Anda di halaman 1dari 11

ETIKA BISNIS dan PROFESI

Filosofi Etika dan Keserakahan Ketakutan

Dosen Pengampu : Nur Cahyonowati, SE., M.Si., Akt.

KELOMPOK 1
1. Adi Bayu Pamungkas (40010218060237)
2. Novi Indriyani (40010218060243)
3. Nur Cahyaningsih (40010218060269)

D-3 AKUNTANSI REGULAR DEMAK


FAKULTAS SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TA 2020/2021
BAB I

1. FILOSOFI ETIKA
1.1 Hak asasi manusia
Pembahasan tentang filsafat etika tidak bisa dilepaskan dari pemahaman mengenai hak asasi
manusia. Sumber dari etika adalah pengakuan atas hak-hak asasi manusia. Namun,
kebebasan individu dalam menikmati keinginan pribadi yang dianggap sebgai hak juga harus
didasarkan pada asas menghrmati hak dan kewajiabn orang lain. Pelaksanaan hak asasi
manusia juga harus berdasarkan pada konsep keadilan.

1.2 Ultilitarianisme
Filsafat etika memandang moralitas secara rasional dan sekuler yang didasari oleh
kebahagiaan atau kehidupan.Filsafat etika mencoba menghindar dari sifat doktrin (
authoritorian) dari hukum lam dan agama serta bebas dari subjectivitas, arbriter, dan irasioanl
yang melekat pada pandangan budaya atau pendpat pribadi. Pada dasarnya filsafat etika
terdiri atas dua aliran yaitu tleological dan deontological yang dipelopori oleh Imanuel Kant.
Teori ultilitarianisme adalah filsafat etika yang mendasarkan pada tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan sesuatu perbuatan dan cara mencapainya. Tujuan hidup dijabarkan
dalam bentuk tercapainya kebahagiaan dan kemudian dielaborasikan lagi menjadi kesenangan
dan manfaat. Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan harus berupa cara yang etis.
Walaupun dalam mendefinisikan tujuan hidup telah berdasarkan atas kebahagiaan masyarakat
secara keseluruhan, tetapi ultilitarianisme belum mengeksplorasi lebih lanjut tentang
pembagian kebahagiaan tersebut diantara anggota masyarakat sehingga dapat tercapai
keadilan didalamnya.
Teori ultilitarianisme juga disebut sebgai teori konsekuensi, teori konsekuensi uini
merupakan ultilitarianisme tindakan yang merupakan lawan dari ultilitarianisme aturan.
Konsep yang dianut dalam definisi tersebut adalah kesenangan bersih setelah penderitaan
diperhitungkan.

1.3 Deontologi
Deontologi berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti tuags (duty) atau kewajian. Teori
deonologi mengukur baik buruk berdasarkan ada tidaknya prinsip-prinsip universal yang
mengharuskan adanya tugas dan kewajiban tersebut.
Berbeda dengan utilitarianisme yang memandang perbuatan etis dari sudut pandang
tujuan yang dinyatakan dalam bentuk manfaat bagi orang bayank, deontologisme
memandangnya dari cara atau pendekatan dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Cara yang
diguankan harus didasrkan pada aturan universal yang diyakini sebagi kebenaran. Saat
melaksanakan hak dan kewajiban, perlu diperhatikan keseimbangan anatara hak dan
kewajiban diri sendiri dan kewajibandan hak orang lain. Menghormati hak dan kewajiban
orang lain adalah kunci dari perbuatan etis. Asas timbal balik dalam perlakuan sehubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiabn harus dipertimbangkan.

1.4 Hak dan keadilan (Justice and fairness)


Teori hak dan keadilan melihat etika dari sudut pembagian sumber daya yang terbatas dengan
mengacu pada tujuan keadilan (justice) kan kewajaran (fairness) bagi seluruh masyarakat.
Ada dua aspek dalam keadilan, yaitu :
1) Keadilan prosedural yaitu keadilan yang berkaitan dengan masalah adminsitrasi yang
dicerminkan dalam sistem hukum yang adil, dimana dalam sistem hukum ini terdapat dua
hal pokok yaitu fair dan ttransparent.
2) Keadilan distributif , menurut Aris Toteles berarti hal yang sama harus diperlakukan
dengancara yang sama, yang tidak sama harus diperlakukan dengan cara yang tidak sama,
proporsional dengan perbedaan yang relevan. Keadilan distributif berkaitan dengan
pembagian atau alokasi sumber daya, manfaat atau beban.
Ada tiga kriteria dalam menentukan distrubusi yang adil yaitu : kebutuhan, kesmaan
perhitungan, dan kepantasan. Kewajaran dalam alokasi manfaaat dan beban masyarakat
dimanifestasikan dalam penetapanhak dan tugas serta dalam penentuan pembagian
keuntungan social

1.5 Keutamaan (Virtuisme/Virtue Ethics)


Etika keutamaan ( vitue ethics) bermula dari Aris Toteles (384-322 SM). Aristoteles
mengeksplorasi sifat dari kehidupan baik. Kehidupan baik diartikan sebagai kehidupan yang
bahagia, tetapi bukan yang bersifat hedonistic (Brooks & Dunn, 2012: 150-151).
Virtuisme menjabarkan etika dalam bentuk karakter(watak), hubungan,perilaku, nilai-
nilai, dan keyakinan yang melekat pada diri manusia yang berintegritas. Virtuisme
membangun budaya dan sistem nilai tentang kehidupan lebih utuh yang diinginkan dan yang
peduli kepada orang lain. pengidentifikasian tentang siapa diri kita sebenarnya dan
menentukan kesiapan yang diinginkan merupakan awal dari teori virtuisme. Etika dalam
virtuisme ingin menjabarkan jati diri seseorang. Kehidupan yang lebih utuh dan bermanfaat
bagi orang lain tidak harus dijabarkan dalam bentuk uang, kekayaan atau variabel-variabel
kuantitatif yang lain.
Faktor-faktor kualitataif seperti rasa aman, kebersamaan, dan bebas dari rasa takut
dapat menjadi hal yang membuat kehidupan terasa lebih utuh atau kepedulian terasa
bermanfaat.

Sebagai akuntan, kenapa harus beretika? Secara sederhana, dapat dijelaskan


dengan prinsip utilitarianism, yaitu ketika seorang akuntan beretika, maka tujuan dari
akuntansi untuk membawa kesejahteraan sosial akan tercapai, tetapi jika akuntan
melakukan tindakan tidak beretika, maka lingkungan sosial yang dibina akan
terpengaruh, misalnya perusahaan jadi bangkrut, lalu karyawan di-PHK, terkena kasus
hukum lalu investor mengalami kerugian, auditor dipenjara, dan sebagainya.

2. Definsi Etika dan Bisnis


2.1 Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal
tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai
yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
Etika merupakan pengendalian yang muncul dari dalam diri seseorang sebgai pelaku
kegiatan ekonomi maupun sosial. Etika didasarkan atas keyakinan, hati nurani dan harapan
tentang nilai-nilai moral yang dapat digunkaan sebagai acuan ketika menjalani kehidupan.
Namun, dalam kehidupan nyata selalu ada tindakan –tindakan seseorang/kelompok ynag tidak
sesuia dengan norma yang berlaku.
Tingginya peradaban dunia, salah satunya, dengan ditandai oleh seberapa jauh
masyarakat didalamnya telah menghayati dan melakasankan etika dalam kehidupann
sosialnya. Pelanggaran etika perlu dibedakan dengan pelanggran hukum. Ketentuan hukum
lebih kuat dibandingkan dengan pelanggaran etika, dimana dalam ketentuan
hukkummengandung unsur law enforcement sedangkan dalam etika lebih mengandalkan
pada pengendalian diri.

2.2 Pengertian Bisnis


Bisnis berasal dari bahasa Inggris business, mengembangkan kata dasar busy yang
berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Sedangkan
dalam kamus lengkap bahasa Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S
Poerwadarminta, business diterjemahkan menjadi : pekerjaan; perusahaan;
perdagangan; atau urusan. Jadi bisnis bisa diartikan menjadi suatu kesibukan atau
aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan atau nilai tambah. Dalam
ilmu ekonomi, bisnis merupakan organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Dalam ekonomi kapitalis,
dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk
mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan
operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau
kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti
ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua
anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar
kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

2.3 Pengertian Etika Bisnis


Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip
bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan
pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
2.4 Etiket Moral, Hukum dan Agama
Etiket
Istilah etiket berasal dari kata Prancisetiquette, yang berarti kartu undangan, yang
lazim dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu undangan yang dipakai
raja-raja dalam mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan
pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara menerima tamu dirumah
maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan santun
dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik
dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan
sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting
untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan
hidup yang penuh dengan persaingan.
Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku
individual dalam masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama
lahiriah untuk mengatur relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-
masing individu.

Perbedaan Moral dan Hukum :


Sebenarnya atas keduanya terdapat hubungan yang cukup erat. Karena antara satu
dengan yang lain saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas hukum
ditentukan oleh moralnya. Karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma
moral. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu masyarakat
kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Sebaliknya moral pun
membutuhkan hukum, moral akan mengambang saja apabila tidak dikukuhkan,
diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum dapat
meningkatkan dampak social moralitas. Walaupun begitu tetap saja antara Moral dan
Hukum harus dibedakan. Perbedaan tersebut antara lain :
 Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab
undang-undang. Maka hukum lebih memiliki kepastian yang lebih besar.
 Norma bersifat subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh pertanyaan atau
diskusi yang menginginkan kejelasan tentang etis dan tidaknya.
 Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia
saja.
 Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang.
 Sanksi hukum bisanya dapat dipaksakan.
 Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati
nuraninya akan merasa tidak tenang.
 Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat.
 Sedangkan moralitas tidak akan dapat diubah oleh masyarakat

Perbedaan Etika dan Agama :


Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia
dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika
dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional.
Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada Tuhan dan
ajaran agama.

Etika dan Moral


Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering
dikenal sebagai kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau
nilai yang berkenaan dengan baik buruk. Dua kaidah dasar moral adalah :
1) Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja.
Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang kongkret,
tergantung dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu.
2) Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap
mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus
dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-
masing.

2.5 Klasifikasi Etika


 Etika Normatif
Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak
secara etis. Dengan kata lain, etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau
keputusan etis. Di samping itu, etika normatif berhubungan dengan pertimbangan-
pertimbangan tentang apa saja kriteria-kriteria yang harus dijalankan agar sautu
tindakan atau kepusan itu menjadi baik (Kagan, 1997, 2).
Dalam etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika
utilitarianisme, etika deontologis, etika kebajikan dan lain-lain. Suatu teori etika
dipahami bahwa hal tersebut mengajukan suatu kriteria tertentu tentang bagaimana
sesorang harus bertindak dalam situasi-situasi etis (Williams, 2006, 72). Dalam
pengajukan kriteria norma tersebut, teori etika akan memberikan semacam pernyataan
yang secara normatif mengandung makna seperti “Fulan seharusnya melakukan X”
atau “Fulan seharusnya tidak melakukan X”.

 Etika Terapan
Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik
kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang,
hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi
etika profesi, etika bisnis dan etika lingkungan. Secara umum ada dua fitur yang
diperlukan supaya sebuah permasalahan dapat dianggap sebagai masalah etika
terapan.
Pertama, permasalahan tersebut harus kontroversial dalam arti bahwa ada
kelompok-kelompok yang saling berhadapan terkait dengan permasalahan moral.
Masalah pembunuhan, misalnya tidak menjadi masalah etika terapan karena semua
orang setuju bahwa praktik tersebut memang dinilai tidak bermoral. Sebaliknya, isu
kontrol senjata akan menjadi masalah etika terapan karena ada kelompok yang
mendukung dan kelompok yang menolak terhadap isu kontrol senjata.

 Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap ‘etis’ oleh
individu atau masyarakat. Dengan begitu, etika deskriptif bukan sebuah etika yang
mempunyai hubungan langsung dengan filsafat tetapi merupakan sebuah bentuk studi
empiris terkait dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok. Tidak heran jika
etika deskriptif juga dikenal sebagai sebuah etika komparatif yang membandingkan
antara apa yang dianggap etis oleh satu individu atau masyarakat dengan individu atau
masyarakat yang lain serta perbandingan antara etika di masa lalu dengan masa
sekarang. Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang apa yang
dianggap oleh seseorang atau masyarakat sebagai bernilai etis serta apa kriteria etis
yang digunakan untuk menyebut seseorang itu etis atau tidak (Kitchener, 2000, 3).

 Metaetika
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adalah arti
atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Dengan kata lain,
metaetika merupakan kajian tingkat kedua dari etika. Artinya, pertanyaan yang
diajukan dalam metaetika adalah apa makna jika kita berkata bahwa sesuatu itu baik?
Metaetika juga bisa dimengerti sebagai sebuah cara untuk melihat fungsi-fungsi
pernyataan-pernyataan etika, dalam arti bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk
dari pernyataan-pernyataan tersebut dan bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan
sebagai sesuatu yang bermakna.
Perkembangan metaetika awalnya merupakan jawaban atas tantangan dari
Positivisme Logis yang berkembang pada abad 20-an (Lee, 1986, 8). Kalangan
pendukung Positivisme Logis berpendapat bahwa jika tidak bisa memberikan bukti
yang menunjukkan sebuah pernyataan itu benar, maka pernyataan itu tidak bermakna.
Ketika prinsip dari Positivisme Logis juga diujikan kepada pernyataan-pernyataan
etis, maka pernyataan-pernyataan itu harus berdasarkan bukti. Ringkasnya, jika tidak
ada bukti, maka tidak ada makna.
Disini kata kuncinya adalah apa yang dikenal dengan “naturalistic fallacy“,
yaitu dianggap akan melakukan kesalahan jika kita menarik suatu pernyataan tentang
apa yang seharusnya dari pernyataan tentang apa yang ada. Kesulitan dari bahasa
etika adalah penyataan-pernyataannya tidak selalu berupa fakta. Disinilah peran
sentral dari metaetika yang mengembangkan berbagai cara untuk menjelaskan apa
yang dimaksud dengan bahasa etika dengan intensi bahwa pernyataan-pernyataan etis
punya makna. Dalam pembahasan ini metaetika biasanya terbagi menjadi dua, yaitu
realisme etis dan nonrealisme etis.
3.
BAB II

1. KESERAKAHAN dan KETAKUTAN


Keserakahan dan ketakutan mengacu pada dua keadaan emosional yang berlawanan
yang diteorikan sebagai faktor yang menyebabkan ketidakpastian dan volatilitas pasar
saham , dan perilaku pasar yang tidak rasional yang tidak sesuai dengan hipotesis
pasar-efisien . Keserakahan dan ketakutan berhubungan dengan pepatah lama Wall
Street : "pasar keuangan didorong oleh dua emosi yang kuat - keserakahan dan
ketakutan."
Keserakahan dan ketakutan adalah di antara semangat hewani yang
diidentifikasi  sangat memengaruhi ekonomi dan pasar. Warren Buffett menemukan
aturan investasi dalam bertindak berlawanan dengan suasana hati yang berlaku seperti
itu, menasihati bahwa waktu untuk membeli atau menjual saham harus "menakutkan
ketika orang lain serakah dan rakus hanya ketika orang lain takut". Ia menggunakan
rasio Kapitalisasi Pasar- terhadap- PDB secara keseluruhan untuk menunjukkan nilai
relatif pasar saham secara umum, oleh karena itu rasio ini kemudian dikenal sebagai
"Indikator Buffett".

1.1 Keserakahan
Keserakahan biasanya digambarkan sebagai keinginan yang tak tertahankan untuk
memiliki lebih banyak sesuatu (uang, barang materi) daripada yang sebenarnya
dibutuhkan seseorang.
Menurut beberapa akademisi, keserakahan, seperti cinta, memiliki kekuatan
untuk mengirimkan aliran kimiawi ke otak kita yang memaksa kita untuk
mengesampingkan akal sehat dan pengendalian diri kita dan dengan demikian
memicu perubahan dalam otak dan tubuh kita. Namun, tidak ada penelitian yang
diterima secara umum tentang fisiologi keserakahan. 
Akademisi lain cenderung membandingkan keserakahan dengan kecanduan,
karena keserakahan seperti merokok dan minum dapat menggambarkan bahwa jika
seseorang dapat mengambil alih kecanduannya, adalah mungkin untuk menghindari
efek buruk dari menolaknya. Sebaliknya, jika seseorang tidak dapat menahan
godaannya, ia dapat dengan mudah terhanyut olehnya. Dengan kata lain, dapat
disimpulkan bahwa pedagang tertentu yang bergabung dengan dunia bisnis karena
agitasi emosional dan keinginan mencapai emosi yang tinggi, kecanduan pelepasan
bahan kimia otak tertentu yang menentukan keadaan kebahagiaan, euforia dan
relaksasi tersebut. Fakta yang disebutkan sebelumnya juga dapat menyiratkan bahwa
pedagang seperti itu rentan terhadap semua kecanduan. Lebih jauh, otak manusia
secara alami diaktifkan oleh penghargaan finansial, yang sama seperti obat-obatan
menghasilkan perasaan yang luar biasa tetapi berbahaya dan dengan demikian
pengalaman yang membuat ketagihan. Keserakahan dapat pula diakibatkan oleh
ketakutan terhadap tidak diperolehnya sesuatu yang diinginkan.

1.2 Ketakutan
Emosi ketakutan biasanya dicirikan sebagai keadaan yang tidak nyaman dan penuh
tekanan, dipicu oleh bahaya yang akan datang dan kesadaran akan bahaya. 
Gelembung internet bukan hanya contoh yang baik dari keserakahan investor
tetapi juga periode setelah gelembung dapat berfungsi sebagai karakteristik yang baik
untuk pasar yang diinduksi ketakutan.
Dalam mengejar solusi untuk menekan kerugian mereka setelah kehancuran
gelembung Internet , investor yang ketakutan memutuskan untuk segera keluar dari
pasar saham yang memusatkan perhatian mereka pada pembelian yang tidak terlalu
pasti, memacu modal mereka ke sekuritas pasar, dana nilai stabil dan dana terproteksi
utama, semuanya rendah. risiko dan pengembalian sekuritas. Perilaku tersebut adalah
contoh dari kelalaian total dari rencana investasi jangka panjang yang didasarkan pada
fundamental. Investor mengabaikan rencana mereka karena takut terus menerus
mengalami kerugian, yang identik tidak membawa untung dan untung. 
Rasa takut berkaitan dengan dampak negatif terhadap kehidupan,misalnya kerugian
atau bangkrut. Rasa takut mengakibatkan seseorang berusaha secara eksesif untuk
memperoleh apa yang diinginkan tersebut. Ketakukan menimbulkan rasa tidak aman dan
ketidakpastian.

GREED AND FEAR


Hubungan antara keserakahan dan ketakutan dan pelanggaran etika dapat digambarkan seprti
dibawah ini

ETIKA
Pelanggaran
Etika
Sanksi
Sosial

Greed
Perilaku Moral pengambilan
and kecurangan
tidk etis Hazard keputusan Pidana
Fear
Pelanggaran Sanksi
Hukum Hukum
Perdata

REGULASI

Pengendalian Diri
Keserakahan dan ketakutan dapat diatasi dengan pengendalian diri, dengan cara
mengikhlaskan atau bersyukur dalam setiap keadaan yang dihadapi.
Sumber pengendalian diri dapat berupa pendidikan dari keluarga, agama, budaya, atau
lingkungan sosial.

Regulasi
Pencegahan atas pelanggaran juga bisa dilakukan melalui regulasi, baikdalam bentuk undang-
undang maupun peraturan pemerintah. Jika etika tidak dilaksankan atau organisasi yang
bersngkutan tidak mampu mengatur diri sendiri, subjek-subjek tentang etika dapat diambil
alih dengan cara regulasi.

Keserakahan Dalam Bisnis


Secara naluriah kegiatan bisnis selalu bersinggungan dengan orang atau pihak lain. Tindakan
seeorang dalam bisnis akan mempengaruhi kepentinagn ekonomi pihak lain. Dalam bisnis
siapa yang kuat ia akan bertahan, daan sebaliknya yang lemah akan mudah terdepak dari
pasar.
Upaya perluasan, penguasaan pasar, dan insentif yang diperoleh yaitu laba abnormal,
membuat mereka yang bergerak dalam bidang bisnis berlomba-lomba untuk meraihnya, sifat
inilah yang memunculkan sifat serakah. Ketakutan akan gagal membuat seseorang dengan
segala cara , berusaha untuk menghindarinya. Keserakahan dan ketakutan inilah penyebab
dari hilangnya pengendalian diri yang mengarah pada perilaku tidak etis.

Laba abnormal
Laba abnormal merupakan pemicu dari keserakahan, merupakan konsep abstrak dan
subjektif. Oleh karena itu pengendlian diri dalam bidang bsinis berhubungan dengan apa,
siapa, dan bagaimana laba abnormal diperuntukan.
Cara memperoleh laba abnormal bersangkutan dengan metode-metode perdagangan
yang diterapkan termasuk cara memperoleh pelanggan dan cara memenuhi pesanan
pembelian. Jika produk yang dijual melalui cara-cara yang benar dalam menghasilkan prosuk
dan menjual produk, hal tersebut tidak menunjukkan keserakahan dalam bisnis. Laba (baik
normal dan abnormal) bukan momok yang dapat digunakan untuk memberikan stigma
serakah terhadap perusahaan. Keserakahan lebih mengacu pada cara untuk memperoleh laba
tersebut da perlakuan tidak adil terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap usaha.
Cara curang dan pengabaian terhadap hak orang lain adalah ciri keserakahan dan bukan ciri
laba.

Moral Hazard
Moral hazard adalah tindakan yang dilakukan oelh seseoang demi keuntungna diri sendiri dan
dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain. Meskipun tindakanini bukan berasal dari
ketakutan dan keserakahan akan tetapi tindakan mementingkan diri sendiri tersebut
didolongkan sebgaai tindakan yang tidak etis.

Kecurangan atau Fraud


Praktik curang, tanpa memedulikan kepentingan orang lain, adalah ciri dari keserakahan,
dasranya adalah egoisme. Praktik curang dapat dilakukan di setiap tahap kegiatan usaha,
mulai dari penetapan tujuan dalam mendirikan usaha, selama proses menghasilkan produk,
sampai saat melakukan pemasarandan penjualan.
Praktik curang dapat dihindari dengan melalui pengendalian diri, pengendalian sosial,
dan pemaksaan hukum. Etika adalah saran untuk pengendalian diri dan pengendalian sosial,
sedangkan regulasi merupakan alat pemaksa hukum.

Pengambilan keputusan Bisnis


Keserakahan dan ketakutan dicerminkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang dibuat
oleh seseorang. Shefrin (2002: 4-5) menyebutkan ada dua hal pokok yang menyebabkan
timbulnya bias dalam pengambilan keputusan, kedua hal tersebut adalah sifat coba-coba dan
ketergantungan pola pikir. Pengambilan keputusan coba-coba (heuristicI) didasarkan melalui
upaya trial and error. Bias dalam keputusan heuristick dapat disebabkan oleh kesalahan
dalam aspek kognitif dan emosi akibat stereotip yang pernah dialami.
Bias akibat ketergantungan pola pikir ( frame of depence )dapat disebabkan oleh
berbedanya proses pengolahan informasi dalam pengambilan keputusan. Ketakutan dalam
kerugian merupakan salah satu contoh bagaimana pengambian keputusan dapat bias karena
pola pikir keputusan.
Pengambilan keputusan heuristik maupun yang didasarkan atas frame of depence
sangat dipengaruhi oleh karakteritsik pribadi pengambil keputusan. Bebarapa hal yang
termasuk dalam karakteristik pribadi adalah pengalaman, motif, dan egoisme.
Pengambilan keputusan yang tidak etis kemungkinan besar mengandung unsur
keserakahan. Demikan pula dengan hukum.

Anda mungkin juga menyukai