Anda di halaman 1dari 20

WARALABA

Disusun oleh:

Prasetyo Dinanto (1202016126)

Raihan Adityar (1202016135)

Yusuf Firmanto (1202016273)

M.Wahyu Dicky A (1202016220)

Syamsul Ajiz (1202016169)

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN 2016/2017

UNIVERSITAS YARSI
Daftar Isi

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Definisi Waralaba ............................................................................................. 3
2.1.1 (Pewaralabaan) terbagi atas 2 segmen yakni: ............................................ 3
2.1.2 Waralaba dapat dibagi menjadi dua: ......................................................... 4
2.2 Dasar Hukum Franchise .................................................................................. 5
2.3 Perkembangan Waralaba................................................................................. 7
2.3.1 Tipe-tipe Waralaba ...................................................................................... 8
2.4 Peluang Bisnis dan Aspek Keuangan ................................................................. 8
2.4.1 Aspek Keuangan ............................................................................................. 8
2.4.2 Peluang Bisnis................................................................................................ 9
2.5 Perjanjian Waralaba ...................................................................................... 11
2.6 Keuntungan dan Kekurangan Waralaba ..................................................... 14
2.6.1 Keuntungan Waralaba............................................................................... 14
2.6.2 Kekurangan Bisnis Waralaba ................................................................... 15
BAB III............................................................................................................................. 17
PENUTUP........................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya sektor

perekonomian yang semakin meningkat, dinamis dengan penuh persaingan serta

tidak mengenal batas-batas wilayah. Berbagai bisnis yang dijalankan dengan

mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman sekarang ini

diperlukannya hukum untuk menaungi dan melindungi dengan tujuan untuk

mewujudkan rasa keadilan sosial dan adanya kepastian hukum, bukan hanya

sekedar mencari keuntungan (profit oriented) tetapi ada pertanggung jawaban

terhadap dampak yang ditimbulkan dari operasional bisnis secara menyeluruh

tersebut.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para bisnisman dan

orang-orang yang ingin terjun langsung didunia bisnis hendaknya terlebih

dahulu mengetahui dan memahami hukum bisnis secara detail agar bisnis yang

ditekuni berjalan dengan baik danmemberikan manfaat bagi dirinya

dan menyejahterakan masyarakat pada umumnya.

di Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang yang lain, berusaha

semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Untuk itu

pengembangan pada sektorekonomi menjadi tumpuan utama agar taraf hidup

rakyat menjadi lebih mapan. Pembangunan ekonomi merupakan pengolahan

kekuatan ekonomi rill dimana dapat dilakukan melalui penanaman modal,

penggunaan teknologi dan kemampuan berorganisasi atau manajemen.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Waralaba?

2. Sumber hukum kegiatan penyelenggaraan waralaba?

3. Perkembangan dan tipe waralaba?

4. Peluang Bisnis dan Aspek keuangan waralaba?

5. Perjanjian waralaba?

6. Keunggulan dan kelemahan waralaba?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari waralaba

2. Untuk mengetahui sumber hukum kegiatan penyelenggaraan waralaba

3. Untuk mengetahui perkembangan waralaba

4. Untuk mengetahui peluang bisnis dan aspek keuangan waralaba

5. Untuk mengetahui perjanjian waralaba

6. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan waralaba

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan kepada para pembaca mengenai aspek hukum

waralaba (Franchise),

2. Sebagai sumber referensi,

3. Menambah wawasan bagi para pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Waralaba

yang dimaksud dengan Waralaba ialah Suatu sistem pendistribusian barang

atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan

hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis (franchise) dengan

merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Franchise sendiri berasal dari bahasa latin yakni francorum rex yang

artinya "bebas dari ikatan", yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak

usaha. Pengertian Franchising (Pewaralabaan) adalah perikatan dimana salah satu

pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan

intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan

suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka penyediaan

dan atau penjualan barang atau jasa. Secara sederhana, benang merah waralaba

adalah penjualan paket usaha komprehensif dan siap pakai yang mencakup merek

dagang, material dan pengolaan manajemen. Oleh karena itu, pihak-pihak yang

terlibat dalam franchising. Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia

2.1.1 (Pewaralabaan) terbagi atas 2 segmen yakni:

A. Franchisor atau Pemberi Waralaba, adalah badan usaha atau perorangan

yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

usaha yang dimilikinya. Franchisor sudah harus siap dengan perlengkapan

operasi bisnis dan kinerja manajemen yang baik, menjamin kelangsungan

3
usaha dan distribusi bahan baku untuk jangka panjang, serta menyediakan

kelengkapan usaha sampai ke detail yang terkecil. Franchisor juga sudah harus

menyediakan perhitungan keuntungan yang didapat, neraca keuangan yang

mencakup BEP (Break Event Point) dan ROI (Return On Investment).

B. Franchisee atau Penerima Waralaba, adalah badan usaha atau perorangan

yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas

kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi

waralaba. Franchisee hanya menyediakan tempat usaha dan modal sejumlah

tertentu bergantung pada jenis waralaba yang akan dibeli. Namun franchisee

juga mempunyai kewajiban non-finansial yang sangat esensial yakni menjaga

image produk waralaba. Franchisee mempunyai dua kewajiban finansial yakni

membayar franchise fee dan royalti fee. Franchise fee adalah jumlah yang

harus dibayar sebagai imbalan atas pemberian hak intelektual pemberi

waralaba, yang dibayar untuk satu kali (onetime fee) di awal pembelian

waralaba. Royalti fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara periodik

yang merupakan persentase dari omzet penjualan. Nilai franchisee fee dan

royalti fee ini sangat bervariatif, bergantung pada jenis waralaba.

2.1.2 Waralaba dapat dibagi menjadi dua:

A. Waralaba luar negeri/asing adalah waralaba yang berasal dari luar negeri,

jenis waraaba ini cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek

sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.

Contohnya: McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, Bread Talk, Starbucks,

Pizza Hut, dll.

4
B. Waralaba dalam negeri adalah waralaba yang berasal dari dalam negeri, jenis

wara laba ini juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang

ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti

awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. contoh

waralaba lokal: Primagama, Alfamart, Martha Tilaar, Roti Buana, Edward

Forrer, Bogasari Baking Center dan berbagai nama lainnya.

2.2 Dasar Hukum Franchise

1. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456

KUH Perdata; para pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasan, kesopanan atau hal-hal

lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat

sahnya perjanjian dsb.

2. Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar &

Komisioner), ketentuan-ketentuan yang bersifat administrative seperti

berbagai ketentuan dari Departemen Perindustrian, Perdagangan dsb.

Seringkali ditentukan dengan tegas dalam kontrak franchise bahwa di antara

pihak franchisor dengan franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan.

3. Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung

ikut terlibatnya merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu

bisnis franchise, apalagi dimungkinkan adanya suatu penemuan baru oleh

pihak franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19 (1992)

Merek, UU No 6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.

4. UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor

akan membuka outlet di suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor

5
tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu kepada ahli hukum penanaman

modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternative yang mungkin

diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih untuk

mengelak dari larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika

hendak beroperasi lewat direct investment.

5. Peraturan lain lain sebagai dasar hukum;

A. Ketentuan hukum administrative, seperti mengenai perizinan usaha,

pendirian perseroan terbatas, dll peraturan administrasi yang umumnya

dikeluarkan oleh Departmen Perdagangan. Kepmen Perdagangan No

376/Kp/XI/1983 tentang kegiatan perdagangan.

B. Ketentuan Ketenagakerjaan,

C. Hukum Perusahaan (UU PT No 1 (1995)),

D. Hukum pajak- adakah pajak ganda, pajak penghasilan, pajak pertambahan

nilai, pajak withholding atas royalty dan pajak penghasilan atas tenaga kerja

asing.

E. Hukum persaingan,

F. Hukum industri bidang tertentu misalnya aturan tentang standar mutu,

kebersihan dan aturan lain lain yang bertujuan melindungi konsumen, atau

bahkan UU pangan sendiri.

G. Hukum tentang kepemilikan- hak guna bangunan, hak milik, etc.

H. Hukum tentang pertukaran mata uang- RI menganut rezim devisa bebas,

maka tidak ada larangan maupun batasan terhadap keluar masuknya valuta

asing dari/ke Indonesia.

6
I. Hukum tentang rencana tata ruang; apakah wilayah tersebut memungkinkan

dibukannya sebuah franchise, kualitas bahan untuk gedung tersebut

memenuhi syarat? Etc etc.

J. Hukum tentang pengawasan ekspor/ impor misalnya dalam hal

pengambilan keputusan apakah barang barang tertentu mesti dibawa dari

Negara pihak franchisor atau cukup diambil saja dari Negara pihak

franchisee.

K. Hukum tentang bea cukai- apakah lebih menguntungkan barang-barang

tertentu dipasok dari luar negeri atau cukup menghandalkan produk local

semata.

2.3 Perkembangan Waralaba

Perkembangan bisnis waralaba di tanah air saat ini semakin pesat jika

dahulu hanya didominasi perusahaan waralaba asing saja maka saat

ini perusahaan lokal kita juga menunjukan kekuatan bisnis waralabanya, jika dulu

kita hanya mengenal beberapa fast food asing maka sekarang banyak juga kita

jumpai bisnis fast food yang berasal dari dalam negeri yang menjalankan bisnisnya

dengan konsep waralaba bahkan ada beberapa bisnis waralaba yang mengusung

makanan tradisional bahkan mengembangkan bisnisnya dibeberapa negara, jika

saja anda berkesempatan untuk datang pada saat pameran waralaba maka banyak

kita jumpai beberapa bisnis lokal yang baru bermunculan baik dari industri

makanan, jasa pendidikan maupun otomotif dengan semakin tingginya

perkembangan bisnis waralaba ditanah air diharapkan dapat membantu pemerintah

dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapat negara melalui pajak yang

dibayarkan para pelaku bisnis waralaba di tanah air

7
2.3.1 Tipe-tipe Waralaba

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa suatu tipe waralaba, yakni sebagai

berikut:

2.1 Trade Name Franchising

Tipe yang satu ini franchise mendapatkan hak untuk memproduksi,

contohnya pada PT. Great River mempunyai hak untuk memproduksi pakaian

dalam Triumph dengan lisensi dari jerman.

2.2 Product Distribution Franchising

Salah satu tipe ini, franchise mendapatkan hak untuk distribusi di wilayah

tertentu, misalnya pada soft drink, cosmetics.

2.3 Pure Franchising / Bisiness Format

Tipe yang satu ini franchise mendapatkan hak sepenuhnya, mulai dari

trademark, penjualan, peralatan, metode operasi, strategi pemasaran, bantuan

manajemen dan teknik, pengendalian kualitas, dan lain sebagainya. Contohnya

pada restaurant, fash food, pendidikan, dan konsultan.

2.4 Peluang Bisnis dan Aspek Keuangan

2.4.1 Aspek Keuangan

Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan

perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama pentingnya dengan aspek lainnya,

bahkan ada beberapa pengusaha menganggap justru aspek inilah yang paling utama

untuk dianalisis karena dari aspek ini tergambar jelas hal-hal yang berkaitan dengan

keuntungan perusahaan, sehingga merupakan salah satu aspek yang sangat penting

untuk diteliti kelayakannya.

Secara keseluruhann penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti:

8
1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.

2. Kebutuhan biaya investasi.

3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk

jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.

4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode kedepan.

5. Kriteria penilaian investasi.

6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.

2.4.2 Peluang Bisnis

Berikut ini adalah beberapa peluang bisnis waralaba yang dapat dijalankan dengan

modal relative kecil:

1. Bisnis Waralaba Makanan & Minuman

Menjalankan bisnis waralaba makanan & minuman memiliki potensi bisnis

yang sangat bagus karena makanan merupakan kebutuhkan pokok manusia yang

pasti selalu dicari orang. Namun, merintis bisnis makanan, misalnya restaurant atau

tempat makan dengan merk dagang baru adalah sebuah tantangan yang sangat sulit,

terutama untuk orang yang belum memiliki pengalaman berbisnis makanan

sebelumnya.

Ada banyak waralaba makanan & minuman yang menawarkan franchisenya

dengan harga yang relative murah, tapi tidak semua cocok dengan Anda. Sebaiknya

kita memilih bisnis waralaba makanan & minuman yang punya keunikan, punya

potensi bisnis yang bagus, dan harganya terjangkau.

2. Bisnis Waralaba Laundry & Jasa Kebersihan

Kalau kita perhatikan, bisnis laundry ternyata punya potensi yang sangat

bagus lho, apalagi kalau bisnis ini dijalankan di lokasi yang strategis. Untuk bisnis

9
waralaba laundry, biasanya franchisor (pemilik waralaba) akan membantu kita

dalam menentukan lokasi yang strategis untuk bisnis ini.

Biasanya bisnis waralaba laundry dan jasa kebersihan akan sangat laris bila

dijalankan di lokasi perumahan, kampus, dan kos-kosan. Sekarang ini banyak sekali

orang yang lebih memilih jasa laundry untuk mencuci pakaian mereka daripada

harus mencuci sendiri, selain karena lebih mudah, hasil pekerjaannya lebih rapih,

dan harga jasanya juga relative murah.

Ketika kita ingin menjalankan bisnis ini, pastikan kita memilih waralaba

yang punya reputasi baik dan mau memberikan solusi pada masalah Anda sebagai

pemula dalam bisnis ini. Lebih baik mengeluarkan modal agak besar di awal untuk

waralaba dari franchisor yang punya reputasi baik, daripada modal kecil tapi

potensi resiko lebih besar karena franchisor tidak memiliki reputasi dalam bisnis

ini.

3. Bisnis Waralaba Di Bidang Kesehatan & Kecantikan

Banyak sekali orang yang membutuhkan sarana atau tempat-tempat untuk

menjaga kesehatan dan kecantikan mereka, terutama kaum hawa. Beberapa tempat

perawatan kesehatan dan kecantikan yang sering dikunjungi orang adalah tempat-

tempat fitness, reflexy, salon, spa, dan lain-lain. Itulah alasannya mengapa bisnis

ini sangat potensial untuk dijalankan.

Ada beberapa perusahaan yang bergerak di bisnis ini menawarkan

waralabanya kepada calon pengusaha seperti Anda, tapi sebaiknya pilih satu yang

paling sesuai dengan minat dan kemampuan Anda, misalnya Anda ingin memiliki

usaha spa.

10
4. Bisnis Waralaba Di Bidang Jasa Pendidikan & Pelatihan

Ternyata ada banyak perusahaan yang bergerak dibidang jasa pendidikan &

pelatihan menawarkan waralaba bagi calon pengusaha yang ingin memiliki bisnis

sendiri. Bila Anda adalah seseorang yang memiliki minat pada industri jasa

pendidikan dan pelatihan, maka Anda harus mempertimbangkan untuk memilih

waralaba ini.

Perlu kita ketahui bahwa tidak semua perusahaan di bidang jasa pendidikan

dan pelatihan menawarkan waralabanya dengan harga yang murah. Ada diantara

mereka yang menawarkan waralabanya dengan harga yang sangat mahal, tentunya

kita harus menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang kita miliki.

Nah, dari beberapa jenis waralaba yang sudah disebutkan di atas, tentunya

Anda punya pilihan sendiri waralaba apa yang sesuai dengan minat dan kemampuan

Anda. Setelah memilih jenis waralabanya, tentunya ada hal lain yang perlu kita

perhatikan ketika kita ingin menjalankan bisnis ini, yaitu mencapai keberhasilan

bisnis waralaba kita.

2.5 Perjanjian Waralaba

Asas perjanjian yang tersirat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yaitu

asas kebebasan berkontrak. Pasal tersebut menyatakan bahwa semua perjanjian

yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Sampai dengan batas tertentu, ketentuan dalam perjanjian yang

disepakati oleh para pihak harus dihormati. Di Indonesia meskipun tidak

dirumuskan secara eksplisit mengenai pembatasan tersebut, namun dalam

ketentuan Pasal 1337 KUHPerdata, terdapat pembatasan bahwa setiap perjanjian

tidak boleh bertentangan dengan peraturan, kesusilaan dan ketertiban umum. Secara

11
khusus dalam peraturan tertentu yang melarang setiap perbuatan hukum atau

peristiwa hukum yang menyebabkan terjadinya penyelundupan hukum.

Sehubungan dengan syarat sahnya perjanjian waralaba antara pemberi waralaba

(franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee), harus memenuhi ketentuan

dalam Pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan (isi atau klausul perjanjian);

2. Umur para pihak sudah mencapai 18 tahun atau sudah pernah melakukan

perkawinan (cakap atau dewasa menurut hukum);

3. Mengenai hal tertentu, dalam hal ini mengenai waralaba;

4. Suatu causa yang halal, tidak bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan, atau ketertiban umum.

Pengertian Waralaba yaitu hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau

badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat

dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan Perjanjian Waralaba

(Pasal 1 butir 1 Permendag 31/2008).

Berdasarkan pengertian tersebut, hal yang perlu dipahami terkait dengan pemberian

lisensi dalam waralaba adalah kerahasiaan atas seluruh data, keterangan dan

informasi yang diperoleh oleh penerima waralaba dari pemberi waralaba.

Umumnya, lisensi merupakan rangkaian independen dan sulit dipisahkan. Untuk

melindungi rangkaian inilah maka kemudian dilakukan pendaftaran Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) dan selanjutnya pemberi waralaba mewajibkan penerima

waralaba untuk merahasiakannya.

12
Adapun Perjanjian Waralaba berdasarkan Pasal 5 PP42/2007 Perjanjian Waralaba,

setidaknya memuat:

1. nama dan alamat para pihak;

2. jenis Hak Kekayaan Intelektual;

3. kegiatan usaha;

4. hak dan kewajiban para pihak;

5. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang

diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;

6. wilayah usaha;

7. jangka waktu perjanjian;

8. tata cara pembayaran imbalan;

9. kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris;

10. penyelesaian sengketa; dan

11. tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian.

Bentuk-bentuk kontrak perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak

dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang dibuat oleh

para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).

Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini:

 Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang

bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian,

tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga;

 Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak

Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk

13
melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi, kesaksian tersebut

tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian;

 Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel.

Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka pejabat yang

berwenang untuk itu.

2.6 Keuntungan dan Kekurangan Waralaba

2.6.1 Keuntungan Waralaba

1. Manajemen bisnis telah terbangun

Bisnis waralaba memberikan keuntungan untuk berbisnis di bawah bendera

bisnis lain yang sudah memiliki reputasi yang bagus. Ide, penamaan dan

manajemen suatu bisnis telah di uji coba sebelumnya dan siap untuk di

implementasikan pada lokasi yang baru.

2. Sudah dikenal masyarakat

Pemasaran bisnis waralaba cenderung lebih mudah, karena bisnis

sebelumnya lebih terdahulu di kenal masyarakat. Dengan kata lain, biaya dan

tenaga yang diperlukan untuk membangun reputasi bisnis tersebut jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan membangun bisnis baru.

3. Manajemen finansial yang lebih mudah

Investor cenderung lebih suka untuk memberikan modal pada bisnis yang

telah kokoh dari segi finansial dan jaringan pemasaran. Dengan menggunakan

bisnis waralaba, sistem manajeman finansial telah di tetapkan oleh pemilik

waralaba utama, sehingga kita tidak perlu dipusingkan lagi dengan manajemen

finansial seperti membangun bisnis baru.

14
4. Kerjasama bisnis telah terbangun

Orang yang membeli waralaba bisa mendapatkan keuntungan kerjasama

yang telah terbangun sebelumnya oleh pemilik waralaba. Contohnya kerjasama

dengan pemasok bahan baku, pihak periklanan dan juga pemasaran.

5. Dukungan dan keamanan yang lebih kuat

Pemilik waralaba biasanya akan memberikan pelatihan seperti manajemen

finansial, pemasaran, periklanan dan lain lain. Hal – hal seperti ini biasanya sudah

termasuk dalam paket pembelian waralaba.

6. Bisa mendapat untung lebih besar?

Banyak orang berpikir bahwa keuntungan dari bisnis waralaba adalah

mendapatkan keuntungan lebih besar karena brand telah dikenal banyak orang. Tapi

pada kenyataannya, hal ini tidak selalu terjadi. Biaya yang dikeluarkan oleh pembeli

waralaba kepada pihak pemilik waralaba tentunya dipotong dari keuntungan yang

didapat. Pembeli waralaba akan mendapatkan banyak kemudahan di saat-saat awal

usaha, tapi untuk jangka panjang, para pemilik waralaba kadang menemukan bahwa

memulai bisnis sendiri mungkin akan jauh lebih menguntungkan.

2.6.2 Kekurangan Bisnis Waralaba

1. Kurang kendali

Salah satu kekurangan dari bisnis waralaba adalah kurangnya kendali dari

pembeli waralaba terhadap bisnisnya sendiri, karena semua sistem telah ditentukan

oleh pemilik waralaba. Sehingga ruang gerak pembeli waralaba sangat terbatas.

Ide-ide untuk berkreatifitas pun terkadang tidak bisa diaplikasikan, karena adanya

perjanjian-perjanjian khusus.

15
2. Sangat terikat dengan supplier

Untuk mendapatkan keuntungan yang mencukupi, tentunya setiap

pengusaha menginginkan modal yang kecil. Salah satu caranya adalah mencari

supplier yang murah. Dengan menggunakan sistem waralaba, pihak pemasok

barang pun telah ditentukan. Sehingga kita tidak bisa memilih lagi supplier yang

lebih murah.

3. Ketergantungan pada reputasi waralaba lain

Salah satu kekurangan terbesar dari waralaba adalah tergantungnya reputasi

waralaba terhadap waralaba yang lain. Jika waralaba yang lain melakukan

kesalahan yang mengakibatkan rusaknya reputasi, maka hal ini juga akan

mempengaruhi waralaba yang anda kelola.

4. Biaya waralaba

Pihak pemilik waralaba akan mengajukan biaya awal untuk membeli

perjanjian waralaba. Kemudian biaya lanjutan untuk pelatihan dan dukungan bagi

para pembeli waralaba.

5. Pemotongan keuntungan

Pembeli waralaba di haruskan untuk membayar royalti dari sejumlah

keuntungan yang didapatkan. Jika keuntungan yang didapatkan sedikit, berarti

keuntungan tersebut akan dipotong untuk menutupi biaya ini.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Waralaba (Franchise) merupakan suatu bentuk bisnis kerjasama yang

dilakukan oleh dua belah pihak, dimana pihak pertama (franchisor) memberikan

hak kepada pihak kedua (franchisee) untuk menjual produk atau jasa dengan

memanfaatkan merk dagang yang dimiliki oleh pihak pertama (franchisor) sesuai

dengan prosedur atau system yang diberikan.

Waralaba merupakan salah satu bentuk perikatan/atau perjanjian dimana

kedua belah pihak harus memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing.

Perjanjian waralaba adalah perjanjian yang tidak bertentangan dengan undang-

undang, agama, ketertiban umum, dan kesusilaan. Artinya perjanjian itu menjadi

sebuah aturan bagi mereka yang membuatnya, dan mengikat kedua belah

pihak. Perjanjian bisnis waralaba ini merupakan perjanjian baku timbal balik

dimana masing-masing pihak berkewajiban melakukan prestasi sehingga akan

saling menguntungkan.

Kemudian banyak orang yang mengatakan bahwa waralaba itu sama dengan

lisensi, padahal pada kenyataannya kedua istilah tersebut berbeda baik dari segi

pengertian maupun dari segi pengaplikasiannya. Lisensi merupakan pemberian hak

merk/hak cipta kepada pihak tertentu dan tidak mempunyai tanggung jawab untuk

melakukan bimbingan ataupun pelatihan kepada penerima lisensi. Sedangkan di

dalam bisnis waralaba, pihak franchisor mempunyai kewajiban untuk memberikan

pelatihan dan bimbingan kepada pihak franchisee.

17
Daftar Pustaka

https://www.talknesia.com/article/pengertian-waralaba-atau-franchise

http://www.pengertianku.net/2015/08/pengertian-waralaba-dan-

contohnya.html

http://www.negarahukum.com/hukum/dasar-hukum-kontrak-

waralaba.html

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-3-tipe-dan-jenis-jenis-

warabala-beserta-contohnya-terlengkap/

18

Anda mungkin juga menyukai