Anda di halaman 1dari 21

Bab 5 : Etika Auditor Eksternal/Independen

I. Pendahuluan
Pada bab sebelumnya kita telah mulai membahas dan mendiskusikan etikaprofesi
akuntan. Baik menurut CEPA 2012, maupun Kode Etik IAI 1998, salah satu unsur
dari akuntan profesional adalah akuntan yang berprofesi sebagai akuntan yang
memeriksa laporan keuangan serta memberikan pendapat atau opini atas hasil
pemeriksaan tersebut. Akuntan ini lazim disebut dengan auditor eksternal atau auditor
independen.
Pendapat atau opini dari auditor eksternal atas laporan keuangan ini merupakan
hal yang sangat penting yang ditunggu oleh masyarakat atau para pemangku
kepentingan (stakeholders) dari entitas yang diperiksa. Hal ini dikarenakan pendapat
atau opini tersebut merupakan salah satu alat yang penting dalam pengambilan
keputusan. Bila opininya menjelaskan bahwa laporan keuangan itu disusun dan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi, berarti laporan keuangan
tersebut menggambarkan kondisi operasi entitas secara wajar. Namun bila pendapat
ters bahwa laporan keuan ebut menyatakan gan tersebut tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi, maka berarti laporan keuangan tersebut tidak
memberikan gambaran kondisi operasi entitas yang wajar dan benar.
Yang menjadi permasalahan atau dilema bagi akuntan adalah karena yang
membayar fee audit adalah klien, maka klien tersebut sering kali atau bahkan
memaksakan agar pendapat atau opini atas laporan keuangan tersebut adalah wajar
tanpa pengecualian, meski sebenarnya tidak seperti itu. Oleh karenanya di dalam
melaksanakan tugas profesinya sebagai auditor eksternal seorang akuntan dibatasi
dengan rambu-rambu kode etik auditor eksternal atau independen.
II. Tuntutan Masyarakat Terhadap Auditor Eksternal
Auditor eksternal merupakan seorang akuntan profesional. Untuk menjadi
seorang profesional terdapat ketentuan yang harus dipenuhi. Selain keahlian atau
kompetensi di bidang audit yang diperolehnya melalui pendidikan, dia harus memiliki
sertifikat sebagai auditor eksternal. Sertifikat tersebut lazimnya diterbitkan oleh
organisasi profesi dan atau oleh negara/ pemerintah. Di saat menjalankan aktivitas
profesinya, dia juga diminta untuk secara berkelanjutan memelihara kompetensinya
dengan melaksanakan pembelajaran secara berkelanjutan.Pembelajaran berkelanjutan
ini lazimnya diselenggarakan oleh organisasi profesi.
Namun permasalahannya adalah, bahwa masyarakat juga menginginkan hasil
pekerjaan dari auditor eksternal yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga hasil yang
objektif. Auditor eksternal dituntut oleh masyarakat atau pemangku kepentingan
untuk mernberikan hasil pemeriksaan atau pemberian opini yang objektif. Artinya,
hasil perneriksaan tersebut harus memberikan gambaran yang sebenarnya dari kinerja
dan posisi keuangan entitas Yang diperiksa. Karena laporan kerrangan yang diperiksa
akan dipergunakan untuk mengambil keputusan.
Misalnya dalam kasus pemberian pendapat atas laporan keuangan yang tidak
benar. Artinya laporan keuangan yang diperiksa tersebut seharusnya tidak diberikan
opini yang wajar tanpa pengecualian namun ternyata laporan tersebut diberikan opini
wajar tanpa pengecualian. Seharusnya entitas tersebut rugi, namun dinyatakan Iaba.
Selanjutnya laporan tersebut diajukan untuk memperoleh pinjaman dari lembaga
keuangan. Lembaga keuangan akhirnya menyetujui memberikan pinjaman atas dasar
laporan yang diaudit tetapi keliru. ini tentunya merugikan lembaga keuangan sebagai
pemangku kepentingan. Bila di kemudian hari hal ini diketahui adanya
“perekayasaan" laporan keuangan, tentunya auditor eksternal akan dituntut, serta
profesi akuntan akan dirugikan.
III. Faktor Kepercayaan Masyarakat Terhadap Profesi Auditor Eksternal
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), 2014 dalam laporan tahunan
2014 menjelaskan bahwadi samping korupsi dan penyalahgunaan organisasi secara
tidak benar, bentuk kejahatan kerah putih yang tebesar nilainya serta yang paling
merugikan masyarakat adalah pembuatan dan penyajian laporan keuangan secara
curang. Misalnya seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bila
seseorang atau perusahaan mengajukan permohinan kredit di bank, serta memberikan
gambaran kegiatan usahanya dalam bentuk laporan keuangan yang buruk, maka pasti
permohonan pinjamannya akan ditolak oleh bank. Oleh karenanya dia atau
perusahaan tersebut akan berusaha menyajikan garnbaran Iaporan keuangan yang
baik, misalnya dengan menunjukkan laba usaha yang tinggi. Atau meminta bahkan
mernaksa auditor eksternal untuk memberikan pendapat atau opini atas laporan
keuangan yang wajar tanpa pengecualian. Bujukan ataupun paksaan ini dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian diharapkan bank menyetujui
permohonan pinjarnannya.

Tidak hanya pada saat mengajukan pinjaman ke bank, bagi perusahaan yang go
publik, hal ini pun dapat terjadi, cii mana perusahaan memberikan gambaran atas
laporan keuangan secara curang agar sahamnya terjual dengan harga yang baik saat
penawaran perdana, maupun pada saat memberikan laporan keuangan periodik
kepada lembaga pengawas. Kasus Enron/Arthur Anderson memberikan contoh yang
jelas tentang praktik-praktik kecurangan laporan keuangan (Brooks, 2010).
Bila hal ini terjadi secara terus menerus serta bahkan mendunia, apa yang akan
terjadi serta bagaimana sikap masyarakat:
a. Kepercayaan dunia usaha terhadap informasi yang dibutuhkan tentang gambaran
keuangan suatu entitas, saat ini sedang tererosi. Pinjaman oleh bank atau lembaga
keuangan diberikan karena adanya kepercayaan terhadap entitas yang rnerninjam atau
atas laporan keuangan yang disampaikan. Demikian pula pasar modal dapat berjalan
secara efektif didasarkan atas dasar kepercayaan dari informasi yang masuk ke pasar
tersebut. Bila tidak terdapat kepercayaan, maka yang terjadi adalah kekacauan.
Kepercayaan akan menjadi pre kondisi dari kerjasama. Bila penyajian laporan
keuangan dilakukan secara universal, maka kerjasama akan terganggu atau malahan
tidak akan terjadi.
b. Penyajian Iaporan keuangan yang tidak benar atau curang tersebut, di samping
menimbulkan ketidak percayaan, juga akan menimbulkan kekacauan, dengan
konsekuensi ketidak efisienan di pasar keuangan dan pasar modal. Karena masyarakat
bersikap hati-hati untuk tidak mempercayai informasi yang ada di pasar keuangan dan
pasar modal, maka dunia usaha, khususnya dunia keuangan tidak akan berjalan
dengan benar, malahan akan runtuh.
Lebih lanjut Duska and Duska, 2006 menyatakan bahwa terdapat aspek
kepercayaan yang lain dalam hubungan antara auditor eksternal deb masyarakat.
Kepercayaan dari rnasyarakat merupakan hal yang penting bagi seorang auditor
eksternal. Karena kepercayaan merupakan hal yang penting, maka kehadiran
kejujuran dan integritas dari akuntan menjadi penting. Jadi seorang auditor eksternal
tidak hanya menjadi seorang yjaadi terpercaya, namun dia harus juga menampakkan
sikap terpercaya di hadapng masyarakat. Jadi sebagai auditor eksternal yang hati-hati,
dia juga harus mempunyai kewajiban untuk bersikap cukup skeptik (sikap fidak
mudatihs percaya) demi untuk melindungi tuntutan hukum dari rnasyarakat atau
pemangku kepentingan.
IV. Tanggung Jawab Auditor Eksternal Pada Masyarakat Dan Tanggung Jawab
Utama Seorang Auditor Eksternal
Sebagai seorang profesional, auditor mempunyai tanggung jawab yang khusus.
Bagian ini akan membahas tanggung jawab auditor eksternal pada masyarakat serta
tanggung jawab utama dari seorang auditor eksternal.
4.1 Tanggung jawab auditor eksternal pada masyarakat
Peran dan konsekuensi dari tugas untuk menilai kewajaran laporan keuangan
membuat auditor eksternal harus memberikan tanggung jawab yang khusus kepada
masyarakat (Duska and Duska, 2006). Sering kali terjadi benturan antara masyarakat
atau pemangku kepentingan dengan klien yang diperiksa oleh auditor eksternal.
Berbeda dengan profesional yang lain, seorang auditor eksternal harus bekerja
secara independen, maka dia mempunyai kegiatan yang berbeda. Auditor eksternal
tidak saja mengevaluasi laporan kegiatan perusahaan, tetapi dia harus memberikan
penilaian apakah laporan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi. Dengan
demikian laporan keuangan yang telah diperiksa, dievaluasi dan dinilai oleh auditor
eksternal menjadi sangat penting bagi pemangku keputusan atau masyarakat untuk
pengambilan keputusan yang strategis.
Oleh karenanya, meski biaya pemeriksaan, pengevaluasian, serta penilaian
laporan keuangan oleh auditor eksternal itu dibayar oleh klien, namun tanggung
jawab auditor eksternal atas hasil penilaian laporan keuangan itu tidaklah kepada
klien atau pemberi pekerjaan, tetapi kepada pemangku kepentingan atau masyarakat.
Jadi tanggung jawab dan kewajiban utama dari auditor eksternal adalah mengesahkan
bahwa laporan keuangan entitas secara jujur menggambarkan posisi keuangan dan
kegiatannya untuk suatu periode tertentu. Dengan demikian tanggung jawab auditor
eksternal adalah kepada masyarakat, serta tidak kepada klien atau pemberi penugasan.
Kepercayaan tersebut merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi auditor eksternal
(Duska and Duska, 2006).
4.2 Tanggung jawab utama auditor eksternal

The Commision on Auditor's Responsibility yang dibentuk oleh American Institute of


Certified Public Accountant (AICPA), 1978 dan dipimpin oleh Manuel F. Cohen,
menjelaskan bahwa tanggung jawab yang utama dari auditor eksternal adalah:
1. Tanggung jawab untuk mengevaluasi pengendalian pemeriksaan internal (the
evaluation of internal auditing control). Laporan Cohen ini menyatakan dengan tegas
bahwa tanggung jawab auditor eksternal adalah mengungkapkan pendapat atau opini
atas pengendalian internal akuntansi dari entitas yang diperiksa. Auditor eksternal
bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistern dan pengawasan audit internal
cukup memuaskan. Pengungkapan pendapat atau opini atas pengendalian internal
akuntansi ini penting karena rnengarah ke tuntutan bahwa auditor eksternal
mempunyai kewajiban untuk menguji apakah terdapat prosedur akuntansi, serta
terdapat pencegahan atas risiko pada entitas yang diperiksa.
2. Tanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan adanya kesalahan,
penyimpangan, dan atau kecurangan (Responsibility to detect and report errors,
irregularities, and/or fraud). Lebih lanjut laporan Cohen menyatakan bahwa auditor
eksternal harus bertanggung jawab untuk mendeteksi ketidakpastian yang signifikan
dari laporan keuangan yang diperiksa. Laporan Cohen juga rnenyatakan bahwa
auditor eksternal juga harus hertanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan
adanya kesalahan, penyimpangan, atau bahkan adanya kecurangan laporan keuangan.

Didasarkan pada penilaian risiko audit, seorang auditor eksternal harus


mengembangkan program prosedur audit sedemikian, sehingga diperoleh jaminan bahwa
kecurangan dan atau kesalahan di dalam Iaporan keuangan secara keseluruhan dapat
diidentifikasi. Jadi diharapkan auditor eksternal tersebut dapat menerapkan prosedur-
prosedur yang dapat menemukan kesalahan atail kecurangan tanpa rnembawa dampak
yang signifikan pada laporan keuangan. Dengan demikian dia tidak dapat dituntut untuk
bertanggung jawab atas ditemukannya penyimpangan-penyimpangan semacam itu.
Apabila terdapat temuan kesalahan atau kecurangan, seorang auditor eksternal harus
menyampaikannya kepada manajemen entitas yang diperiksa. Dia harus meminta kepada
manajemen entitas semua informasi yang berkaitan dengan kesalahan atau kecurangan
tersebut, sehingga kesalahan atau kecuranganyang teiah ditemukan tersebut dapat
dipergunakan untuk menemukan permasalahan penting yang rnenyebabkan terjadinya
kesalahan atau kecurangan. Hal ini membuat penerapan prosedur audit akan melebihi
biasanya. Konsekuensi Yang rnuncul adalah adanya risiko-risiko yang membuat waktu
maupun biaya audit menjadi lebih besar.
V. Kode Etik Akuntan Pada Akuntan Publik-Code Of Ethic Of Professional
Accountants (Cepa) In Public Practice 2012- Section 200.
CEPA 2012 rnenjelaskan bahwa prinsip-prinsip dasar etika dari seorang auditor
eksternal atau akuntan publik adalah sama dengan prinsip dasar akuntan yang lain,
yaitu integritas, objektivitas,/ kompetensi prorea kehati-hatian, kerahasiaan, serta
perilaku professional. Tidak hanya prinsip-prinsip dasar, ancaman-ancaman yang
dihadapi oleh auditor eksternal yang pada dasarnya sama dengan akuntan yang lain,
namun jenis ancaman dan pencegahan pada akuntan eksternal jauh lebih luas dan
kompleks. Oleh karenanya pembahasan yang dilakukan pada bab ini adalah:
a. Ancaman dan Pencegahan (Threats and Safeguards)
b. Penunjukkan secara Profesional (Professional Appointment)
c. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest)
d. Pendapat Kedua (Second Opinions)
e. Imbalan jasa profesional dan Jenis-Jenis Imbalan Lain (Fee and Othser Types of
Remuneration)
f. Pemasaran Jasa Profesional (MarketIng Professional Services)
g. Hadiah dan Keramah-tamah an (Gift and Hospitality)
h. Pencegahan Kekayaan Klien (Custody of Client Assets)
i. Objektivitas-Semua Layanan (Objectivity-All Services)
j. Independensi-Audit dan Penugasan Review (Independence-Audit and Review
Engagements)
k. Independensi-Penugasan Asurans Lain (Independence-Other Assurance
Engagements)
5.1 Ancaman dan Pencegahan (Threats and Safeguards)

Menurut CEPA 2012, terdapat kemungkinan bahwa ketaatan terhadap prinsip-


prinsip dasar akan diancam oleh lingkungan dan hubungan yang berskala luas. Seperti
pada bab sebelumnya ancaman ini terdiri dari ancaman. Kepentingan pribadi (self
interest), ancaman telaah pribadi (self review), ancaman kedekatan (familiority),
ancaman pembelaan/advikasi (advocacy), serta ancaman intimidasi (intimidation) .
CEPA 2012 memberikan contoh dari lingkungan yang menciptakan ancaman kepentingan
pribadi (selfInterest) bagi seorang auditor eksternal yaitu :
• Anggota tim audit yang mempunyai kepentingan keuangan langsung dengan
klien
• Kantor akuntan yang memeriksa klien mernpunyai ketergantungan
yangtidaksemestinya terhadap keseluruhan imbalan jasa profesioenraatl dari
klien;
• Anggota tim audit yang mempunyai hubungan bisnis yang dengan klien
• Kantor akuntan yang memasuki persetujuan imbalan jasa profesional yang
bersifat kontijen yang berkaitan dengan penugasan;
• Akuntan profesional yang menemukan kesalahan yang signifikan di saat
mengevaluasi hasil layanan yang sebeiumnya yang dilakukan oleh anggota
kantor akuntan tersebut.

Contoh dari lingkungan yang menciptakan.ancaman telaah pribadi (self review) bagi
seorang auditor eksternal termasuk:
• Kantor akuntan yang mengeluarkan laporan tentang keefektifan dari
pelaksanaan sistem keuangan setelah merancang atau menerapkan sistem
tersebut.
• Kantor akuntan yang menyiapkan data asli yang digunakan untuk
mengumpulkan catatan-catatan yang merupakan pokok masaiah pemeriksaan;
• Anggota tim audit saat ini atau sebelumnya adalah direktur atau manajer dari
perusahaan yang diperiksa;
• Anggota tim audit saat ini atau sebelumnya bekerja di perusahaan yang
diaudit pada posisi yang sangat mempengaruhi pokok masalah pemeriksaan
• Kantor akuntan yang melakukan jasa layanan untuk klien yang secara
langsung mempengaruhi informasi pokok masalah yang diperiksa.

Contoh-contoh dari Iingkungan yang menciptakan ancaman pembelaan/advikasi


(advocacy) bagi seorang auditor eksternal termasuk:
• Kantor akuntan yang rnempromosikan saham dari perusahaan klien
• Seorang akuntan profesional yang bertindak sebagai pembela atas nar-na klien
dalam pengadilan atau dalam perselisihan dengan pihak ketiga

Contoh-contoh dari lingkungan yang menciptakan ancaman kedekatan


(familiarity) bagi seorang auditor eksternal termasuk:
• Anggota tim penugasan yang mempunyai anggota keluarga dekat sebagai
direktur atau pejabat di perusahaan klien
• Anggota tim penugasan yang mempunyai anggota keluarga dekat sebagai
karyawan di perusahaan klien yang mempunyai posisi yang sangat
menentukan dalam hal penugasan audit; • Direktur, pejabat, atau karyawan
dari perusahaan yang diaudit yang mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan untuk mempengaruhi pokok masalah yang diperiksa;
• Akuntan profesional yang menerima hadiah atau perlakuan yang khusus,
terkecuali kalau nilainya tidak berarti atau tidak membawa konsekuensi;
• Anggota tim audit yang sudah mempunyai hubungan jangka panjang dengan
perusahaan yang diaudit.

Contoh-contoh dari lingkungan yang menciptakan ancaman intimidasi


(intirnidation) bagi seorang auditor eksternal termasuk:
• Kantor akuntan yang diancam untuk tidak melanjutkan penugasan audit;
• Klien audit yang menunjukkan sikap bahwa dia berkeberatan untuk
melanjutkan perjanjian penugasan audit, bila kantor akuntan tetap tidak setuju
atas perlakuan akuntansi atas suatu transaksi tertentu;
• Kantor akuntan yang di klien pengadilan oleh klien
• Seorang akuntan yang ditekan untuk menyetujui pertimbangan tertentu dari
karyawan perusahaan yang diaudit, karena karyawan tersebut mempunyai
keahlian atas masalahvang ditanyakannya;
• Seorang akuntan profesional yang diberitahu oleh seorang partner dari kantor
akuntan bahwa rencana promosinya akan dibatalkan kecuali bila dia setuju
dengan perlakuan akuntansi yang tidak benar dari klien yang diaudit.
Contoh-contoh dari oencegahan yang berskala kantor akunta (luas) dalam
lingkungan kerja adalah :
• Terdapar kebijakan yang terdokumentasi yang berkaitan dengan kebutuhan
untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman terhadap ketaatan pada prinsip
dasar, untuk mengevaluasi besarnya ancaman, untuk menerapkan pencegahan
guna mengeliminasi atau mengurangi ancaman sarnpai pada tingkatan yang
bisa diterima, atau untuk menghentikan/ mengurangi penugasan bila tidak
terdapat pencegahan yang sesuai atau tidak dapat diterapkan;
• Terdapat kebijakan atau prosedur yang terdokumentasi yang mensyaratkan
ketaatan pada prinsip-prinsip dasar;
• Terdapat kebijakan dan prosedur yang dapat mengidentifikasi hubungan
antara kantor akuntan atau anggota yang ditugaskan untuk audit dengan
perusahaan yang diaudit;
• Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memantau dan, bila perlu, mengelola
ketergantungan pada penghasilan yang diterima dari klien tunggal;
Menggunakan patner dan tim audit yang berbeda dengan jalur pelaporan yang
terpisah untuk penugasan non audit;
• Terdapat kebijakan dan prosedur yang melarang personil yang bukan tim audit
untuk mempengaruhi hasil penugasan secara tidak tepat;
• Menyampaikan kebijakan dan prosedur kantor akuntan secara tepat waktu,
termasuk berbagai perubahannya, kepada semua patner dan staf profesional,
serta melakukan pelatihan dan pendidikan tentang kebijakan dan prosedur
tersebut.
• Menunjuk seorang anggota senior di-kantor akuntan untuk bertanggung jawab
dalam mengawasi jalannya sistem pengawasan di kantor akuntan;
• Memberitahu patner dan staf yang melakukan audit pada perusahaan agar
bersikap independen;
• Membuat mekanisme disiplin untuk mendorong ketaatan pada kebijakan dan
prosedur;
• Mendorong dan memberdayakan staf kantor akuntan untuk menyampaikan
sampai ke tingkat senior berbagai hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
dasar yang menjadi perhatian mereka.

Contoh-contoh dari pencegahan pelaksanaan penugasan audit dalam lingkungan


kerja adalah:
• Akuntan profesional yang melakukan audit tidak terlibat dalam penugasan
jasa non audit pada perusahaan yang diperiksa;
• Akuntan professional yang melakukan audit tidak melakukan review atas ahsil
auditnya
• Berkonsultasi dengan pihak ketiga yang independen
• Membicarakan masalah-masalah etika dengan mereka yang bertanggungjawab
atas tata kelola di perusahaan
• Mengungkapkan kepada mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan tentang sifat layanan yang diberikan, serta imbalan jasa
professional yang dibebankan
• Melakukan rotasi personil tim audit

Tergantung pada sifat penugasannya, seorang auditor eksternal juga dapat


bersandar atau bertumbu pada pencegahan yang diterapkan oleh perusahaan yang diaudit.
Contoh-contoh dari pencegahan di dalam system dan prosedur dari klien adalah :
• Klien meminta personil di luar manajemen untuk mengesahkan dan
menyetujui perjanjian penugasan audit
• Klien mempunyai karyawan yang kompeten dan berpengalaman untuk
melakukan keputusan manajerial
• Klien telah menerapkan prosedur yang menjamin pilihan-pilihan yang objektif
dalam mengawasi penugasan non audit
• Klien memiliki tata kelola perusahaan yang memberikan pengawasan dan
komunikasi yang sesuai, yang berkaitan dengan jasa dari kantor akuntan.

5.2 Penunjukan Secara Profesional (Professional Appointment)


Menurut CEPA 2012, contoh-contoh masalah klien ini, jika diketahui, yang dapat
mengancam ketaatan pada prinsip-pinsip dasar, adalah seperti keterlibatan klien dalam
kegiatan ilegal (pencucian uang), scrta melakukan praktik pembuatan laporan keuangan
yang tidak jujur. Seorang auditor eksternal harus mengevaluasi berbagai ancaman yang
signifikan serta menerapkan pencegahan-pencegahan untuk mengeliminasi atau
Seorang auditor eksternal harus mengevaluasi berbagai ancaman yang signifikan
serta menerapkan pencegahan-pencegahan untuk mengeliminasi atau menguranginya
sampai pada tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh pencegahan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang klien, yaitu pemitiknya,
manajemennya, serta mereka yang bertanggung jawab atas pengetolaan dan
kegiatan bisnis; atau
• Mengamankan komitmen klien untuk memperbaiki praktik-praktik tata kelola
atau pengendalian internal.
Bila tidak dimungkinkan untuk mengurangi ancaman-ancaman sampai tingkat
yang dapat diterima, maka seorang auditor eksternal harus tidak melanjutkan hubungan
dengan klien. Direkomendasikan agar auditor eksternal secara periodik mereview
keputusan penerimaan penugasan pemeriksaan klien tersebut.
- Penerimaan Penugasan
Lebih lanjut CEPA 2012 menjelaskan bahwa prinsip dasar kompetensi profesional
serta sikap kecermatan dan kehati-hatian (Professional Competence and Due Care)
mewajibkan seorang auditor eksternal untuk hanya memberikan layanan, yang dapat
dilakukannya, secara kompeten. Sebelum menerima penugasan tertentu dari klien,
seorang auditor eksternal harus menentukan apakah penerimaan penugasan tersebut akan
menciptakan berbagai ancaman terhadap ketaatan pada prinsip dasar. Misalnya ancaman
kepentingan pribadi (self-interest) terhadap prinsip dasar kompetensi, serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian professional yang muncul bila tim audit tidak memiliki,
atau tidak dapat memperoleh, kompetensi atau keahlian yang penting untuk
melaksanakan penugasan audit secara tepat.
Seorang auditor eksternal yang profesional harus mengevaluasi ancaman-
ancaman yang penting serta penerapan pengamannya, bila perlu, untuk mengeliminasi
atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh pencegahan
tersebut adalah:
• Mendapatkan pemahaman yang benar dari sifat-sifat usaha klien,
kompleksitas kegiatannya, persyaratan khusus dari penugasan dan tujuan
audit, serta sifat dan lingkup dari pekerjaan yang harus dilakukan;
• Mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang industri atau pokok atau
pokok permasalahan yang diaudit
• Mernpunyai pemahaman tentang peraturan-peraturan yang sesuai atau
ketentuan pernbuatan laporan;
• Menilai kompetensi dari staf audit;
• Mengguunakan tenaga ahli bila diperlukan;
• Mernbuat persetujuan tentang kerangka waktu yang realistis untuk
melaksanakan penugaan audit;
• Mematuhi kebijakan endalian kualitas, yang dan prosedur peng dirancang
melaksanakan penugasan audit; bahwa penugasan hanya diterima bila
dilaksanakan secara kompeten.
- Menggantikan Penunjukkan secara Profesional
Seorang auditor eksternal yang diminta untuk menggantikan penugasan dari
auditor eksternal yang lain, atau yang mernpertimbangkan untuk mengikuti tender
audityang saat ini diaudit oleh seorang auditor eksternal yang lain, harus menentukan
apakah terdapat berbagai alasan profesional atau bukan profesional untuk tidak menerima
penugasan tersebut. Misalnya lingkungan yang menciptakan ancaman untuk mentaati
prinsip dasar yang tidak dapat dieliminasi atau dikurangi sampai pada tingkat tertentu
dengan penerapan pencegahan. Sebagai contoh, kemungkinan adanya ancaman terhadap
kompetensi serta sikap kecerrnatan dan kehati-hatian profesional (professional
competence and clue care) bila seorang auditor eksternal menerima penugasan sebelum
mengetahui semua fakta yang terkait.
Seorang auditor eksternal harus melakukan evaluasi atas berbagai ancaman
yangsignifikan. Tergantung pada sifatpenugasan, hal ini mensyaratkan komunikasi
langsung dengan akuntan yang mengaudit sebelumnya untuk menentukan fakta dan
lingkungan yang berkaitan dengan perubahan atau penggantian yang diusulkan sehingga
auditor eksternal dapat memutuskan apakah menerima penugasan tersebut atauau tidak.
CEPA 2012 memberikan saran agar pencegahan yang diterapkan harus dapat
mengeliminasi berbagai ancaman atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat
diterima. Pencegahan-pencegahan tersebut adalah :
• Melakukan kontak dengan kantor akuntan yang sebeiurnnya, ;erta bertanya
adakah alasan profesional atau alasan lainnya sehingga penugasannya tidak
disetujui atau dilanjutkan. Kontak tersebut sebaiknya dslakukan di saat
pengajukan penawaran atau tender.
• Meminta kepada kantor akuntan sebelumnya untuk memberikan informasi yang
diketahuinya tentang fakta atau lingkungan dari perusahaan/organisasi yang akan
diperiksa. Akuntan yang ikut dalam penawaran atau tender perlu memberikan
perhatian terhadap fakta dan lingkungan dari perusahaan/ organisasi yan akan
diperiksa sebelum memutuskan untuk menerima penugasan; atau
• Memperoleh informasi dari sumber-sumber yang lain
Bila ancaman-ancaman tersebut tidak dapat dieliminasi atau dikurangi sampai pada
tingkat yang dapat diterima melalui penerapan pencephan, maka auditor eksternal harus
menghentikan penugasan, kecuali terdapat hal-hal yang lain seperti adanya fakta-fakta
yang diperlukan untuk mengungkap kasus tertentu.
Seorang auditor eksternal rnungkin diminta untuk rnelakukan pekerjaan yang
melengkapi atau menambah pekerjaan,.dari auditor eksternal yang sudah ada.
Lingkungan yang mungkin rnenciptakan ancaman terhadap kompetensi, serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional adalah terbatasnya atau langkanya informasi.
Signifikansi dari berbagai ancaman tersebut harus dievaluasi, serta pencegahan harus
diterapkan sedemikian sehingga dapat mengeliminasi ancaman tersebut serta
menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima. Contoh dari pencegahan ini adalah
peluang dari auditor eksternal yang sudah ada untuk memberikan berbagai informasi
yang relevan yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan.
Auditor eksternal dalam melaksanakan penugasan dibatasi oleh kerahasiaan. Apakah
auditor eksternal tersebut diijinkan atau diminta untuk rnembahas kejadian-kejadian dari
kliennya itu tergantung pada sifat penugasan, serta pada:
• Apakah sudah diberikan ijin oleh klien; atau
• Apakah ada permintaan secara hukum atau etis yang berkaitan dengan
kornunikasi atau pengungkapan yang mungkin berbeda-beda secara juridiksi.
5.3 Benturan Kepentingan

CEPA 2012 rnenyarankan agar auditor eksterna harus mengambil langkah-langkah


untuk mengidentifikasi lingkungan yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan.Auditor eksternal harus mengevaluasi signifikansi dari berbagai ancaman
serta menerapkan pencegaham bila diperlukan untuk mengeliminasi atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkatan yang dapat diterima. Penerapan dari salah satu
pencegahan yang penting adalah :
a. Meberi tahu klien tentang kepentingan atau kegiatan bisnis dari kantor akuntan
yang bias menimbulkan kepentingan serta mendapatkan persetujuan untuk
bertindak di dalam lingkungan semacam itu
b. Member tahu kepada berbagai pihak yang berkepentingan bahwa auditor
eksternal sedang berbuat untuk dua pihak atau lebih
c. Member tahu klien bahwa auditor eksternal tidak akan bertindak secara eksklusif
kepadda salah satu klien dalam pemberian layanan dan memperoleh persetujuan
untuk bertindak.

Akuntan profesional harus juga menentukan apakah akan menerapkan satu


pencegahan tainbahan atau lebih, dengan cara sebagai berikut:
a. Menggunakan tim penugasan yang terpisah;
b. Prosedur untuk mencegah akses informasi (misainya, pemisahan tim yang benar -
benar ketat, penyimpanan data secara rahasia dan aman);
c. Petunjuk yang jelas kepada anggota tim tentang masalah keamanan dan
kerahasiaan;
d. Menggunakan kesepakatan atas kerahasiaan yang ditandatangani oleh staf dan
patner kantor akuntan; dan
e. Melakukan review secara regular atas penerapan pencegahan oleh seseorang yang
tidak terlibat dalam penugasan di klien.

Lebih lanjut CEPA 2012 menjelaskan bila benturan kepentingan menimbulkan satu
ancaman atau lebih terhadap prinsip-prinsip dasar, termasuk objektivitas, kerahasiaan,
atau perilaku profesional yang tidak dapat dieliminasi atau dikurangi-sampai pada tingkat
yang dapat diterima melalui penerapan pencegahan, maka auditor eksternal harus tidak
menerima penugasan khusus tersebut atau harus mengundurkan diri dari satu penugasan
atau lebih yang menimbulkan konflik tersebut. Bila auditor eksternal meminta
persetujuan klien untuk bertindak demi pihak lain yang kemungkinan berkonflik dengan
klien dan ditolak oleh klien, maka auditor eksternal harus tidak melanjutkan penugasan
bagi salah satu pihak yang bisa menimbulkan benturan kepentingan.
5.4 Pendapat atau Opini kedua
Situasi dimana seorang auditor eksternal diminta untuk memberikan pendapat
kedua dalam penerapan akuntansi, audit, pelaporan, atau standar atau prinsip dalam
lingkungan atau transaksi tertentu, demi atau atas nama perusahaan atau entitas yang
bukan kliennya, mungkin akan menimbulkan ancaman terhadap ketaatan pada prinsip-
prinsip dasar. Misainya terdapat ancaman terhadap prinsip dasar kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional dalam lingkungan dimana pendapat atau opini
kedua ini tidak didasarkan pada fakta yang dibuat oleh akuntan yang ada atau tidak
didasarkan yang cukup. Keberadaan dan signifikansi dari berbagai ancaman tersebut
bukti terg,antung pada lingkungan serta ketersediaan fakta dan asumsi yang sesuai
permbangan profesional.yang akan dibuat.
Bila diminta untuk memberikan pendapat atau opini kedua, seorang auditor
eksternal harus mengevaluasi signifikansi berbagai ancaman serta menerapkan
pencegahan, bila perlu untuk rnengeliminasinya atau menguranginya sampai tingkat yang
dapat diterima. Contoh-contoh dari pencegahan ini termastik meminta ijin kepada klien
untuk melakukan kontak dengan akuntan yang ada menjelaskan keterbatasan untuk
memberikan pendapat dalam berkomunikas; dengan klien, serta memberikan kopi
pendapat tersebut kepada akuntan.yang ada Bila perusahaan atau entitas yang mencari
pendapat tersebut fidak memperoleh. persetujuan untuk berkomunikasi dengan akuntan
yang ada, maka auditor eksternal harus menentukan apakah tepat untuk memberikan
pendapat kedua atau tidak.
5.5 1mbaian Jasa Profesional dan Remunerasi/Imbalan yang Lain
CEPA 2012 menjelaskan bahwa di saat melakukan negosiasi tentang jasa
profesional, seorang auditor eksternal mungkin menawarkan imbaian jasa profesional
yang dianggapnya tepat. Fakta bahwa -seorang auditor -eksternal menawarkan imbalan
jasa profesionai yang lebih rendah dibanding yang iain tidaklah merupakan hal yang tidak
etis. Namun demikian, mungkin terdapat ancaman terhadap ketaatan pada prinsip dasar
yang muncul dari tingkat imbalan jasa profesional yang ditawarkan. Sebagai misal
ancaman kepentingan pribadi (self interest) terhadap prinsip kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional yang muncui bila imbalan jasa profesional yang
ditawarkan sangat rendah yang hal ini akan mempersulit pelaksanaan penugasan yang
sesuai dengan standar teknis dan profesional, bila harga penawaran sedemikian rendah.
Keberadaan dan signifikansi dari berbagai ancaman yang muncul tergantung pada
faktor-faktor seperti besarnya imbalan jasa profesional yang ditawarkan dan jasa yang
akan diberikan. Signifikansi berbagai ancaman tersebut harus dievaluasi dan pencegahan
diterapkan, bilamana diperlukan, untuk mengeliminasi ancaman tersebut atau untuk
menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. contoh-contoh pencegahan ini
termasuk:
• Membuat klien mempunyai perhatian terhadap butir-butir penugasan dan pada
hal tertentu, dasar untukmenentukan imbalan jasa profesional serta layanan
apa saja yang akan dicakup dengan imbalan jasa profesional Yang ditawarkan
tersebut; atau
• Menetapkan waktu yang tepat serta staf yang berkualitas untuk penugasan
tersebut.

Imbalan jasa profesional kontijen (contigent fee) secara Suas digunakan untuk
penugasan yang bukan audit. Namun fee tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap
ketaatan pada prinsip- prinsip dasar pada lingkungan tertentu. Imbalan jasa profesional
tersebut mungkin menimbulkan ancaman kepentingan pribadi (self-interest) terhadap
objektivitas. Keberadaan dan signifikansi dari ancaman semacam itu tergantung pada
faktor-faktor termasuk:
• Sifat penugasan
• Kisaran dari jumlah imbalan jasa profesional
• Dasar untuk menentukan imbalan jasa profesional
• Apakah luaran (outcome) dan hasil dari transaksi tersebut direview oleh pihak
ketiga yang independen.
Selanjutnya menurut CEPA 2012, signifikansi berbagai ancaman ini harus
dievaluasi dan pencegahan harus diterapkan bilamana diperlukan, untuk mengeliminasi
ancaman atau menurunkannya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh
dari pencegahan tersebut:
• Perjanjian dirnuka secara tertulis dengan klien sebagai dasar remunerasi;
• Mengungkapkan kepada pengguna tentang pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor eksternal dan dasar imbalannya;
• Kebijakan dan prosedur pengawasan mutu; atau
• Review oleh pihak ketiga yang independen terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor eksternal.

Dalam situasi tertentu, seorang auditor eksternal mungkin menerima imbalan jasa
profesional rujukan (referral fee) atau komisi yang berhubungan dengan klien. Misalnya,
seorang auditor eksternal tidak memberikan suatu Iayanan tertentu yang diminta kiien,
dia mungkin akan mendapatkan imbalan jasa profesional rujukan atau komisi atas
perkerjaan tertentu yang diberikannya kepada auditor eksternal yang lain. Seorang
auditor eksternal mungkin juga menerima komisi dari pihak ketiga (misalnya pemasok
piranti lunak) dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang dijual kepada klien.
Seorang auditor eksternal mungkin juga menerima imbalan jasa profesional rujukan atau
komisi untuk memperoleh klien. Penerimaan imbaian jasa profesional rujukan atau
komisi tadi dapat menimbulkan ancaman terhadap prinsip-prinsip objektivitas serta
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional.
Contoh dari pencegahan atas imbalan jasa professional rujukan atau komisi adalah
dengan cara :
 Menjelaskan kepada klien berbagai kerjasama untuk membayar imbalan jasa
professional rujukan kepada akuntan professional yang lain dalam kaitan
pekrjaan yang dirujuk
 Menjelaskan kepada klien berbagai kerjasama untuk menerima imbalan jasa
professional rujukan dari klien yang dirujuk kepada auditor eksternal lain
 Menerima perjanjian dimuka dari klien untuk komisi yang terkait dengan
penjualan barang atau jasa kepada klien
5.6 Pemasaran Jasa/Layanan Profesional
CEPA 2012 menjelaskan bila seorang auditor eksternal melakukan jejaaring
melalui iklan atau bentuk lain dari pemasaran, maka mungkin akan terdapat ancaman
terhadap prinsip dasar. Seorang auditor eksternal harus berusahan untuk tidak membuat
profesinya menjadi tidak dihormati ketika dia memasarkan jasa.layanan profesionalnya.
Seorang akuntan professional harus jujur dan dapat dipercaya, serta tidak :
a. Membuat informasi yang berlebihan atas jasa yang ditawarkan, kualifikasi
yang dimiliki, serta pengalaman yang diperoleh
b. Meremehkan keahlian atau pekerjaan dari auditor eksternal lain
5.7 Hadiah dan Keramah-Tamahan
Seorang auditor eksternal atau anggota keluarganya mungkin ditawari hadiah atau
keramah-tamahan oleh kliennya. Menurut CEPA 2012, penawaran semacam itu mungkin
akan menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip-prinsip dasar. Keberadaan
dan signifikansi dari berbagai ancaman tersebut tergantung dari sifat, nilai serta intensitas
dari penawaran tersebut. Seorang auditor eksternal harus mengevalausi signifikansi
berbagai ancaman,serta menerapkan pencegahan bila diperlukan untuk mengeliminasi
ancaman tersebut atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima. Bila ancaman-
ancaman tersebut tidak dapat dieliminasi atau dikurangi sampai tingkat yang dapat
diterima, maka auditor eksternal harus menolak menerima hadiah serta keramah tamahan
tersebut.
5.8 Pengamanan Kekayaan Klien
CEPA 2012 menjelaskan bahwa memegang dan mengamankan kekayaan klien
dapat menimbulkan ancaman terhadap ketaatan pada prinsip-prinsip dasar. Sebagai
missal, bila auditor eksternal memegang dan mengamankan kekayaan klien, maka akan
muncul ancaman kepentingan pribadi terhadap perilaku professional dan obejktivitas.
Seorang auditor eksternal yang dpercaya untuk memegang uang atau kekayaan lain dari
klien harus :
a. Tetap menjaga kekayaan tersebut terpisah dari kekayaan pribadi atau
kekayaan kantor akuntan
b. Menggunakan kekayaan tersebut hanya untuk tujuan yang mereka maksudkan
c. Di setiap saat, siap untuk dilakukan perhitungan atas kekayaan tersebut
berikut dengan keuntungan, dividen, atau hasil yang diperoleh dari orang yang
berhak, sesuai catatan akuntansi dan
d. Taat pada hokum dan peraturan yang berlaku yang sesuai dengan pengamanan
kekayaan dan akuntansi yang terkait atas kekayaan tersebut.
5.9 Objektivitas-Semua Layanan
CEPA 2012 meminta kepada para auditor eksternal di saat memberikan jasa
profesionalnya untuk menentukan apakah terdapat ancarnan-ancaman terhadap prinsip
dasar objektivitas sebagai hasil dari kepentingan atau hubungan dengan klien atau dengan
direktur, pejabat, atau karyawan dari klien. Sebagai missal ancaman kedekatan
(familiarity) terhadap objektivitas mungkin muncul dari hubungan keluarga atau sahabat
erat atau hubungan bisnis.
Seorang auditor eksternal yang memberikan jasa audit harus independen terhadap
kilen. lndependen dalam pemikiran serta dalam penampilan penting bagi seorang auditor
eksternal, untuk dapat mengungkapkan simpulannya dengan tanpa bias, tanpa benturan
kepentingan, atau tanpa pengaruh pihak lain yang tidak pantas. Ancaman terhadap
objektivitas di saat memberikan layanan profesional itu tergantung pada lingkungan
tertentu dari penugasan, serta pada sifat dari pekerjaan yang dilakukan oleh auditor
eksternal. Seorang auditor eksternal harus metakukan evaluasi atas signifikansi dari
ancaman tersebut serta melakukan pencegahan bila diperlukan untuk mengeliminasi
ancaman alau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh
dari pencegahan tersebut adalah :
 Menarik diri dari tim audit;
 Melakukan prosedur pengawasan;
 Menghentikan hubungan keuangan atau bisnis yang menimbulkan
ancaman;
 Mendiskusikan masalah tersebut dengan tingkat manajemen yang lebih
tinggi di kantor akuntan; atau
 Mendiskusikan masalah tersebut dengan mereka yang bertugas dalam tata
kelola di perusahaan klien.
Bila pencegahan tersebut tidak dapat mengeliminasi atau mengurangi ancaman
sampai pada tingkat yang dapat diterima, maka akuntan profesional harus mundur atau
menghentikan penugasan tersebut.
5.10 Independensi
Independensi merupakan materi yang sangat penting. Namun mengingat materi
independensi itu sangat luas dan kompleks, maka pembahasan independensi dari CEPA
2012, khususnya bagi auditor .nksternal akan dibahas dalam buku tersendiri. Sebagai
gambaran materi independensi menurut CEPA 2012 adalah:
5.10.1 Independensi yang berkaitan dengan Penugasan Audit dan Review maupun untuk
Penugasan Non Audit yaitu, terdiri dari:
• Pendekatan Kerangka Konseptual dari Independensi
• Pembuatan Jejaring dan Jejaring antar Kantor Akuntan
• Entitas Kepentingan Publik
• Entitas yang Terkait
• Pemeriksaan terhadap Tata Kelola Perusahaan yang Diperiksa
• Pendokumentasian
• Periode Penugasan
• Merger dan Akuisisi
• Pertimbangan Lain-lain
• Penerapan Pendekatan Kerangka Konseptual dari Independensi
• Kepentingan Keuangan
• Pinjaman dan Jaminan
• Hubungan Bisnis
• Hubungan Keluarga dan Pribadi
• Bekerja dengan Klien Audit
• Penugasan Sementara
• Layanan Saat ini kepada klien Audit
• Bertugas sebagai Direktur atau Pejabat dari Klien Audit
• Hubungan Jangka Panjang dari Personil Senior (termasuk Rotasi Patner)
dengan Klien Audit
• Ketentuan Layanan/Jasa Non Audit bagi Klien Audit
o Tanggung Jawab Manajemen Penyiapan Catatan Akuntansi dan Laporan
Keuangan
o Layanan/Jasa Penilaian
o Layanan/Jasa Perpajakan
o Layanan/Jasa Audit Internal Layanan/Jasa Sistem Teknologi Informasi
o Layanan/Jasa Dukungan Penuntutan di Pengadilan
o Layanan/Jasa Hukum
o Layanan/Jasa Rekruitmen
o Layanan/Jasa Keuangan Perusahaan
 Imbalan Jasa Profesional
o Imbalan jasa professional-Besaran Relatif
o Imbalan jasa professional-yang Jatuh Tempo
o Imbalan jasa professional rujukan
 Kebijakan Kompensasi dan Evaluasi
 Hadiah dan Keramah Tamahan
 Tuntutan Aktual atau Ancaman Tuntutan di Muka Pengadilan
 Laporan (Pembatasan Penggunaan dan Distribusinya)

Anda mungkin juga menyukai