Anda di halaman 1dari 43

Kategori Kata

dalam Bahasa
Indonesia
Fransisca Christina (181224028)
Bibiana A. E. Ndana (181224036)
Victoria Tiara Devi (181224043)
Marselus Kobo (181224055)
Lydia Mackie
A. Kategori Verba

1. PERILAKU SEMANTIS VERBA


2. PERILAKU SINTASIS VERBA
3. KETRANSITIFAN
4. BENTUK VERBA
1. PERILAKU SEMANTIS VERBA
a. Setiap kata memiliki makna inheren (makna yang terkandung di dalamnya)
Contoh : makan, mandi, bernyanyi, menarik
Secara inheren, makna mengandung arti perbuatan yang biasanya dapat menjawab pertanyaan apa
yang terjadi pada subjek ?
- Kuda menarik beban
- Adikku rajin mengaji
b. Verba proses menunjukkan perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain.
Contoh : jatuh, naik, turun, kebanjiran, mengering, terbakar, mengecil, dan terdampar
-Padi di sawah sudah menguning
Menguning menunjukkan perubahan dari belum kuning menjadi kuning
c. Verba dapat mengalami afiksasi yang mengakibatkan verba mendapat makna tambahan.
Contoh : sufiks –kan dan –i serta prefik –ter
- Membukakan (membuka untuk orang lain)
- Mengambili (mengambil lebih dari sekali)
- Terambil (tidak sengaja diambil)
2. PERILAKU SINTASIS VERBA
Verba merupakan unsur yang paling penting dalam kalimat karena verbalah yang menetapkan
unsur lain yang harus, boleh, atau dilarang hadir di dalam kalimat itu.

mengambil, misalnya mengharuskan hadir subjek (pelaku) di depan dan melarang adanya objek di
belakangnya, tetapi mengambili mengharuskan hadir subjek (pelaku) dan objek.
3. KETRANSITIFAN

• Ketransitifan verba ditentukan oleh nomina


• Verba terdiri atas :
- Verba transitif (yang dapat dipasifkan)
1. Verba Ektransitif
2. Verba Dwitransitif
3. Verba Semitransitif
- Verba taktransitif (yang tidak dapat dipasifkan).
Verba Transitif

Merupakan verba yang memerlukan nomina sebagai objek (pada kalimat aktif) dan objek itu dapat
menjadi subjek (pada kalimat pasif).
-Bi Minah sedang mencuci piring
- Rakyat sangat merindukan pemimpin yang adil dan jujur

Contoh di atas juga dapat diubah menjadi subjek ketika kalimat itu dipasifkan
-Piring sedang dicuci Bi Minah
- Pemimpin yang adil dan jujur sangat dirindukan rakyat.
1. Verba Ektransitif
Verba yang hanya diikuti oleh satu objek.
- Toko itu menjual buku-buku cetakan terbaru
- Adik membeli mainan baru

Kata menjual dan membeli pada contoh di atas hanya diikuti oleh satu objek
(buku cetakan terbaru dan mainan baru)
Objek kalimat verba ektransitif dapat menjadi objek ketika kalimat itu dipasifkan.
- Buku cetakan terbaru dijual di toko itu
- Mainan baru dibeli adik
2. Verba Dwitransitif
Verba yang diikuti oleh dua nomina (yang satu menjadi objek, yang satu menjadi
- Toko itu menjual buku-buku cetakan terbaru
- Adik membeli mainan baru
Kata menjual dan membeli pada contoh di atas hanya diikuti oleh satu objek
(buku cetakan terbaru dan mainan baru)
Objek kalimat verba ektransitif dapat menjadi objek ketika kalimat itu dipasifkan.
- Buku cetakan terbaru dijual di toko itu
- Mainan baru dibeli adik
3. Verba Semitransitif
(verba yang bersifat opsional, karena bisa memiliki objek, tetapi bisa juga tidak memiliki objek)
− Ibu sedang menanak nasi.
− Ibu sedang menanak.
VERBA TAKTRANSITIF

Merupakan verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya (yang seharusnya dapat menjadi
subjek kalimat pasif.
− Maaf, Dik, anak saya sedang mandi.
− Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita.
− Petani menanam jagung dan ketela pohon.

Verba mandi dan bekerja tidak diikuti nomina sebagai objek. Sedangkan verba menanam diikuti
nomina seperti ‘jagung dan ketela pohon’ yang merupakan pelengkap.

Pelengkap tidak harus berupa nomina, maka verba taktransitif terdiri atas verba berpelengkap dan
verba tak berpelengkap.
− Kerbaunya berjumlah dua puluh ekor.
− Dia bekerja di kantor kami.
Verba bekerja dan berjumlah merupakan verba berpelengkap yang harus hadir. Jika pelengkap
tidak hadir, kalimat itu tidak sempurna dan tidak berterima. Karena pelengkapnya harus hadir,
verba itu disebut verba taktransitif berpelengkap wajib.
− Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
− Film berwarna, bukan film hitam putih.

Verba menjadi dan berwarna merupakan verba berpelengkap tetapi juga bisa tidak berpelengkap,
atau biasa disebut verba taktransitif berpelengkap manasuka.

Verba taktransitif juga terdiri atas verba berpreposisi dan verba tidak berpreposisi.
− Berminat pada bidang seni.
− Teringat pada orang tua.

Verba berpreposisi merupakan verba taktransitif yang diikuti oleh preposisi, seperti verba berminat
dan pada sebagai preposisi.

Penggunaan verba berpreposisi memiliki kesamaan dengan verba transitif dari segi makna, seperti
− Berbicara tentang (maknanya sama dengan membicarakan)
− Bertemu dengan (maknanya sama dengan menemui)
4. BENTUK VERBA
Pembentukan verba dalam bahasa Indonesia dilakukan pada dua macam dasar, yaitu dasar bebas
dan dasar terikat.

Dasar bebas merupakan dasar yang tanpa afiks apa pun telah memiliki kategori sintaksis dan
mempunyai makna mandiri. (marah, darat, pergi)

Dasar terikat merupakan dasar yang kategori sintaksis dan maknanya baru dapat ditentukan
setelah dasar itu diberi afiks. (juang, temu, selenggara)
− Ber + juang = Berjuang
− Ber + temu = Bertemu
− Selenggara + kan = Selenggarakan
Bentuk verba dibagi menjadi dua, yaitu bentuk asal dan bentuk terikat.

1. Bentuk Asal (verba yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu tambahan afiks)
− Di mana bapak tinggal ?
− Setelah sampai di rumahmu, kirimlah surat ke sini.
− Kita perlu tidur sekitar enak jam perhari.
Makna leksikal atau makna yang melekat pada verba asal telah diketahui dari verba itu sendiri.

2. Bentuk Turunan (verba yang dibentuk dari afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan)
a. verba turunan dasar bebas berafiks wajib
mendarat, melebar, mengering, membesar
b. verba turunan dasar bebas berafiks manasuka
mem-baca, men-dengar, ber-jalan, be-kerja.
c. verba turunan dasar terikat berafiks wajib
ber-temu, ber-sua, meng-ungsi, ber- juang.
d. reduplikasi
berjalan-jalan, memukul-mukul
e. pemajemukan
cuci muka, campur tangan, naik haji
C. Kategori Adjektiva

1. CIRI ADJEKTIFA
2. PERILAKU SEMANTIS ADJEKTIFA
3. ADJEKTIFA BERTARAF
4. ADJEKTIFA TAKBERTARAF
5. PERILAKU SINTAKSIS ADJEKTIFA
1. CIRI ADJEKTIFA
Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus tentang sesuatu
yang dinyatakan oleh nomina (menjadi atribut bagi nomina).
, contohnya kecil, ikhlas, tulus, berat, merah bundar, dunia gaib.
a. Adjektiva dapat berfungsi predikatif ataupun adverbial. Fungsi tersebut dapat mengarah pada
suatu keadaan, seperti mabuk, sakit, basah, baik dan sadar, seperti “Barangkali dia sedang
mabuk”.
b. Adjektiva dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan
nomina yang diterangkannya. Tingkat kualitas ditegaskan, antara lain, dengan kata sangat dan
agak (yang diletakkan di depan adjektiva), seperti “Badannya sangat kuat”.
c. Tingkat bandingan dapat dinyatakan dengan kata lebih dan paling dsb. Di depan adjektiva,
seperti :
Kami lebih senang tinggl di sini.
Anaknya yang paling besar sudah bekerja.
2. PERILAKU SEMANTIS
ADJEKTIFA

Sukar dibedakan antara bentuk adjektiva dasar, verba dasar, dan nomina dasar. Untuk itu,
klasifikasi adjektiva ditentukan berdasarkan ciri semantis. Pengelompokannya menjadi beberapa
tipe bertalian dengan korelasi antara ciri semantis serta proses pembentukan dan penurunannya
secara morfologis, secara korelasi ciri semantis dan prilaku sintaktisnya.
3. ADJEKTIFA BERTARAF
a. Adjektiva Pemeri Sifat
Adjektiva pemeri sifat memberikan kualitas atau intensitas fisik atau mental, seperti lingkungan
nyaman, rumah bersih, pasangan serasi, sungai dangkal, tumor ganas, ilmu kebal, udara sejuk, dan
teh dingin.
b. Adjektiva Ukuran
Adjektiva ukuran mengacu pada kualitas yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti pekerjaan
berat, baju lengan pendek, timbangan ringan, rumah kecil, menara tinggi, badan besar, plafon
rendah dan kursi panjang.
c. Adjektifa Warna
Adjektiva warna mengacu pada warna sesuatu, seperti baju merah, noda hitam, warna kuning,
sepatu putih, daun hijau, kain jingga, langit biru, warna lembayung.
d. Adjektiva Waktu
Adjektiva waktu mengacu pada masa proses, perbuatan, atau keadaan beradanya atau
berlangsungnya sesuatu, seperti lama, segera, sering, cepat, lambat, larut, mendadak, singkat, dan
jarang.
e.Adjektiva Jarak

Adjektiva jarak mengacu pada ruang antara dua benda, tempat, atau maujud (entitas) sesuatu
(yang menjadi pewatas nomina), seperti rumah yang jauh, jarak dekat, hutan lebat, jarak rumah
itu rapat, rambutnya jarang, hubungan renggang, sahabat karib, pikiran sempit, dan semalam
suntuk.

f.Adjektiva Sikap Batin

Adjektiva sikap batin bertalian dengan atau merujuk pada suasana hati atau perasaan, misalnya
bahagia, kasih, bangga, ngeri, benci, pening,berahi, ragu-ragu, berani, rinfu, cemas, risau,
lembut, sakit, gembira, sayang, heran, sedih, iba, jahat, segan, takut, jemu, yakin dan kagum.

g. Adjektiva Cerapan

Adjektiva cerapan bertalian erat dengan pelihatan, pendengaran, penciuman (penghiduan),


perabaan, dan pencitarasaan. Misalnya:
Pengelihatan : gemerlap, suram, terang
Pendengaran : bising, garau, jelas, merdu, nyaring, serak
4. ADJEKTIFA TAKBERTARAF

Adjektiva takbertaraf menyebabkan acuan nomina yang diwatasinya berada di dalam atau di luar
kelompok atau golongan tertentu. Kehadiran adjektiva itu tidak dapat bertaraf-taraf sehingga
nomina acuannya harus berada di dalam atau di luar kelompok itu, misalnya dunia gaib, kisah
abadi, orang lancung, jalan buntu, batas mutlak, benda niskala, makna ganda, hitungan genap,
istri sah, semester gasal, pikiran pasti dan hidup kekal.
5. PERILAKU SINTAKSIS ADJEKTIFA
Adjektiva dapat berfungsi atributif ataupun predikatif. Adjektiva yang menjadi pewatas nomina
(subjek, objek, atau pelengkap dalam frasa nominal) disebut adjektiva atributif. Adjektiva itu
diletakkan sesudah nominal, seperti kain merah, batik mahal, gadis cantik, suara merdu, wajah
ayu, hatinya lebut, dan baju putih.

Adjektiva yang berfungsi sebagai predikat atau pelengkap disebut adjektiva predikatif,
contohnya:
- Ibu sangat rindu akan kakakku yang jauh di rantau.
- Keindahan alam pulau itu telah menarik para pelancong.

Jika subjek atau predikat berupa frasa atau klausa yang panjang, batas antara subjek dan predikat
dapat disisipi kata adalah agar makna kalimat menjadi jelas, seperti :
- Menyantuni anak yatim (adalah) tugas kita bersama.
- Yang menyetujui ide gila itu (adalah) mereka yang kurang waras.
D. KATEGORI ADVERBIA

1. BENTUK ADVERBIA
2. PERILAKU SINTAKSIS ADVERBIA
1. BENTUK ADVERBIA
1. Adverbia Tunggal

a). Adverbia Tunggal Berupa Kata Dasar

Adverbia tunggal terdiri atas satu kata dasar. Adverbia jenis tergolong kelompok kata tertutup,
amat terbatas jumlahnya, contohnya hampir, segera, paling, saja, selalu, pasti, lebih, sangat,
senantiasa, dan tentu.

Adverbia tunggal ada yang memiliki kategori ganda. Misalnya, kata baru (adverbia) seperti
terdapat pada kalimat Adik baru bangun tidur, tetapi baru (adjektiva), seperti pada Dia
mempunyai baju baru.

b). Adverbia Tunggal Berupa Kata Berafiks

Adverbia tunggal yang berupa ‘kata berafiks diperolah dari konfiks se-...-nya atau sufiks-nya
yang dilekatkan pada kata dasar, seperti:
- Sebaiknya kalian segera menyelesaikan pekerjaan itu.
- Sesungguhnya mereka itu tidak mengerti politik.
d). Adverbia Gabungan

 Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan


- Ia lebih tegap dan lebih gagah daripada adiknya.
- Danau Ranau ternyata sangat indah.

Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan


- Cantik nian gadis desa yang ramah itu.
- Kami tenang-tenang saja menunggu kehadirannya
.
Adverbia yang mendahului atau yang mengikuti kata yang diterangkan
- Lawakan anak muda itu ternyata amat lucu.
-Ternyata lucu amat lawakan muda itu.

Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan.


- Polisi yakin bukan dia saja dalang pencurian itu.
- Yang kuraih itu, bagiku sesuatu yang sangat luar biasa sekali.
c). Adverbia Tunggal Berupa Kata Ulang

 Adverbia berupa pengulangan kata dasar.


- Diam-diamkami pergi dari tempat yang berbahaya itu.
- Burung nuri terbangtinggi-tinggi.

Adverbia berupa pengulangan kata dasar dengan pre-fiks se-.


- Setinggi-tinggi burung terbang, akhirnya hinggap juga.
- Sepandai-pandai menyimpan bangkai, lama-lama terbau juga

Adverbia berupa pengulangan kata dasar dengan sufiks –an.


- Ia berjuang mati-matian melawan penyakit yang di deritanya.
- Usaha kecil-kecilan itu ternyata dapat menghidupi keluarganya
.
Adverbia berupa pengulangan kata dasar dengan konfiks se-...-nya.
- Gantungkanlah cita-citamu setinggi-tingginya.
- Carilah ilmu sebanyak-banyaknya agar hidup tetap berguna.
E. KATEGORI NOMINA
1. BATASAN DAN CIRI NOMINA
2. PERILAKU SEMANTIS
3. PERILAKU SINTAKSIS NOMINA
4. BENTUK NOMINA
5. MORFOFONEMIK AFIKS NOMINA
6. MORFOLOGI DAN SEMANTIS NOMINA
7. KONTRAS ANTARNOMINA
8. NOMINA DENGAN DASAR POLIMORFEMIS
9 – 12. PENURUNAN NOMINA
1. BATASAN DAN CIRI NOMINA
Secara sintaksisi, nomina memiliki ciri berikut.

 Dalam kalimat verbal. Nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap.
Misalnya, pada kalimat Masyarakat kita hendaklah bersungguh-sungguh mengawasi
kinerja pemerintah, kata masyarakat (subjek) dan pemerintah (objek) adalah nomina.

 Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak; tetapi diingkarakan denagan kata bukan.
Jadi, kalimat Ibu saya seorang dokter harus diingkarkan menjadi Ibu saya bukan seorang
dokter.

 Pada umumnya, nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik langsung maupun diantarai oleh
yang. Misalnya sepeda dan koran (nomina) karna dapat dirangkaikan menjadisepeda
bagusdan koran bekas atau sepeda yang bagus dan koran yang sudah bekas.
2. PERILAKU SEMANTIS

Setiap kata mengandung ciri semantis universal.


Misalnya, kata ayam dalam budaya mana pun memiliki ciri semantis binatang berkaki dua,
bermata dua, berbulu hitam, putih dsb., dapat berjalan ataupun terbang.

Ciri semantis bersifat koadrati dan akan terasa ganjil jika ciri itu menyimpang. Misalnya, kalimat
ayam yang hijau muda itu sudah bertelur atau ayam saya berkaki satu menjadi tidak masuk akal
karena warna bulu ayam menyimpang dari sifat koadrati ayam. Sebaliknya, terasa lumrah jika
Ayam jago saya sudah bertaji sebab ayam jago memang lazim bertaji dan taji tumbuh ketika
ayam sudah besar. Jadi, ayam sudah bertaji menyiratkan makna ayam sudah besar.
3. PERILAKU SINTAKSIS NOMINA
Perilaku sintaksis nomina ditentukan berdasarkan posisinya pada tautan frasa. Pada frasa
nominal, nomina berfungsi sebagai inti atau poros frasa dan menduduki bagian utama atau di
belakangnya. Jika di depan, pewatras nomina pada umumnya berupa numeralia atau kata tugas,
seperti lima lembar, seorang guru, beberapa sopir, banyak masalah.

Baik nomina maupun frasa nominal dapat menduduki posisi subjek, objek, pelengkap, atau
keterangan, seperti.
-Manusia harus hidup tolong menolong.
-Pengeboman Bali sungguh sangat memalukan bangsa kita.
4. BENTUK NOMINA

1. Nomina Dasar
Nomina dasar berwujud satu morfem. Nomina dasar terdiri atas nomina dasar umum dan nomina
dasar umum:

Contoh nomina dasar umum:


Gambar, tahun, meja, pisau, rumah, tongkat, malam, kesatria, minggu, dan hukum.

Contoh nomina dasar khusus :


Adik, bibi, paman, atas, bawah, Anna, Sukadana, biji, dalam, depan, jumat, Lampung.
2. Nomina Turunan

Nomina turunan dihasilkan lewat afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.


Perlu diingat bahwa kata turunan itu belum tentu diturunkan dari kata dasar. Misalnya, nomina
turunan kebesaran diturunkan dari kata dasar besar, tetapi pembesaran (‘proses, perbuatan, atau
cara membesarkan’) dari verba turunan memperbesarkan.

Contoh :

D
A Mendarat Daratan
R
A Mendaratkan Pendaratan
T
3. Afiks dalam Penurunan Nomina

Pada dasarnya terdapat prefiks ke-, per-, peng-, dan sufiks –an sebagai afiks pembentuk nomina.
Namun, karena kedua afiks itu dapat bergabung, didapatlah afiks ke, per-, peng-, -an, per- ...
-an, peng- ... –an, dan ke- ... –an untuk menurunkan nomina.
Prefiks per- (alomorfnya: per-, pel-, dan pe-), sedangkan prefiks peng- (alomorfnya: pem-, pen-,
peny-, peng-, penge-, dan pe-). Karena prefiks per- dan peng- yang salah satu wujud alomorfnya
sama, yakni pe-, diperlukan kehati-hatian di dalam menentukan keanggotaan prefiks itu.
nominapewaris dan pelukis, misalnya, diturunkan lewat prefiks peng- (berkaitan dengan verba
mewariskan dan melukis), tetapi pelari dan petinju diturnkan lewat prefiks per- (berkaitan
dengan verba berlari dan bertinju)
Kelompok (a) diturunkan dengan proses morfofonemik yang teratur. Prefiks peng-akan berubah
menjadi pe- jika dilekatkan pada kata yang fonem awalnya /l, r, w, y, m, n, ng, nyl.
Contoh :
pewaris
Pelukis pe- alomorf dari peng-

Kelompok (b) diturunkan dengan proses morfonemik yang tidak teratur. Nomina pedagang dan
petinju (yang mengandung fonem /r/), tetapi banyak nomina bahasa Indonesia yang tidak lagi
memiliki fonem /r/
pedagang
Petinju pe- alomorf dari per-

Selain itu, bahasa Indonesia juga memilki infiks –el-, -er-, -in-, dan –em-, meskipun sudah tidak
produktif lagi.
Akibat adanya kontak dengan bahasa lain, kini terdapat juga afiks –wan, -wati, -at, -in, -isme, -
(s)asi, -logi, dan –tas, yang berasal dari bahasa asing.
5. MORFOFONEMIK AFIKS NOMINA

Morfofonemik berkaitan dengan perubahan fonem akibat pemnemuan antara morfem yang satu
dengan morfem lainnya, misalnya perubahan fonem akhir pada morfem pertama dan fonem akhir
afiks verbal, hal itu sering menyebabkan morfofonemik afiks nomina sama dengan
morfofonemik afiks verba.
Prefiks verba meng- menjadi men- ketika diletakan pada dasar yang suku awalnya dimulai
dengan fonem /d/, perfiks nominal peng- pun akan berubah menjadi pen-, - meng- +dengar =
mendengar
- peng- dengar = pendengar.
6. MORFOLOGI DAN SEMANTIS NOMINA
TURUNAN
Kata dasar tertentu dapat langsung menjadi nomina akibat dilekati afiks tertentu. Kecuali
untuk ,menyatakan makna ‘orang yang atau alat untuk (verba)’,yang umumnya dinyatakan
dengan prefiks peng-, setiap kata dasar atau sumber mempunyai afiks tersendiri.
Misalnya : - sehat menjadi kesehatan
- kuat menjadi kekuatan.
Namun, verba seperti menjual dan mengambil hanya dapat diberi peng-an dan per-an menjadi
penjualan dan pembelian.

1. Nomina dengan ke-


Nomina turunan dengan prefiks ke- ternyata amat terbatas, seperti ketua, kehendak, kekasih, dan
kerangka karena proses itu tidak produktif lagi. Ada beberapa nama tumbuhan dan binatang yang
dimulai dengan ke-, misalnya kelapa, kenari, kemiri, kepiting, kepinding, dan kelelawar.
2. Nomina dengan per-, pel-, dan pe-

Nomina turunan dengan prefiks per- berkaitan bentuk dan maknanya dengan verba yang berafiks
ber-. Namun, di dalam perkembangannya banyak nomina dengan prefiks per- yang tidak lagi
memiliki /r/-, yang muncul hanya nomina dengan pe- saja. Nomina yang masih dengan prefiks
per- sangaat terbatas, yaitu pertapa = bertapa; persegi = bersegi; pertanda = bertanda;
perlambang = berlambang.

3. Nomina dengan peng-


Prefikspeng- (pem-, pen-, peny-, pe-, peng-, penge-) merupakan prefiks yang sangat produktif.
Biasnya sumber penurunannya beupa verba atau adjektiva. Nomina dengan peng- memiliki arti
sebagai berikut.
‘Orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba’, seperti pembeli
‘yang membeli’, pengintai ‘yang mengintai’, dan peminta ‘yang meminta.
4. Nomina dengan –an

Nomina turunan dengan sufiks –an pada umumnya berasal dari verba walaupun kata dasarnya
dari kelas kata lain. Kata asinan, loakan, meteran, dan manisan,berkaitan dengan sumber meng-
asinkan, mengilokan, meloakkan, dan memaniskan.

5. Nomina dengan peng-...an

Nomina dengan peng-...anpada umumnya diturunkan dari verba yang transitif. Apabila ada dua
verba dengan kata dasar yang sama dan salah satunya berupa verba transitif (yang lainnya
taktransitif), yang menjadi sumber nomina turunan dengan peng-...an adalah verba transitif.
Misalnya, nomina penemuan diturunkan dari verba transitif menemukan, bukan dari verba
taktransitif bertemu.
6. Nomina dengan per-...-an.

Nomina dengan per-...-an juga diturunkan dari verba, tetapi umumnya dari verba taktransintif
dan berawalan ver ber-, misalnya perjanjian berkaitan dengan verba berjanji. Contoh lain adalah
pergerakan  bergerak, perjalanan  berjalan, pertemuan  bertemu, dan perpindahan 
berpindah.

7. Penurunan Nomina dengan ke-...-an

Nomina dengan ke-...-an dapat diturunkan dari sumber verba, adjektiva, atau nomina. Makna
nomina ini bergantung pada sumber yang dipakai. Apabila sumbernya verba, maknanya adalah
‘hal atau keadaan yang berhubungan dengan yang dinyatakan verba’, seperti bepergian’ hal yang
selalu berhubungan dengan pergi’, kedatangan ‘hal yang selalu berhubungan dengan hadir’,
keberangkatan ‘hal yang selalu berhubungan dengan berangkat’, keputusan ‘hal yang selalu
berhubungan dengan memutuskan’, ketetapan hal yang selalu berhubungan dengan keadaan
menetapkan’.
7. KONTRAS ANTARNOMINA

Karena kata dasar dapat diberikan afiks yang bebeda –beda, pemakaiannya perlu benar- benar
mempertimbangkan perbedaan bentuk dan maknanya. Perhatikan contoh berikut.
- Pengosongan ‘kegiatan mengosongkan’
- Kekosongan ‘keadaan kosong’
- Perbedaan ‘keadaan berbeda’:’hal berbeda’
- Pembedaan ‘perbuatan membedakan’
- Pembeda ‘hak atau faktor yang membedakan, *bedaan

Contoh di atas menunjukan bahwa beberapa nomina dari dasar yang sama dapat menimbulkan
makna yang berbeda.
8.NOMINA DENGAN DASAR
POLIMORFEMIS

Kelompok kata turunan yang ketika diturunkan menjadi nomina tidak meninggalkan prefiksnya,
tetapi menjadi sumber bagi pengimbuhan lebih lanjur. Perhatikan contoh berikut.

- Ber- nama ‘ke- ber-namaan’


- Se- ragam ‘ke- se-ragaman’, ‘peny- ragaman’
- Ter- padu ‘ke- ter- paduan’
- Me- mimpin → pe-mimpin → ke-pe-mimpinan
9. PENURUNAN NOMINA DENGAN –e, -en,
dan -in

Nomina dengan infiks tampak tidak produktif lagi. Kini di dalam bahasa Indonesia hanya
ditemukan beberapa bentuk yang sudah membatu. Bentuk itu pun sering dianggap sebagai kata
monomorfemis, contoh :
tunjuk = telunjuk
patuk = pelatuk
gembung = gelembung
tapak = telapak
gigi = geligi
sabut = serabut
sambung = sinambung
tambah = tinambah
10. PENURUNAN NOMINA DENGAN
–wan dan -wati

Nomina dengan afiks –wan dan –wati merujuk pada


(a) orang yang ahli di bidang tertentu,
- ilmuwan‘ahli di bidang ilmu’,budayawan ‘ahli di bidang budaya’,
- sejara(h)wan ‘ahli di bidang sejarah, rohaniwan ‘ahli di bidang rohani,

(b) orang yang memiliki barang perkerjaannya di bidang tertentu,


-Karyawan ‘orang yang mata pencariannya berkarya (sebagai pegawai)’
- Wartawan ‘orang yang bekerja di bidang pewartaan’
- Usahawan ‘orang yang pekerjaannya dalam bidang bahasa’

(c) orang yang memiliki barang atau sifat khusus.


- Dermawan ‘orang yang suka berderma’
- Hartawan ‘orang yang memiliki banyak harta’
- Rupawan ‘orang yang memiliki rupa yang elok’
11. PENURUNAN NOMINA DENGAN
–at/-in dan -a/-i

Bahasa Indonesia memiliki sekelompok kecil nomina yang diturunkan dengan sufiks –at dan –
in, yang maknanya berkaitan dengan perbedaan jenis kelaminatau jumlah, perbedaan terletak
pada pilihan bentuk dengan fonem /a/ pada akhir kata merujuk pada lelaki dan /i/ merujuk pada
perempuan. seperti :
- dewa‘dewi
- putra’purti
- pemuda’pemudi
- mahasiswa’mahasiswi.
12. PENURUNAN NOMINA DENGAN
–isme, -(is)asi, -logi, dan -tas

Semula nomina dengan surfiks –isme dan –tas dipungut dari bahasa asing, tetapi kemudian afiks
itu produktif sehingga bentuk –isme, -(is)asi,-logi dianggap layak diterapkan pada dasar kata
bahasa Indonesia, seperti :
- Komunisme
- Sukuisme
- Liberalisme
- Bapakisme
- Kapitalisme
- Marhaenisme
- Daerahisme.

Anda mungkin juga menyukai