Anda di halaman 1dari 10

PAJAK PENJUALAN ATAS

BARANG MEWAH (PPNBM)

Berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia, Pajak


Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang
dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau mengimpor barang
tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
1. DASAR HUKUM DAN
PENGERTIAN PPNBM
Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Terhadap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) disamping dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah disebut dalam Pasal 4
Undang-undang PPN dan PPnBM dikenakan juga Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM).
2 . L A TA R B E L A K A N G
P E M U N G U TA N P P N B M

 PPN berdampak regresif, yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen, semakin ringan
beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi regresivitas ini, terhadap konsumen yang
mengkonsumsi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah dikenakan
beban pajak tambahan yaitu PPnBM.

 Konsumsi BKP yang tergolong mewah bersifat kontraproduktif. Hal ini merupakan
upaya untuk mengurangi pola konsumsi tinggi yang tidak produktif dalam masyarakat.

 Produsen kecil dan tradisional menghadapi saingan berat dari komoditi impor. Dengan
motivasi ini, pengenaan PPnBM dimaksudkan untuk melindungi produsen kecil dan
tradisional atau untuk tujuan proteksi

 Tuntutan peningkatan penerimaan negara dari tahun ke tahun.


3. KARAKTERISTIK PPNBM

 PPn BM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.


 PPn BM hanya dikenakan satu kali (yaitu ; pada saat impor atau pada
saat penyerahan BKPMewah oleh Pengusaha Kena Pajak Pabrikan).
 PPn BM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan sebagai
biaya.
 Dalam hal BKP Mewah diekspor, PPn BM yang dibayar pada saat
perolehannya dapatdiminta kembali/direstitusi.
4 . T E R M A S U K BA R A N G
M E WA H
Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan dengan pertimbangan :

 Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang


berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi

 Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah

 Perlu adanya perlindungan terhadap konsumen kecil tradisional

 Perlu untuk mengamankan penerimaan Negara


Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan dengan pertimbangan
Batasan Suatu barang termasuk BKP Yang tergolong mewah adalah
:

 Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok

 Barang tersebut dimkonsumsi oleh masyarakat tertentu

 Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu

 Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi

 Barang tersebut dikonsumsikan untuk menunjukkan status


PPnBM dikenakan atas:

 Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang


dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan BKP
yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya

 Impor BKP yang tergolong mewah oleh siapapun


Objek pajak penjualan atas barang mewah :

Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong


Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang
menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong
Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah.

Anda mungkin juga menyukai