Anda di halaman 1dari 6

Makalah

Tata Kelola Perusahaan


“Organ Perusahaan & Pemangku Kepentingan”

Dosen Mata Kuliah:


Adrie Putra, SE, MM
Disusun oleh :
Febby Putri Dewany (20180102009)
Adelia Kharisma Sularto (20180102012)
Nia Dwi Pratiwi (20180102059)
Muhammad Al Haiqi Husin (20180102119)
Dimas Aldi Rianto (20180102417)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JAKARTA
2019 
A. Pengertian Organ Perusahaan
Organ Perusahaan adalah orang-orang yang memiliki wewenang dalam perusahaan.

 B. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder)


‘‘society is a network of voluntary relationships between individuals and organized
groups, and strictly speaking there is hardly ever merely one society to which one person
exclusively belongs’’ (Hayek, 1981)
Pada tahun 1984 terbit sebuah buku  karangan R. Edward Freeman yang berjudul
‘‘strategic Management: A Stakeholder Approach.’’ Buku Freeman tersebut dalam waktu
relative singkat menarik perhatian para pemikir karena isinya dianggap menggoncangkan
paradigma ‘‘managerial capitalism’’ ataupun madzab stategi bisnis yang bertujuan
maksimalisasi shareholder value yang dominan saat itu (bahkan masih cukup kuat sampai
hari ini). Managerial capitalismadalah sebuah paradigma mengenai penguasaan perusahaan-
perusahaan kapitalistis oleh manager. Managerial capitalsmdidefinisikan sebagai perubahan
pengelolaan (control) atas perusahaan kapitalis dari pemilik (di era Karl Marx) ke para
manajemen eksekutif. Tentu saja undang-undang korporasi yang ruhnya dilahirkan pada era
dimana para pemilik (kapitalis) sangat dominan perlu memberikan jaminan bahwa para
manajer tersebut bekerja untuk para pemilik. Dalam konteks ini seolah-olah manajemen (dan
pemilik) seolah-olah berada dalamsatu kubu menghadapi pihak-pihak lain.
Jelas sekali bahwa beberapa teori, seperti teori keagenan , ataupun beberapa ideologi,
seperti kapitalisme dan sosialisme, sangat dipengaruhi oleh paradigma managerial
capitalism tersebut. Hal itu terlihat jelas dari peran sentral pemilik (shareholders) dan
manajemen dalam menjelaskan fenomena bisnis dan ekonomi di masyarakat. Hal ini
berbeda dengan konsep dalam teori pemangku kepentingan (stakeholder) yang memandang
bahwa kelangsungan perusahaan di dalam lingkungan bisnisnya tergantung pada berbagai
pihak pemangku kepentingan yang tidak hanya terbatas pada pemilik dan manajemen,
seperti misalnya pemerinah, karyawan, kreditur, dan konsumen. Institusi tercipta tidak hanya
untuk memenuhi kepentingan sendiri melainkan memenuhi kebutuhan macam-macam pihak
yang ada disekiarnya. Teori stakeholder paling tidak memiliki tiga pendekatan yang saling
terkait: deskriptif, instrumental, dan normatif.
Pendekatan teori deskriptif tersebut menguraikan karakteristik dan perilaku organisasi.
Misalnya dalam (Jawahar dan Mclaughlin, 2001), kedua peneliti menguraikan peran masing-
masing stakeholder pada siklus tahapan bisnis yang berbeda. Pendekatan teori instrumental
mencermati data empiris mengenai hubungan antara menejemen kelompok-kelompok
kepentingan dengan pencapaian tujuan organisasi. Pendekatan instrumental biasanya bisa
dinyatakan dalam kalimat ‘‘jika manajemen berperilaku… maka akan berakibat…’’
pendekatan normatif  membahas inti teori serta petunjuk moral etika yang menjadi pedoman
manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut pendekatan ini hungan antara
manajemen dengan stakeholder dilandasi oleh komitmen moral (Berman et al. 1999). Klaim
kelompok stakeholders tertentu dilandasi atas pandangan etika tertentu yang tidak selalu
terkait dengan tata nilai instrumentalstakeholders. Artinya, memenuhi klaim yang dilandasi
pandangan etika ini tidak selalu menyebabkan tercapainya kepentingan strategis organisasi.
Beberapa orang menganggap teori pemangku kepentingan bukan ‘‘teori’’ karena tidak
memenuhi syarat sebagai teori, yaitu tidak terdiri dari proposisi yang bisa diuji. Mereka
menganggap ‘‘teori pemangku kepentingan’’ sebagai kerangka (framework) dimana dari situ
bisa ditarik berbagai pemikiran.

C.  Sejarah Ide ‘‘Stakeholders’’


‘‘Stakeholders’’ atau pemangku kepentingan adalah ‘‘semua pihak yang menjadi sasaran
(alasan utama) pengembangan perusahaan’’ (all of the agents for whom the firm’s
development and good health are of prime concern) (Mercier, 1999, lihat Gambar 1).
Sementara itu (Freeman 1984) mengartikannya sebagai kelompok atau individu manapun
yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh upaya organisasi dalam merealisasi 
tujuannya (any group or individual that can affect or be affected by the realisation of a
firm’s objectives). Beberapa penulis mencoba membuat penggolongan lebih jauh, misalnya
‘‘pemangku kepentingan utama’’ (prime stakeholders atau disebut juga contractual
stakeholder), yaitu pihak-pihak yang memiliki hubungan kontraktual  dengan organisasi
(misalnya kreditur atau konsumen) dan pemangku kepentingan kedua
(secondary stakeholders atau kadangkala juga disebut diffuse stakeholder), yaitu semua
pihak yang mungkin dipengaruhi oleh tindakan organisasi walaupun dia tidak memiliki
hubungan kontraktual dengan organisasi. Cara lain penggolongan stakeholder adalah dengan
mengelompokkannya menjadi ‘‘internal stakeholder’’ yaitu, individu atau kelompok yang
berada dalam struktur organisasi bisnis yang memiiki pengaruh terhadap tujuan perusahaan.
(manajemen, karyawan, dan sebainya) dan ‘‘external stakeholder’’ yaitu, individu atau
kelompok yang berada diluar struktur organisasi bisnis yang memiliki pengaruh baik
langsung ataupun tidak langsung terhadap kebijakan dan proses bisnis (pemilik, pemerintah,
kreditur, dan sebagainya).
Konsep ‘‘pemangku kepentingan’’ (stakeholder) boleh dikatakan merupakan konsep yang
relative baru (fenomena abad 20). Berabad-abad kepentingan pemilik perusahaan
(stakeholder) mendominasi pembahasan mengenai korporsi. Bagaimana di bahas di bab
9,corporate charter ataupun UU perseroan terbatas dibangun sebetulnya adalah untuk
melindungi pemilik (Korten, 1996). Konsep ‘‘pemangku kepentingan’’ (stakeholders) konon
baru dikenal tahun 1963 dari memo internal di The Standford Research Institute. Istilah
‘‘stakeholders’’ tersebut memang diciptakan untuk membantah pandangan tradisional
bahwa pemilik adalah satu-satunya pihak yang memiliki kepentingan dan yang harus
dilayani oleh menejemen istilahnya: (it is the fiduciary duty of management to protect the
interest of shareholders). Pemikiran beberapa teori organisasi konvensional diwarnai oleh
pandangan tradisional tersebut. Misalnya, (Williamson 1984) menggunakan kerangka biaya
transaksi (transaction costs) untuk menunjukan bahwa pemegang saham butuh perhatian
khusus dibandingkan (stakeholder lainnya) karena ‘‘asset specifity’’. Begitupula dengan
teori keagenan yang pokok bahasanya berpusat pada agency costs yang muncul sebagai
akibat adanya kepentingan yang berbeda serta asimetri informasi antara pemilik (principal)
dan manajer sebagai agen (agents).  

D. Pembagian pemangku kepentingan berdasarkan kedudukan mereka dalam


pengelolaan perusahaan
Berdasarkan kedudukan pemangku kepentingan dalam pengelolaan perusahaan, Jones
(1995) membagi pemangku kepentingan ke dalam dua kategori, yaitu: inside
stakeholders dan outside stakeholders.
 Inside Stakeholders
Inside stakeholders terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan
terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Termasuk
ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (shareholders), para
manajer (managers), dan karyawan (workforce).
1)   Pemegang saham (shareholders) adalah pemilik perusahaan, apabila perusahaan
berbentuk perseroan terbatas. Untuk perusahaan persekutuan (partnership), pemilik
perusahaan adalah para sekutu yang melakukan penyetoan modal. Para pemegang
saham akan menarik dukungannya dari perusahaan dan memindahkan dana mereka
kepada investasi yang lebih prospektif, apabila perusahaan terus merugi.
2)   Manajer (managers) merupakan pekerja perusahaan yang dapat bertanggung jawab
untuk mengkoordinasi berbagai sumber daya organisasi dan memastikan bahwa
tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai. Berbagai bentuk imbalan, seperti gaji, bonus
maupun saham dan kepuasan psikologis yang mereka peroleh dari kegiatan
mengelola perusaan, akan mendorong para manajer untuk menunjukkan kinerja
terbaiknya.
3)   Karyawan (workforce) meliputi seluruh pekerja nonmanajer. Kontribusi karyawan
terhadap perusahaan adalah melalui pelaksanaan berbagai tugas dan kewajiban yang
telah diberikan kepada mereka, dengan menggunakan kemampuan dan keahlian yang
mereka miliki.

 Outside Stakeholders
Outside stakeholders adalah orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang
memiliki kepentingan perusahaan dan/atau dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan
1)    Pelanggan (customers) bersedian menukar uang yang mereka miliki dengan produk
yang dihasilkan perusahaan, selama mereka beranggapan bahwa jumlah uang yang
mereka bayarkan untuk membeli produk perusahaan itu minimal sebanding bahkan
lebih kecil dibandingkan dengan manfaat atau kepuasan yang akan mereka terima
melalui konsumsi produk perusahaan.
2)   Pemasok (suppliers), melalui pasokan input yang bermutu disertai dengan harga
yang kompetitif, perusahaan dapat menghasilkan produk dengan kualitas dan harga
yang bersaing. Hal ini akan meningkatkan minat beli konsumen terhadap produk
perusahaan.
3)   Kreditor (creditors) menyediakan sumber daya keuangan untuk digunakan di dalam
kegiatan perusahaan. Sebagai imbalannya, pemegang saham mengharapkan dividen
sedangkan bank mengharapkan dapat memperoleh bunga.
4)   Pemerintah (government) sangat berkepentingan untuk memajukan dunia usaha di
Indonesia karena dengan semakin berkembangnya dunia usaha, selain ajan
meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan per kapita, berarti akan semakin
meningkatkan penerimaan pajak pemerintah.
5)   Serikat Pekerja (unions), para pekerja bersedia untuk bekerja di perusahaan karena
memiliki kepentingan. Misalnya mereka menginginkan gaji dan jenjang karir yang
menarik dan perusahaan memiliki kepentingan, yaitu ingin mendapatkan
produktivitas dan loyalitas dari para pekerja dengan biaya yang murah.
6)  Komunitas Lokal (local communities) memiliki kepentingan yang sangat besat
terhadap keberadaan dan kelangsungan perusahaan di daerahnya. Hal ini terjadi
karena perusahaan memberi mereka lapangan kerja, pendapatan, perbaikan standar
hidup, dll.
7)   Masyarakat Umum (general public) suatu negara menginginkan agar perusahaan
melakukan aktivitas bisnisnya dengan memenuhi tanggung jawab sosial (social
responsibility), dan mengharapkan perusahaan untuk menahan diri dari berbagai
tindakan yang akan mengakibatkan kerugian terhadap pemangku kepentingan.
8)  Media, dunia bisnis merupakan pemasang iklan utama maupun aktivitas promosi
lainnya, yang sangat menunjang kelangsungan bisnis media. Selain itu perusahaan
merupakan salah satu sumber berita yang sangat penting bagi media massa.
9)  Asosiasi Perdagangan dan Industri (trade and industry associations) seperti
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) menentang praktik permainan uang
yang dilakukan perusahaan berkedok multilevel marketing karena kegiatan money
gamedapat merugikan citra perusahaan yang melakukan kegiatan multilevel
marketing.
10)  Pesaing (competitors), peluncuran produk baru perusahaan yang memiliki ciri-ciri
produk lebih unggul dibandingkan pesaing, dapat mengakibatkan berpindahnya
pelanggan pesaing menjadi pengguna produk perusahaan.
11)  Pedagang Grosir dan Pengecer (wholesalers and retailers) membantu perusahaan
di dalam menyalurkan produk perusahaan kepada para pelanggan.
12)  Kelompok Aksi Sosial dan Politik (social and political action groups), perusahaan
saat ini dituntut untuk menjalankan tanggung jawab sosialnya terhadap pemangku
kepentingan, menanggapi berbagai aksi yang dilakukan perusahaan yang melakukan
kegiatan usahanya dengan mengabaikan tanggung jawab sosial.

E. Pembagian pemangku kepentingan berdasarkan aktivitas perusahaan.


-   Primary stakeholders adalah berbagai kelompok yang berinteraksi dengan perusahaan
dan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan utama perusahaan
yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Termasuk ke dalam kelompok ini
adalah investor dan kreditor, karyawan, pemasok dan saluran pemasaran.
-   Secondary stakeholders adalah orang-orang ataupun berbagai kelompok di dalam
masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan-
kegiatan utama perusahaan. Terdiri dari masyarakat umum, tingkatan pemerintahan,
kelompok aktivis sosial, media, masyarakat/komunitas lokal, dan investasi asing.

Anda mungkin juga menyukai