Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PAJAK TERHADAP KESTABILAN HARGA PASAR DALAM 

PEREKONOMIAN INDONESIA  
 
 
 
PROPOSAL 
Karya Tulis Ilmiah 

 
Disusun Oleh: 
LAURENTESA DELIMA A.FREIRA 
 
(3182301010) 
 
POLITEKNIK"API"YOGYAKARTA 
2020/2021 
 
 
   
 
 
 
 
 
KATA PENGANTAR 
 
Di ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan Tugas ini dengan judul “ Pengaruh Pajak Terhadap
Kestabilan Harga Pasar Dalam Perekonomian Indonesia”. Mengetahui tentang pajak
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena kita merupakan bagian
dari sistem ekonomi dan merupakan bagian dari Negara yang sangat besar ini.

Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah metode penulisan laporan dengan Dosen
Pengampu bernama M.Kailut,S.Si.,M.Sc.
yang telah memberi semangat serta telah meransang pikiran penulis untuk mampu
berkompetensi dalam persaingan yang sedang menanti. Oleh sebab itu penulis merasa
sangat perlu untuk memberikan penghargaan yang saat ini hanya mampu memberikan
penghargaan berupa ucapan “terima kasih”.. Untuk tugas ini harapannya agar bisa
dipergunakan sebaik-baiknya walaupun masih banyak terdapat kekurangan di
dalamnya. Dan wajib bagi pembaca untuk berusaha memperbaiki dan memberi saran
agar kedepannya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR................................................................................... ...... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 2

1.3. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 3

2.1 Penerimaan Pemerintah................................................................................... 3

2.2 Pajak................................................................................................................ 4

2.3 Tujuan Perpajakan........................................................................................... 4

2.4 Prinsip Perpajakan........................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 7

3.1 Efek Perpajakan dalam Perekonomian..................................................... 7

3.2 Dampak Ekonomi..................................................................................... 8

3.3 Abstraksi Permasalahan............................................................................ 9

3.4 Upaya Penyelesaian Kasus Oleh Kejaksaan Agung dan Ditjen Pajak..... 10

3.5 Solusi Alternatif : Pembayaran Kekurangan Pajak.................................. 12

BAB IV PENUTUP........................................................................................... 12

4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 13

4.2 Saran................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA​.......................................................................................... 15

 
 BAB I 
 
PENDAHULUAN 
 
1.1       LATAR BELAKANG 
 
Pajak adalah pungutan yang bersifat dipaksakan oleh negara kepada warga negaranya
untuk memenuhi berbagai macam tuntutan dan perkembangan dalam pembangunan.
Peran pajak sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk di
negara Indonesia yang termasuk negara sedang berkembang, yang menggunakan
pajak sebagai salah satu pendapatan.bila pajak yang memiliki peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi,Perlahan tetapi pasti pengurangan pajak yang dilakukan secara
sengaja dan bersifat illegal tersebut akan banyak mempengaruhi perkembangan
ekonomi dan pertumbuhan pembangunan di Indonesia. Tingkat perkembangan
ekonomi akan berjalan di tempat bahkan mengalami kemunduran. Banyak
pembangunan yang tidak berjalan karena prediksi pendapatan dari pajak yang awalnya
ditujukan untuk membiayai pembangunan ternyata tidak sepadan karena penggelapan
uang pajak.

Kepatuhan dalam mematuhi peraturan negara, khususnya untuk membayar pajak


seharusnya sudah menjadi budaya. Pajak bukan sekedar kewajiban semata, karena
dari pajaklah semua pembangunan yang ada di negara Indonesia ini dapat
berlangsung. Kita seharusnya tidak selalu menuntut hak akan fasilitas yang wajib
disediakan oleh negara, tetapi hanya untuk sekedar memberikan kontribusi pajak
negara saja, kita memikirkan berbagai macam cara untuk memanipulasinya. Saat inilah
waktu yang tepat bagi kita bersama untuk memberikan kontribusi bagi negara ini, hanya
dengan kepatuhan akan menjalankan peraturan negara, kita dapat membangun negara
ini menjadi lebih baik lagi.

 ​1.2       RUMUSAN MASALAH 

Makalah ini disusun untuk membahas beberapa persoalan mendasar yang terkait
dengan peran pajak dalam perekonomian Indonesia, yaitu :

1) Bagaimana efek yang ditimbulkan pajak.


terhadap perekonomian ?

2) sebutkan dan jelaskan salah satu bentuk permasalahan yang terkait dengan
perpajakan?

3) Bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan


pajak tersebut?
1.3       TUJUAN 
 
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

a) Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan pajak terhadap perekonomian.

b) Untuk mengetahui satu bentuk permasalahan yang terkait dengan perpajakan.

c) Untuk mengetahui solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan


permasalahan pajak tersebut.

 BAB II 
 
LANDASAN TEORI 
 
2.1       PENERIMAAN PEMERINTAH 

A. Sumber-Sumber Penerimaan Negara

Penerimaan pemerintah kita artikan sebagai penerimaan pemerintah yaitu meliputi


penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa
yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang,
dan sebagainya. Cara-cara yang dapat ditempuh pemerintah untuk mendapatkan uang
pada intinya dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Pajak
b. Retribusi
c. Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara
d. Denda-denda
e. Sumbangan masyarakat
f. Pencetakan Uang Kertas
g. Hasil dari Undian Negara
h. Pinjaman
i. Hadiah

B. Distribusi Beban Pemerintah

Hal penting dari inventarisasi sumber-sumber keuangan pemerintah di atas adalah


pemecahan masalah mengenai prinsip-prinsip yang harus ditempuh untuk
mendistribusikan beban pemerintah kepada anggota-anggota masyarakat. Pajak di
samping sebagai sumber penerimaan negara yang utama (fungsi budget) juga
mempunyai fungsi lain yaitu sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi
kegiatan-kegiatan swasta dalam perekonomian (fungsi pengatur). Sebagai alat
anggaran (budgetary) pajak digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna
membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah, terutama kegiatan-kegiatan rutin. Pajak
dalam fungsinya sebagai pengatur (regulatory), dimaksudkan terutama untuk mengatur
perekonomian guna menuju pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat,
mengadakan redistribusi pendapatan serta stabilisasi ekonomi.

​2.​2         PAJAK 

pengeluaran yang dilaksanakan oleh sistem administrasi yaitu yang berkaitan dengan
campur tangan sistem administrasi yang timbul dari kegagalan mekanisme
perencanaan pasar.
Memberikan pengertian pajak akan berkaitan dengan masalah yang dapat menjelaskan
fungsi dari pajak dengan keyakinan bahwa pengartian tersebut mencakup segi-segi
pokok yang terkandung di dalamnya. Sistem administrasi melakukan penarikan pajak
bukan semata-mata untuk memperoleh dana akan tetapi juga dapat mengawasi
pengeluaran dari sistem kegiatan sosial sehingga permintaan konsumsi dan investasi
dari sistem administrasi ditambah dengan permintaan konsumsi dan investasi dari
sistem kegiatan sosial akan sama dengan pendapatan pada tingkat kesempatan kerja
tertentu.

2.3 TUJUAN PERPAJAKAN

Tujuan dari perpajakan adalah untuk menekan konsumsi dan investasi dari sistem
kegiatan sosial sehingga sistem administrasi dapat menyediakan barang dan jasa
publik, sosial atau kolektif dan dapat memberikan subsidi kepada golongan miskin
tanpa menimbulkan inflasi dan kesukaran dalam neraca pembayaran.

Fungsi pokok dari perpajakan adalah untuk menekan berbagai permintaan akan
kapasitas produktif dari sistem kegiatan sosial. Dengan demikian, perpajakan
mempunyai tujuan lain, di samping sebagai sumber pendapatan negara. Perpajakan
yang eifisien dilaksanakan dengan suatu cara yang dapat membantu pembagian
pendapatan yang lebih merata, dapat membantu untuk memberikan dorongan tingkat
pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kebijaksanaan pengeluaran anggaran yang
dilaksanakan oleh sistem administrasi.

2.4 PRINSIP PERPAJAKAN

A. Prinsip Pengenaan Pajak

Soal prinsip pengenaan pajak yang baik telah dikemukakan oleh A. Smith dengan
cannon of taxation dan para ahli keuangan lainya. Suatu sistem pajak yang baik
haruslah memenuhi kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Distribusi dari beban pajak harus adil, setiap orang harus membayar sesuai
dengan “bagiannya yang wajar”.

2. Pajak-pajak harus sedikit mungkin mencampuri keputusan-keputusan ekonomi.

3. Pajak-pajak haruslah memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi di sektor swasta,


apabila instrumen pajak dapat melakukannya.

4. Struktur pajak haruslah mampu digunakan dalam kebijakan fiskal untuk tujuan
stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi.

5. Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.

6. Administrasi pajak dan biaya pelaksanaannya haruslah sesedikit mungkin.

7. Kepastian.

8. Dapat dilaksanakan.

9. Dapat diterima, Suatu sistem pajak yang baik adalah suatu sistem pajak yang adil.

B. Prinsip Pemanfaatan Dalam Perpajakan

Menurut prinsip ini,setiap orang haruslah membayar pajak sebesar manfaat yang dia
terima dari aktivitas pmerintah. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa prinsip
manfaat sesuai dengan insidens Keseimbangan Anggaran, kedua-duanya berdasarkan
pertukaran model suka rela (voluntary exchange model).
C. Prinsip Kemampuan Membayar

Menurut prinsip ini, setiap orang haruslah membayar bagiannya (pajak) sesuai dengan
kemampuannya untuk membayar. Prinsip ini tidak mempunyai dasar ilmiah karena
didasarkan pada sesuatu yang sangat abstrak. Tiga ukuran yang biasanya dipakai
untuk mengukur kemakmuran seseorang (atau kemampuan seseorang membayar
pajak) adalah:
1. Pendapatan
2. Pengeluaran konsumsi
3. Kekayaan

​BAB III 
 
PEMBAHASAN 

3.​1       EFEK PERPAJAKAN DALAM PEREKONOMIAN 

Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah untuk berbagai
tujuan, misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa publik, untuk mengatur
perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi masyarakat. Karena sifatnya yang
dipaksakan tersebut maka pajak akan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat
atau seseorang.
Pajak sebagai instrumen fiskal yang merupakan penerimaan negara kemudian menjadi
suatu investasi pemerintah dan digunakan untuk memenuhi kemakmuran rakyat.
Dalam implementasinya, pemungutan pajak dapat berjalan baik bila prinsip-prinsip
kebijakan perpajakan dapat diterapkan. Prinsip-prinsip itu meliputi asas kesamaan
(equality and equity), asas kepastian hukum (certainty), asas tepat waktu (convenice),
dan asas ekonomi atau efisiensi (economy or efficiency). Jika prinsip itu diterapkan
secara menyeluruh, sistem perpajakan berjalan ideal.

Dalam menjalankan kebijakan perpajakan, pemerintah di setiap negara memiliki hak


yuridis secara eksklusif untuk memungut dari wajib pajak. Yurisdiksi itu tentunya
berlandaskan undang-undang yang dibuat bersama dengan legislatif. Hal itu dilakukan
dengan memberi batasan-batasan dari pengenaan dan besarnya pajak yang
dibebankan pada subjek dan objek pajak. Atas dasar uraian itu, jelas dapat dikatakan
bahwa upaya perpajakan (tax effort) melalui yurisdiksi yang jelas merupakan langkah
strategis dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Sejalan dengan adanya yurisdiksi dan kepastian hukum, kebijakan perpajakan
bertujuan mendorong kemajuan ekonomi sebagai upaya peningkatan hasrat konsumsi
masyarakat, meningkatkan investasi pemerintah, serta mentransmisikan
sumber-sumber ekonomi masyarakat menjadi penerimaan pemerintah.Yang
Menimbulkan Terjadinya Pengaguran dan Kemiskinan.

3.2 DAMPAK EKONOMI

Kebijakan perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya perekomian di suatu negara.
Dijelaskan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis
menekan pertumbuhan ekonomi dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif
pajak yang relatif kecil akan berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan
ekonomi membaik, dan penerimaan negara membesar. Jadi, jelas setiap kebijakan
perpajakan memiliki dampak ekonomi makro dan aspek sosial lainnya.
Kajian perpajakan yang lebih mendalam dan terperinci meliputi tidak saja pemahaman
aturan perundang-undangan, tetapi juga membuat landasan teori ekonomi perpajakan.
Pentingnya alokasi pembiayaan pengeluaran pemerintah yang efisien dan distribusi
yang adil merata menjadi kajian menarik
Demikian juga mengenai pentingnya peranan pajak dalam ilmu ekonomi aspek ekonomi
makro. Lebih jauh lagi, dalam era desentralisasi fiskal, posisi pajak sebagai transfer
dana perimbangan memegang peranan sentral dalam pembangunan dan
kesejahteraan daerah

3.3 ABSTRAKSI PERMASALAHAN

21 januari 2007, Majalah Tempo mengeluarkan sebuah judul, “Kisah Pembobol”. Judul
ini merupakan berita tentang usaha penggelapan pajak dengan cara memalsukan
dokumen, data dan pengakuan saksi, yang dilakukan oleh PT Asian Agri. Upaya ini
berpotensi menimbulkan kerugian Negara sebesar 1,3 triliun. Dugaan kasus ini
merupakan kasus berat karena melibatkan 15 perusahaan milik Sukanto Tanoto.
Sukanto Tanoto adalah bos besar dari PT Raja Garuda Mas, sebuah holding yang
menangani sejumlah perusahaan yang salah satunya Adalah Asian Agri. Sedangkan
kasus penggelapan pajak Asian Agri sendiri merupakan kasus yang melibatkan 3
macam modus operandi. Pertama, menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp
1,5 triliun. Kedua, mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar. Ketiga,
mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat ketiga modus ini, Asian Agri diduga
telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp 2,6 triliun.
Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT periode 2002-2005.
hingga hitungan terakhir menyebutkan kerugian keuangan Negara sebesar 1,3 triliun.
Pada tanggal 26 januari 2007, Direktorat Jenderal Pajak sudah membentuk tim khusus
yang bertugas mengusut dugaan manipulasi pajak Asian Agri. Tim khusus itu bekerja
sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan. Pengusutan itu berdasarkan pengaduan mantan Group Financial
Controller Asian Agri Vincentius Amin Sutanto kepada KPK.
Penyidikan aparat pajak telah menyimpulkan bahwa sepak terjang kelompok usaha
milik Taipan Sukanto Tanoto itu berpotensi merugikan negara dalam skala yang luar
biasa. Nilai sementara ditaksir mencapai Rp 1,3 triliun. Jika kelak terbukti, kasus ini
akan dicatat sebagai salah satu manipulasi pajak terbesar dalam sejarah Republik
Indonesia.

3.4 UPAYA PENYELESAIAN KASUS OLEH KEJAKSAAN AGUNG DAN DITJEN


PAJAK

Kejaksaan Agung mulai ikut menangani kasus dugaan manipulasi pajak perusahaan
Asian Agri Group, milik Taipan Sukanto Tanoto. Kejaksaan sedang melakukan
penelitian atas kasus yang berpotensi menghilangkan pendapatan pajak sekitar Rp 1,1
triliun itu. Pihaknya, kata Hendarman, hingga kini masih menilai kasus itu sebagai
tindak pidana perpajakan. Seperti diberitakan sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak
sudah membentuk tim khusus yang bertugas mengusut dugaan manipulasi pajak Asian
Agri. Vincent memberikan setumpuk dokumen yang mengindikasikan adanya praktek
manipulasi pajak Asian Agri selama rentang waktu 2001-Oktober 2006. Sumber Tempo
membisikkan, manipulasi itu secara garis besar menggunakan tiga modus, yaitu
transfer profit (transfer pricing), transaksi lindung nilai (hedging) fiktif, dan pembuatan
biaya fiktif.
Pada awal Desember 2007 lalu, kejaksaan telah meminta Dirjen Imigrasi Departemen
Hukum dan HAM melakukan pencekalan terhadap delapan karyawan Asian Agri yang
telah ditetapkan sebagai tersangka.
Pada 3 Desember 2007 kejaksaan telah membuat surat Nomor
Kep-407/D/Dsp.3/12/2007 tentang permohonan cekal bagi delapan karyawan Asian
Agri. Mereka berinisial TBK (warga negara Malaysia) dan tujuh warga negara
Indonesia, yakni And, WT, ST, LA, EL, SL dan LBH.
Sejak awal November 2007 tim penyidik pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Umum Kejaksaan Agung telah menetapkan mereka sebagai tersangka dalam kasus
dugaan penggelapan pajak PT Asian Agri sekitar Rp 1,34 triliun.
Setelah melalui pengintaian selama empat bulan, tim investigasi pajak berhasil
menemukan dan mengambil 1.133 kardus atau sekitar sembilan truk dokumen Asian
Agri yang disembunyikan di sebuah toko lampu di kawasan pertokoan Duta Merlin,
Jakarta Barat. Belakangan, 258 kardus dikembalikan ke Asian Agri.
Dari sinilah tim Pajak akhirnya menyimpulkan ada indikasi penggelapan pajak oleh
Asian Agri selama 2002-2005 dengan total kerugian negara Rp 1,3 triliun. Lima belas
pejabat Asian Agri ditetapkan sebagai tersangka. Namun, rencana penyerahan berkas
ke Kejaksaan terganjal gara-gara dokumen sitaan yang hendak dijadikan barang bukti
dipersoalkan pengadilan.
Pada 29 Agustus 2008, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, telah menolak
mengirimkan permohonan kasasi Ditjen Pajak atas putusan praperadilan penyidikan
pajak Asian Agri Group. Surat yang diteken Wakil Ketua Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Selatan Syahrial Sidik menyatakan, permohonan kasasi itu tak memenuhi
syarat formal. Menurut Syahrial, karena upaya kasasi itu bertentangan dengan pasal 45
A ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang MA. Pasal ini menyatakan
putusan praperadilan tak bisa dikasasi. Djoko pun menegaskan masih ada upaya
hukum lain. Namun Djoko menyerahkan sepenuhnya keputusan untuk mengajukan PK
itu pada Ditjen Pajak. Direktorat Jenderal (Ditjen Pajak) tidak perlu berkecil hati.
Mahkamah Agung (MA) membuka peluang bagi Ditjen Pajak untuk mengajukan upaya
hukum berupa peninjauan kembali (PK) guna membatalkan putusan praperadilan yang
memenangkan PT Asian Agri Group. Ditjen Pajak bisa mengajukan peninjauan kembali
apabila bersikukuh vonis praperadilan yang membatalkan penyidikan penyelewengan
pajak PT Asian Agri Group itu keliru. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengungkapkan
ada dua opsi yang akan dipilih untuk menindaklanjuti penolakan kasasi DJP oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, terkait dengan gugatan praperadilan PT Asian Agri
Grup (AAG) pada Juli 2008. Opsi pertama adalah melanjutkan proses hukum melalui
pengajuan Peninjauan Kembali (PK), sedangkan opsi kedua adalah menghentikan
proses hukum dan melakukan penyitaan ulang. Direktur Jenderal Pajak Darmin
Nasution mengatakan meski ada hakim agung Mahkamah Agung (MA) yang
menyarankan bahwa DJP bisa mengajukan PK, sebenarnya yurisprudensi yang paling
banyak ditempuh adalah pengajuan kasasi. Meski manajemen Asian Agri Group
menolak penyitaan ulang dokumen oleh aparat pajak, Direktorat Jenderal Pajak jalan
terus. Menurut Direktur Intelijen dan Penyidikan Pajak Direktorat Jenderal Pajak
Mochamad Tjiptardjo, kasus hukum dugaan manipulasi pajak senilai Rp 1,3 triliun oleh
perusahaan milik Sukanto Tanoto ini akan terus dilanjutkan, dengan telah
berlangsungnya proses pengembalian dan sita ulang dokumen-dokumen Asian Agri,
proses hukum berikutnya dapat diteruskan. Diharapkan sebelum tahun 2008, kasus
penggelepan pajak ini sudah dapat dimulai.

3.5 SOLUSI ALTERNATIF : PEMBAYARAN KEKURANGAN PAJAK


Pasal 44B dalam UU 9/2004 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
yang lantas diperbaharui UU 28/2007, menyatakan bahwa demi kepentingan
penerimaan negara dan atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat
menghentikan penyidikan. Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung bisa menghentikan
penyidikan kasus kekurangan pembayaran Asian Agri jika perusahaan sanggup
membayar tunggakan pokok dan penalti 400% dari tunggakan pokoknya. Dalam
catatan Media Indonesia, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk pernah diduga melakukan
penggelapan pajak valuta asing yang menyebabkan negara dirugikan Rp339 miliar.
Sayangnya, untuk kasus kekurangan pembayaran pajak yang sudah masuk ke proses
penyidikan tidak bisa dihentikan langsung oleh Direktorat Jenderal Pajak. Karena hal itu
dipegang oleh Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung. Untuk itu, kedua pihak harus
berkonsultasi bila wajib pajak bersedia membayar kekurangan pajaknya. Jadi bisa saja
Asian Agri bayar kekurangan pajaknya dan proses penyidikannya dihentikan, tapi
semuanya harus sesuai prosedur.
Sebelumnya, Asian Agri siap membayar kekurangan pembayaran pajak setelah Ditjen
Pajak keluarkan surat ketetapan pajak kurang bayar (SK-PKB). Perusahaan Asian Agri
siap membayar jika ditemukan kekurangan pembayaran pajak dan meminta agar
persoalan ini bisa diselesaikan dengan baik-baik dan Asia Agri bersedia membayar
kekurangan apabila terdapat temuan pajak kurang bayar.

​ AB IV 
B
PENUTUP 

4.1       KESIMPULAN 
 
Sektor penerimaan keuangan negara yang pokok salah satunya adalah pajak yang
sangat berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di negara kita. Perpajakan yang
eifisien dilaksanakan dengan suatu cara yang dapat membantu pembagian pendapatan
yang lebih merata, dapat membantu untuk memberikan dorongan tingkat pertumbuhan
ekonomi dan memperkuat kebijaksanaan pengeluaran anggaran yang dilaksanakan
oleh sistem administrasi.
Karena begitu pentingnya pajak, apabila pajak ternyata dimanipulasi unuk kepentingan
beberapa pihak sehingga merugikan negara baik dilakukan secara sengaja maupun
bersifat illegal maka secara tidak langsung akan banyak mempengaruhi perkembangan
ekonomi dan pertumbuhan pembangunan di Indonesia. Pertama, seperti pengaruhnya
pada produksi sebagai keseluruhan berlangsung melalui pengaruh-pengaruhnya
terhadap kerja, tabungan, dan investasi. Apabila investasi dapat diarahkan dengan
baik, maka akan dapat membuat pekerjaan lebih produktif. Investasi berupa materiil
memberikan kepada para pekerja alat-alat materiil untuk dapat bekerja lebih produktif
dan lebih efisien. Sedangkan investasi dalam bentuk sumber daya manusia dapat
dalam bentuk tingkat kesehatan yang lebih baik, skill, pengetahuan khusus dan
sebagainya. Kedua investasi tersebut hanya mungkin terjadi bila ada tabungan dalam
masyarakat.
Pengaruh yang kedua adalah pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam
penggunaan faktor produksi, yaitu penggunaan yang seharusnya dapat menghasilkan
produksi yang maksimum menuju kearah penggunaan yang menghasilkan produksi
yang lebih sedikit. Ketiga, pada pajak perseorangan yaitu yang dikenakan pada suatu
kelompok tertentu tanpa mengingat aktivitasnyab berpengaruh terhadap pendapatan
(yang menjadi berkurang setelah pembayaran pajak), tabungan, atau kedua-duanya.
Pajak ini pada akhirnya mempengaruhi kepuasan seseorang untuk melakukan
konsumsi dan menabung.
Di negara kita dalam prakteknya, baik sistem maupun administrasi perpajakan
seringkali menemui permasalahan-permasalahan. Seperti kasus pada PT. Asian Agri
Group yang terbukti merugikan negara sebesar 1,3 trilyun rupiah secara otomatis akan
berdampak pada perekonomian nasional. Yaitu yang seharusnya dari pajak tersebut
dapat memberikan sumbangan pembangunan masyarakat menjadi tidak jelas akibat
penggelapan pajak penghasilan untuk badan usaha dari SPTnya. Prosesi hukum
tentunya harus dijalankan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Karena
bagaimanapun juga pertanggung jawaban pajak ini harus adil dan transparan. Apabila
terjadi kesalahan maka pihak yang berkaitan harus membayar ganti rugi untuk negara
dan demi kepentingan nasional bangsa.

4.2  SARAN 

Kasus yang terjadi pada PT. Asian Agri Group dijadikan pembelajaran oleh pemerintah
untuk tidak terjadi kembali karena hal ini akan menunjukkan kredibilitas pemerintah
menegakkan keadilan. Jangan sampai penundaan penyelesaian permasalahan
tersebut terkesan diskriminatif akibat dari keputusan pengailan yang menyatakan
bahwa kasus bisa diselesaikan di luar pengadilan hanya dengan perusahaan
membayar ganti rugi sebesar 400% dari nilai penggelapannya. Walaupun keputusan
tersebut memang telah sesuai berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 yaitu demi
kepentingan penerimaan negara, penyidikan kasus dapat dihentikan jika perusahaan
sanggup membayar tunggakan tersebut. Dalam pikiran saya, selain melalui jalur hukum
itu seharusnya pemerintah pun harus tegas untuk memenjarakan tersangka Vincent
agar diharapkan nantinya bila ada tindakan serupa, tidak ada celah kemudahan bagi
seseorang atau badan yang terbukti melakukan kejahatan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Sri, Heru Setyabudi, Eny Istriyanti. 2006. Ekonomi 2 Untuk SMA/ Ma Kelas X. Jakarta:
PT Galaxy Puspa Mega

Ilyas, Wawan B, Richard Biston. 2000. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat, Edisi 5

Anda mungkin juga menyukai