Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“Teori Keagenan dan Tanggung Jawab Perusahaan”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Bisnis dan
Profesi

Dosen Pengampu :
Dr. Nur Cahyonowati, S.E., Akt., M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Alyassa Zahra Herrahayu 40011420650077


2. Mirda Yunita Br Perangin-Angin 40011420650097
3. Wisnu Aditya 40011420650121
4. Febriana Nurul Hidayah 40011420650133
5. Paranto Wijowanto 40011420650143
6. Pratidinia Kusumaningjati 40011420650147

Kelas :B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Keagenan dan

Tanggung Jawab Perusahaan” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika

Bisnis dan Profesi yang diberikan oleh Dosen kami. Kami menyadari makalah ini

tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,

kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu

kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dr. Nur Cahyonowati, S.E., Akt., M.Si. selaku dosen pengampu yang sudah

membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan

makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih baik.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

bisa kami sebutkan satu per satu yang sudah mendukung kami dalam menyelesaikan

makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca sekaligus dapat menambah wawasan pembaca tentang “Teori Keagenan

dan Tanggung Jawab Perusahaan”.

Semarang, 19 Februari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Keagenan (agency theory) adalah teori utama yang mendasari pengelolaan

sebuah perusahaan. Teori ini berlaku apabila terjadi pemisahan antara pemilik

(pemegang saham) dan manajemen perusahaan. Pemilik adalah prinsipiel, dan

manajemen adalah agen. Pemegang saham mendelegasikan tugas dan wewenangnya

kepada manajemen untuk mengelola perusahaan yang mereka miliki.

Kegiatan bisnis merupakan salah satu kegiatan ekonomi dalam masyarakat.

Kegiatan bisnis dapat dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau

kumpulan dari orang-orang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud keagenan?

2. Bagaimana perspektif ekonomi, moral hazard, adverse selection, bisnis,

organisasi, manajemen, regulasi, etika, serta teori kepengurusan?

3. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab perusahaan?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keagenan.

2. Memahami perspektif ekonomi, moral hazard, adverse selection, bisnis, organisasi,

manajemen, regulasi, etika, serta teori kepengurusan.

3. Memahami apa yang dimaksud dengan tanggung jawab perusahaan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Keagenan

1. Perspektif Ekonomi

Menurut Eisenhardt, teori keagenan digunakan dalam ilmu ekonomi. Dalam buku

Kenneth Arrow dan buku Robert Wilson menjelaskan pembagian risiko yang muncul

jika pihak kerja sama mempunyai sikap yang berbeda terhadapnya.

Teori keagenan memperluas perspektif pembagian risiko ke dalam masalah

keagenan, yaitu jika pihak yang bekerja sama mempunyai tujuan yang berbeda dan

terdapat pembagian kerja di antara mereka. Teori ini memecahkan dua masalah

utama, yaitu masalah keinginan/tujuan dari prinsipel dan agen saling bertentangan,

serta mengetahui yang sebenarnya dilakukan oleh agen, dan masalah sikap prinsipel

terhadap risiko berbeda dengan sikap agen sehingga tindakan mereka akan berbeda.

Ada dua macam kontrak, yaitu kontrak berorientasi perilaku (sistem gaji tetap atau

pengaturan melalui hierarki), dan kontrak berorientasi hasil (kompensasi berdasarkan

komisi, pemberian opsi saham, atau pengaturan melalui saham). Pemilihan salah satu

dari kontrak ini akan menentukan efisiensi suatu keagenan.

2. Moral Hazard

Menurut Kerps, moral hazard didefinisikan sebagai tindakan oleh salah satu

pihak (agen) dalam suatu transaksi yang memengaruhi penilaian pihak lain

(prinsipiel) terhadap transaksi tersebut, tetapi pihak kedua (prinsipiel) tidak dapat

mengawasi atau memaksa secara sempurna tindakan yang dimaksud. Menurut Brooks

& Dunn moral hazard terjadi karena tindakan manajemen (direksi) tidak dapat

diobservasi, sehingga mereka melakukan tindakan yang berada dalam direksinya

untuk kepentingan pribadi yang mungkin bertentangan dengan kepentingan investor.


Untuk mencegah terjadinya moral hazard, struktur kontrak perlu dirancang

dengan menyusun sistem insentif dan menyediakan sistem monitoring terhadap kedua

pihak dengan baik, sehingga kedua pihak akan bertindak sesuai keinginan pihak lain.

3. Adverse Selection (Salah Pilih)

Menurut Kerps, adverse selection terjadi jika salah satu pihak (agen) dalam suatu

transaksi mengetahui informasi yang relevan tentang transaksi tersebut. Sehingga

salah satu/kedua pihak melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, dalam

arti tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Contohnya, pengangkatan direksi

atau komisaris yang mengalami kesalahan karena pemegang saham tidak memiliki

informasi yang cukup dan relevan tentang mereka. Cara mengatasinya, dengan

pemberian sinyal kepada pasar, pemberian intensif dan pengendalian atau monitoring.

Menurut Berndt dan Gupta, moral hazard & adverse selection kemungkinan terjadi di

transaksi penjualan portofolio kredit oleh bank kepada investor.

4. Perspektif Bisnis

Kontrak melibatkan hampir semua proses bisnis. Kadang perusahaan bertindak

sebagai prinsipiel, kadang juga sebagai agen. Ciri - ciri dari teori keagenan terpenuhi

adalah adanya prinsipiel dan agen, perbedaan kepentingan, motif kepentingan pribadi,

kondisi asimetri informasi, dan perbedaan sikap terhadap risiko, semuanya merupakan

karakteristik yang melekat dalam sebuah transaksi.

Struktur organisasi yang akan dibentuk, perilaku organisasi yang diinginkan, gaya

manajemen yang akan diterapkan, tata kelola perusahaan yang digunakan, dan strategi

yang dianut adalah aspek yang menggunakan hubungan keagenan sebagai acuan

dalam bisnis yang akan diimplementasikan dalam kebijakan dan prosedur yang
dibuat. Keputusan bisnis yang bersifat ekonomis menggunakan teori keagenan

sebagai acuan dalam perjalanan alternatif.

5. Perspektif Organisasi

Teori keagenan mempunyai hubungan erat dengan literatur organisasi. Teori

organisasi dapat ditinjau dari perspektif teori kontingensi, pengendalian organisasi,

atau biaya transaksi. Dalam teori kontingensi, misalnya, teori keagenan dan teori

organisasi mengamsumsikan bahwa individu adalah rasional dan bahwa intormasi

didistribusikan secara tidak seimbang. Oleh karena itu, efisiensi dalam pemrosesan

informasi merupakan kriteria yang digunakan dalam pemilihan bentuk organisasi.

Dalam teori organisasi, kerangka pemilihan ini digunakan untuk menentukan struktur

organisasi yang dipilih, apakah berdasarkan divisi atau matriks.

Dalam teori keagenan, kejelasan tugas dan dapat diukurnya hasil dikaitkan

dengan bentuk kontrak yang akan dibuat. Sementara itu, dalam literatur pengendalian

organisasi, upaya yang dilakukan untuk mengaitkan cara dengan tujuan dan

mengkristalkan sasaran dengan perilaku akan mengarah pada pengendalian hasil.

Upaya untuk menyesuaikan tujuan di antara individu dan organisasi dalam teori

organisasi dapat disamakan dengan mengasumsikan adanya benturan kepentingan

yang rendah dalam teori keagenan. Perbedaan dengan teori keagenan adalah

pengendalian organisasi, masalah tingkat keengganan menanggung risiko baik dari 2

pihak, dan ketidakpastian hasil yang tidak diperhatikan.

Organisasi selalu diasumsikan menghadapi masalah masa depan yang tidak pasti.

Teori ini mencoba untuk mengaitkan ketidakpastian itu dengan risiko melalui trade

off antara imbalan dan risiko. Teori keagenan dimanfaatkan dalam menata organisasi.

6. Perspektif Manajemen
Pada awal 1990-an, paradigma teori keagenan diterapkan ke dalam ranah

manajemen. Ada 3 bidang dalam manajemen yang memanfaatkan proposisi teori

keagenan, yaitu kebijakan kompensasi, tata kelola perusahaan, biaya keagenan.

Pilihan untuk menerapkan sistem kompensasi berdasarkan perilaku dan hierarki

atau berdasarkan hasil merupakan penerapan dari teori keagenan. Pilihan ini berkaitan

dengan sistem intensif dalam hubungan kerja, serta dapat diterapkan kepada

distributor independen pada waktu menjual. Sistem kompensasi yang tepat akan

mengurangi terjadinya benturan kepentingan yang terjadi antara prinsipiel dan agen.

Teori keagenan memperoleh perhatian dalam perancangan tata kelola

perusahaan. Terpisahnya investor dengan manajemen, membuat investor tidak dapat

mengetahui perkembangan perusahaan dari hari ke hari dan mereka hanya menerima

secara periodic dalam bentuk laporan keuangan dan laporan tahunan yang

menimbulkan terjadinya asimetri informasi.

Brooks and Dunn menyatakan bahwa teori keagenan mencoba untuk menjelaskan

tentang perilaku organisasi dan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan.

Teori keagenan didasarkan atas premis adanya benturan kepentingan. Investor

berkepentingan terhadap imbalan atas investasinya, sementara manajemen tertarik

pada kompensasi yang mereka terima.

Sistem dua dewan dalam pengelolaan perusahaan merupakan penerapan teori

keagenan dimana dewan komisaris merupakan perangkat dari pemegang saham untuk

memonitor pekerjaan direksi. Dengan adanya dewan komisaris, peluang direksi untuk

melakukan tindakan yang hanya mementingkan dirinya sendiri dapat dikurangi.

Sistem tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh regulasi, misalnya seperti

keharusan adanya komite audit, komite pemantau risiko,dll pada hakikatnya


merupakan upaya untuk menciptakan sistem monitoring dalam hubungan prinsipiel

dan agen. Pembatasan dalam metode pemberian kompensasi dan remunerasi

merupakan salah satu upaya untuk menciptakan sistem insentif yang tepat.

Biaya keagenan berasal dari berbagai sumber dan bentuk. Contoh dari biaya

keagenan seperti biaya untuk rekrutmen, salah pilih, pemberian insentif, moral

Hazard, kelalaian, pencurian, korupsi, monitoring, dll. Struktur dan sistem

pengendalian internal suatu organisasi, sistem saling periksa ketentuan pelaporan,

rotasi pegawai, pemisahan tugas, tahapan supervise, dll mengakibatkan naiknya biaya

keagenan.

7. PERSPEKTIF KONTRAK

Teori keagenan didasarkan dan paradigma adanya benturan kepentingan antara

agen dan prinsipiel. Soal keagenan dipecahkan dengan kontrak yang di dalamnya

memuat solusi masalah keagenan, yaitu sistem insentif dan monitoring. Berikut ini

syarat kontrak yang baik.

1. Solusi dengan karakteristik resiko kedua pihak

2. Dapat mengatasi masalah benturan kepentingan

3. Mengurangi kondisi asimetri informasi

4. Mencegah sifat oportunisme

5. Menyediakan/tidak menyediakan sistem insentif yang tepat

6. Menyediakan sistem monitoring yang memadai

7. Mengakomodasikan pembagian risiko yang adil bagi pihak yang mempunyai

karakter risoko yang berbeda.

8. Melibatkan biaya keagenan yang minimal.

8. PERSPEKTIF REGULASI
Regulasi dalam konteks teori keagenan mencakup ketentuan tentang

hubungan para pihak dalam masyrakat yang perlu diatur melalui aturan

hukum. Contoh dari regulasi adalah UU No. 8 Tahun 1995 (pasar modal yang

mengatur hubungan antara perusahaan yang mengeluarkan surat-surat

berharga dan investor). Contoh lainnya adalah UU No. 8 tahun 1999

(perlindungan konsumen), UU No. 1 Tahun 1970 (syarat-syarat keselamatan

kerja dalam segala tempat kerja), UU No. 5 Tahun 1999 (perlindungan

pesaingan usaha) dan UU No. 32 Tahun 2009(perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup).

Regulasi dikeluarkan untuk mengatur hubungan dalam masyarakat

termasuk hubungan ekonomi, agar hak dan kepentingan masing-masing pihak

dapat dilindungi secara adil dan profesional. Dalam teori keagenan, regulasi

adalah kontrak antara pemeritah yang mewakili rakyat sebagai prinsipiel dan

perusahaan sebagai agen. Suatu regulasi diharapkan dapat mengatasi bantuan

kepentingan antara 3 pihak, yaitu perusahaan sebagai agen dengan masyarakat

dan pemerintah sebagai prinsipiel.

9. PERSPEKTIF ETIKA

Etika mengatur perusahaan dalam hubungan sosial dengan masyarakat. Etika

berhubungan dengan perilaku dan perbuatan yang seharusnya diterapkan dan

dilaksanakan seseorang atau organisasi dalam kehidupan masyarakat. Intinya perilaku

dan perbuatan yang baik dan mementingkan kepentingan publik.

Teori keagenan memperhatikan perilaku baik individu maupun organisasi dalam

analisisnya tentang hubungan antarpihak yang terlibat. Dasarnya adalah kepentingan

pribadi yang berbenturan dengan kepentingan orang lain masing-masing pihak dan
kondisi asimetri informasi. Asumsi yang digunakan untuk teori keagenan adalah agen

bersikap oportunistis.

Penyusunan kontark yang jelas, tegas, komprehensif, adil dan profesional adalah

contoh untuk menyelaraskan kedua pandangan tersebut. Selarasnya keputusan

ekonomi dan keputusan etis adalah contoh lain untuk menghilangkan dikotomi yang

ada. Etika didasarkan atas kepercayaan yang mengarah pada hubungan fidusia.

10. TEORI KEPENGURUSAN

Teori kepengurusan tidak mengasumsikan adanya benturan kepentingan

antara prinsipliel (investor) dan agen(pengurus). Perilaku agen yang

diasumsikan dalam teori ini adalah keinginan untuk berkontribusi, memiliki

sesuatu yang benar, gemar berinovasi, berkeinginan untuk bekerja dengan baik

dan tertarik untuk kehidupan yang seimbang. Terjadi kesejajaran antara

kepentingan pengurus sebagai agen dan investor sebagai prinsipeil. Dalam

bidang manajeman, teori keagenan, seperti dikemukakan Saphiro, mengarah

pada struktur organisasi, tata kelola, dan biaya keagenan (termasuk kebijakan

kompensasi) dengan titik berat pada sistem insentif dan monitoring guna

mengurangi benturan kepentingan dan asimetri informasi.

Menurut Mc Greoger dalam teori kepengurusan dikategorikan dalam

dua tipe, yaitu manusia tipe X yang tidak memiliki motivasi, semangat kerja

keras, kedisiplinan, kreativitas, kepemimpinan, dll. Sementara itu, manusia

tipe Y memiliki sifat-sifat yang berkebalikanya dengan manusia tipe X. Secara

normatif, teori kepengurusan tentu sangat bagus. Namun, perilaku yang

dikemukakan adalah perilaku ideal yang diharapkan. Perilaku-perilaku itu


berbeda dengan sifat dasar manusia yang diasumsikan dalam teori keagenan

yaitu egois dan opoturnistis.

B. Tanggung Jawab Perusahaan

Kegiatan bisnis dapat dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang;

atau kumpulan dari orang-orang. Kegiatan bisnis dilakukan dalam suatu

organisasi bisnis yang disebut dengan perusahaan. Untuk selanjutnya, kata

"perusahaan" digunakan untuk penyebutan organisasi bisnis, sedangkan kata

"bisnis" atau “usaha" merujuk pada kegiatannya. Bentuk badan usaha dapat

berupa perusahaan perorangan, firma, persekutuan, atau perseroan terbatas.

Bentuk badan usaha menentukan tanggung jawab hukum dari orang-orang

yang menyisihkan modalnya untuk kegiatan bisnis. Tentang tanggung jawab

hukum ini, perbedaan dapat dilakukan dengan batasannya, yaitu tanggung

jawab renteng dan tanggung jawab terbatas. Tanggung jawab renteng dapat

terdapat dalam badan usaha berbentuk perusahaan perseorangan, firma, atau

persekutuan (untuk sekutu aktif). Tanggung jawab terbatas berlaku di

perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas.

Tanggung jawab renteng mengandung arti bahwa pemilik merupakan

penanggung jawab akhir dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Sementara

itu, dalam tanggung jawab terbatas, penanggung jawab akhir dalam pelunasan

kewajiban perusahaan adalah perusahaan itu sendiri. Pemilik hanya

bertanggung jawab sampai sebesar modal yang ditanamkan.

KEGIATAN BISNIS

Kegiatan bisnis adalah kegiatan penyediaan barang dan jasa yang

bertujuan memperoleh laba yang menjadi hak dari pemilik modal. Proses

kegiatan usaha dan posisinya dalam masyarakat.


Dalam perusahaan dagang, input dan output adalah sama, yaitu barang

jadi. Perusahaan manufaktur (industri) mengubah input berupa bahan baku dan

bahan pembantu menjadi output, yaitu barang jadi. Dalam proses produksi,

perusahaan harus berhubungan dengan para pemasok bahan baku, bahan

pembantu, perlengkapan, dan keperluan umum lainnya. Sementara itu, untuk

menjual output berupa barang jadi, perusahaan berhubungan dengan

konsumen.

Pihak yang sangat berperan dalam proses input-output yaitu tenaga kerja

dan pihak yang menyediakan dana. Pendanaan dapat berasal dari pemilik

(pemegang saham) atau kreditur. Kreditur tidak ikut menanggung risiko usaha.

Dalam melakukan kegiatan usahanya, perusahaan dihadapkan pada

lingkungan, yaitu lingkungan pemerintahan dan lingkungan usaha.

Lingkungan pemerintahan berasal dari pemerintah dan aparat birokrasinya.

Bagian terpenting dari lingkungan usaha adalah kondisi pasar. Struktur pasar

memengaruhi langkah perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha. Struktur

pasar dapat dibedakan menjadi persaingan sempurna (perfect competition),

oligopoli (oligopoly), dan monopoli (monopoly). Struktur pasar menentukan

jumlah pesaing (competitor).


Masyarakat dan alam sekitar dapat dipengaruhi oleh keberadaan

perusahaan. Pengaruh yang ditimbulkan dapat positif atau negatif.

Kepentingan masyarakat dan alam sekitar pada

umumnya, diwakili oleh para aktivis yang khusus bergerak dalam bidang lingkungan

hidup atau oleh para tokoh masyarakat itu sendiri.

Kondisi perekonomian tentu berpengaruh terhadap jalannya perusahaan.

Kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi, walaupun tidak secara langsung

berkenaan dengan kegiatan operasional perusahaan, dapat berpengaruh

terhadap kondisi perekonomian suatu negara. Bahkan, kebijakan pemerintah

negara lain dapat memengaruhi kehidupan perusahaan.

STAKEHOLDER

Pihak-pihak dengan kepentingan masing-masing, disebut pemegang

kepentingan (stakeholder). Pihak pertama adalah pemegang saham.

Kepentingan pemegang saham (pemilik) berkaitan dengan imbalan investasi

tersebut. Pihak ke dua adalah para kreditur. Bank, pemegang surat-surat utang

dan pemasok tersebut dalam kategori ini. Kreditur berkepentingan bahwa

pinjaman yang diberikan kepada perusahan dapat dikembalikan beserta

bunganya.
Pihak ketiga adalah pekerja (karyawan). Mereka mempunyai kepentingan

terhadap perusahan karena tempat itu merupakan sawah ladang dari mana

penghasilan mereka. Namun, karyawan juga mempunyai kepentingan agar hak-hak

mereka tidak diambil. Sementara itu, bagi perusahan karyawan merupakan salah

satu faktor keberhasilan perusahan.

Pelanggan atau konsumen merupakan pihak keempat. Dari merekalah

laba perusahan mengalir. Kepentingan utama pelanggan adalah adanya

kesesuain antara harga yang mereka bayarakan dan manfaat yang mereka

peroleh.

Pemasok (supplier) adalah pihak kelima, keberlangsungan perusahan

merupakan kepentingan pemasok. Namun, kontinuitas pemasok juga menjadi

kepentingan perusahan. Pihak ke enam adalah pemerintah. Kepentingan

utamanya adalah pajak dan pungutan-pungutan lain sebagai kontribusi. Serta

pemerintah juga mencegah terjadinya konflik kepetingan dengan

perizinan/peraturan-peraturan lain.

Pihak ke tujuh adalah para aktivis lingkungan, mereka menyuarakan kepentingan

masyarakat secara luas dan lingkungan yang terdampak oleh keberadan perusahan.

Pihak kedelapan adalah pesaing. Kepentingan pesaing diartikan sebagai pengakuan

oleh perusahaan akan hak hidup dan berkembangan mereka.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Tanggung jawab sosial merupakan aspek moral dalam kegiatan usaha,

yaitu bagian yang berkaitan dengan inisiatif dan usaha yang secara sukarela

dilakukan oleh perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan, yang nantinya

harus dijabarkan ke dalam program, dapat mengambil berbagai bentuk.


Program-program itu dirancang dengan tujuan pihak tertentu, kegiatan tematik

tertentu, tujuan tematik tertentu kegiatan pertama mendasarkan pada

penerimanya. Contohnya, bantuan kepada masyarakat sekitar lokasi

perusahaan.

Ketika perusahaannya masih kecil, sifat egosentris, hanya memikirkan

kebutuhan, dan keinginan diri sendiri masih dominan.. Namun seiring dengan

pertumbuhan persahaan, kepedulian kepada orang lain semakin terasa

diperlukan.

Di Indonesia, ketentuan tanggung jawab sosial tercantum dalam UU No. 40

Tahun 2007 (Perseroan Terbatas) dan UU No. 25 Tahun 2007 (Penanaman Modal).

Dalam UUPT hanya perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau

berkaitan dengan sumber daya alam. Sementara itu, UU Penmod mewajibkan kepada

semua perusahaan, tanpa memandang pada bidang usahanya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam sebuah perusahaan memnculkan

perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Dalam penyatuan

perbedaan kepentingan kedua pihak ini sering menimbulkan masalah yang sering

disebut dengan konflik keagenan dan ditinjau dengan teori keagenan.

Tanggung jawab moral bagi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat

tidak terbatas hanya dengan konsumen saja tapi juga kepada pihak yang terkait secara

langsung dan tidak langsung. Perusahaan juga harus memperhatikan keberlangsungan

hidup masyarakat yang terkait dan terdampak atas aktivitas usahanya.

DAFTAR PUSTAKA
Soemarso S. R. 2018. Etika Dalam Bisnis dan Profesi Akuntan dan Tata Kelola

Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai