IFAC adalah organisasi profesi akuntan internasional. Organisasi ini berdiri tahun 1977.
Sampai tahun 2012 ini IFAC terdiri dari 167 anggota dan asosiasi di 127 negara dengan kurang
lebih 2,5 juta akuntan yang bekerja sebagai akuntan publik, manajemen/keuangan, sector
pemerintahan, serta pendidikan. Adapun misi dari IFAC adalah melayani kepentingan
masyarakat untuk:
Bagian A dari CEPA 2012 ini, secara garis besar menetapkan prinsip-prinsip dasar etika
profesional dari akuntan professional, serta memberikan kerangka konseptual yang harus
dilakukan oleh akuntan profesional bila:
Lebih lanjut CEPA 2012 menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang harus dipatuhi dan diikuti
oleh akuntan profesional adalah:
a. Integritas : menjadi seorang yang sederhana dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis
b. Objektivitas : tidak membiarkan adanya penyimpangan, konflik kepentingan atau
pengaruh dari pihak lain yang akan mengganggu pertimbangan-pertimbangan profesional
atau bisnis
c. Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional : diperlukan
untuk memelihara/mempertahankan pengetahuan dan keahlian pada tingkat yang
dipersyaratkan yang akan menjamin bahwa klien atau pemberi kerja menerima layanan
profesional yang berkualitas
d. Kerahasiaan : diperlukan untuk menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari
hasil hubungan profesional dan bisnis, dan tidak mengungkapkani berbagai informasi
tersebut kepada pihak ketiga tanpa wewenang/otoritas yang tepat dan khusus kecuali
terdapat hak atau tugas secara hukum atau profesional untuk mengungkapkannya
e. Perilaku professional : untuk mengakui dan mentaati hukum dan peraturan yang sesuai,
serta tidak melakukan berbagai tindak merugikan profesi.
Pendekatan Kerangka KerjaKonseptual (Conceptual Framework Approach)
Pendekatan kerangka kerja konseptual membantu para akuntan profesional untuk mentaati
ketentuan kode etik serta untuk memenuhi tanggung jawab dalam bertindak sesuai dengan
kepentingan masyarakat.
Menurut CEPA 2012 cara-cara dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang akuntan
profesional adalah sebagai berikut:
CEPA 2012 menjelaskan bahwa ancaman-ancaman mungkin dapat timbul dari dan oleh
hubungan atau lingkungan yang berskala luas. Lebih lanjut CEPA 2012 menjelaskan ancaman-
ancaman yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Disaat melakukan inisiasi penyelesaian konflik etika, baik secara formal maupun informal,
faktor- faktor berikut ini, baik secara sendiri maupun bersama dengan faktor lainnya, dapat
dianggap sebagai proses penyelesaian konflik etika, yaitu:
Seorang akuntan profesional harus tidak dikaitkan dengan laporan, hasil, komunikasi, atau
informasi bila dia yakin bahwa informasi tersebut:
Berkaitan dengan prinsip dasar objektivitas, CEPA 2012 menjelaskan bahwa prinsip ini
mewajibkan semua akuntan profesional untuk tidak mengkompromikan pertimbangan
profesional dan bisnis dikarenakan bias, konflik kepentingan atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain.
CEPA 2012 menjelaskan bahwa prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
profesional mewajibkan para akuntan profesional untuk:
Menurut CEPA 2012 prinsip dasar kerahasiaan mewajibkan akuntan professional untuk menahan
diri dari:
1. Mengungkapkan kepada pihak luar kantor akuntan publik atau organisasi dimana dia
bekerja bahwa semua informasi rahasia yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan
profesional dan bisnis tanpa otoritas yang tepat dan khusus kecuali ada hak atau tugas
hokum atau profesional untuk mengungkapkannya; serta
2. Menggunakan informasi rahasia yang didapatkannya sebagai hasil hubungan profesional
dan bisnis untuk keuntungannya sendiri atau pihak ketiga.
1. Pengungkapan yang diijinkan oleh hukum dan diberikan ijin oleh klien atau atasan;
2. Pengungkapan yang diminta oleh hukum
3. Pengungkapan sebagai tugas atau hak profesional, bila tidak dilarang oleh hukum
Akuntan profesional harus jujur dan dapat dipercaya, serta tidak: Membuat tuntutan yang
berlebihan atas layanan yang mereka tawarkan, kualifikasi yang mereka miliki, serta pengalaman
yang telah mereka peroleh; atau Meremehkan referensi atau pembandingan yang tidak mendasar
atas pekerjaan dari akuntan profesional yang lain.
Tujuan pendirian IAl pertama kali adalah untuk: Membimbing perkembangan akuntansi serta
mempertinggi mutu pendidikan akuntan dan Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.
IAI memiliki badan yang merumuskan dan membuat kode etik dari IAI, yang disebut dengan
Komite Etika (KE). Anggaran Rumah Tangga IAI, 2012 menjelaskan bahwa: Komite ini
merupakan badan yang menjadi bagian organisasi IAl dan mempunyai otonomi untuk
merumuskan dan mengkodifikasikan Kode Etik Akuntan Indonesia. Jumlah anggota KE adalah 9
(sembilan) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang Akuntan Pendidik, Akuntan Manajemen,
Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Publik, serta 1 (Ssatu) orang yang ditunjuk DPN.
IAl menjelaskan bahwa Kode Etik IAI, 1998 ini dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia
usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan
tanggung- jawab profesionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi:
Adapun Kode Etik IAl, 1998 ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu
Prinsip Etika,
Aturan Etika dan
Interpretasi Aturan Etika.
5. Konflik Etika
Akuntan profesional saat ini sering menghadapi konflik etika, yaitu konflik yang dihadapi
oleh para akuntan profesional dalam menjalankan tugas profesinya, yang diduga
membuat mereka tidak objektif, menurun integritasnya, menjadi tidak independen, dan
lain-lain. Hal ini membuat para akuntan profesional sering kali kebingungan serta tidak
tahu arah yang benar untuk menyelesaikan konflik etika tersebut.
PENERAPAN KODE ETIK AKUNTAN
Dari 21 (dua puluh satu) profesi di USA yang diteliti oleh Gallup pada tahun 2005
ternyata berdasarkan persepsi masyarakat USA, profesi akuntan menduduki peringkat ke 9
(sembilan) (Gallup, 2005). Hal ini menunjukkan menurut pandangan masyarakat USA akuntan
professional belum sepenuhnya menerapkan kode etik pada saat melaksanakan tugas dan
tanggung jawab profesinya. Tidak hanya diterapkan secara konsekuen, penerapan dari kode etik
akuntan juga tergantung dari persepsi para akuntan di masing-masing negara ataupun budaya
(Arnold, et al, 2006).
Bila di USA, maupun di berbagai negara lain kode etik akuntan belum ditaati sepenuhnya oleh
akuntan profesional, maka diduga di Indonesia pun demikian. Cindylophkaka, 2012 menjelaskan
dengan mengutip pernyataan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) bahwa berdasarkan temuan
BPKP, terdapat Sembilan dari sepuluh Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap
sekitar 36 (tiga puluh enam) bank bermasalah di tahun 2001 ternyata tidak melakukan pemeriksaan
sesuai dengan standar audit. Dengan demikian perlu penerapan kode etik akuntan di Indonesia
dilaksanakan dengan baik. Hal ini sebaiknya dilaksanakan oleh IAI dalam bentuk loka karya yang
berkesinambungan dengan memberikan satuan kredit profesi bagi para akuntan yang mengikutinya.