Anda di halaman 1dari 25

Klasifikasi Kata Bahasa Indonesia

Makalah Morfologi Bahasa Indonesia

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi

Disusun oleh:

Kelompok 6

Nama anggota:

1. Fransisca Christina (181224028)


2. Bibiana A. E. Ndana (181224036)
3. Victoria Tiara Devi (181224043)
4. Marselus Kobo (181224055)
5. Lydia Mackie

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
yang berjudul “Klasifikasi Kata Bahasa Indonesia”ini bertujuan untuk memberi
pengajaran tentang klasifikasi kata terbuka dan kata tertutup yang benar kepada
pembaca.

Karya tulis ini dapat terselesaikan berkat dukungan, kerjasama,


bimbingan, nasehat, dan bantuan secara materi maupun non – materi oleh
berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. R. Kunjana Rahardi M.Hum., selaku dosen pembimbing mata kuliah


Morfologi Bahasa Indonesia.
2. Teman – teman kelompok yang sudah bekerja sama dan memberi
dukungan satu sama lain sehingga makalah ini cepat terselesaikan.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 9 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2

2.1 Kelas kata terbuka.............................................................................. 2


2.2 Kelas kata tertutup .............................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................

3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Salah satu cabang dalam
Linguistik yaitu Morfologi. Di dalam kajian Linguistik, Morfologi berarti
cabang lingustik tentang morfem dan kombinasisnya; ilmu bentuk kata
(KBBI). Konsep kata yang sering kita jumpai yakni bahwa kata
merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem
tunggal atau gabungan morfem (KBBI). Menurut Chaer (2008), kelas kata
dibedakan menjadi sebelas macam kelas kata, yakni nomina, verba,
adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, artikular,
interjeksi, dan partikel. Kelas kata dalam Bahasa Indonesia tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelas kata terbuka dan kelas kata
tertutup. Pada makalah yang kami buat ini akan membahas mengenai
klasifikasi kelas kata terbuka dan kelas kata tertutup dalam Bahasa
Indonesia. Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat
mengetahui dan memahami klasifikasi kelas kata terbuka dan kelas kata
tertutup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana klasifikasi kata terbuka itu?
2. Bagaimana klasifikasi kata tertutup itu?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi kata terbuka
2. Mengetahui klasifikasi kata tertutup
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelas Kata Terbuka


Kelas kata terbuka adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas verba,
nomina, dan ajektifa.
A. Nomina
Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai
oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, misalnya rumah
adalah nomina karena tidak mungkin dikatakan tidak rumah, biasanya
dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa (KBBI).
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia
pendampingnya adalah kata – kata yang termasuk kelas nomina.
Pertama, tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi,
kata – kata kucing, meja, bulan, rumah, dan pensil termasuk nomina
karena tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
kucing
meja
tidak bulan
rumah
pensil
Kedua, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih,
sangat, dan paling). Contoh :
kucing
meja
agak bulan
rumah
pensil
Ketiga, tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib.
Contoh:
kucing
meja
wajib bulan
rumah
pensil
Keempat, dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah
seperti satu, sebuah, sebatang, dan sebagainya. Contoh :
- Sebuah buku
- Seekor tupai
- Sebatang kayu
- Selembar kertas
Nomina turunan merupakan jenis kata benda yang terbentuk
dari proses afiksasi sebuah kata. Bentuk nomina turunan dapat dikenali
dari afiks – afiks yang diimbuhkan pada dasar, yakni :

- Berprefiks pe- + lukis = pelukis

- Berkonfiks per-an + main = permainan


ke-an + adil = keadilan

- Bersufiks -an + makan = makanan

B. Verba
Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau
keadaan; kata kerja (KBBI).
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang
mendampinginya adalah kata-kata yang termasuk kelas verba.
Pertama, dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa.
Contoh:

- tidak datang
tidak pulang
- tanpa makan
tanpa membaca
Adverbia negasi bukan dapat juga mendampingi sebuah verba,
tetapi dengan persyaratan, yaitu bila berada dalam konstruksi
kontrastif. Contoh: Dia bukan menangis karena sedih, melainkan
karena gembira.

Kedua, dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi, seperti:

- sering datang
- jarang mak`an
- kadang-kadang pulang
Ketiga, tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan
penggolongan. Misalnya:

- sebuah *membaca
- dua butir *menulis
- tiga butir *pulang
Namun, dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah. Seperti:

- kurang membaca
- sedikit menulis
- kurang makan
- cukup menarik
Keempat, tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Seperti:

- agak *pulang
- cukup *datang
- lebih *datang
- kurang *pergi
- sangat * minum
- *membaca sekali
- paling *menulis
- sedikit *lompat
Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses). Seperti :
- sudah makan
- sedang mandi
- tengah mebaca
- lagi tidur
- akan pulang
- hendak pergi
- mau menjual
Namun, perlu diperhatikan ada verba yang keberlangsungannya
memerlukan durasi yang relatif panjang, seperti verba makan,
membaca, dan mandi; tetapi ada pula verba yang keberlangsungannya
tidak memerlukan waktu yang panjang, seperti verba memukul,
memotong, dan meninju. Oleh karena itu, adverbia sedang dapat
mendampingi verba makan, membaca, dan mandi yang menjadi
sedang makan, sedang membaca, dan sedang mandi; tetapi tidak
dapat mendampingi verba memukul, memotong, dan meninju yang
menjadi *sedang memukul, *sedang memotong, dan *sedang meninju.
Yang mungkin adalah sedang memotong-motong, sedang memukul-
mukul, dan sedang meninju-ninju. Reduplikasi pada verba memukul,
memotong, dan meninju menyebabkan ketiga verba itu menjadi verba
duratif.

Keenam, dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian. Seperti :

- belum mandi
- baru datang
- sedang makan
- sudah pulang
Ketujuh, dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan. Seperti :

- boleh mandi
- harus pulang
- wajib datang
Kedelapan, dapat didampingi oleh semua adverbia kepastian. Seperti :

- pasti datang
- tentu pulang

Secara morfologi verba yang berupa kata turunan dapat dikenal dari
bentuknya yang:

(1) berprefiks ber


berkonfiks ber-an
berkonfiks ber-kan
(2) berprefiks me-
berkonfiks me-kan
berkonfiks me-i
berprefiks me- dan konfiks per-kan
berprefiks me- dan konfiks per-i
(masing-masing dengan bentuk pasifnya berprefiks di-, berprefiks
ter-, dan berprefiks zero).
(3) berprefiks ter-
berkonfiks ter-kan
berkonfiks ter-i
(4) berprefiks se-
(5) bersufiks -kan
(6) bersufiks -i
(7) berkonfiks ke-an (di samping adanya bentuk ke-an yang berkelas
nomina).

C. Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan
secara umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat (KBBI).
Ciri utama adjektiva atau kata keadaan dari adverbia yang
mendampingi adalah kata-kata yang termasuk kelas adjektiva.

Pertama, tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering dan


jarang. Jadi, tidak mungkin ada. Contoh :

- *sering indah
- *jarang tinggi

Kedua, tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah. Jadi tidak


mungkin ada. Contoh :

- *banyak bagus
- *sedikit baru
- *sebuah indah

Ketiga, dapat didampingi oleh semua adverbia sederajat. Contoh :

- agak tinggi
- cukup mahal
- sangat indah
Keempat, dapat didampingi oleh adverbia kepastian, pasti dan tentu.
Contoh :

- pasti indah
- tentu baik

Kelima, tidak dapat didampingi oleh adverbia kala (tenses) hendak


dan mau. Contoh :

- *hendak indah
- *mau tinggi
2.2 Kelas Kata Tertutup
Kelas tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas
dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.
A. Adverbia
Dalam tata bahasa, adverbia lazim disebut kata keterangan atau
kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja,
kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut sebagai kata yang
mendampingi nomina, verba, dan adjektiva. Adverbia ini yang
dijadikan dasar kriteria untuk menentukan kata-kata berkelas nomina,
verba, dan adjektiva.
Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar. Sedikit sekali yang
berupa kata bentukan. Yang berupa kata bentukan ini secara morfologi
dapat dikenal dengan bentuknya yang:

1) Berprefiks se- seperti sebelum,sebaik, dan semoga


2) Berprefiks se- dengan reduplikasi, seperti sekali-kali, semena-
mena.
3) Berkonfiks se- dan -nya seperti sebaiknya, seharusnya,
sesungguhnya, dan sebisanya.
4) Berkonfiks se- dan -nya disertai reduplikasi seperti selambat-
lambatnya, saeasli-aslinya, dan sedapat-dapatnya.
B. Pronomina
Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang
menggantikan nomina yang ada. Secara umum lazim dibedakan
adanya empat macam pronomina, diantaranya :

1. Kata ganti diri


Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan
nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau
bukan nama diri. Kata ganti diri ini biasanya dibedakan atas.
(1) Kata ganti diri orang pertama tunggal saya dan aku; orang
pertama jamak yaitu kami dan kita;
(2) Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu kamu dan engkau; orang
kedua jamak, yaitu kalian dan kamu sekalian.
(3) Kata ganti orang ketiga tunggal yaitu dia, ia dan nya; orang
ketiga jamak, yaitu mereka.
Kata ganti diri orang pertama saya dapat digunakan kepada
siapa sajSa dan oleh siapa saja. Sedangkan kata ganti diri orang
pertama aku hanya dapat digunakan kepada lawan bicara yang
lebih muda usianya atau lebih rendah status sosialnya. Kata ganti
diri kami digunakan untuk menyatakan pelaku jamak atau
menyatakan rasa hormat (pluralis majestatis). Kata ganti diri kita
digunakan untuk menyatakan jamak, termasuk lawan bicara. Perlu
dicatat, kata ganti diri aku mempunyai bentuk klitika, baik
proklitika seperti kubaca, maupun enklitika, seperti pada bukuku.
Kata ganti orang ketiga tunggal ia digunakan dalam posisi
sebagai subjek, tidak dalam posisi objek. Kata ganti dia dapat
digunakan dalam posisi subjek maupun objek. Hanya perlu dicatat
sebagai objek kata ganti dia digunakan kalau mengikuti bunyi –
kan. Contoh :

- .....merindukan dia
- .......takut akan dia.
Kata ganti diri nya hanya digunakan dalam posisi objek dan
berlaku sebagai enklitika, contoh :

- minta tolong kepadanya.


- siapa namanya?
Kata ganti orang ketiga jamak mereka dapat digunakan kepada
siapa saja, tanpa ada rasa terhormat atau tidak.
Untuk orang ketiga yang dihormati lazim juga digunakan kata
beliau. Untuk yang sudah meninggal digunakan kata almarhum
(kalau laki-laki) dan almarhuma (kalau perempuan).

2. Kata ganti petunjuk


Kata ganti petunjuk atau pronomina demontratifa adalah
kata ini dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina (frase
nominal atau lainnya) sekaligus dengan penunjukan. Kata ganti
petunjuk ini digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dekat dari
pembicara; sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. Contoh :

- Buku ini adalah buku impor.


- Itulah buku yang saya cari selama ini.
3. Kata ganti tanya
Kata ganti tanya atau pronomina interogatifa adalah kata
yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu (nomina
atau yang dianggap konstruksi nominal). Kata ganti tanya itu
adalah apa,siapa,kenapa,mengapa,berapa,bagaimana, dan dimana.

Kata ganti tanya apa digunakan untuk menanyakan nomina


(benda atau hal), posisinya dapat pada awal kalimat,tengah
kalimat,atau akhir kalimat; dan dapat disertai dengan partikel kah.
Contoh :

- Apa ini?
- Apakah kamu mengambil buku itu?
Kata ganti tanya siapa digunakan untuk menanyakan nama
diri atau nama jabatan seseorang. Posisinya di dalam kalimat dapat
pada awal kalimat, dapat juga padaakhir kalimat; demikian juga
untuk penegasan dapat diberikan partikel kah. Contoh :

- Siapa namanya?
- Siapakah penulis buku ini?
Kata ganti tanya mengapa dan kenapa digunakan untuk
menanyakan sebab terjadinya sesuatu. Posisinya di dalam kalimat
dapat pada awal kalimat; dan dapat juga dibubuhi partikel kah.
Contoh :

- Kenapa anak itu menangis?


- Mengapa kamu tidak hadir?
Kata ganti tanya berapa digunakan untuk menanyakan
jumlah atau banyaknya sesuatu. Posisinya dapat pada awal
kalimat,dapat juga pada akhir kalimat; serta dapat juga dibubuhi
partikel kah. Contoh :

- Berapakah harga seekor ayam?


- Uangmu ada berapa rupiah?
Kata ganti tanya bagaimana digunakan untuk menanyakan
hal, proses terjadinya sesuatu. Posisinya dapat pada awal kalimat,
dapat juga pada akhir kalimat; dan dapat juga dilengkapi dengan
partikel kah. Contoh :

- Bagaimanakah cuaca di sana?


- Kalau kita dapat rumah dinas, bagaimana dengan rumah ini?
Kata ganti dimana digunakan untuk menanyakan tempat
keberadaan. Posisinya dapat pada awal kalimat, dapat juga pada
akhir kalimat. Contoh :

- Itu barangnya, mana uangnya?


- Sepagi ini kamu mau ke mana?
Untuk lebih mempertegas keberadaan, biasanya kata ganti
mana dilengkapi dengan preposisi di,ke, dan dari. Contoh :

- Mereka itu datang dari mana?


- di mana kau simpan buku itu?
4. Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-
kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu.
Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah
seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, sesuatu, salah
satu, beberapa, dan sewaktu-waktu. Contoh :

- Ada seseorang menunggu Anda di luar.


- Sewaktu – waktu saya akan datang kembali.
C. Numeralia
1. Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang
menyatakan bilangan ,jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.
Menurut bentuk dan fungsinya biasanya dibicarakan adanya kata
bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan bulat,
bilangan pecahan, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan. Kata
bilangan dapat ditulis dengan angka arab, angka romawi, maupun
dengan huruf.
Kata bilangan utama atau bilangan sejati adalah kata-kata
seperti satu, dua, tiga lima, tujuh, sebelas, tiga belas, dan
sebagainya. Kata empat bukan kata bilangan utama sebab
merupakan hasil perkalian dua kali dua;begitu juga dengan enam
yang merupakan perkalian dua kali tiga; dan sebagainya.
Kata bilangan genap adalah kata bilangan yang habis dibagi
dua, misalnya dua, empat, enam, delapan, sepuluh, dan sebagainya.
Sedangkan bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi
dua, seperti satu,tiga,lima, tujuh,sembilan,sebelas,dan seterusnya.
Baik bilangan genap maupun bilangan ganjil dapat disebut bilangan
bulat; sebagai lawan dari bilangan pecahan seperti setengah, dua
pertiga, seperempat, seperlima, dua perlima, dan sebagainya.
Kata bilangan tingkat digunakan untuk menyatakan urutan,
seperti kata kelima,ketujuh, dan keseratus pada kalimat. Misalnya;
- Beliau duduk dikursi kelima dari kiri
- Pendaftar keseratus dibebaskan dari uang pendaftran.
Disamping kata bilangan tingkat ada pula kata bilangan
himpunan, yakni kata bilangan yang menyatakan kelompok atau
jumlah. Bentuknya sama dengan bentuk kata bilangan tingkat.
Contoh ;
- Kedua rumah itu disita oleh pengadilan.
- Keempat biro perjalanan itu telah dibekukan.

2. Kata bantu bilangan


Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau
kata penggolong bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai
tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata
bilangan dengan nominanya. Kata bantu bilangan yang lazim
digunakan adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, buah
untuk benda umum. Selain itu, secara spesifik digunakan juga kata-
kata batang, lembar, helai, butir, biji, pucuk, bilah,tangkai,
kuntum, tandan, carik, kaki, pasang, dan rumpun. Contoh :
- Seekor harimau
- Sepasang sepatu
- dualiter minyak.

D. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk
merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Misalnya
kata di dan dengan dalam kalimat.
- Ayah duduk di kursi
- Kakek menulis surat dengan pensil
Perlu dicatat ada beberapa kata seperti untuk dan bagi yang berlaku
juga sebagai konjungsi. Kata yang termasuk preposisi membentuk frase
preposisi dengan nomina yang mengikutinya, dan menduduki fungsi
keterangan di dalam klausa atau kalimat. Sedangkan konjungsi
menggabungkan dua unsur sintaksis, baik kata, frase, klausa, maupun
kalimat.

E. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalahh kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata,
frase dengan frase, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat
dengan kalimat.Contoh :
- Ibu dan ayah pergi ke bogor.
- Dia tidak datang karena hujan lebat.
- Orang-orang pergi ke utara sebaliknya dia pergi ke selatan.
Dilihat dari tingkat kedudukannya dibedakan adannya (1)
konjungsi koordinatif, dan (2) subordinatif. Dilihat dari luas
jangkauanya ada (1) konjungsi intrakalimat, dan (2) konjungsi
antarkalimat.
1) Konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan 2 unsur kalimat atau lebih yang
kedudukannya sederajat atau setara. Kemudian dilihat dari sifat
hubungannya dikenal adanya konjungsi.
a. Menghubungkan menjumlahkan, yaitu konjungsi dan,
dengan, dan serta. Contoh :
- Nenek dan kakek pergi ke Makassar.
- Adik dengan ayah belum pulang.
- Mereka menyanyi serta menari sepanjang malam.
b. Menghubungkan memilih, yaitu konjungsi atau. Contoh :
- Mana yang kamu pilih, yang merah atau yang biru.
- Kamu yang datang ke rumah saya atau saya yang
datang ke rumah kamu?
c. Menghubungkan mempertentangkan, yaitu preposisi tetapi,
namun, sedangkan, dan sebaliknya. Contoh :
- Kami ingin menyumbang lebih, tetapi kemampuan
kami terbatas.
- Mereka sudah berkali-kali dinasihati guru. Namun,
mereka tetap saja membandel.
d. Menghubungkan membetulkan, yaitu konjungsi melainkan
dan hanya. Contoh :
- Dia menangis bukan karena sedih, melainkan karena
gembira.
- Masakan ini bukan main enaknya; hanya terlalu pedas.
e. Menghubungkan menegaskan, yaitu konjungsi
bahkan,malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan.
Contoh :
- Kikirnya bukan main. Bahkan untuk makan pun dia
segan mengeluarkan uang.
- Dinasehati baik-baik bukannya berterimakasih, malah
(malahan) dia memusuhi kita.
- Saya tidak hadir karena sakit. Lagipula saya tidak
diundang.
- Jalan-jalan di ibukota seringkali macet. Apalagi pada
jam-jam sibuk.
- Jangankan seribu rupiah, satu rupiah pun aku tidak
punya uang.
f. Menghubungkan membatasi, yaitu konjungsi kecuali, dan
hanya. Contoh :
- Semua siswa sudah hadir, kecuali Ali dan Hadi.
- Saya tidak apa-apa. Hanya agak pening.
g. Menghubungkan mengurutkan, yaitu konjungsi kemudian,
lalu,selanjutnya, dan setelah itu. Contoh :
- Mula-mula kami dipersilahkan duduk, kemudian kami
diminta mengutarakan maksud kedatangan kami.
- Dia duduk lalu menulis surat itu.
- Beliau mengeluarkan dompet dan mengeluarkan
selembar uang kertas selanjutnya diberikannya kepada
saya.
- Mula-mula ia mengambil kertas dan mesin tik, lalu
mengetik surat itu, kemudian melipat surat itu, dan
selanjutnya memasukannya ke dalam amplop.
h. Menghubungkan menyamakan, yaitu konjungsi
yaitu,yakni, ialah, adalah, dan bahwa. Contoh :
- Kedua anak itu, yaitu Dadi dan Hasan, sering dimarahi
ayahnya.
- Tugas mereka, yakni mencuci dan memasak.
- Yang kami perlukan ialah kertas, dan lem.
- Relawan adalah orang yang mau menolong tanpa
mengharapkan imbalan.
- Kabar bahwa mereka akan menikah sudah diketahuui
umum.
2) Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinati adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur kalimat yang keduanya tidak
sederajat. Artinya, kedudukan klausa yang satu lebih tinggi dan
yang kedua sebagai klausa bawahan atau lebih rendah.
Konjungsi subornitif dibedakan pula atas konjungsi yang
menghubungkannya.

a. Menghubungkan menyatakan sebab akibat, yaitu konjungsi


sebabdan karena. Contoh :
- Banyak petani yang mengeluh sebab harga pupuk
makin mahal.
- Kami tidak dapat melanjutkan perajlanan karena hari
sudah malam.
- Karena ketiadaan dana, kami terpaksa berhenti kuliah.
b. Menghubungkan menyatakan persyaratan, yaitu konjungsi
kalau, jika, dan asal. Contoh :
- Kalau diundang, saya akan hadir.
- Jika diizinkan, kami akan ikut serta.
- Dina akan berhenti menangis asal dibelikan mainan.
c. Menghubungkan menyatakan tujuan, yaitu konjungsi agar
dan supaya. Contoh :
- Kami berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat tiba di
sekolah.
- Kami bekeraja keras supaya memperoleh hasil yang
optimal.
d. Menghubungkan menyatakan waktu, yaitu konjugsi ketika,
sewaktu, sebelum, tatkala, sesudah, sejak, sambil, dan
selama. Contoh :
- Nenek datang ketika kami makan siang.
- Biasakan mencuci tangan sebelum makan.
- Mereka bekerja sambil bergurau.
e. Menghubungkan menyatakan akibat, yaitu konjungsi
sampai, hingga, dan sehingga. Contoh :
- Dia menangis sampai matanya bengkak.
- Dia terlalu banyak makan hingga tak mampu bangun.
f. Menghubungkan menyatakan batas kejadian, yaitu
konjungsi sampai dan hingga. Contoh :
- AKami mengerjakan tugas tersebut hingga pagi buta.
- Mereka berlarian sampai terjatuh.
g. Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran, yaitu
konjugsi untuk dan guna. Contoh :
- Untuk mengatasi bahaya banjir, Pemerintah akan
membuat saluran baru.
- Murid-murid di kumpulkan guna mendapat pengarahan
dari sekolah.
h. Menghubungkan menyatakan penegasan, yaitu konjungsi
meskipun, biarpun, kendatipun, dan sekalipun. Contoh :
- Sekalipun gagal mereka tetap bersemangat.
- Kendatipun hatinya sedih ia tetap berusah tersenyum.
i. MengAAhubungkan menyatakan pengandaian, yaitu
konjungsi seandainya dan andaikata. Contoh :
- Seandainya saya berhalangan hadir, saya akan
menghubungi anda.
- Andaikata dia menyapaku hari ini aku pasti sangat
senang
j. Menghubungkan menyatakan perbandingan, yaitu
konjungsi seperti, sebagai, dan laksana. Contoh :
- Minke mempunyai senyum yang manisseperti ibunya.
- Wajahnya pucat pasi ‘sebagai’ bulan kesiangan.
3) Konjungsi antar kalimat
Konjugsi antar kalimat ialah konjungsi yang digunakan
untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain. Melihat sifat hubunganyadikenal adanya konjungsi
antarkalimat yang:

a. Menghubungkan dan mengumpulkan, yaitu konjugsi jadi,


karena itu, kalau begitu, oleh sebab itu, dan dengan
demikian. Contoh :
- Hari ini hujan lebat saya tidak jadi mencuci baju.
- Dina sering bertengkar di sekolah, karena itu ia
dipindahkan dari sekolah.
b. Menghubungkan menyatakan penegasan, yaitu konjugsi
lagipula, dan apalagi. Contoh :
- Saya tidak datang pada rapat hari ini, lagipula rapat
tersebut tidak di wajibkan.
- Hawa di Kalimanta sangat panas, apalagi pada siang
hari.
c. Menghubungkan mempertentangkan atau mengontraskan,
yaitu konjugsi namun, dan sebaliknya. Contoh :
- Saya mencoba menegeur Dina, namun Dina tidak
terima.
- Paman berbicara sangat lembut pada Ian. Sebaliknya
Ian bicara sangat kasar pada paman.
F. Artikulus
Artikulus atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi
sebagai penentu suatu nomina, adjektiva, atau kelas lain. Artikulus
yang ada dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang. Contoh :
- Nama kucingku adalah si hitam.
- Kami bertemu dengan sang Mahaputra.
G. Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan
batin, misalnya karena kaget, marah, terharu, dan sebagainya. Di
lihat dari strukturnya ada dua macam interjeksi. Pertama, yang
berupa kata-kata singkat misalnya wah, cih, dan nah. Kedua, yang
berupa kata-kata biasa, misalnya aduh, celaka, gila, kasihan, dan
astaga.

Contoh:

- “Wah mahal sekali” kata ibu itu.


- “Astaga, mengapa kamu berdarah?” tanya ibu padaku.
- “Nah, bagaimana rasanya?”, tanya kakak kepadaku.
H. Partikel
Di samping kata-kata yang termasuk kelas-kelas di atas ada
pula sejumlah bentuk yang di sini disebut partikel seperti kah, tah,
lah, pun, dan per. Partikel ini ada yang sebagai penegas, tetapi ada
pula yang bukan. Contoh :

- Apakah isi lemari itu?


- Apalah dayaku menghadapi cobaan seperti ini?
- Saya tidak tahu, dia pun tidak tahu.
- Gaji kamu naik per satu April.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
kelas kata bisa menunjukkan arti kata secara mendalam. Ada banyak kelas
kata yang memperlihatkan fungsi kata, yaitu verba, nomina, ajektifa,
preposisi, konjungsi, artikula, dan interjeksi. Di dalam Bahasa Indonesia,
semua fungsi kata tersebut dibagi menjadi 2 kelas yakni kelas terbuka dan
kelas tutup.
Kelas terbuka juga dikenal sebagai kelas ‘besar’ karena kelasnya
termasuk dalam kelas kata besar yang terdiri dari kata benda, kata kerja,
dan adjektiva. Ciri-ciri kelas ini termasuk artian leksikal, yaitu semua kata
dalam kelas terbuka mempunyai arti dan bisa mengekspresikan sesuatu. Di
samping itu, dalam kelas terbuka kata-kata baru bisa ditambah dalam
kelas ini, misalnya melalui proses komposisi.
Sebaliknya, kelas tutup adalah kelas yang termasuk kelas artikula,
preposisi, konjungsi, artikula dan interjeksi. Fungsi kata-kata dalam kelas
tutup biasanya fungsi berhubungan dengan tata bahasa, jadi tidak
mempunyai arti jika sendiri. Selain itu dalam kelas ini, jarang ada kata
yang ditambah, misalnya lebih sulit untuk membuat kata preposisi baru
dibandingkan dengan kata benda baru.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan
tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai