yaitu numeralia yang menyatakan jumlah yang tentu.

1) Numeralia Utama (kardinal)

2) Numeralia Tingkat

Adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan


berstruktur ke + Num. Contoh: Catatan ketiga sudah diperbaiki.

3) Numeralia Kolektif,

Adalah numeralia takrif yang berstruktur ke + Num, ber- + N, ber- + NR,


ber- + Num R atau Num + -an.

b. Numeralia Tak Takrif

Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yang tak tentu.
Misalnya berapa, sekalian, semua, segenap.

6. Kata Keterangan (Adverbia)

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau


proposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan
keterangan, karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan
merupakan konsep fungsi. Bentuk adverbia ada enam, yakni sebagai berikut.

a. Adverbia dasar bebas, contoh: alangkah, agak, akan, belum, bisa.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 8


b. Adverbia turunan, yang terbagi atas:

1) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri atas :

Adverbia bereduplikasi, seperti jangan-jangan, lagi-lagi dan adverbia


gabungan, misalnya tidak boleh tidak.

2) Adverbia turunan yang berasal dari pelbagai kelas terdiri atas:

Adverbia berafiks, misalnya terlampau, sekali dan adverbia dari kategori


lain karena reduplikasi, misalnya akhir-akhir, sendiri-sendiri

3) Adverbia deajektiva, misalnya awas-awas, benar-benar

4) Adverbia denumeralia, misalnya dua-dua

5) Adverbia deverbal, misalnya kira-kira, tahu-tahu

c. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina,


misalnya rasanya, rupanya, sepertinya.

d. Adverbia deverbal gabungan, misalnya ingin benar, tidak terkatakan lagi

e. Adverbia de ajektival gabungan, misalnya tidak lebih, kerap kali.

f. Gabungan proses, misalnya : se- +A +-nya: sebaiknya

7. Kata Tanya (Interogativa)

Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan


sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah
diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui dan apa yang dikukuhkan itu
disebut antesenden (ada di luar wacana) dan karena baru akan diketahui kemudian,
interogativa bersifat kataforis.

a. Interogativa dasar: apa, bila, bukan, kapan, mana, masa.

b. Interogativa turunan:

Apabila, apaan, apa-apaan, bagaimana, bagaimanakah, berapa, betapa,


bilamana, bilakah, bukankah, dengan apa, di mana, ke mana, manakah,
kenapa, mengapa, ngapain, siapa, yang mana.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 9


c. Interogativa terikat: kah dan tah.

8. Kata Tunjuk (Demonstrativa)

Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu


(antesenden) di dalam maupun di luar wacana. Dari sudut bentuk dapat dibedakan
berikut ini.

a. Demonstrativa dasar (itu dan ini)

b. Demonstrativa turunan (berikut, sekian)

c. Demonstrativa gabungan (di sini, di situ, di sana, ini itu, sana sini)

9. Kata Sandang/Sebutan (Artikula)

Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar
misalnya si kancil, sang matahari, para pelajar. Misalnya pada nomina deverbal
(siterdakwa, si tertuduh), pronomina (si dia, sang aku), dan verba pasif
(kaum tertindas, si tertindas). Artikula berupa partikel, sehingga tidak berafiksasi.

Berdasarkan ciri semantis gramatikal artikula dibedakan sebagai berikut.

a. Artikula yang bertugas untuk mengkhususkan nomina singularis.

b. Artikula yang bertugas untuk mengkhususkan suatu kelompok.

10. Kata Depan (Preposisi)

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina),
sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi, yaitu sebagai
berikut.

a. Preposisi dasar (tidak dapat mengalami proses morfologis).

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 10


b. Preposisi turunan, terbagi atas: gabungan preposisi dan preposisi

(di atas gedung, di muka bumi, di tengah-tengah kota), serta gabungan


preposisi dan non-preposisi (...dari...ke... ; sejak...hingga... ; dari...sampai... ;
antara...dengan...).

b. Preposisi yang berasal dari kategori lain (misalnya pada dan tanpa)
termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas lain yang berafiks se-
(selain, semenjak, sepanjang, sesuai, dsb).

11. Kata Penghubung (Konjungsi)

Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan lain dalam
kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam
kontruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun
yang tidak setataran.

Menurut posisinya konjungsi dibagi menjadi berikut ini.

a. Konjungsi Intra-kalimat
Yaitu konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata,
frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

b. Konjungsi Ektra-kalimat

1) Konjungsi intratekstual

Yaitu menghubungkan kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan


paragraf,

2) Konjungsi ektratekstual

Yang menghubungkan dunia di luar bahasa dengan wacana.

12. Kategori Fatis

Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau


mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan lawan bicara. Kelas kata ini
terdapat dalam dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 11


diucapkan oleh pembicara dan lawan bicara. Sebagian besar kategori fatis
merupakan ciri ragam bahasa lisan (nonstandar) sehingga kebanyakan kalimat-
kalimat nonstandar banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Bentuk-bentuk fatis misalnya di awal kalimat “Kok kamu melamun?”, di tengah


kalimat, misalnya “Dia kok bisa ya menulis puisi seindah ini?”, dan di akhir kalimat,
misalnya “Aku juga kok!”. Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas,
misalnya kok, deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat, misalnya –lah atau pun.

Bentuk dan Jenis Kategori Fatis, dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Partikel dan Kata Fatis Contoh: (Ah, ding, halo, deh, kek, kok dll)

b. Frase Fatis. Contoh: Selamat, terima kasih, insya Allah.

13. Kata Seru (Interjeksi)

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan


secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi
bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas
atau berdiri sendiri.

Interjeksi dapat ditemui dalam:

a. Bentuk dasar
Yaitu: aduh, aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo, bah, cih, cis, eh, hai, idih, ih,
lho, oh, nak, sip, wah, wahai, yaaa.
b. Bentuk turunan
Biasanya berasal dari kata-kata biasa atau penggalan kalimat Arab,
contoh: alhamdulillah, astaga, buset, duilah, insya Alloh, masya Allah, syukur,
halo, innalillahi, yahud.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 12


2.2 Frasa
A. Pengertian Frasa
Menurut Para Ahli

Chaer : “Mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik (satuan bentuk yang bermakna)
yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (tidak miliki predikat)”

Ramlan : “Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa”

Menurut definisi umum

“Frasa merupakan satuan bentuk dalam bahasa indonesia yang bersifat nonpredikatif
dan memiliki kedudukan lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa”

B. Ciri - Ciri Frasa


1. Frasa merupakan satuan gramatikal yang dapat berdiri sendiri, yang berada pada
tataran di atas kata dan di bawah klausa.
2. Frasa merupakan konstruksi nonpredikatif, artinya hubungan antarunsur yang
membentuk frasa tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek.
3. Ada kecenderungan urutan kata dalam frasa bersifat kaku, sehingga apabila
posisinya dipindah, frasa itu akan berpindah secara utuh, dengan urutan kata yang
tetap.

C. Jenis-jenis frasa

1. Frasa berdasarkan distribusinya :


a. Frasa Endosentris Koordinatif

Frasa endosentris koordinatif merupakan frasa endosentris yang terdiri aats


unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat dibuktikan dengan adanya
kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata sambung dan atau
atau. Misalnya : Penelitian dan pengembangan.

b. Frasa Endosentris Apositif

Frasa endosentris apositif merupakan frasa yang mirip dengan frasa


endosentris yang koordinatif dalam hal bahwa masing-masing unsurnya dapat
saling menggantikan. Hanya saja, jika dalam frasa endosentris koordinatif

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 13


dimungkinkan adanya pemakaian konjungsi dan atau atau, sedangkan dalam
frasa endosentris aposif , unsur-unsur itu (1) dihubungkan dengan konjungsi
yang, (2) hanya dirangkai oleh tanda koma, atau (3) dipisahkan dengan tanda
pisah (--) yang diikuti dengan ungkapan pengukuhan atau perbaikan/peralatan
(Kridalaksana 1988:98). Misalnya : Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI.

c. Frasa Eksosentris Diraktif

Frasa eksosentris diraktif adalah frasa yang unsur perangkaianya berupa


preposisi seperti di, dari, oleh, sebagai, dan untuk. Biasanya unsur sumbunya
berupa kata atau kelompok yang berkategori nomina.

d. Frasa Eksosentris Nondiraktif

Frasa eksosentris nondiraktif adalah frasa eksosentris yang unsur perangkainya


berupa artikula, sedangkan unsur sumbunya berupa kata atau kelompok kata
yang berkategori Frasa Majemuk ialah frasa yang terdiri atas sekurang-
kurangnya dua frasa, bukan dua kata. Frasa majemuk ini berupa frasa berlapis,
nomina, adjektiva, atau verba.

2. Frasa berdasarkan susunan unsur pembentuknya :


a. Frasa Tunggal

Frasa Tunggal ialah frasa yang unsur pembetukannya hanya terdiri atas satu
pola frasa, yaitu apaila berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris,
frasa tersebut hanya terdiri atas dua patah kata. Misalnya : Buku sintaksis. Jika
berkonstruksi endosentris koordinatif dapat terdiri atas dua kata atau lebih.
Misalnya : Dosen, mahasiswa, dan karyawan.

b. Frasa Majemuk
Frasa Majemuk ialah frasa yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua frasa,
bukan dua kata. Frasa majemuk ini berupa frasa berlapis.

3. Frasa berdasarkan maknanya :


a. Frasa Lugas

Frasa lugas ialah frasa yang maknanya masih lugas sebagaimana unsur-unsur
leksikal pembentuknya.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 14


b. Frasa Idiomatis

Frasa idiomatis ialah frasa yang sudah membentuk idiom tertentu, sehingga
maknanya pun sudah bersifat idiomatis, artinya makna yang terbentuk tidak
bisa di uraikan berdasarkan unsur-unsur leksikal pembentuknya.

4. Frasa berdasarkan kategorinya :

Dilihat dari kategori unsur inti (frasa endosentri) dan unsur perangkai (frasa
eksosentris)-nya, frasa dapat dibedakan menjadi sebelas jenis frasa : (1) frasa
nominal seperti kursi kayu, (2) frasa pronominal seperti mereka bertujuh, (3)
frasa verbal seperti sedang berceramah, (4) frasa numeral seperti dua ekor, (5)
frasa adjektival seperti cepat sekali, (6) frasa adverbial seperti tadi pagi, (7)
frasa preposisional seperti di telapak kaki ibu. (8) frasa sandang seperti para
mahasiswa, (9) frasa oenunjuk seperti ini dan itu, (10) frasa penanya seperti
apa dan bagaimana, (11) frasa sambung seperti karena itu.

NO SEGI JENIS FRASA CONTOH FRASA DALAM


KALIMAT
1 Distribusi Frasa endosentris atributif Mahasiswa sastra itu sedang
berdiskusi.
Frasa endosentris Koordinatif Ia adalah koordinator bidang
penelitian dan
pengembangan.
Frasa endosentris Apositif Rudi,teman saya termasuk
anak yang goblok –eh maaf,
maksud saya bodoh.
Frasa eksosentris Direktif Kampus Unnes berada di
Sekaran.
Frasa eks\osentris Nondirektif Para tamu kami persilahkan
berdiri.
2 Susunan unsur Frasa Tunggal Prof. Fathur peneliti
pembentuk sosiolinguistik.
Frasa Majemuk Dr. Zulaeha peneliti
pendidikan bahasa.
3 Makna Frasa Lugas Etna Linguistina membeli
buku tulis.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 15


Frasa Idiomatis Akhirnya, Pambudi berteuk
lutut di hadapan orang itu
4 Kategori Frasa Nominal Hidayat memesan kursi
kayu.
Fraasa Pronominal Mereka bertujuh berada
dalam gua.
Frasa Verbal Alfi sedang berceramah.

Frasa Numeral Fitri berkurban dua ekor


kambing.
Frasa Adjektival Arif berlari cepat sekali.

Frasa Adverbial Usman sudah pergi tadi


pagi.
Frasa Preposisional Surga di telapak kaki ibu.

Frasa Sandang Para mahasiswa sedang ber-


KKN.
Frasa Penunjuk Ini dan itu adalah motor
Budi.
Frasa Tanya Apa dan bagaimana
penelitian itu?
Frasa Sambung Karena itu, Umar datang.

2.3 Klausa
A. Pengertian Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook,1971 : 65 ;
Elson and Pickett, 1969 : 64); atau klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung subjek dan satu predikat, objek hanya sebagai pelengkap (Ramlan, 1979 :
56).
B. Klasifikasi Klausa
Berdasarkan pembagian unitnya, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Klausa Bebas
Klausa Bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna.
Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa bebas dapat dibedakan menjadi :
a. Klausa Verbal

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 16


Klausa verbal adalah klausa yang berpredikat verbal (kata kerja), bukan kata
nomina atau kata adjektif (kata sifat) dan kata adverb (kata keterangan).
Berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dibagi menjadi :
1) Klausa Transitif
Klausa transintif adalah klausa yang memiliki kata kerja transintif, yaitu
kata kerja yang memiliki kapasitas satu atau lebih objek. Berdasarkan sifat
hubungan aktor – aksi, dapat dibedakan menjadi :
a) Klausa Aktif
Klausa Aktif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku
atau aktor.
Contoh :
Ayah melihat saya menulis surat.
Saya melarang kamu mencangkul kebun itu.
b) Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai penderita.
Contoh :
Mengapa kamu katakan kayu itu kutebang?
Saat sore hari, ayam itu dipotong.
Saya melihatnya, obat itu dibuang oleh ayah
Kenapa kamu biarkan nenek pergi sendiri?

c) Klausa Medial
Klausa medial adalah klausa yang subjeknya berperan sebagai pelaku
maupun sebagai penderita.
Contoh :
Dia menghibur hatinya.
Dia menyiksa dirinya.
Aku menusuk jariku.
Aku merenungi nasibku.

d) Klausa Resiprokal
Klausa resiprokal adalah klausa yang subjek dan objeknya melakukan suatu
perbuatan yang saling berbalas – balasan.
Contoh :
Saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 17


Paman menyuruh saya bersalam – salaman dengan para tamu.
Saat lebaran saya saling bermaafan dengan keluarga.

2) Klausa Intransitif

Klausa intransitif adalah klausa yang tidak memerlukan suatu objek.

Contoh :
Ayah pergi ke sawah.
Ibu tinggal di rumah.
Nenek tidur di kamar.
Kakek duduk di kursi.

b. Klausa Non Verbal


Klausa non verbal adalah klausa yang predikatnya dapat berutpa nomina,
adjektif, atau adverb. Berdasarkan bentuk predikatnya, klausa non verbal dapat
dibedakan menjadi :
1) Klausa Statis
Klausa statis adalah klausa yang berpredikat ajektif.
Contoh :
Jeruk ini masam.
Anak itu cantik.
Jalan itu licin.
Laki – laki itu tampan.

2) Klausa Ekuasional
Klausa ekuasional addalah klausa yang berpredikat nomina (kata benda).
Contoh :
Ayahku guru.
Adiknya dokter.
Ayahku polisi.

2. Klausa Terikat
Klausa terikat adlah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, sehingga memerlukan
klausa lain untuk menjadi sebuah kalimat karena klausa ini hanya terdiri dari objek

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 18


saja, subjek saja atau predikat saja. Berdasarkan fungsinya, klausa terikat terdiri
dari:
a. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang bertindak sebagai kata benda.
Contoh :
Mereka berlatih menulis.
Orang yang kalah berjudi itu menjual sawah.
Aku cinta dia.

b. Klausa Adjektif
Klausa adjektif adalah klausa yang bertindak sebagai kata sifat.
Contoh :
Orang kikir itu temanmu.
Orang yang baru datang tadi itu nenek saya.
Laki laki tua itu kakek saya.

c. Klausa Adverb
Klausa Adverb adalah klausa yang bertindak sebagai kata keterangan.
Contoh :
Saya akan datang nanti.
Dia pergi kemana saja dia mau.
Saya akan datang setelah acara selesai.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 19


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kelas kata adalah istilah linguistik kelas atu golongan (kategori) kata berdasarkan
bentuk, fungsi , atau maknanya.

Menurut Para Ahli

Chaer : “Mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik (satuan bentuk yang


bermakna) yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (tidak miliki
predikat)”

Ramlan : “Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi unsur klausa”

Menurut definisi umum

“Frasa merupakan satuan bentuk dalam bahasa indonesia yang bersifat


nonpredikatif dan memiliki kedudukan lebih besar dari kata dan lebih kecil dari
klausa”

Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (Cook,1971 :
65 ; Elson and Pickett, 1969 : 64); atau klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung subjek dan satu predikat, objek hanya sebagai pelengkap (Ramlan,
1979 : 56).

3.2 Saran
Pemahaman satuan sintaksis bahasa indonesia bagi mahasiswa, selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat peningkatan kemampuan berbahasa
mahasiswa. Sehingga, materi harus benar-benar di kuasai dan di pahami.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 20


DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Sinktaksis. Bandung : Angkasa.

Imam Baehaqie, S.Pd., M.Hum., 2014. Sinktaksis Frasa. Yogyakarta : Ombak.

Harimurti Kridalaksana ,2005 .Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

KELAS KATA, FRASA, dan KLAUSA 21

Anda mungkin juga menyukai