Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya. Sehingga saya dapat
Proposal ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
Akhir kata semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iv
2.5 Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................................ 24
2.5.1 Jenis Kepatuhan Wajib Pajak .................................................... 25
2.5.2.Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak ............................................... 26
2.5.3 Indikator Kepatuhan Pajak ........................................................ 26
2.6 Wajib Pajak ................................................................................................................ 27
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 28
2.8 Kerangka Konseptual ............................................................................. 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
digunakan untuk belanja negara yang bersifat rutin yang tentu saja ditujukan bagi
negara ini telah digambarkan dari uraian diatas. Maka dari itu, pemerintah sangat
sumber peneriman Negara yang sangat potcnsial pajak merupakan peranan yang
sangat penting untuk menunjang pembiayaan Negara baik untuk belanja rutin
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasai dari sektor
4
pembangunan yaitu dengan cara menggali sumber dana yang berasai dari dalam
pajak penghasilan.
yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas
lainnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri (Direktur Jendral Pajak, 2015).
hanya dapat dikenakan kepada mereka yang telah memiiiki penghasilan diatas
Penghasilan tidak kena pajak atau PTKP adalah batas hidup minimum
yang wajib dipenuhi oleh seseorang untuk dapat hidup layak sehingga tidak dapat
diganggu gugat oleh siapa pun. Pajak penghasilan merupakan pajak subjektif
4
sehingga subjek pajak perlu diperhatikan. PTKP merupakan salah satu fasilitas
dalam pelaksanaan kewajiban pajak penghasilan ini. PTKP dapat diberikan dalam
dengan kondisi wajib pajak yang bersangkutan. Wajib pajak yang telah menikah
dan belum menikah ataupun yang telah memiliki anak memiliki jumlah yang
UU No. 28 Tahun 2007 pasal I, wajib pajak adalah orang pribadi atau
yang mempuyai hak dan kewajiban peipajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
peningkatan jumlah wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak harus diperhatikan
wajib pajak diberi kepercayan dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ditulis diatas, maka penulis
Pasal 21?
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh
5
1. Manfaat teoristis
di lapangan.
2. Manfaat Praktis
mengenai isi skripsi secara singkat, sehingga pembaca lebih mudah untuk
penulisan dengan membaginya dalam lima bab terbagi atas sub bab, adapun
BAB I PENDAHULUAN
7
hasil penelitian terdahulu disertai dari, landasan teori, penelitian
antara lain jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel dan
analisis data.
pembahasan.
seluruh hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan beserta saran atau
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paham tersebut mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara, timbul hak mutlak
untuk memungut pajak. Orang-orang tidaklah berdiri sendiri, dengan tidak adanya
persekutuan tidak akan ada individu. Oleh karena itu, persekutuan (yang
menjelma menjadi negara) berhak atas satu dan yang lain. Akhirnya setiap orang
berikut pemaparannya :
Menurut Waluyo (2013 :3) mendefinisikan “pajak adalah iuran wajib berupa
uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
8
mencapai mencapai kesejahteraan umum.”
Menurut Dr. N.J. Feldmann, dalam Resmi (2019:1) “pajak adalah prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-
norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-
Fungsi pajak yang dinyatakan oleh Resmi (2019:3), terdiri 2 (dua) fungsi
pajak yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regulerend
(pengatur).
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak atas Barang Mewah (PPnBM), PBB, Dll.
9
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta
tarif tetap, tarif proposional (sebanding), tarif progresif (meningkat), dan tarif
degresif (menurun).
1. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa pun
besarnya dasar pengenaan pajak. Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea
materai, pembayaran dengan menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapa pun
sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajak. Makin besar dasar
pengenaan pajak maka makin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan
kenaikan proporsional atau sebanding. Contoh : PPN (tarif 10%), PPh Pasal 26
(tarif 20%), PPh Pasal 23 (tarif 15% dan 2% untuk jasa lain), PPh WP badan
dalam negeri dan BUT (tarif Pasal 17 ayat (1) b atau 28% untuk tahun 2009 dan
25% untuk tahun 2019 dan seterusnya sesuai dengan peraturan yang berlaku pada
10
3. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif berupa presentase tertentu yang makin meningkat
kenaikan presentase juga ikut meningkat. Tarif ini masih digunakan tetapi
4. Tarif Degresif
Tarif degresif yaitu tarif berupa presentase tertentu yang semakin menurun
Menurut Siti Resmi (2019:8) Tata cara pemungutan pajak terdiri atas
11
sesungguhnya terjadi (yakni penghasilan yang nyata) sehingga pemungutan pajak
baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah penghasilan yang
sehingga wajib pajak dibebani dengan jumlah pembayaran yang tinggi pada akhir
tahun padahal uang kas belum tentu tersedia pada saat itu. Contohnya :
perhitungan PPh Badan yang terutang hingga akhir tahun berjalan, baru dapat
diketahui jumlahnya setelah membuat SPT PPh Badan pada akhir tahun fiskal
yang bersangkutan.
2. Stelsel Anggapan
tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga pajak yang
terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak yang terutang pada
tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang terutang pada
tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang
tahun pajak berjalan tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya : pajak
tidak akurat. Contoh : Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun yang
berjalan adalah didasarkan kepada perhitungan 1/12 dari jumlah pajak yang
12
3. Stelsel Campuran.
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak dihitung disesuaikan dengan keadaan
besar daripada besarnya pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
Setiap Wajib Pajak yang berdomisili atau yang bertempat tinggal di wilayah
Indonesia (Wajib Pajak dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan
2. Asas Sumber
3. Asas Kebangsaan
13
2.2.4.3 Sistem Pemungutan Pajak
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
kepercayaan untuk:
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
pihak ketiga yang ditunjuk, peranan dominan ada pada pihak ketiga.
(2019:7), dinyatakan bahwa pajak terbagi menurut golongan, menurut sifat, dan
14
menurut lembaga penuntutnya.
1. Menurut Golongan :
1) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain
atau pihak lain, pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
pada akhirnya dibebankan atau dilimpahakan kepada orang lain atau orang
ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa,
penyerahan barang atau jasa. Contoh : PPN. PPN Pajak ini dibayarkan oleh
produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada
pribadi Wajib Pajak atau keadaan subjeknya. Contoh : PPh, dalam PPh
terdapat subjek pajak (Wajib Pajak) orang pribadi yang memperhatikan status
Subjek Pajak maupun tempat tinggal. Contoh : PPN, PPnBM, dan PBB.
15
2. Menurut Lembaga Penuntut :
1) Pajak Pusat, sesuai namanya pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh
2) Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
Contoh : PKB, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
bukan Mineral dan Batuan, Pajak parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang
Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
system, yaitu pajak yang dipotong oleh orang lain atau pihak ketiga. Perhitungan
jumlah pajak penghasilan pasal 21 yang harus dibayar oleh wajib pajak dilakukan
dengan cara mengalikan penghasilan kena pajak dengan tarif pajak berdasarkan
21
pasal 17 UU pajak penghasilan. Besarnya jumlah penghasilan kena pajak dari
1. Pegawai.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
3) Olahragawan.
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computer dan sistem
7) Agen iklan.
21
9) Pembawa pesanan atau yang menentukan langganan yang menjadi perantara.
tertentu.
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan
21
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain
Waluyo (2011 : 211), yang termasuk penghasilan yang dipotong pajak PPh
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jumlah
5. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan, atau upah yang dibayarkan
secara bulanan.
6. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dilakukan.
7. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
21
8. Penerimaan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama
perhitungan khusus.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada Jamsostek
4. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amal
zakat yang bentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang
diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
21
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang
bersangkutan.
5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf “I” Undang-
Dwikora Harjo (2012 : 96), tarif pemotong PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap
Table 2.1
Tarif Pajak PPh 21
Dalam hal wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tapi
tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif pajak
penghasilan pasal 21 adalah lebih tinggi 20% dari pada tarif normal.
merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak kena pajak. Untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri, penghasilan netonya
dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak. Pada prinsipnya biaya
21
yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai
hubungan langsung dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa
PTKP terbaru yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009, dan pada tahun 2012 telah
Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015, dan terakhir pada tahun 2016 ini
sudah diubah sebanyak empat kali. Perubahan terbaru yang kembali dilakukan
yaitu besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sampai dengan tahun 2017
adalah Rp 54.000.000,-.
undang Nomor 28 Tahun 2007 yaitu kondisi yang menuntut keikutsertaan aktif
21
Definisi Kepatuhan Wajib Pajak menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia
suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan
Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak dalam buku Siti Kurnia Rahayu
(2010:138) yaitu:
sudah benar atau belum. Yang penting Surat Pemberitahuan (SPT) PPh sudah
sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat
21
memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat Surat
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
yaitu:
1. Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar Surat
secara akurat dan tepat waktu dalam membayar dan melaporkan pajaknya.
21
2.6 Wajib Pajak
adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak
bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Wajib pajak
dibedakan menjadi dua yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Di
Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai NPWP yang
berguna untuk saran dalam administrasi perpajakan, tanda pengenal diri atau
secara tegas hak dan kewajiban wajib pajak dalam satu hokum pajak formal. Jadi
dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak, sering disingkat dengan
sebutan WP adalah orang wajib pajak / badan (subjek pajak) yang menurut
pajak tertentu.
21
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian
22
3. Faesal Pengaruh Berdasarkan hasil analisis
Fazlurahman, Eksentifikasi Pajak koefisien determinasi untuk
Memen dan Kepatuhan variable eksentifikasi pajak
Kustiawan. Wajib Pajak dan kepatuhan wajib pajak
( 2016 ) Terhadap menyatakan bahwa terdapat
Penerimaan Pajak pengaruh positif terhadap
Penghasilan Wajib penerimaan pajak penghasilan
Pajak Orang Pribadi orang pribadi .
( Studi pada KPP
Pratama Bandung
Karees Tahun 2010
– 2015 )
4. Nuritomo. Pengaruh Hasil penelitian menunjuKkan
( 2015 ) peningkatan bahwa peningkatan PTKP
Penghasilan Tidak memberikan pengaruh yang
Kena Pajak ( PTKP ) besar terhadap penerimaan
Terhadap pajak penghasilan pasal 21.
Penerimaan Pajak
Studi Pada KPP
Yogyakarta Satu.
22
5. Shinta Nurul Pengaruh Jumlah Dari hasil penelitian tersebut
Hermawati. Wajib Pajak Orang dapat dilihat bahwa Jumlah
( 2015 ) Pribadi Dan wajib pajak orang pribadi
Kenaikan berpengaruh terhadap
Penghasilan Tidak penerimaan pajak penghasilan
Kena Pajak orang pribadi. Masalah
Terhadap pernerimaan pajak penghasilan
Penerimaan Pajak orang pribadi yang tidak
Penghasilan Orang mencapai target hal ini
Pribadi (Studi Kasus dikarenakan jumlah wajib
Pada 8 Kpp Pratama pajak orang pribadi yang
Yang Terdaftar Di terdaftar tidak seluruhnya
Kanwil DJP Jawa membayar kewajiban
Barat 1) perpajakannya. Kenaikan
penghasilan tidak kena pajak
berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penghasilan
orang
23
2.8 Kerangka Konseptual
berikut ini :
Kenaikan PTKP
H1
(X1)
H3
Jumlah Wajib
Pajak
(X3) H3
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
28
Berdasarkan uraian di atas mengenai kajian teori dan perumusan masalah,
kerangka berfikir tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Pasal 21
merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak kena pajak. Untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri, penghasilan netonya
Penghasilan Pasal 21
kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan
Penghasilan Pasal 21
28
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode yang digunakan
hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
yang lainnya.
Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang
dalam penelitian ini adalah Kenaikan PTKP (X1), Kepatuhan Wajib Pajak (X2)
29
3.3.1 Variabel Independen
Menurut Sugiyono, (2017 ;39) variabel independen atau yang sering disebut
variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
yang menjadi variabel independen atau bebas adalah penagihan pajak dan surat
paksa pajak.
pajak orang pribadi yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan (PPh). Landasan
hukum yang mengatur PTKP ini terdapat dalam Undang-Undang (UU) Nomor 36
Jika tidak ada PTKP dan pengenaan PPh kemudian dipukul rata untuk seluruh
wajib pajak pribadi yang sudah bekerja, maka akan ada perlakuan yang tidak adil
perpajakannya.”
38
kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan
Jumlah Wajib Pajak adalah Jumlah yang tercatat di kantor pelayanan pajak
dimana wajib pajak tersebut sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan
berkewajiban untuk membayar dan melaporkan pajak yang harus disetorkan bisa
sebagai variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini adalah penerimaan
Tangerang Timur dari Wajib Pajak Orang Pribadi . Pengukuran penerimaan pajak
penghasilan badan dalam penelitian ini dapat dilihat dari jumlah Penerimaan pajak
penghasilan Pasal 21 yang diterima.yang berhasil dihimpun dan atau diterima oleh
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
hal ini menjadi populasi penelitian adalah seluruh data penagihan pajak, seluruh
38
data surat paksa pajak, seluruh data penerimaan pajak penghasilan badan yang
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat, maka penulis
wajib pajak orang pribadi dan SPT Tahunan pajak penghasilan orang pribadi.
Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini maka beberapa metode analisis data
38
1. Analisis Statistik Deskriptif
mengenai suatu data, yang kita dapat lihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, nilai makismum, nilai minimum, sum, range, kurtosis dan
nilai minimum menunjukkan hasil analisis terhadap dispersi data (Ghozali, 2005).
Keterangan:
X1=Kenaikan PTKP
b1=Koefesien X1
b2=Koefesien X2
b3=Koefesien X3
asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah
38
valid dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten dan
terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat Normal Probability Plot
pengambilan keputusannya adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
2. Uji Multikolonieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
multikolonieritas dapat diketahui dari nilai Tolerance dan lawannya serta VIF
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Alat uji untuk mengetahui ada atau
38
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Jika nilai DW lebih besar dari
batas atas (du) dan kurang dari (4– du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
4. Uji heteroskedastisitas
lain. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas, yaitu variance dari
dideteksi melalui Grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen, yaitu
ZPRED dengan residualnya SPRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
1. Uji Statistik F
apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam
38
signifikansi F (p– value) < 0,05 maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima, yang
2. Uji Statistik T
Menurut Ghozali (2015 : 98) Uji beda t-test digunakan untuk menguji
Seberapa jauh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara
menggunakan uji statistik t (p – value) < 0,05 maka Hipotesis Alternatif (Ha)
3. Koefisien Korelasi
kuatnya hubungan antara variabel dinyatakan dengan simbol “r” dapat dinyatakan
dengan interval -1 < r < 1. Yang artinya terjadi hubungan yang sempurna antara
4. Koefisien Determinasi
koefisien determinasi atau koefisien penentu, karena besarnya adalah kuadrat dari
koefisien korelasi. Nilai dari koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
38
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
sebaiknya menggunakan adjusted R2, karena nilai adjusted 2 dapat naik atau turun
38
DAFTAR PUSTAKA
39