Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERPAJAKAN

CARA DAN SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK, TARIF PAJAK DAN


FUNGSI PAJAK

Dosen Pengampu:
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Anggun Sity Masitah
C1C020163

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2023
DAFTAR ISI

DAFTARISI................................................................................................ II

KATA PENGANTAR.................................................................................. III

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 3

2.1 Timbulnya Hutang Pajak....................................................................... 3

2.2 Penagihan Pajak.....................................................................................4

2.3Hapusnya Hutang Pajak...........................................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 10
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya dapat diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah perpajakan 1 yaitu penulisan makalah
tentang “Hukum Pajak” dengan tepat waktu.

Shalawat dan salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada junjungan nabi
besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam terang benderang ini.

Sekaligus pula saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-


banyaknya untuk bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si selaku dosen mata
kuliah perpejakan 1 yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada saya
guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Saya juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini mampu


berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus
wawasan terkait hukum pajak yang berlaku.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah


ini masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan saya
sebagai penulis yang terbatas. Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang
salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga
tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Oleh sebab itu, saya
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat saya perbaiki
dan tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali lagi saya menyadari bahwa
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran dan kritik pembaca.

Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu anda telah membaca hasil
makalah saya. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
makalah saya terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jambi, 3 September 2021

Anggun Sity Masitah


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan tugas-tugas negara, tentunya pemerintah akan
memerlukan sumber-sumber penerimaan. Dalam pencarian sumber
penerimaan tersebut, terdapat beberapa cara. Secara garis besar, sumber
penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi dua sumber, yakni dari
dalam negeri dan luar negeri.
Kedua sumber tersebut digambarkan oleh JHON F DUE sebagai berikut:
1. Penjualan barang dan jasa milik negara
2. Pinjaman
3. Pencetakan uang
4. Batuan dari negara lain
5. Perpajakan.

Dari berbagai sumber penerimaaan negara tersebut, perpajakan sedang


diupayakan sebagai pemasukan pokok anggaran negara. Seperti diketahui
bahwa pajak juga digunakan sebagai indikator pengukur keadaan ekonomi
suatu negara sehingga pengoptimalan perolehan pajak sangat berkaitan sekali
dengan memaksimalkan upaya pemerintah dalam menyediakan pelayanan
publik,dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sesuai dengan ketentuan umum perpajakan UU no 20 tahun 2007, pasal 1


“pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
ayat 1,
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.“
Untuk menjalankan perpajakan tersebut, tentunya diperlukan dasar hukum
yang pasti. Banyak undang-undang yang mengatur tentang tata cara
perpajakan, dan makalah ini membahas sedikit mengenai fungsi dan tujuan
hukum pajak itu sendiri sehingga para pembaca dapat memahami tujuan dan
fungsi hukum pajak, serta menjalankan kewajiban perpajakan yang telah
diamanahkan dalam undang-undang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara dan sistem dalam pemungutan pajak ? b. Berapa tarif pajak
yang dipungut kepada wajib pajak ? c. Apa fungsi dalam pemungutan pajak ?
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberi wawasan dan pengetahuan
kepada pembaca untuk mengetahui tentang dasar dasar yang meliputi filosofi
perpajakan dan peraturan perundangan di bidang perpajakan.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Cara dan Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara yang dipakai untuk menghitung
besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara.
Dengan kata lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak
yang bersangkutan agar dapat masuk ke kas negara.

Sistem pemungutan pajak sendiri diatur dalam dalam Undang-Undang No.10


tahun 1994, dengan pembahasan dan aturan segala hal yang terkait dengan
subjek maupun objek pajak. Dengan inti dari aturan tersebut yaitu sistem
perlu menerapkan asas domisili serta asas sumber sekaligus atau dengan satu
waktu. Perpajakan di Indonesia melakukan pemberlakukan terhadap kedua
asas tersebut sebagai aset penting guna menambah devisa negara. Ada
beberapa sistem pemungutan yang ada, yaitu sebagai berikut :

2.1.1 Self Assessment System


Self Assessment System adalah sistem penentuan pajak yang
membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib
pajak yang bersangkutan secara mandiri. Bisa dikatakan, wajib pajak adalah
pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan
besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem
administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai


pengawas dari para wajib pajak. Self assessment system biasanya diterapkan
pada jenis pajak pusat. Misalnya adalah jjenis pajak PPN dan PPh. Sistem
pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan di Indonesia setelah masa
reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.

Sistem pemungutan pajak ini memiliki kekuarangan, yaitu karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu
dibayarkan, maka wajib pajak biasanya akan berusaha untuk menyetorkan
pajak sekecil mungkin dengan membuat laporan palsu atas pelaporan
kekayaan

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:


● Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu secara
mandiri.
● Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban
pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
● Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali
jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak, atau terdapat pajak yang
seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan
.
2.1.2 Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak
yang membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak kepada seorang
wajib pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan nilai pajak
terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
aparat perpajakan. Sistem pengmabilan pajak ini biasanya diterapkan dalam
pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB).

Dalam pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang mengeluarkan


surat ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya. Wajib
pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar
PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan
oleh KPP tempat objek pajak terdaftar.

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:


● Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.
● Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
● Besaran pajak terutang akan dketahui setelah petugas pajak
menghitung pajak yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan
pajak.
● Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak
yang wajib dibayarkan.

2.1.3 Withholding System
Pada siistem pemungutan pajak withholding system, besarnya
pajak biasanya dihitung oleh pihak ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan
bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding

System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh


bendahara instansi atau perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi
pergi ke kantor pajak untuk membayarkan pajak tersebut.

Jenis pajak yang biasanya menggunakan withholding system di Indonesia


adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2)
dan PPN. Bukti potong atau bukti pungut biasanya digunakan sebagai bukti
atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem ini. Untuk beberapa kasus
tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti potongan
tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa
PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.

2.2 Taris Pajak

2.2.1 Pengertian Tarif Pajak


Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak
yang menjadi tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa
persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif
pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda.
Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan
dasar untuk menghitung pajak terutang. Secara struktural, tarif pajak dibagi
menjadi 4 jenis, antara lain:

a. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang
mana persentase akan naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya. Di
Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak
penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, seperti:
● Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya
5%.
● Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
● Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
● Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.

b. Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini
merupakan tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang
dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan
semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat. Jadi,
jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil.
Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.

c. Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap
meski terjadi perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun
jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap. Contohnya adalah Pajak
Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.
d. Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang
nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajaknya.
Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap
sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan
nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.

2.3 Fungsi Pajak


2.3.1 Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak merupakan sumber pendapatan negara dan memiliki
fungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan
negara. Pada dasarnya, negara membutuhkan biaya untuk dapat menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan. Biaya yang
diperlukan negara ini dapat diperoleh melalui penerimaan pajak yang
dibayarkan oleh warga negara yang terdaftar sebagai Wajib Pajak kepada
negara. Pajak dapat digunakan oleh negara untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan sebagainya.

Untuk hal yang berkaitan dengan pembiayaan pembangunan, biaya yang


digunakan dapat berasal dari tabungan pemerintah, yaitu dari penerimaan
dalam negeri yang dikurangi dengan pengeluaran rutin. Untuk tabungan
pemerintah, perlu ditingkatkan setiap tahunnya menyesuaikan dengan
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat, dan
peningkatan akan tabungan pemerintah ini diharapkan juga dapat berasal
dari sektor pajak.

2.3.2 Fungsi Mengatur (Regulerend)


Melalui kebijaksanaan pajak, dapat membantu pemerintah
dalam mengatur pertumbuhan ekonomi. Melalui fungsi mengatur ini, pajak
diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai sebuah tujuan,
yaitu kesejahteraan rakyatnya
.
2.3.3 Fungsi Stabilitas
Pajak juga berfungsi dalam membantu pemerintah berkaitan
dengan kepemilikan dana yang dapat digunakan untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga hal-hal yang
berkaitan dengan inflasi dapat dikendalikan dengan baik. Untuk dapat
menjaga stabilitas perekonomian negara, dapat dilakukan dengan mengatur
peredaran uang yang ada di masyarakat, pemungutan pajak, hingga
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

2.3.4 Fungsi Redistribusi Pendapatan


Pajak yang telah dipungut oleh pemerintah atau negara,
nantinya akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum,
termasuk ke dalamnya adalah membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh warga negaranya
yang membutuhkan pekerjaan yang pada akhirnya berujung pada
peningkatan pendapatan masyarakat.
BAB III PENUTUP

Sistem pemungutan pajak adalah suatu cara yang dipakai untuk menghitung
besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara.
Dengan kata lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak
yang bersangkutan agar dapat masuk ke kas negara. Sistem pemungutan pajak
sendiri diatur dalam dalam Undang-Undang No.10 tahun 1994, dengan
pembahasan dan aturan segala hal yang terkait dengan subjek maupun objek
pajak. Ada beberapa sistem pemungutan yang ada, yaitu Self Assessment
System yaitu sistem penentuan pajak yang membebankan penentuan besaran
pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan secara
mandiri, kemudian Official Assessment System yaitu sistem pemungutan
pajak yang membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak kepada
seorang wajib pajak dan yang terakhir withholding system yaitu besarnya
pajak biasanya dihitung oleh pihak ketiga bukan mereka wajib pajak dan
bukan juga aparat pajak/fiskus.

Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang
sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap
jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar pengenaan
pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar untuk
menghitung pajak terutang.

Anda mungkin juga menyukai