Anda di halaman 1dari 3

ANALISI KASUS PENCUCIAN UANG YANG DI LAKUKAN DIRUT PT JIWASRAYA

A. Identifikasi Terjadinya Kejahatan


Kasus di PT. Asuransi jiwasraya pada dasarnya mencakup pengawasan Kejahatan
pasar modal, kejahatan pencucian uang dan kejahatan korupsi. Di dalam Kejahatan Pasar
Modal, PT. Asuransi Jiwasraya diduga melakukan investasi Dengan skema Ponzi.
Investasi Ponzi adalah investasi palsu yang digunakan bagaimana menawarkan
keuntungan kepada investor dari uang real estat investor yang sama atau dana investasi
dari investor lain, sehingga pembayaran laba investasi tidak dapat diatribusikan pada laba
berasal dari operasi entitas tersebut dimaksudkan Mengenai laporan keuangan,
perusahaan yang menerapkan program investasi Ponzi ini adalah etalase untuk tujuan
menunjukkan prestasi yang terlihat bagus jika Anda memasukkan hadiah sebagai produk,
bukan nilai dalam hutang Selain tindak pidana pasar modal, juga terdapat tindak pidana
dalam kasus ini pencucian uang oleh PT. Asuransi Jiwasraya melakukan transaksi
penjualan Pembelian saham dari pemangku kepentingan dan juga dugaan manipulasi
harga Korupsi akibat Putusan Pengadilan 30/Pid.SusTPK/2020/PN Jkt.Pst. Dalam
penegakan hukum, khususnya dalam pengambilan keputusan Nomor sidang 30/Pid.Sus-
TPK/2020/PN Jkt.Pst, Peninjauan Kembali Periksa bukti-bukti berupa informasi yang
cukup Proses inspeksi yang diterima oleh peneliti dan terkait langsung dengan yang akan
dikonfirmasi atau dijelaskan adalah objektif secara independen dan profesional menarik
kesimpulan apakah ini masalahnya kerugian pemerintah. Hasil kajian menjelaskan bahwa
negara sedang mengalami Akibat kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan yang
dilakukan oleh PT. asuransi jiwasraya, sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyatakan tergugat sudah final dan secara meyakinkan melakukan tindak pidana
korupsi secara bersama-sama dan bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang
sebagaimana dimaksud dalam alinea keputusan pengadilan tersebut.

B. Penyabab Kasus
Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo menjelaskan penyebab gagal bayar Jiwasraya
adalah masalah solvabilitas yang diatasi dengan melakukan window dressing dalam
laporan keuangan dengan meluncurkan reasuransi dan revaluasi aset sejak 2008-2017.
Sedangkan solvabilitas itu sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan atau institusi
keuangan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka panjang, dengan cara
memiliki aset yang cukup untuk membayar utang-utangnya. Dalam istilah yang lebih
sederhana, solvabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu entitas keuangan untuk
membayar utang-utangnya. Namun disini PT Jiwasraya memiliki masalah dalam
membayar utang-utangnya maka dilakukannyalah window dressing. Juga window
dressing adalah Window dressing adalah praktik yang dilakukan oleh perusahaan atau
entitas keuangan untuk memperindah atau memperbaiki tampilan laporan keuangan
mereka pada akhir periode pelaporan. Tujuan utama dari window dressing adalah untuk
membuat laporan keuangan terlihat lebih baik daripada kenyataannya, dengan harapan
mempengaruhi persepsi investor, kreditor, atau pihak lain yang tertarik pada kesehatan
keuangan perusahaan Hal ini untuk melakukan investasi palsu dan melakukan pencucian
uang dengan melakukan transaksi penjualan Pembelian saham dari pemangku
kepentingan dan juga dugaan manipulasi harga

C. Identifikasi Pelaku
1. Benny Tjokrosaputro atau biasa dikenal dengan Benny Tjokro (lahir 15 Mei 1969)
adalah seorang pengusaha Indonesia. Benny merupakan anak pertama dari pasangan
Handoko Tjokrosaputro dan Lita Anggrian. Handoko sendiri merupakan anak dari
Kasom Tjokrosaputro, seorang pengusaha pewarna lokal dan pendiri brand Batik
Keris. Benny tak hanya dikenal sebagai pebisnis, tapi juga investor saham.
2. Hendrisman Rahim (lahir 18 Oktober 1955) adalah seorang profesional Indonesia.
Pada Januari 2008 ia terpilih untuk menjabat sebagai Direktur Utama PT Asuransi
Jiwasraya, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
asuransi. Sebelumnya ia merupakan Direktur Utama PT Reasuransi Internasional
Indonesia (Reindo).Ia kemudian juga dipercaya sebagai Ketua Umum Asosiasi
Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) periode 2011-2014.
3.

D. Identifikasi Korban
Dampak terbesar dari kasus Jiwasraya bukan pada penurunan nilai IHSG,
melainkan pada menyusutnya jumlah transaksi di pasar modal, baik yang dilakukan oleh
investor institusi maupun investor ritel. Begitu juga dengan frekuensi transaksi harian di
bursa yang turut melambat. Tentu juga yang menjadi korban adalah negara karena dari
kasus pencucian uang, korupsi dan investasi palsu, ini sudah merugikan negara sebesar
Rp 16,8 Triliun. Selain itu masyarakat indonesia juga menjadi korban atas kasus ini.

E. Reaksi Sosial
Kasus pencucian uang yang melibatkan PT Jiwasraya memiliki dampak sosial yang
signifikan dan memicu berbagai reaksi di masyarakat. Beberapa reaksi sosial yang umum
terjadi dalam kasus ini antara lain:

1. Kemarahan dan Kekecewaan: Kasus ini menimbulkan kemarahan dan kekecewaan di


kalangan masyarakat karena melibatkan penyalahgunaan kepercayaan, kerugian
keuangan yang besar, dan dampak negatifnya terhadap nasabah dan pemegang polis
Jiwasraya. Masyarakat merasa dikhianati oleh para pelaku yang seharusnya
bertanggung jawab menjaga aset publik.

2. Ketidakpercayaan pada Institusi: Kasus ini juga mengguncang kepercayaan


masyarakat pada institusi keuangan dan perusahaan asuransi. Ketidakpercayaan ini
dapat berdampak luas, termasuk menurunkan minat masyarakat untuk berinvestasi
atau membeli produk-produk asuransi.

3. Tuntutan Transparansi dan Pertanggungjawaban: Masyarakat menuntut adanya


transparansi yang lebih besar dalam industri keuangan dan pemenuhan tanggung
jawab yang lebih baik dari pihak terkait. Terdapat desakan agar proses hukum terkait
kasus ini berjalan dengan adil dan efektif, serta pelaku yang terbukti bersalah harus
diadili dan dikenai sanksi yang sesuai.

4. Penyadaran dan Peningkatan Kesadaran: Kasus ini memicu peningkatan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya memeriksa dan memahami laporan keuangan, serta
pentingnya memilih perusahaan yang terpercaya untuk berinvestasi atau membeli
produk asuransi. Masyarakat juga menjadi lebih waspada terhadap potensi praktik
ilegal atau penyalahgunaan dalam industri keuangan.

Reaksi sosial ini sering kali mendorong perubahan dalam regulasi dan
pengawasan industri keuangan, serta memperkuat kebutuhan akan transparansi,
akuntabilitas, dan integritas dalam manajemen perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai