Anda di halaman 1dari 27

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA

NEGARA (APBN)

7
K
O
P
M
O
L
E
K
NAMA NAMA KELOMPOK 7
1. ALEXANDER MARANRESSY ( 3192301260 )
2. JONI JERILIUS KASE ( 3192301261 )
3. YOSEPH GAUR ( 3192301262 )
4. FRANSISKUS KEROWA MARAN (3192301263 )
PENGERTIAN APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis
dan terperinci yang memuat rencana penerimaan
dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran
(1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN,
dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.
DASAR HUKUM APBN
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam
struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan
mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini,
khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal
23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Bunyi pasal 23: ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 
ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. 
ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang lalu.
STRUKTUR APBN
Secara garis besar struktur APBN adalah:
Pendapatan Negara dan Hibah,
Belanja Negara,
Keseimbangan Primer,
Surplus/Defisit Anggaran,
Pembiayaan.
Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-
account. Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering
disebut postur APBN. Beberapa faktor penentu postur APBN
antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
PENDAPATAN NEGARA
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro
ekonomi;
kebijakan pendapatan negara;
kebijakan pembangunan ekonomi;
perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi
oleh besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi
nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh target
inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti
perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya
ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.
PENERIMAAN PERPAJAKAN

Pendapatan Pajak Dalam Negeri


 pendapatan pajak penghasilan (PPh)
 pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
 pendapatan pajak bumi dan bangunan
 pendapatan cukai
 pendapatan pajak lainnya
Pendapatan Pajak Internasional
 pendapatan bea masuk
 pendapatan bea keluar
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
Penerimaan sumber daya alam
penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)
Pendapatan bagian laba BUMN
pendapatan laba BUMN perbankan
pendapatan laba BUMN non perbankan
PNBP lainnya
pendapatan dari pengelolaan BMN
pendapatan jasa
pendapatan bunga
pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
pendapatan pendidikan
pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
pendapatan iuran dan denda
pendapatan BLU
pendapatan jasa layanan umum
pendapatan hibah badan layanan umum
pendapatan hasil kerja sama BLU
pendapatan BLU lainnya
BELANJA NEGARA

Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara


lain:
asumsi dasar makro ekonomi;
kebutuhan penyelenggaraan negara;
kebijakan pembangunan;
risiko (bencana alam, dampak kirisi global)
kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh
asumsi ICP, nilai tukar, serta target volume BBM bersubsidi.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT
Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah:
fungsi pelayanan umum
fungsi pertahanan
fungsi ketertiban dan keamanan
fungsi ekonomi
fungsi lingkungan hidup
fungsi perumahan dan fasilitas umum
fungsi kesehatan
fungsi pariwisata
fungsi agama
fungsi pendidikan
fungsi perlindungan sosial
Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah
belanja pegawai
belanja barang
belanja modal
pembayaran bunga utang
subsidi
belanja hibah
bantuan sosial
belanja lain-lain
TRANSFER KE DAERAH

Rincian anggaran transfer ke daerah adalah:


Dana Perimbangan
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
 Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
PEMBIAYAAN
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
• asumsi dasar makro ekonomi;
• kebijakan pembiayaan;
• kondisi dan kebijakan lainnya.
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
Pembiayaan Dalam Negeri meliputi:
Pembiayaan perbankan dalam negeri
Pembiayaan nonperbankan dalam negeri
 Hasil pengelolaan aset
 Surat berharga negara neto
 Pinjaman dalam negeri neto
 Dana investasi pemerintah
 Kewajiban penjaminan
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
Pembiayaan Luar Negeri meliputi:
Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program
dan Pinjaman Proyek
Penerusan pinjaman
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh
Tempo dan Moratorium.
SIKLUS APBN
Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah
rangkaian kegiatan dalam proses penganggaran yang dimulai pada
saat anggaran negara mulai disusun sampai dengan perhitungan
anggaran disahkan dengan undang-undang [1]. Ada 5 tahapan pokok
dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu,
tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh
pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua
penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR (lembaga
legislatif), dan tahap kelima pemeriksaan dan pertanggungjawaban
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedangkan
tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan
dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN APBN
Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan (APBN t-1) misal untuk
APBN 2014 dilakukan pada tahun 2013 yang meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan
penganggaran. Tahap perencanaan dimulai dari:
penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional
Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pada
tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan anggaran
Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan
serta analisis pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi
kebutuhan dananya
Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;
K/L menyusun rencana kerja (Renja);
Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian Perencanaan, dan
Kementerian Keuangan;
Rancangan awal RKP disempurnakan;
RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; (9) RKP ditetapkan.
Tahap penganggaran dimulai dari:
penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif;
penetapan pagu indikatif (3) penetapan pagu anggaran K/L;
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);
penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-undang
tentang APBN;
penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN kepada DPR.
PENETAPAN/PERSETUJUAN APBN
Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1,
sekitar bulan Oktober-Desember. Kegiatan dalam tahap ini
berupa pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan
Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR.
Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU
APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini
diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN
sebagai lampiran UU APBN dimaksud
PELAKSANAAN APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1,
kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31
Desember pada tahun berjalan (APBN t). Dengan kata lain,
pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan dilaksanakan mulai 1
Januari 2014 - 31 Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga
(K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN
dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk
disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN.
Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L
(Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan
Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam
kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.
PELAPORAN DAN PENCATATAN APBN
Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan
dengan tahap pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember.
Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses
akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta catatan
atas laporan keuangan.
PEMERIKSAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN
Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan
pertanggungjawaban yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan
berakhir (APBN t+1), sekitar bulan Januari - Juli. Contoh, jika
APBN dilaksanakan tahun 2013, tahap pemeriksaan dan
pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan
ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara
keseluruhan selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan
rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun anggaran berakhir.
FUNGSI APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan
pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan 
pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan
secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun
anggaran berikutnya.
Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk
merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan
dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat
mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah
bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.
PRINSIP PENYUSUNAN APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN
adalah:
Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
AZAS PENYUSUNAN APBN
APBN disusun dengan berdasarkan asas-asas:
Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam
negeri.
Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
Penajaman prioritas pembangunan
Menitik beratkan pada asas-asas dan undang-undang negara
INI 10 KASUS KORUPSI TERKAIT APBN-P YANG
DITANGANI KPK
Jakarta, Gatra.com - Selain mengusut kasus korupsi dari operasi tangkap tangan (OTT) pada
pekan lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setidaknya telah menangani 10 kasus
korupsi yang berhubungan dengan pengurusan atau pemulusan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)-Perubahan.
"Selain kasus yang ditangani dari tangkap tangan minggu lalu, KPK telah menangani sejumlah
kasus korupsi yang terkait dengan proses APBN Perubahan," kata Febri Diansyah, juru
bicara KPK di Jakarta, Rabu (9/5).
Menurut Febri, hal ini perlu menjadi perhatian serius agar proses APBN Perubahan dilakukan
secara sangat ketat dan hati-hati. Jangan sampai proses ini menjadi celah untuk korupsi
yang memiliki efek domino korupsi lainnya.
"Korupsi sebelum anggaran disusun, aliran dana pada sejumlah pihak untuk memuluskan
proses pembahasan anggaran dapat berimplikasi lanjutan pada bentuk korupsi di
pengadaan dan pembangunan proyeknya," ujarnya.
Praktik kotor tersebut sangat merugikan masyarakat karena tidak dapat menikmati hasil
pembangunan sebab proyek sudah dikorupsi sejak awal. Adapun kasus-kasu korupsi
terkait APBN-P yang pernah ditangani KPK, di antaranya:
1. Tindak pidana korupsi kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi sektor perikanan tangkap
pascagempa dan gelombang tsunami pada satuan Kerja Dinas perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang menggunakan anggaran APBN-P tahun 2006.
2. Tindak pidana korupsi dalam pengadaan peralatan kesehatan untuk rumah sakit rujukan
penanganan flu burung dan DIPA APBN-P Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat tahun anggaran 2006.
3. Tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan pengadaan peralatan kesehatan dari sisa dana
pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dalam rangka wabah flu burung (avian
4. Tindak pidana korupsi dalam pengadaan paket pengerjaan penggadaan
Kitab Suci Alquran APBN-P 2011 dan APBN 2012 pada Direktorat
Dinas Islam Kementrian Agama (Kemenag).
5. Tindak pidana korupsi berupa menerima hadiah atau janji terkait
penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) tahun anggaran 2013 Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) oleh Komisi VII DPR RI dan kegiatan lainnya.
6. Tindak pidana korupsi secara bersama-sama atau turut serta dalam
Pengadaan Reagen dan Consumable Penanganan Virus Flu Burung
dengan menggunakan dana APBN-P Direktorat Bina Pelayanan Medik
Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI tahun
anggaran 2007.
7. Tindak pidana korupsi berupa memberi hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya terkait
pengurusan anggaran di DPR untuk alokasi Provinsi Sumatera Barat
(Sumbar) pada APBN-P tahun 2016.
8. Tindak pidana korupsi berupa memberi hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai