Anda di halaman 1dari 50

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI


KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung)

SKRIPSI

OLEH :
NAMA : VELIKA MUSTIKA WIJAYA
NPM : 17021094

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................10
1.4 Kegunaan Penelitiam........................................................................................10
BAB II.............................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................13
2.1 Landasan Teori.................................................................................................13
2.1.1 Teori Atribusi...........................................................................................13
2.2 Kemauan Membayar Pajak...............................................................................14
2.2.1 Kesadaran Membayar Pajak.....................................................................15
2.2.2 Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Perpajakan................................16
2.2.3 Persepsi Atas Efektifitas Sistem Perpajakan.............................................20
2.2.4 Pelayanan Fiskus......................................................................................21
2.3 Penelitian Terdahulu.........................................................................................22
2.4 Kerangka Pemikiran.........................................................................................26
2.5 Hipotesis...........................................................................................................27
2.5.1 Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
27
2.5.2 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan
Terhadap Kemauan Membayar Pajak.......................................................................28
2.5.3 Pengaruh Persepsi yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakkan
Terhadap Kemauan Membayar Pajak.......................................................................29
2.5.4 Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Kemauan Membayar Pajak...........29
BAB III............................................................................................................................31

i
METODE PENELITIAN.................................................................................................31
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................31
3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sample.......................................................31
3.3 Jenis dan Sumber Data.....................................................................................32
3.4 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................32
3.5 Variabel Penelitian...........................................................................................34
3.6 Definisi Oprasional..........................................................................................34
3.7 Teknik Analisis................................................................................................38
3.7.1 Statistik Deskriptif....................................................................................39
3.7.2 Uji Reliabilitas dan Validitas....................................................................39
3.7.2.1 Uji Reliabilitas......................................................................................39
3.7.2.2 Uji Validitas.........................................................................................39
3.7.3 Uji Asumsi Klasik....................................................................................40
3.7.3.1 Uji Normalitas......................................................................................40
3.7.3.2 Uji Multikolonieritas............................................................................41
3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas.........................................................................41
3.7.4 Uji Hipotesis.............................................................................................42
3.7.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda.........................................................42
3.7.5 Pengujian Hipotesis..................................................................................43
3.7.5.1 Koefisien Determinasi (R²)...................................................................44
3.7.5.2 Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)...........................44
3.7.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)..........................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................46

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan pendapatan suatu negara mencerminkan bagaimana negara

tersebut untuk maju. Indonesia menggunakan salah satu penerimaan pendapatan

negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

70% dari keseluruhan pendapatan negara dalam berbagai fungsi kenegaraan.

Indonesia merupakan suatu negara yang menerapkan tarif pajak yang variatif

kepada masyarakatnya, yaitu sesuai dengan tingkatan golongan pendapatannya.

Pajak ialah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan

(pendapatan) kepada negara yang bersifat wajib, dan jika tidak dilakukan maka

bisa terjadi pemaksaan dengan kekerasan seperti surat paksa dan sita ( Indrawan,

2014). Karena banyaknya jumlah penduduk yang ada di Indonesia, maka

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tidak mungkin melakukan penarikan pajak

kepada wajib pajak (WP) satu-persatu, sehingga DJP memberlakukan sistem self

assessment (Pasal 12 UU KUP). Dari sistem self assessment yang diterapkan, hal

yang terpenting dari self assessment adalah kesadaran pajak. Masyarakat

Indonesia yang jumlah penduduknya banyak dan terdiri dari daerah yang berbeda-

beda membuat DJP harus cerdik untuk menghimbau masyarakat agar patuh dalam

membayar pajak (Fikrinigrum, 2012).

1
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan

peran serta masyarakat mengumpulkan dana untuk pembiayaan negara dan

pembangunan nasional. Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

seluruh rakyat melalui perbaikan dan penambahan pelayanan publik,

mengalokasikan pajak tidak hanya untuk rakyat pembayaran pajak juga untuk

kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak.

Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang merupakan instansi pemerintahan

di bawah Departemen Keuangan yang bertindak sebagai pengelola sistem

perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan

melakukan reformasi pajak yang bertujuan agar sistem perpajakan dapat

mengalami penyederhanaan yang mencakup tarif pajak, penghasilan tidak kena

pajak, dan sistem pemungutan pajak. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2008 yang merupakan perubahan keempat dari Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 disahkan pada tanggal 23 September 2008 dan mulai berlaku tanggal

1 Januari 2009. Pengesahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

menimbulkan reaksi beragam dari wajib pajak.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang “Ketentuan Umum Dan

Tata Cara Perpajakan”, menyebutkan bahwa wajib pajak merupakan orang pribadi

atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Salah satu bentuk reaksi masyarakat dapat

dilihat dari kemauan wajib pajak untuk membayar pajaknya. Kemauan membayar

2
pajak merupakan suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang telah

ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum negara dengan tidak mendapat kontribusi secara langsung (Rantum dan

Priyono, 2009). Hal ini menjadi sesuatu yang sangat penting karena berdampak

pada besarnya penerimaan negara dari pajak.

Adapun fenomena yang terjadi saat ini, menurut Kepala Badan

Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BP2RD) Bandar Lampung yaitu Bapak

Yanwardi dalam DDTC News mengatakan bahwa kepatuhan masyarakan yang

masih rendah dalam membayar pajak membuatan penerimaan pendapatan asli

daerah tidak optimal hal ini yang terjadi di kota Bandar Lampung Provinsi

Lampung "Kendalanya wajib pajak kurang sadar bayar pajak, ketika harus setor

50 juta tapi hanya setor 20 juta, itu dugaan kita, karena kan sistem sekarang dia

menghitung sendiri dan menyetor sendiri pajaknya. Itu kendalanya, mereka

kurang sadar,". Bapak Yanwardi juga mengatakan bahwa dalam sistem pelaporan

secara mandiri alias self assesment banyak dimanfaatkan oleh wajib pajak nakal.

Di mana wajib pajak tidak membayar tagihan pajaknya secara tepat dan benar.

Begitupun menurut Pj. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Hamartoni

Ahadisdalam Kupastuntas.co, Bandarlampungmengatakan bahwa

kesadaran wajib pajak (WP) di lingkungan Pemprov Lampung masih terbilang

rendah “Saya meminta seluruh satuan kerja itu memberikan peringatan kepada

seluruh aparat khususnya bendahara di instansinya masing-masing. Ini juga

menjadi pekerjaan rumah kami, ternyata banyak WP yang tidak melaksanakan

tugasnya," ujar Hamartoni, pada Coffee Morning memperingati Hari Oeang ke-72

3
tahun 2018, di Auditorium Raflesiger Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Bengkulu

dan Lampung

Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Bengkulu dan Lampung,

Erna Sulistyowati dalam Kupastuntas.co, Bandarlampung mengatakan bahwa

penerimaan pajak selama lima tahun ke belakang selalu tidak mencapai target

yang ditentukan. Menurutnya banyak hal yang menyebabkan

target realisasi pajak tidak tercapai, salah satunya kepatuhan wajib pajak yang

rendah, dan faktor eksternal makro.Misalkan pertumbuhan ekonomi yang kurang

baik beberapa waktu lalu “target realisasi pajak tahun 2018 sebesar Rp 10,4 triliun

atau naik 23% dari tahun 2017. Dengan realisasi kepatuhan wajib pajak hingga

akhir Oktober ini baru mencapai 69%. Diharapkan rasio kepatuhan wahib pajak

kurang lebih bisa mencapai 100% memang membutuhkan waku. Tetapi kami

selalu berupaya untuk mengoptimalkan kinerja kami dalam rangka mencapai

target tahun ini," ujar Erna.

Keinginan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan

tujuan untuk meningkatkan jumlah penerimaan negara dari pajak, bukanlah

pekerjaan yang ringan. Upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya, tidak akan

berarti banyak dalam membangun kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya,jika masyarakat tidak merasakan manfaat dari

kepatuhannya membayar pajak. Disisi lain ancaman, hukuman, serta sanksi dalam

Undang-undang yang kurang diterapkan terhadap wajib pajak yang melanggar

juga menyebabkan wajib pajak banyak yang cenderung untuk mengabaikan

perpajakannya.

4
Undang-undang perpajakan dengan jelas mencantumkan kewajiban para

wajib pajak membayar pajak, jika tidak memenuhi kewajiban tersebut maka

sanksi yang dikenakan jelas. Tetapi dilapangan dapat terjadi seorang wajib pajak

berskala besar dapat melakukan kesepakatan dengan oknum petugas pajak untuk

melakukan pengurangan jumlah nominal pajak sang wajib pajak. Pihak yang

diuntungkan adalah wajib pajak dan oknum petugas pajak, sedangkan yang

dirugikan adalah pihak pemerintah. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran

tentang perpajakan baik dari pihak wajib pajak dan petugas pajak.

Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,

disamping peran serta aktif dari aparat pajak, juga dituntut kemauan dari para

wajib pajak itu sendiri. Faktor yang menjadi sebab seseorang mau membayar

pajak dikarenakan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang pajak

yang tinggi, sedangkan mereka enggan membayar pajak karena mereka tidak bisa

langsung merasakan langsung hasil yang telah dibayar, sehingga kemauan

membayar pajak pada masyarakat rendah. Salah satu yang dilakukan untuk

meningkatkan kemauan membayar pajak adalah dengan upaya pendidikan dan

penyuluhan. Petugas perpajakan sangat dibutuhkan peranya dalam upaya

meningkatkan seseorang mau dalam melaporkan dan membayar pajak. Pelayanan

petugas pajak dapat menjadi penentu bagi wajib pajak dalam membayar pajak.

Sehingga dengan upaya tersebut dapat membangkitkan kemauan wajib pajak

membayar pajak ( Fikrinigrum, 2012 ).

Undang-undang perpajakan di Indonesia pun telah menganut self

assessment system (sistem pemungutan pajak) yang memberi kepercayaan

5
terhadap wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan

melaporkan sendiri jumlah pajak terutangnya. Disisi lain, ancaman, hukuman dan

khususnya sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib

Pajak tidak melanggar norma perpajakan dan sudah cukup jelas tertera di dalam

Undang-Undang Perpajakan apabila melanggar peraturan perpajakan akan

dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi ataupun sanksi pidana.

Self assessment system menuntut adanya peran aktif masyarakat dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi

dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut.

Salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memberikan

pelayanan yang baik kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat

meningkatkan kepuasan kepada wajib pajaksebagai pelanggan, maka dapat

meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Paradigma baru yang

menetapkan aparat pemerintah sebagai abdi Negara di masyarakat (wajib pajak)

harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan publik.

Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak

(Supandi, 2010). Oleh karena itu, kualitas pelayanan perlu ditingkatkan untuk

memberikan kenyamanan dan pandangan yang baik dari wajib pajak. Pelayanan

petugas pajak yang kooperatif, jujur, menegakkan aturan perpajakan, tidak

mempersulit, dan tidak mengecewakan wajib pajak diharapkan mampu mengatasi

masalah kepatuhan wajib pajak.

6
Keramah-tamahan petugas pajak dan kemudahan dalam sistem informasi

perpajakan termasuk dalam pelayanan perpajakan tersebut. Pemerintah terus

meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepadawajib pajak

denganmembuat sistem pendukung. Hal ini diharapkan dapat memudahkan wajib

pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya.Sistem pendukung

yang telah dibuat pemerintah dalam rangka modernisasi seperti e-registration, e-

banking, e-filling, e-SPT, dan dropbox.

Agar kemudahan dari sistem perpajakan dapat berjalan dengan baik dan

dimengerti masyarakat,sosialisasi mengenai perpajakan diperlukan. Dengan

sosialisasi tersebut masyarakat akan lebih memahami masalah-masalah seputar

perpajakan, kemudahan yang bisa didapat, dan memahami peraturannya yang

sering berubah-ubah. Dengan pemahaman yang baik diharapkan akan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak.Kepatuhan wajib pajk dalam memenuhi

kewajibann perpajakan tergantung bagaimana sikap petugas pajaknya

memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Pelayanan fiskus yang

baik diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan WP, seperti diatur melalui surat

edaran DJP nomor SE-84/PJ/2011 tentang pelayanan prima.

Persepsi wajib pajak tentang pelayanan fiskus dibentuk oleh dimensi kualitas

sumber daya manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi

perpajakan. Standar kualitas pelayanan yang maksimal kepada wajib pajak akan

terpenuhi apabila sumber daya manusia melaksanakan tugasnya secara

profesional, bertanggung jawab, disiplin dan transparan. Apabila ketentuan

perpajakan dibuat sederhana dan dapat dengan mudah dipahami oleh wajib pajak,

7
maka pelayananfiskus atas hak dan kewajiban kepada wajib pajak dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien. Fiskus yang berkualitas adalah fiskus yang

memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pajak

dan tata cara penghitungannya serta tidak melakukan penggelapan pajak atau

tindakan lain yang tidak sesuai dengan peraturan dan SOP yang berlaku. Seorang

wajib pajak yang puas atas pelayanan yang diberikan fiskus cenderungakan

melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan dan ketentuan yang

berlaku.

Pelayanan yang baik akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk dapat

melaksanakan kewajiban perpajakannya.Untuk dapat meningkatkan kepatuhan

wajib pajak yaitu dengan cara mendengar, mencari tahu dan berupaya untuk

memenuhi apa yang diinginkan oleh wajib pajak terkait dengan hak dan

kewajiban perpajakannya. Beberapa faktor-faktor Berdasarkan penelitian

terdahulu,menurut Pancawati Hardiningsih (2011) seperti kesadaran membayar

pajak, pelayanan fiskus dalam melayani kebutuhan wajib pajak, pengetahuan dan

pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi atas efektifitas sistem

perpajakan, memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak

dalam membayar pajaknya.

Kewajiban membayar pajak bagi wajib pajak merupakan hal yang harus

diperhatikan dalam meningkatkan seseorang mau melakukan pembayaran pajak.

Kesadaran adalah faktor yang dapat menentukan seseorang membayar pajak.

Pengetahuan tentang kewajiban pajak serta sistem perpajakan dapat memudahkan

wajib pajak dalam pelaksanaan penarikan pajak. Adapun hal lainyang dapat

8
menyebabkan seseorang mau membayar pajak adalah seseorang dengan sadar

serta memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang aturan-aturan yang berlaku

tentang pajak,efektifitas sistem perpajakan yang dipahami oleh pemikiran

ataupersepsi (Bima,2014).Pemahaman seseorang yang meliputi pengetahuan

dalam memahami aturan perpajakan, rasa sadar akan membayar pajak, serta

efektifitas sistem perpajakan yang dipersepsi oleh seseorang dapat meningkatkan

kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.Willingness to pay tax atau kemauan

membayar pajak dapat dibagi menjadi 2 subkonsep, yaitu konsep kemauan

membayar dan konsep pajak. Konsep kemauan membayar adalah suatu keadaan

dimana seseorang rela untuk mengeluarkan dan mengorbankan uangnya untuk

memperoleh suatu barang atau jasa.

Berdarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang

berjudul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN

MEMBAYAR PAJAK ”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan

membayar pajak?

2. Apakah pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak?

3. Apakah persepsi yang baik atas efektivitas sistem pembayaran perpajakan

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

9
4. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

2. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap

kemauan membayar pajak

3. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan pemahaman peraturan

perpajakan terhadap kepatuhan pajak

4. Untuk menganalisis pengaruh persepsi yang baik atas efektifitas sistem

pembayran perpajakan terdahdap kepatuhan pajak

5. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap

kepatuhan pajak

1.4 Kegunaan Penelitiam

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis untuk berbagai pihak yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a) Penelitian ini berguna untu menambah ilmu pengetahuan yang

berkepentingan khususnya mengenai Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi

Kewajiban Membayar Pajak.

10
b) Melalui penelitian ini, penulis mencoba memberikan bukti mengenai

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak.

c) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas

akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Kegunaan Praktis

a) Bagi Penulis: Menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman

secara mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi wajib

pajak orang dalam memenuhi kewajiban membayar pajak. Disamping

itu juga sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada

Universitas Bandar Lampung

b) Bagi mahasiswa: Dapat menambah pengetahuan mahasiswa

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang

pribadi dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya.

c) Bagi Wajib Pajak: Diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

mereka dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

d) Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Teluk Betung: Dapat

memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil Kantor

Pelayan Pajak Pratama Teluk Betung guna mengetahui penyebab

ketersediaan wajib pajak orang pribadi yang dilayaninya dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

11
e) Bagi Universitas Bandar Lampung: Sebagai tambahan literatur dan

bukti penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi wajib

pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajaknya

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Landasan teori berisi penjelasan mengenai teori dan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

2.1.1 Teori Atribusi

Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi

mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau

dirinya sendiri. Atribusi adalah proses di mana orang menarik kesimpulan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku orang lain. Teori Atribusi

memandang individu sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-

sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Teori atribusi

mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong

siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung

pada interpretasi kita tentang peristiwa itu (Harold Kelley, 1972-1973 dalam

Bana, 2010).

Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini

berada di bawah kendali pribadi individu itu sendiri atau berasal dari faktor

internal seperti ciri kepribadian, kesadaran, dan kemampuan. Sedangkan, perilaku

yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar atau

dari faktor eksternal seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain, artinya

13
individu akan terpaksa berperilaku karena situasi, ini merupakan atribusi

eksternal.

Penentuan internal atau eksternal menurut Robbins (1996), tergantung

pada tiga faktor, yaitu pertama kekhususan, artinya seseorang akan

mempersepsikan perilaku individu lain secara berbeda dalam situasi yang

berlainan. Apabila perilaku seseorang dianggap suatu hal yang luar biasa, maka

individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi

eksternal terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya jika hal itu dianggap hal yang

biasa, maka akan dinilai sebagai atribusi internal. Kedua, konsensus artinya jika

semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam merespon perilaku

seseorang dalam situasi yang sama. Apabila konsensusnya tinggi, maka termasuk

atribusi internal. Sebaliknya jika konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi

eksternal.

Faktor terakhir adalah konsistensi, yaitu jika seorang menilai perilaku

perilaku orang lain dengan respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten

perilaku itu, orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab

internal.Alasan pemilihan teori ini adalah kemauan wajib pajak untuk membayar

pajak terkait dengan persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap

pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai sesuatu.

2.2 Kemauan Membayar Pajak

Kemauan adalah dorongan dari dalam diri seseorang, berdasarkan

pertimbangan pemikiran dan perasaan yang menimbulkan suatu kegiatan untuk

14
tercapainya tujuan tertentu. Sedangkan, kemauan membayar merupakan suatu

nilai dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan

sesuatu untuk memperoleh barang dan jasa (Fikriningrum, 2012)

Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment System, sistem

ini memudahkan seseorang untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, di

mana Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya

pajak yang terutang. Dalam sistem ini mengandung pengertian bahwa wajib pajak

mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri pajak terutangnya.

Beberapa faktor yang digunakan dalam penelitian ini, yang kemungkinan

mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi, yaitu:

2.2.1 Kesadaran Membayar Pajak

Menurut Nugroho dan Zulaikha (2012), kesadaran wajib pajak dalam

melakukan pembayaran pajak terhutangnya memiliki arti, kondisi saat wajib pajak

tersebut memahami, mengetahui, dan juga mengerti mengenai tata cara untuk

melakukan tanggung jawab perpajakannya.

Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak mau

membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang

dilakukannya. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam

menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini wajib pajak mau

15
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang

dilakukan.

Indikator dari kesadaran perpajakan sebagai berikut (Rahmadian,2013)

1. Kesadaran bahwa melakukan kepatuhan pajak berarti berpartisipasi dalam

penyelenggaraan negara.

2. Kesadaran bahwa pembayaran dan pelaporan pajak harus dilakukan tepat

waktu.

3. Kesadaran bahwa pajak merupakan kewajiban warga negara.

4. Kesadaran bahwa pajak merupakan iuran rakyat untuk dana pembangunan

sarana publik.

5. Kesadaran masyarakat rendah dapat dikarenakan ketidaktahuan meraka

tentang wujud konkrit imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk

membayar pajak. Hal ini, seringkali menjadi kendala dalam masalah

pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran wajib pajak atas

perpajakan sangat diperlukan guna meningkatkan kemauan membayar

pajak.

2.2.2 Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Perpajakan

Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu

dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Fikriningrum, 2012:14).

Sedangkan pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari. Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan

merupakan penalaran dan penangkapan makna tentang peraturan perpajakan.

16
Untuk mengetahui pengetahuan beberapa hal, yaitu pertama, kepemilikan

NPWP. Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

“Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan”, menyatakan bahwa Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai

sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal

diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakaannya (Fikrinigrum 2012). Pendaftaran NPWP dapat dilakukan secara

langsung, untuk orang pribadi yaitu wajib pajak orang pribadi berdasarkan

domisili, mengisi formulir pendaftaran dengan melampirkan persyaratan tertentu

(foto copy KTP, foto copy Kartu Keluarga, dan surat keterangan domisili dan

untuk orang pribadi karyawan ditambah dengan surat rekomendasi dari instansi

yang bersangkutan). Setelah itu, wajib pajak akan memperoleh NPWP dan Surat

Keterangan Terdaftar (SKT). Pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui

internet yaitu dengan membuka situs www.pajak.go.id pilih menu e-reg,

kemudian isi formulirnya. Kemudian wajib pajak akan memperoleh NPWP dan

SKTS (jangka waktu 30 hari). Sebelum jatuh tempo wajib pajak harus ke KPP

terdaftar untuk meminta SKT.

Kedua, pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai

wajib pajak. Apabila wajib pajak telah mengetahui dan memahami hak wajib

pajak seperti penggunaan fasilitas umum, pemakaian jalan raya yang halus,

pembangunan sekolah-sekolah negeri dan lain-lain, dan mengetahui kewajibannya

sebagai wajib pajak seperti membayar pajak dan melaporkan Surat Pemberitahuan

(SPT) tepat waktu, maka mereka akan melakukan kewajiban perpajakannya.

17
Ketiga, pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan

Tata Cara Perpajakan, sanksi keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahuanan wajib pajak orang pribadi adalah Rp.100.000,00, Sedangkan sanksi

untuk keterlambatan pembayaran pajak adalah berupa bunga 2% per bulan yang

dihitung dari berakhirnya batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan

sampai tanggal pembayaran, sanksi untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP

adalah sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Keempat, pengetahuan dan pemahaman mengenai Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP), Penghasilan Kena Pajak (PKP), dan tarif pajak. Menurut

Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pada pasal 7

ayat 1, PTKP per tahun paling sedikit sebesar:

1. Rp. 54.000.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi.

2. Rp. 4.500.000,00 untuk wajib pajak yang kawin.

3. Rp. 54.000.000,00 untuk tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung oleh suami.

4. Rp. 4.500.000 untuk anggota keluarga wajib pajak yang menjadi

tanggungan wajib pajak, maksimal tanggungan tiga orang.

Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan yang melebihi Penghasilan

Tidak Kena Pajak dan tarif pajak. Tarif pajak orang pribadi berdasarkan Undang-

18
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pada pasal 17 ayat

1(a):

Tabel 2.1
Tarif Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%

Di atas Rp. 50.000.000,00 – Rp. 250.000.000,00 15%

Di atas Rp. 250.000.000,00 - Rp. 500.000.000,00 25%

Di atas Rp. 500.000.000,00 30%

Sumber: Sumber: Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Penghasilan pada pasal 17 ayat 1(a).

Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku, maka

akan dapat mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak

sendiri secara benar.

Kelima adalah wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan

perpajakn melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dan

yang keenam adalah bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan

pajak melalui training perpajakan yang mereka ikuti. Masyarakat hendaknya

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan peraturan perpajakan,

karena untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, pembayar pajak harus

mengetahui tentang pajak terlebih dahulu. Adanya pemahaman tentang perpajakan

19
diharapkan dapat mendorong kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya

2.2.3 Persepsi Yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakan

Persepsi adalah proses di mana individu mengatur menginterpretasikan

kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu ) telah tercapai (Fikriningrum,

2012:18). Menurut (Fikriningrum, 2012:18-21), hal-hal yang mengindikasikan

efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara

lain yaitu pertama, pembayaran melalui e-banking lebih memudahkan wajib pajak

dalam membayar pajak.

Persepsi adalah suatu anggapan yang ada pada pikiran manusia setelah

menangkap suatu objek dengan panca indra. Persepsi terbentuk secara perlahan-

lahan setelah peneliti mengamati objek. Sebenarnya persepsi mulai tumbuh sejak

kecil akibat pengaruh interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, persepsi

seseorang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan

lingkungan.

Efektivitas berasal dari kata efektif, batasan konsep ini sulit untuk

diperinci, karena masing‐masing disiplin ilmu memberikan pengertian sendiri.

Bagi seorang ahli ekonomi atau analis keuangan, efektivitas semakna dengan

keuntungan, atau laba investasi Bagi seorang manajerproduksi, efektivitas

seringkali berarti kuantitas keluaran (output) barang atau jasa. Setiap pekerjaan

20
yang efektif belum tentu efisien, karena hasil dapat tercapai tetapi dengan

pemborosan pikiran, waktu, ruang atau benda.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) membuat sistem pendukung yang

diharapkan dapat memudahkan bagi Wajib Pajak dalam membayar

danmelaporkan kewajiban pajaknya yaitu adanya e-filling, e-SPT, e-NPWP,

dropbox dan e-banking. Wajib Pajak memiliki persepsi yang berbeda tentang

sistem-sistem yang dimiliki oleh DJP. sebelum adanya pembaharuan sistem dalam

pengisian SPT dan pembayaran pajak melalui internet, Wajib Pajak harus datang

langsung ke KPP untuk melakukan semua kewajibannya. Dengan adanya

pembaharuan sistem seperti e-filling, e-SPT, e-NPWP, dropbox dan e-banking,

persepsi Wajib Pajak atas sistem perpajakan mulai meningkat kerena semua

sistem tersebut dapat membuat Wajib Pajak melakukan kewajibannya dengan

tepat waktu dan dapat dilakukan dimana saja sehingga dapat memudahkan Wajib

Pajak.

2.2.4 Pelayanan Fiskus

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan

segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas

pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam

membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan Wajib

Pajak ( Masinambow, 2013)

Kualitas pelayanan fiskus sangat berpengaruh terhadap Wajib Pajak dalam

membayar pajaknya. Oleh karena itu, fiskus dituntut untuk memberikan

21
pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada Wajib Pajak serta dapat

memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak.

Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada Wajib Pajak besar manfaatnya sehingga

dapat menimbulkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Kemampuan fiskus dalam berinteraksi yang baik dengan wajib

pajak adalah dasar yang harus dimiliki fiskus dalam melayani wajib pajak

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemauan wajib pajak dalam membayar

pajaknya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian Saran Penelitian

dan Tahun Penelitian

1 Agustina Dewi Faktor-Faktor kesadaran wajib hendaknya lebih

Nugraheni Yang pajak, meningkatkan

Agus Purwanto Mempengaruhi pengetahuan & sosialisasi

(2015) Kepatuhan pemahaman perpajakan kepada

Wajib Pajak perpajakan, sanksi seluruh elemen

Orang Pribadi pajak, kualitas masyarakat yang

pelayanan fiskus menjadi wajib

pajak, keadilan pajak sehingga

distributif, semakin

22
keadilan menumbuhkan

prosedural, dan kesadaran mereka

keadilan interaktif dalam membayar

secara simultan kewajiban

berpengaruh perpajakannya dan

positif terhadap meningkat pula tax

kepatuhan wajib ratio secara

pajak orang keseluruhan.

pribadi di Kota

Magelang.

2 Fibria Faktor-Faktor Pada pengujian Agar kepatuhan

Anggraini P.L Yang secara simultan pajak meningkat

Waluyo (2014) Mempengaruhi maka pengaruh sebaiknya dilihat

Kepatuhan perilaku individu, pola dari perilaku

Pajak Wajib motivasi dan wajib pajak

Pajak Orang iklim organisasi sehingga akan

Pribadi terhadap meningkatkan

kepatuhan pajak penerimaan negara

adalah sebesar dari sektor pajak.

75,1 %, sementara

24,9 % dijelaskan

oleh variabel lain

yang tidak

23
dipergunakan

dalam penelitian

ini.Hal ini

berarti bahwa

apabila ada

peningkatan atau

penurunan dari

nilai variabel

tersebut

dapat berpengaruh

terhadap

kepatuhan pajak

WPOP

3 Edwin Faktor-Faktor Kesadaran Upaya yang dapat

Nugroho Yang Membayar Pajak, dilakukan untuk

(2016) Mempengaruhi Pengetahuan dan meningkatkan

Kemauan Pemahaman kemauan

Membayar Tentang Peraturan membayar pajak

Pajak Wajib Perpajakan, adalah dengan

Pajak Orang Persepsi yang mengadakan

Pribadi Yang Baik Atas Sistem sosialisasi berupa

Melakukan Perpajakan, serta penjelasan kepasa

Pekerjaan Bebas Sanksi Pajak seluruhmasyarakat

24
Di KPP Pratama berpengaruh yang menjadi

Yogyakarta positif dan Wajib Pajak akan

signifikan secara pentingnya dan

bersama-sama mamfaatmembayar

terhadap Kemauan pajak seperti

Membayar Pajak penyuluhan atau

Wajib Pajak orang pertemuan

pribadi yang ditingkat desa

melakukan untuklebih

pekerjaan bebas ditingkatkan

Yogyakarta.

5 Saktiwan Pengaruh Tax Variabel tax Kantor Pelayanan

Dwiatmono Amnesty, amnesty Pajak (KPP)

(2018) Sanksi Pajak, berpengaruh Pratama

dan Kualitas positif dan Kabupaten Sleman

Pelayanan signifikan sebaiknya lebih

Fiskus Terhadap terhadap sering melakukan

Kepatuhan kepatuhan wajib sosialisasi

Wajib Pajak pajak orang penyuluhan

Orang Pribadi pribadi, variabel perpajakan kepada

sanksi pajak dan masyarakat

kualitas pelayanan sehingga akan

fiskus tidak menimbulkan

25
berpengaruh kesadaran

signifikan masyarakat

terhadap terhadap keatuhan

kepatuhan wajib perpajakan

pajak orang

pribadinamum

berpengaruh

positif terhadap

variabel kepatuhan

wajib pajak orang

pribadi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kesadaran membayar pajak

(X1)

Pengetahuan dan pemahaman


tentang peraaturan perpajakan

(X2)

Kepatuhan wajib pajak


Persepsi Yang Baik Atas orang pribadi
efektifitas sistem
perpajakan (Y)

Pelayanan fiskus

(X4)

26
2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang dapat

dikembangkan adalah sebagai berikut.

2.5.1 Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak

Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak mau

membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang

dilakukannya. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam

menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini wajib pajak mau

membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang

dilakukan.

Dalam penelitian Agustina Dewi Nugraheni dan Agus Purwanto (2015),

Dimas Ramadiansyah, Nengah Sudjana Dwiatmant (2014) menunjukan bahwa

bahwa kesadaran perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Namun, dalam penelitian Aprilia Titi Sari, Rina Arifati dan Abrar (2016)

Menunjukan bahwa kesadaran membayar pajak berpengaruh negatif terhadap

kepatuhan wajib pajak.Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangatlah

diperlukan agar dapat meningkatkan kemauan wajib pajak untuk membayar

pajaknya. Semakin tinggi kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak maka

27
semakin tinggi pula kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Berdasarkan

hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1 (H1) : Kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap

kemauan membayar pajak.

2.5.2 Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan

Perpajakan Terhadap Kemauan Membayar Pajak

Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan merupakan

penalaran dan penangkapan makna tentang peraturan perpajakan. Masyarakat

hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan peraturan

perpajakan, karena untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, pembayar pajak

harus mengetahui tentang pajak terlebih dahulu. Tanpa adanya pengetahuan dan

pemahaman peraturan perpajakan yang dimiliki masyarakat, maka masyarakat

tidak mungkin mau membayar pajak.

Peneitian yang dilakukan Agustina Dewi Nugraheni dan Agus Purwanto

(2015) menunjukan bukti bahwa Terdapat pengaruh positif antara variabel

pengetahuan & pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan WP Orang Pribadi.

Penelitian ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan Widayati dan Nurlis

(2010), menunjukan bukti bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Semakin tinggi

Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan maka semakin tinggi

pula kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut,

maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

28
Hipotesis 2 (H2) : Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

2.5.3 Pengaruh Persepsi yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakkan

Terhadap Kemauan Membayar Pajak

Dengan adanya persepsi yang baik dari wajib pajak bahwa sistem

perpajakan yang sudah ada sekarang lebih efektif dan lebih memudahkan para

wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.Sedangkan efektifitas

memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai.

Dalam penelitian yang dilakukan Edwin Nugroho (2016) Dimas

Ramadiansyah, Nengah Sudjana Dwiatmant (2014) menunjukan Persepsi yang

Baik Atas Sistem Perpajakan berpengaruh positif dansignifikan terhadap

Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak orang pribadiyang melakukan pekerjaan

bebas Yogyakarta. Persepsi yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap

suatu peristiwa yang amatinya. Semakin baik persepsi atas efektifitas sistem

perpajakan maka semakin tinggi kemauan wajib pajak dalam membayar pajak.

Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis oi-sebagai berikut:

Hipotesis 3 (H3) : Persepsi yang baik atas efektifitas sistem

perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

2.5.4 Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Kemauan Membayar Pajak

Salah bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak adalah dengan memberikan kualitas pelayanan pajak yang baik kepada para

29
wajib pajak. Fiskus pajak dituntut untuk dapat selalu menjaga sikapnya yang

ramah, adil, dan tegas dalam memberikan pelayanan terutama setelah adanya

perubahan sistem perpajakan menjadi self assestment system. Dengan adanya

kualitas pelayanan terbaik yang mampu diberikan fiskus pajak dapat mendorong

kesadaran masyarakat membayar pajak dan meningkatkan kepatuhan.

Dalam penelitian yang dilalukan Agustina Dewi Nugraheni dan Agus

Purwanto (2015) menunjukkan bukti bahwa sikap wajib pajak terhadap

pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan,

penelitian Supriyati dan Nur Hayati (2008), menunjukkan bahwa persepsi tentang

petugas pajak tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pajak. Penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fikrinungrum (2014). Fiskus

diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap wajib pajak, agar

wajib pajak mau membayar pajak terutangnya. Semakin baik pelayanan yang

diberikan fiskus. terhadap wajib pajak maka semakin tinggi kemauan wajib pajak

dalam membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Hipotesis 4 (H4) : Pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kemauan

membayar pajak

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untukmeneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik,

dengan tujuan menguji hipotesis yang telah diterapkan untuk meneliti Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Teluk Betung. Untuk mengetahui kedudukan

variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya.

3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sample

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat

yang ingin diinvestigasi (Fikrinungrum, 2014). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Teluk Betung dan masih tergolong waib pajak efektif. Alasan

pemilihan populasi ini karena wajib pajak orang pribadi efektif merupakan wajib

pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya, danpenelitian ini berfokus

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

31
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental

sampling. Teknik incidental sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui

cocok sebagai sumber data (Fikrinungrum, 2012). Alasan pemilihan teknik

pengambilan sampel ini adalah untuk mempermudah proses pengambilan sampel.

Penentuan jumlah sampel penelitian berdasarkan pada pernyataan (Roscoe 1975

dalam Fikrinigrum 2012) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang memadai

untuk penelitian adalah berkisar 50 Responden

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data subyek (Self-

Report data). Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap

pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi

subyek penelitian (responden). Sumber data dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber yang asli (tidak melalui media perantara). data primer berupa

kuesioner yang diberikan kepada responden dan data mengenai gambaran umum

instansi yang didapat dari nara sumber. Sumber data primer kuesioner berasal dari

para wajib pajak orang pribadi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan angket atau kuesioner. Metode ini dilakukan melalui penyebaran

kuesioner yang telah disusun secara terstruktur, dimana sejumlah pertanyaan

32
tertulis disampaikan pada responden untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang

dialami oleh responden yang bersangkutan. Sebelum mengadakan penyebaran

kuesioner, terlebih dahulu peneliti melakukan perizinan dengan KPP Teluk

Betung disertai surat permohonan kepada KPP Teluk Betung terkait tujuan

penelitian, penentuan populasi, persetujuan instrumen penelitian dan teknik

penyebaran kuesioner. Setelah mendapatkan kesepakatan, maka penyebaran

kuesioner baru dapat dilakukan.

Pertanyaan kuesioner berkaitan dengan data demografi responden sertaopini

atau tanggapan yang berkaitan dengan kesadaran membayar pajak, pengetahuan

dan pemahaman akan peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektivitas

sistem perpajakan, dan pelayanan fiskus. penjelasan petunjuk dan pertanyaan

kuesioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk memudahkan pengisian

jawaban bagi responden secaralengkap. Pertanyaan kuesioner berupa pertanyaan

positif agar memudahkan responden dalam menjawab isi kuesioner.

Angket (kuesioner) yang digunakan adalah angket tertutup, karena responden

hanya memilih jawaban yang telah tersedia dan diharapkan memiliki jawaban

yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Responden diminta untuk memilih

jawaban dalan bentuk skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala sikap (attitude scale) dalam bentuk skala Likert dengan

empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

33
3.5 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel antara

lain:

1. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel

yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Pengamatan

akan dapat mendeteksikan ataupun menerangkan variabel dalam variabel

terikat beserta perubahannya yang terjadi kemudian. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah kemauan membayar pajak.

2. Variabel Bebas (X) Variabel bebas (independent variable) adalah variabel

yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat (dependent

variable) dan mempunyai pengaruh positif ataupun negatif bagi variabel

terikat nantinya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah:

a. Kesadaran Membayar Pajak (X1)

b. Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Perpajakan (X2)

c. Persepsi Yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakan (X3)

d. Pelayan Fiskus (X4)

3.6 Definisi Oprasional

1. Kesadaran Membayar Pajak (X1)

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan yang berlaku

dengan benar, sukarela, dan bersungguhan-sungguh untuk memenuhi kewajiban

pajaknya. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar, pajak merupakan

34
bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara, penundaan

pembayaran pajak sangat merugikan negara, dan membayar pajak tidak sesuai

dengan yang seharusnya dibayar akan merugikan negara. Variabel ini diukur

dengan menggunakan skala likert yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (KS)

Kurang Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju.

2. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan

(X2)

Pemahaman tentang peraturan perpajakan merupakan sebuah penalaran

dan penangkapan makna tentang peraturan perpajakan. Yang diperoleh dengan

mempelajari dan nmengamati sebuah kejadian atau sebuah informasi. Masyarakat

hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan peraturan

perpajakan yang berlaku, karena untuk memenuhi kewajiban perpajakan, wajib

pajak harus mengetahui tentang informasi atau gambaran umum tentang pajak

terlebih dahulu. Tanpa adanya pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan

yang dimiliki masyarakat, maka kemauan masyarakat untuk membayar dan

melunasi pajaknya tidak akan mungkin. Mengetahui dan memahami mengenai

peraturan perpajakan merupakan salah satu faktor penting agar para wajib pajak

mau membayar pajak terhutangnya dengan baik dan benar. Variabel ini diukur

dengan menggunakan skala likert yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (KS)

Kurang Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju.

3. Persepsi yang Baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan (X3)

Salah satu pemanfaatan pajak adalah pembangunan fasilitas umum yang

dijalankan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan adanya persepsi yang

35
baik dari masyarakat selaku wajib pajak atas efektifitas sistem perpajakan akan

berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Hubungan yang diciptakan baik

oleh aparatur pajak di mata masyarakat selaku wajib pajak akan berdampak pada

terbentuknya sikap wajib pajak yang dapat mempengaruhi untuk kemauan

membayar pajak. Berikut ini adalah indikator dari persepsi efektivitas system

perpajakan menurut Rachmad (2019):

a) Adanya system pelaporan melalui e-SPT dan e-filling, wajib pajak

dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat.

b) Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan wajib pajak

dalam melakukan pembayaran dimana dan kapan saja.

c) Penyampaian SPT melakui drop box yang dapat dilakukan di

berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar.

d) Peraturan perpajakan dapat diakses dengan lebih cepat melalui

internet tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP.

e) Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-

register dari website pajak untuk memudahkan wajib pajak

memperoleh NPWP.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu (SS) Sangat

Setuju, (S) Setuju, (KS) Kurang Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat

Tidak Setuju.

4. Pelayanan Fiskus (X4)

Pelayanan dari aparatur pajak yang berhubungan langsung harus terus

menjaga sopan santun dan perilaku, ramah, tanggap, cermat dan cepat dalam

36
membantu kebutuhan dan keperluan yang berkaitan dengan wajib pajak. Petugas

fiskus juga harus mau mendengarkan dengan baik apapun keluhan atau kritik

tambahan mengenai pajak yang disampaikian oleh wajib pajak. Hal ini bertujuan

meningkatkan kinerja perpajakan sekaligus meningkatkan rasa nyaman wajib

pajak agar muncul kemauan untuk kembali dan datang ke kantor pajak

membayarkan kewajiban perpajakannya.Berikutini indikator-indikator dari

pelayanan fiskus yaitu: a). prosedur pelayanan, b). organisasi, c). sumber daya

manusia, dan d). sarana dan prasarana.Variabel ini diukur dengan menggunakan

skala likert yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (KS) Kurang Setuju, (TS) Tidak

Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju

5. Kemauan Membayar Pajak (Y)

Kemauan membayar pajak adalah suatu nilai yang rela dikontribusikan

oleh seseorang untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak

mendapat jasa timbal balik secara langsung. Indikator dalam penelitian ini

merupakanreplika dari kuisioner penelitian Widayati dan Nurlis (2010). Kemauan

membayar pajak dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai persiapan responden

yang berkaitan dengan konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak ,

dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak, informasi mengenai cara dan

tempat pembayaran pajak, informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak dan

membuat alokasi dana untuk membayar pajak. Variabel ini diukur dengan

menggunakan skala likert yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (KS) Kurang

Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju.

37
Tabel 3.1
Definisi Oprasional

No Variabel Indikator Skala Pengukuruan

1 Dependen: Kemauan 5 Pertanyaan Skala likert

Membayar Pajak

2 Independen: Kesadaran 9 pertanyaan Skala likert

Membayar Pajak

3 Independen: 6 Pertanyaan Skala likert

Pengetahuan dan

Pemahaman Tentang

Peraturan Perpajakan

4 Independen: Persepsi 5 Pertanyaan Skala likert

Yang Baik Atas

Efektivitas Sistem

Perpajakan

5 Independen: Pelayanan 6 Pertanyaan Skala likert

Fiskus

3.7 Teknik Analisis

Analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda,

yaitu analisis untuk lebih dari satu variabel independen

38
3.7.1 Statistik Deskriptif

Statiskik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.

3.7.2 Uji Reliabilitas dan Validitas

Untuk menguji apakah konstruk (variabel yang tidak dapat diukur secara

langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang

diamati) yang telah dirumuskan reliabel dan valid, maka perlu dilakukan

pengujian reliabilitas dan validitas.

3.7.2.1 Uji Reliabilitas

Uji realiabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak

berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Suatu kostruk

atauvariabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60

(Fikrinugrum 2014).

3.7.2.2 Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Untuk mengetahui apakah suatu item valid atau tidak maka dilakukan

pembandingan antara koefisien r hitung dengan koefisien r tabel. Jika r hitung

lebih besar dari r tabel berarti item valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r

tabel berarti item tidak valid.

39
3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji normalitas, uji

multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas

3.7.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,

2006). Model regresi yang baik adalah memiliki data yang terdistribusi normal.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak

yaitu dengan analisis grafik atau uji statistik. (Ghozali, 2006).

Apabila menggunakan grafik, normalitas umumnya dideteksi dengan melihat

tabel histogram. Namun demikian, dengan hanya melihat tabel histogram bisa

menyesatkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih

handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif

daridistribusi normal. Dasar pengambilan dengan menggunakan normal

probability plot adalah sebagai berikut: (Ghozali, 2006).

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau garis histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

40
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual

kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu

dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang

dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik

nonparametik Kolgomorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat

hipotesis:

H0 : Data residual terdistribusi normal

HA: Data residual tidak terdistribusi normal

3.7.3.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan

atau korelasi diantara variabel independen. Multikolonieritas menyatakan

hubungan antar sesama variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2006). Deteksi ada

atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besaran

VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi bebas dari

multikolonieritas jika besar nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

41
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

didalam model regresi dapat menggunakan beberapa cara, salah satunya dengan

uji

glejser. Dalam hasil pengujian dengan uji glajser ini, jika tidak ada satupun

variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), yang dapat dilihat dari probabilitas

signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka model regresi yang

digunakan tidak mengandung heteroskedastisitas.

3.7.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik t.

Menurut Ghozali (2006), menyatakan bahwa uji statistik t dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial

(sendiri-sendiri) antara variabel bebas terhadap variabel terikat.Dasar

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara

parsial.

2. Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara

parsial.

3.7.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda

yaitu model regresi untuk menganalisis lebih dari satu variabel independen.

42
Persamaan regresi yang dirumuskan berdasarkan hipotesis yang dikembangkan

adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε

Keterangan:

Y = Kemauan membayar pajak

α = Konstanta

β1 = Koefisien regresi variabel kesadaran membayar pajak

β2 = Koefisien regresi variabel pengetahuan dan pemahaman tentang

peraturan perpajakan

β3 = Koefisien regresi variabel persepsi yang baik atas efektivitas sistem

perpajakan

β4 = Koefisien regresi variabel pelayanan fiskus

X1 = Kesadaran membayar pajak

X2 = Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan

X3 = Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan

X4 = Pelayanan fiskus

ε = Error

3.7.5 Pengujian Hipotesis

43
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara

dua variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen. Ketepatan fungsi regresi sampel dalam

menaksir nilai aktual secara statistik, dapat diukur dari nilai koefisien determinasi,

nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara

statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (Ho ditolak).

Sebaliknya disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam

daerah dimana Ho diterima.

3.7.5.1 Koefisien Determinasi (R²)

Uji koefisien determinasi (𝑅2) digunakan untuk mengukur seberapa besar

presentase pengaruh variabel inde-penden terhadap variabel dependen. Semakin

besar koefisien determinan-nya, maka semakin baik variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen (Amelya 20115)

3.7.5.2 Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama

terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai F lebih

besar dari 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%, dengan kata

lain menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3.7.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

44
dependen. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial. Pada uji t, nilai t hitung

akan dibandingkan dengan nilai t tabel, apabila nilai t hitung lebih besar dari t

tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Namun, jika nilai t hitung lebih kecil dari

t tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima.

45
DAFTAR PUSTAKA

Agustina Dewi Nugraheni Agus Purwanto. (2015). “Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada
Wajib Pajak Di Koa Magelang)”. Diponegoro Jurnal Of Accounting.

Aprilia Titi Sari, Rina Arifati, Abrar. (2016). “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan
Pekerjaan Bebas Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak (Studi Pada
KPP Pratama Kota Semarang)”. Journal Of Accounting, Volume 2 No.5

Budhiartama, I. G. P., dan Jati, I. K. (2016). “Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib


Pajak dan Pengetahuan Perpajakan Pada Kepatuhan Membayar Pajak Bumi
dan Bangunan. E-jurnal Akuntansi Universitas Udanaya.

Cahyonowati, dkk. 2012. “Peranan Etika, Pemeriksaan, dan Denda Pajak Untuk
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Indonesia, Vol. 9, No. 2, hlm. 136-153.
Edwin Nugroho, (2016). “Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Kemauan Membayar
Pajak Wajin Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas di
KPP Pratama Yogyakarta”. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakrta.
Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak”.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Fibria Anggraini P.L Waluyo. (2014). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruh
Kepatuhan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi” (Studi Pada Wajib Pajak
Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Kebayoran Baru Tiga). Jurnal Magister
Akuntansi Trisakti
Hidayat, Widi dan Argo A.N. 2010. “Studi Empiris Theory of Planned Behavior
dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak
WPOP. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 2, hlm. 82-93.
Jatmiko, Agus Nugroho.2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Tesis S2 Program PascaSarjana Universitas
Diponegor.
Noviyanti, S., Effendi, R., dan W, C. Y. (2014). Pengaruh kesadaran wajib pajak,
pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, dan
ketegasan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan WPOP.

46
Nugroho, A., Andini, R., dan Raharjo, K. (2016). Pengaruh kesadaran wajib pajak
dan pengetahuan perpajakan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak penghasilan (studi kasus pada KPP Semarang
Candi). Journal of Accounting, 2(2).
Pancawati Hardiningsih, (2011). “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan
Orang Membayar Pajak”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Stikubank.
Raynaldi Daeng Kuma. (2019). “Analisis Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman
Tentang Peraturan Perpajakan dan Persepsi Yang Baik Atas Efektifitas
Sistem Perpajakan Terhadap Kemauan Membayar Pajak Dengan Kesadaran
Membayar Pajak Sebagai Variabel Mediasi”. Skripsi. Program Studi
Magister Akuntansi, Universitas Tarumanagara Jakarta
Wahyu Rachmadi, (2014). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib
Pajak Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris
PadaWajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari)”. Skripsi.
Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Diponegoro.
Warohmah, Mawadda. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak pekerjaan bebas untuk membayar pajak pada KPP Pratama Ilir
Timur Palembang.
Widayatidan Nurlis, (2010). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan
Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan
Pekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga). Jurnal dan
Prosiding SNA-Simposium Nasional Akuntansi. Jakarta
Saktiwan Dwiatmoro, (2018). “Pengaruh Tax Amnesty, Sanksi Pajak, dan Kualitas
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi
Empiris pada Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman). Skripsi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif . Bandung:Alfabeta.
https://news.ddtc.co.id/tingkat-kepatuhan-masih-rendah-setoran-pajak-seret12242
https://kupastuntas.co/2018/10/31/realisasi-wajib-pajak-lampung-masih-69-persen

47

Anda mungkin juga menyukai