Anda di halaman 1dari 10

KASUS KOPERASI PANDAAWA

Awal mula kasus ini, Salman Nuryanto diketahui merupakan tukang bubur ayam di
Depok, Jawa Barat, yang sukses selama 20 tahun. Salman menghimpun uang dari warga yang
tertarik berinvestasi pada bisnis penjualan buburnya yang sukses. Ia kemudian mendirikan
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Group pada tahun 2015, yang berkantor di Jalan Raya
Meruyung No. 8A, RT 002/RW 024, Meruyung, Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Dan
memperoleh izin resmi dari Kementerian Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Saat aktif berbisnis, perusahaan KSP pandawa mandiri group menawarkan bunga 10%
setiap bulan kepada setiap investor yang menanamkan uangnya, jauh lebih tinggi dari bunga
deposito yang ditawarkan bank.

Akhir – akhir pekan ini, terkait berita tentang KSP Pandawa Mandiri Group gempar
menjadi tranding topik di berbagai media. Kasus penghimpunan dana masyarakat ini merupakan
suatu perusahaan yang di duga menipu berkedok multi level marketing (MLM) atau Investasi.

Dana masyarakat hingga triliunan rupiah melalui KSP Pandawa Mandiri Group yang
didirikannya. Hingga saat ini, posko crisis center Polda Metro Jaya. Polisi menerima aduan
korban Pandawa sudah mencatat 5.469 orang yang mengadu sebagai korban. Meski sebelumnya
Polda Metro Jaya mencatat ada 776 korban yang telah melapor dengan total kerugian sekitar Rp
1,1 triliun. Sementara total korban diperkirakan ratusan ribu orang dengan total kerugian di
perkirakan Rp 3 triliun.

KSP Pandawa Mandiri Group ini koperasi yang ditawarkan atas nama koperasi, investasi
modal untuk diputarkan ke pedagang pasar dan makanan, bahwa setoran para investor
diputarkan kembali ke sektor kredit mikro sehingga skema investasi yang yang ditawarkan
Pandawa Group diduga melibatkan pinjaman kredit mikro.
Katakanlah, “Uang yang didapat dari investor dipinjamkan ke pedagang-pedagang kecil
dengan sistem penagihan harian. Misalnya, seorang pedagang meminjam Rp10.000 dengan
masa pinjaman 20 hari. Pandawa sudah untung 200%. Kalau dia bisa bagi hasil 10% dengan
investor". Karena hal demikian membuat para investor tertarik untuk menanamkan modalnya
ke pandawa group, karena mereka mengganggap masuk akal. Apalagi mengiming- imingi
investor dengan bunga tinggi tanpa risiko. Mereka juga mengatakan investor akan mendapat
bonus lebih besar bila semakin banyak merekrut orang.

Dengan bunga 10 % Sebagai imbalannya kepada para investor, sangat menggiurkan


bukan? tentu iya. Lantaran bunga yang dijanjikan sangat menggiurkan dengan skema investasi
yang ditawarkan KSP Pandawa Mandiri Group tersebut.

Pada awalnya, aliran dana kepada para investor lancar. Selama hampir 10 bulan, bisnis
berjalan sesuai perjanjian. Namun jumlah bunga semakin menurun. Hingga pada Desember 2016
bunga yang dijanjikan macet alias berhenti.

Bunga macet terjadi setelah ada pemberitahuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
menyatakan bahwa Pandawa Mandiri Group berstatus ilegal. Bahkan transaksi di perusahaan
MLM tersebut kini vakum dan sang pemilik tidak diketahui rimbanya.

Terkait dengan kasus tersebut dengan memberikan bunga 10 persen yang bukan
merupakan kegiatan koperasi. Ada tiga pihak di sana, Pandawa Group, Salman Nuryanto selaku
pemilik, dan KSP Pandawa Mandiri Group. KSP Pandawa Mandiri Group resmi koperasi yang
mendapat izin Kemenkop tahun 2015. Sementara Salman Nuryanto dan Pandawa Group tidak
ada izin. Mereka adalah individu-individu yang melakukan pengumpulan dana seakan-akan
menggunakan koperasi dengan menggunakan tameng koperasi untuk melakukan penghimpunan
dana. Bentuk badan usahanya tidak ada Secara formal tidak ada surat izinnya sama sekali.

Karena banyak pengaduan yang masuk, Di pertengahan 2016, Kemenkop diminta


melakukan pengawasan kegiatan KSP Pandawa Mandiri Group dan ditemukan memang berbagai
penyimpangan terhadap kegiatan perkoperasian di sana.
Ketua Satgas Waspada Investasi telah memanggil pemimpin Pandawa Group Salman
Nuryanto dan pengurus Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Group pada 11
November 2016 di gedung OJK. Satgas Waspada Investasi, setelah melakukan analisis mengenai
kegiatan usaha dan legalitasnya, akhirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghentikan aktivitas
Pandawa pada 11 November 2016. Karena kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan
Pandawa Group dianggap ilegal. Sehingga Perusahaan itu dimasukkan dalam daftar perusahaan
investasi ilegal dan berpotensi merugikan masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan
Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada
Investasi) menghentikan seluruh kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan Pandawa Group
karena berpotensi merugikan masyarakat dan diduga melanggar UU tentang Perbankan.

Untuk itu, OJK memerintahkan kepada Salman Nuryanto dan KSP Pandawa Mandiri Group
untuk tidak menggunakan nama Pandawa Group dalam kegiatan menghimpun dana masyarakat.
Selain itu Tongam juga meminta mengganti papan nama dan segala yang berkaitan dengan
Pandawa Group menjadi KSP Pandawa Mandiri Group. "Kita juga meminta Salman Nuryanto
melanjutkan pembenahan KSP Pandawa Mandiri Group sehingga memenuhi ketentuan tentang
perkoperasian," katanya.
Dikatakan Tongam, apabila masih terdapat kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan
oleh Salman Nuryanto dan atau Pandawa Group tanpa izin, OJK dan Bareskrim Polri akan
melakukan penyidikan karena melanggar ketentuan dalam Pasal 46 UU Perbankan mengenai
larangan penghimpunan dana tanpa izin atau bank gelap dengan ancaman pidana penjara paling
lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 200 miliar.
Dalam sistem hukum pidana di Indonesia, ancaman hukuman pidana tidak hanya
dikenakan terhadap pelaku, tetapi termasuk juga terhadap setiap orang yang turut melakukan,
menyuruh melakukan, atau membantu melakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dan
Pasal 56 KUHP
Pemimpin Pandawa Mandiri Group, Salman Nuryanto didampingi penasehat hukumnya
akhir Januari lalu sempat menjumpai para nasabahnya dan berjanji akan melunasi pembayaran
pada 1 Februari 2017. Karena belum ada kejelasan sampai 1 Februari 2017, sejumlah nasabah
menempuh jalur hukum dengan melaporkan yang bersangkutan ke Polda Metro Jaya.

Terkait Pandawa Group, Polda Metro Jaya terus mengembangkan kasus dugaan
penipuan dan penggelapan investasi fiktif bodong Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Group.
Dalam kasus ini, Polda Metro Jaya menetapkan 19 tersangka, Salman Nuryanto selaku ketua
pimpinan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Group. Diantara 19 orang tersebut, tujuh di
antaranya pemilik KSP Pandawa Group Salman Nuryanto, seorang Leader bernama Madamine,
dua pekerja administrasi yang merupakan adik Salman, Taryo, dan Subardi serta dua istri Salman
berinisial dan orang tua istri kedua Salman.

Berikut ini nama-nama para tersangka:


1. Dumeri alias Nuryanto sebagai Ketua Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Group
2. Subadri (leader 7)
3. Sutaryo (leader 7)
4. Madamin (level leader Diamond)
5. Nani (istri pertama Dumeri)
6. Cici (istri kedua Dumeri)
7. Dakim (orang tua Cici)
8. Roni Santoso (leader 8)
9. Yeret Meta (leader 8)
10. Tohiron (leader 8)
11. Ricky M Kurniwan (leader 8)
12. Abdul Karim (leader 8)
13. Reza Fauzan (leader 8)
14. Vita Lestari (level Diamond)
15. Dedi Susanto (leader 8)
16. Anto Wibowo (leader 7)
17. Mohamad Soleh (level Diamond)
18. Arif Firmansyah (leader)
19. Dani Kurniawan (leader)
Salman ditetapkan sebagai tersangka setelah dua kali mangkir dari panggilan polisi. Pada
Senin (20/2) sekira pukul 2.00 dini hari WIB, Salman ditangkap saat bersembunyi di daerah Mauk,
Tangerang.

Adapun di antara belasan orang yang ditetapkan tersangka itu bertugas sebagai leader
dari KSP Pandawa Group. Mereka sebelumnya juga sudah dimintai keterangan sebagai saksi.
Kemudian kita panggil lagi dan mereka datang sendiri. Namun, dengan alat bukti yang cukup,
para leader tersebut ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolda Metro Jaya.

Tersangka dijerat dengan Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan, Pasal 378 KUHP tentang
Penipuan, dan/atau Pasal 46 UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 3, 4, 5, dan 6
UU RI No 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Salman Nuryanto menggunakan Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group sebagai
kedok untuk melakukan penipuan tersebut. Tersangka melalui beberapa leader-nya
menghimpun dana dari para investor. Leader mendapatkan keuntungan sebesar 10 persen dari
dana yang diinvestasikan oleh para investor. Sementara investor juga dijanjikan keuntungan 10
persen dari total dana investasi.

Diberitakan sebelumnya, Polda Metro Jaya terus menangkap tersangka kasus dugaan
penipuan, penggelapan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) Pandawa Group. Hingga Rabu,
8 Maret kemarin tersangka kasus tersebut berjumlah 22 orang.

Polda Metro Jaya menyatakan bahwa Salman Nuryanto menggunakan dana para nasabah
Pandawa Group untuk kepentingan pribadinya. Dana yang dihimpun dari para nasabah
digunakan untuk berinvestasi dan menginvestasikannya dalam berupa aset – aset.

Di sisi lain, Nuryanto juga memutar uang para nasabah tersebut untuk kemudian
dipinjamkan kepada sejumlah pedagang usaha kecil menengah (UKM) di pasar-pasar di kawasan
Jabodetabek. Itulah uang yang dikelola oleh yang bersangkutan.
Para pedagang dibebankan bunga 20 persen dari nilai pinjaman tersebut. Sementara para
investor mendapatkan keuntungan 10 persen per bulan dari dana yang diinvestasikan tersebut.
Namun, belum tahu persis jumlah yang dipinjamkan kepada sejumlah pedagang UKM. Tapi kita
ketahui berapa dana yang sudah ditarik dari para investor tersebut. Di perkirakan sebesar 3
trilliun.

Korban kasus investasi bodong berkedok Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Group
(PMG) terus bertambah. Ribuan orang diperkirakan menjadi korban penipuan tersebut.

Hingga saat ini, posko crisis center Polda Metro Jaya. Polisi menerima aduan korban
Pandawa sudah mencatat 5.469 orang yang mengadu sebagai korban. Meski sebelumnya Polda
Metro Jaya mencatat ada 776 korban yang telah melapor dengan total kerugian sekitar Rp 1,1
triliun. Sementara total korban diperkirakan ratusan ribu orang dengan total kerugian Rp 3
triliun.

Ditkrimsus Polda Metro Jaya menyita sebanyak 16 aset milik PT Pandawa Group yang
berada di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Aset yang diduga dibeli dari hasil pencucian uang
tersebut berupa bangunan rumah dan tanah.

Sejumlah petugas dari Ditkrimsus Polda Metro Jaya, memasang papan penyitaan di enam
belas titik aset milik PT Pandawa Group yang berada di kabupaten Indramayu dan Cirebon, Jawa
Barat.

Aset yang disita meliputi sejumlah rumah mewah di kecamatan Kandanghaur, lahan
persawahan, dan sejumlah tanah bersertifikat. Penyitaan ini terkait dengan banyaknya
pengaduan dari ribuan nasabah yang uangnya dikelola oleh Pandawa Group.

Polda Metro Jaya hingga kini masih mendata total kekayaan dan aset yang dimilik bos
Pandawa Group Salman Nuryanto. Salah satu aset yang dimiliki Salman ialah rumah mewah
senilai Rp7 miliar.

"Sementara masih dicari, kalau deposit belum tahu, paling punya asuransi di bank," kata
Argo di Mapolda Metro Jaya, Jumat, 10 Maret 2017 kemarin.
Adapun, aset-aset itu yakni barang bukti yang telah disita polisi terkait dengan kasus ini
juga bertambah. Tercatat, ada 28 unit mobil, 20 unit sepeda motor, 12 sertifikat hak milik (SHM),
6 rumah/bangunan, 10 bidang tanah, logam mulia, sejumlah mata uang asing dan buku
tabungan. Polisi juga menyita 3 surat tanah berupa sertifikat dan Akta Jual Beli (AJB) dari Mayor
WA. Total aset yang telah disita nilainya cukup fantastis.

Ago menambahkan pihaknya bekerja sama dengan Polda tetangga untuk penyitaan aset-
aset para tersangka. Sebab, aset-aset itu tersebar tidak hanya di Jakarta tetapi juga di luar kota.

Saat disinggung soal pengembalian dana para nasabah, Argo mengatakan bahwa hal itu
kewenangannya dari pengadilan.

"Kalau pengembalian dana itu ranahnya bukan pidana, tapi perdata. Ya itu nanti
tergantung pengadilan," tandas Argo.

Kuasa hukum Salman Nuryanto, Bambang Sunaryo mengatakan, sebanyak 16 aset milik
kliennya ini akan disita dan dilelang. Hasil dari lelang tersebut akan dikembalikan kepada nasabah
sesuai dengan mekanisme yang sudah ditetapkan oleh pengadilan setempat.

"Atas kasus ini, OJK dan Satgas Waspada Investasi mengimbau kepada masyarakat,
khususnya yang berdomisili di wilayah Depok dan sekitarnya, agar tidak menyimpan dana kepada
Salman Nuryanto dan atau Pandawa Group karena tidak memiliki izin dari Otoritas Jasa
Keuangan," katanya. (Yas/Gdn)

Analisis Kasus KSP Pandawa Mandiri Group

 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan
Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas
Waspada Investasi) menghentikan seluruh kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan
Pandawa Group karena berpotensi merugikan masyarakat dan diduga melanggar UU
tentang Perbankan.
 Pada Kasus koperasi ini melanggar ketentuan dalam Pasal 46 UU Perbankan mengenai
larangan penghimpunan dana tanpa izin atau bank gelap dengan ancaman pidana penjara
paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 200 miliar.
 Adapun pada kasus ini selain melanggar undang-undang juga mengalihfungsikan dari
koperasi menjadi layaknya bank yaitu menghimpun dana masyarakat sebagai investor
yang menanamkan uangnya, dengan di iming-imingi bunga dan keuntungan yang jauh
lebih tinggi dari bunga deposito yang ditawarkan bank pada umumnya. Mereka juga
mengatakan investor akan mendapat bonus lebih besar bila semakin banyak merekrut
orang.
 Pada awalnya, aliran dana kepada para investor lancar. Selama hampir 10 bulan, bisnis
berjalan sesuai perjanjian. Namun jumlah bunga semakin menurun. Hingga pada
Desember 2016 bunga yang dijanjikan macet alias berhenti. Nasabah merasa kecewa dan
tertipu sehingga nasabah melaporkannya ke pihak berwajib untuk mengusut tuntas kasus
tersebut.

Kesimpulan

 Permasalahan yang terjadi pada Kasus KSP Pandawa Mandiri Group merupakan
permasalahan klasik investasi bisnis di Indonesia. Masalah yang paling mendasar dalam
ber investasi adalah dengan diiming-imingi keuntungan besar “bodong”. Pada dasarnya
modus perusahaan yang menjalankan penipuan berkedok investasi, rata-rata serupa, dan
kasus ini sering terjadi di masyarakat indonesia. Karena kecenderungan pola pikir
masyarakat yang menginginkan investasi yang instan dengan bunga dan tingkat
keuntungan yang tinggi sehingga menggiurkan para investor untuk menanamkan
modalnya.
 Selain itu, lemahnya pengetahuan Anggota Kasus KSP Pandawa Mandiri Group tentang
Koperasi juga menjadi faktor penyebab.
Saran.

menurut saya solusi yang bisa dilakukan:

 Masyarakat harus jeli dan waspada terhadap perusahaan yang menawarkan investasi
apabila perusahaan itu tidak jelas produk dan kegiatannya.
 Selanjut kurangya kontrol pengawasan akan memperparah bangsa kita menjadi bangsa
yang korup apabila tidak dari sekarang dibenahi. Artinya, kontrol pengawasan baik itu dari
aparat-aparat yang berwanang misalnya KPK, Kepolisian maupun Kejaksaan harus lebih
dioptimalkan. Dan yang lebih penting lagi kontrol pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat, ketika mengetahui ada tindak korupsi segera laporkan.
 Seharusnya Koperasi, tidak memberikan Janji pengembalian modal diatas BI rate , karena
itu akan merugikan nama baik koperasi, apabila koperasi ingin meningkatkan jumlah
peminatnya, koperasi harus memberikan janji yang real dan logika, yang tidak hanya
penarik saja, agar peminat nya tidak merasa tertipu. Apabila koperasi mengambil
tindakkan yang merugikan seperti contoh kasus diatas akan membuat koperasi
mengalami banyak kerugian karna akan merusak asas kekeluargaan koperasi.
 Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang koperasi baik melalui iklan di tv,
spanduk, koran ataupun secara langsung survei ke masyarakat, agar masyarakat percaya
dan yakin bahwa koperasi badan usaha yang bagus sekaligus bisa meningkatkan dana/
modal koperasi karena banyak masyarakat yang mau menjadi anggota koperasi dan mau
menginvestasikan uangnya kepada koperasi.
 Memaksimalkan kerja para pengawas atau pengurus koperasi, karena ini adalah inti dari
koperasi, jika pengurus atau pengawasnya tidak bekerja dengan baik seberapa banyak
anggota yang ada dikoperasi tidak akan membuat koperasi berkembang.
Kelemahan Otoritas Jasa keuangan.

 Sejumlah perusahaan investasi memang tak punya izin dari OJK, namun mengantongi izin
dari kementerian tertentu. KSP Pandawa Mandiri Group, misalnya, mengklaim punya izin
dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
 Seharusnya dari awal izin investasi dari satu pintu. Adapun jika Kementerian Perdagangan
mengeluarkan izin, apabila sifatnya melibatkan pengumpulan dana, dia harus berada di
bawah OJK
 Penindakan OJK yang dinilai belum terlalu asertif. Selama ini, OJK sifatnya pasif. OJK
baru bertindak jika ada pengaduan. Proses penindakannya pun tidak bisa menjamin uang
yang dibawa lari perusahaan investasi tidak jelas itu dapat dikembalikan ke investor.

Sejak Agustus 2016 sampai 17 Januari 2017, terdapat 80 perusahaan di seluruh Indonesia yang
masuk daftar perusahaan Ilegal yang tidak memiliki izin.

Anda mungkin juga menyukai