Dosen Pengampu :
Dr. Nur Cahyonowati, S.E., Akt., M.Si.
Disusun oleh:
Kelompok 2
Kelas :B
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Keagenan dan
Tanggung Jawab Perusahaan” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika
Bisnis dan Profesi yang diberikan oleh Dosen kami. Kami menyadari makalah ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Nur Cahyonowati, S.E., Akt., M.Si. selaku dosen pengampu yang sudah
makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
bisa kami sebutkan satu per satu yang sudah mendukung kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Keagenan (agency theory) adalah teori utama yang mendasari pengelolaan
sebuah perusahaan. Teori ini berlaku apabila terjadi pemisahan antara pemilik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Teori Keagenan
1. Perspektif Ekonomi
Menurut Eisenhardt, teori keagenan digunakan dalam ilmu ekonomi. Dalam buku
Kenneth Arrow dan buku Robert Wilson menjelaskan pembagian risiko yang muncul
keagenan, yaitu jika pihak yang bekerja sama mempunyai tujuan yang berbeda dan
terdapat pembagian kerja di antara mereka. Teori ini memecahkan dua masalah
utama, yaitu masalah keinginan/tujuan dari prinsipel dan agen saling bertentangan,
serta mengetahui yang sebenarnya dilakukan oleh agen, dan masalah sikap prinsipel
terhadap risiko berbeda dengan sikap agen sehingga tindakan mereka akan berbeda.
Ada dua macam kontrak, yaitu kontrak berorientasi perilaku (sistem gaji tetap atau
komisi, pemberian opsi saham, atau pengaturan melalui saham). Pemilihan salah satu
2. Moral Hazard
Menurut Kerps, moral hazard didefinisikan sebagai tindakan oleh salah satu
pihak (agen) dalam suatu transaksi yang memengaruhi penilaian pihak lain
(prinsipiel) terhadap transaksi tersebut, tetapi pihak kedua (prinsipiel) tidak dapat
mengawasi atau memaksa secara sempurna tindakan yang dimaksud. Menurut Brooks
& Dunn moral hazard terjadi karena tindakan manajemen (direksi) tidak dapat
dengan menyusun sistem insentif dan menyediakan sistem monitoring terhadap kedua
pihak dengan baik, sehingga kedua pihak akan bertindak sesuai keinginan pihak lain.
Menurut Kerps, adverse selection terjadi jika salah satu pihak (agen) dalam suatu
arti tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Contohnya, pengangkatan direksi
atau komisaris yang mengalami kesalahan karena pemegang saham tidak memiliki
informasi yang cukup dan relevan tentang mereka. Cara mengatasinya, dengan
pemberian sinyal kepada pasar, pemberian intensif dan pengendalian atau monitoring.
Menurut Berndt dan Gupta, moral hazard & adverse selection kemungkinan terjadi di
4. Perspektif Bisnis
sebagai prinsipiel, kadang juga sebagai agen. Ciri - ciri dari teori keagenan terpenuhi
adalah adanya prinsipiel dan agen, perbedaan kepentingan, motif kepentingan pribadi,
kondisi asimetri informasi, dan perbedaan sikap terhadap risiko, semuanya merupakan
Struktur organisasi yang akan dibentuk, perilaku organisasi yang diinginkan, gaya
manajemen yang akan diterapkan, tata kelola perusahaan yang digunakan, dan strategi
yang dianut adalah aspek yang menggunakan hubungan keagenan sebagai acuan
dalam bisnis yang akan diimplementasikan dalam kebijakan dan prosedur yang
dibuat. Keputusan bisnis yang bersifat ekonomis menggunakan teori keagenan
5. Perspektif Organisasi
atau biaya transaksi. Dalam teori kontingensi, misalnya, teori keagenan dan teori
didistribusikan secara tidak seimbang. Oleh karena itu, efisiensi dalam pemrosesan
Dalam teori organisasi, kerangka pemilihan ini digunakan untuk menentukan struktur
Dalam teori keagenan, kejelasan tugas dan dapat diukurnya hasil dikaitkan
dengan bentuk kontrak yang akan dibuat. Sementara itu, dalam literatur pengendalian
organisasi, upaya yang dilakukan untuk mengaitkan cara dengan tujuan dan
Upaya untuk menyesuaikan tujuan di antara individu dan organisasi dalam teori
yang rendah dalam teori keagenan. Perbedaan dengan teori keagenan adalah
Organisasi selalu diasumsikan menghadapi masalah masa depan yang tidak pasti.
Teori ini mencoba untuk mengaitkan ketidakpastian itu dengan risiko melalui trade
off antara imbalan dan risiko. Teori keagenan dimanfaatkan dalam menata organisasi.
6. Perspektif Manajemen
Pada awal 1990-an, paradigma teori keagenan diterapkan ke dalam ranah
atau berdasarkan hasil merupakan penerapan dari teori keagenan. Pilihan ini berkaitan
dengan sistem intensif dalam hubungan kerja, serta dapat diterapkan kepada
distributor independen pada waktu menjual. Sistem kompensasi yang tepat akan
mengurangi terjadinya benturan kepentingan yang terjadi antara prinsipiel dan agen.
mengetahui perkembangan perusahaan dari hari ke hari dan mereka hanya menerima
secara periodic dalam bentuk laporan keuangan dan laporan tahunan yang
Brooks and Dunn menyatakan bahwa teori keagenan mencoba untuk menjelaskan
tentang perilaku organisasi dan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan.
keagenan dimana dewan komisaris merupakan perangkat dari pemegang saham untuk
memonitor pekerjaan direksi. Dengan adanya dewan komisaris, peluang direksi untuk
Sistem tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh regulasi, misalnya seperti
merupakan salah satu upaya untuk menciptakan sistem insentif yang tepat.
Biaya keagenan berasal dari berbagai sumber dan bentuk. Contoh dari biaya
keagenan seperti biaya untuk rekrutmen, salah pilih, pemberian insentif, moral
rotasi pegawai, pemisahan tugas, tahapan supervise, dll mengakibatkan naiknya biaya
keagenan.
7. PERSPEKTIF KONTRAK
agen dan prinsipiel. Soal keagenan dipecahkan dengan kontrak yang di dalamnya
memuat solusi masalah keagenan, yaitu sistem insentif dan monitoring. Berikut ini
8. PERSPEKTIF REGULASI
Regulasi dalam konteks teori keagenan mencakup ketentuan tentang
hubungan para pihak dalam masyrakat yang perlu diatur melalui aturan
hukum. Contoh dari regulasi adalah UU No. 8 Tahun 1995 (pasar modal yang
lingkungan hidup).
dapat dilindungi secara adil dan profesional. Dalam teori keagenan, regulasi
adalah kontrak antara pemeritah yang mewakili rakyat sebagai prinsipiel dan
9. PERSPEKTIF ETIKA
pribadi yang berbenturan dengan kepentingan orang lain masing-masing pihak dan
kondisi asimetri informasi. Asumsi yang digunakan untuk teori keagenan adalah agen
bersikap oportunistis.
Penyusunan kontark yang jelas, tegas, komprehensif, adil dan profesional adalah
ekonomi dan keputusan etis adalah contoh lain untuk menghilangkan dikotomi yang
ada. Etika didasarkan atas kepercayaan yang mengarah pada hubungan fidusia.
sesuatu yang benar, gemar berinovasi, berkeinginan untuk bekerja dengan baik
pada struktur organisasi, tata kelola, dan biaya keagenan (termasuk kebijakan
kompensasi) dengan titik berat pada sistem insentif dan monitoring guna
dua tipe, yaitu manusia tipe X yang tidak memiliki motivasi, semangat kerja
"bisnis" atau “usaha" merujuk pada kegiatannya. Bentuk badan usaha dapat
jawab renteng dan tanggung jawab terbatas. Tanggung jawab renteng dapat
itu, dalam tanggung jawab terbatas, penanggung jawab akhir dalam pelunasan
KEGIATAN BISNIS
bertujuan memperoleh laba yang menjadi hak dari pemilik modal. Proses
jadi. Perusahaan manufaktur (industri) mengubah input berupa bahan baku dan
bahan pembantu menjadi output, yaitu barang jadi. Dalam proses produksi,
konsumen.
Pihak yang sangat berperan dalam proses input-output yaitu tenaga kerja
dan pihak yang menyediakan dana. Pendanaan dapat berasal dari pemilik
(pemegang saham) atau kreditur. Kreditur tidak ikut menanggung risiko usaha.
Bagian terpenting dari lingkungan usaha adalah kondisi pasar. Struktur pasar
umumnya, diwakili oleh para aktivis yang khusus bergerak dalam bidang lingkungan
STAKEHOLDER
tersebut. Pihak ke dua adalah para kreditur. Bank, pemegang surat-surat utang
bunganya.
Pihak ketiga adalah pekerja (karyawan). Mereka mempunyai kepentingan
terhadap perusahan karena tempat itu merupakan sawah ladang dari mana
mereka tidak diambil. Sementara itu, bagi perusahan karyawan merupakan salah
kesesuain antara harga yang mereka bayarakan dan manfaat yang mereka
peroleh.
perizinan/peraturan-peraturan lain.
masyarakat secara luas dan lingkungan yang terdampak oleh keberadan perusahan.
yaitu bagian yang berkaitan dengan inisiatif dan usaha yang secara sukarela
perusahaan.
kebutuhan, dan keinginan diri sendiri masih dominan.. Namun seiring dengan
diperlukan.
Tahun 2007 (Perseroan Terbatas) dan UU No. 25 Tahun 2007 (Penanaman Modal).
Dalam UUPT hanya perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau
berkaitan dengan sumber daya alam. Sementara itu, UU Penmod mewajibkan kepada
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
perbedaan kepentingan kedua pihak ini sering menimbulkan masalah yang sering
tidak terbatas hanya dengan konsumen saja tapi juga kepada pihak yang terkait secara
DAFTAR PUSTAKA
Soemarso S. R. 2018. Etika Dalam Bisnis dan Profesi Akuntan dan Tata Kelola