I. Pendahuluan
Pada bab sebelumnya kita telah mulai membahas dan mendiskusikan etikaprofesi
akuntan. Baik menurut CEPA 2012, maupun Kode Etik IAI 1998, salah satu unsur
dari akuntan profesional adalah akuntan yang berprofesi sebagai akuntan yang
memeriksa laporan keuangan serta memberikan pendapat atau opini atas hasil
pemeriksaan tersebut. Akuntan ini lazim disebut dengan auditor eksternal atau auditor
independen.
Pendapat atau opini dari auditor eksternal atas laporan keuangan ini merupakan
hal yang sangat penting yang ditunggu oleh masyarakat atau para pemangku
kepentingan (stakeholders) dari entitas yang diperiksa. Hal ini dikarenakan pendapat
atau opini tersebut merupakan salah satu alat yang penting dalam pengambilan
keputusan. Bila opininya menjelaskan bahwa laporan keuangan itu disusun dan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi, berarti laporan keuangan
tersebut menggambarkan kondisi operasi entitas secara wajar. Namun bila pendapat
ters bahwa laporan keuan ebut menyatakan gan tersebut tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi, maka berarti laporan keuangan tersebut tidak
memberikan gambaran kondisi operasi entitas yang wajar dan benar.
Yang menjadi permasalahan atau dilema bagi akuntan adalah karena yang
membayar fee audit adalah klien, maka klien tersebut sering kali atau bahkan
memaksakan agar pendapat atau opini atas laporan keuangan tersebut adalah wajar
tanpa pengecualian, meski sebenarnya tidak seperti itu. Oleh karenanya di dalam
melaksanakan tugas profesinya sebagai auditor eksternal seorang akuntan dibatasi
dengan rambu-rambu kode etik auditor eksternal atau independen.
II. Tuntutan Masyarakat Terhadap Auditor Eksternal
Auditor eksternal merupakan seorang akuntan profesional. Untuk menjadi
seorang profesional terdapat ketentuan yang harus dipenuhi. Selain keahlian atau
kompetensi di bidang audit yang diperolehnya melalui pendidikan, dia harus memiliki
sertifikat sebagai auditor eksternal. Sertifikat tersebut lazimnya diterbitkan oleh
organisasi profesi dan atau oleh negara/ pemerintah. Di saat menjalankan aktivitas
profesinya, dia juga diminta untuk secara berkelanjutan memelihara kompetensinya
dengan melaksanakan pembelajaran secara berkelanjutan.Pembelajaran berkelanjutan
ini lazimnya diselenggarakan oleh organisasi profesi.
Namun permasalahannya adalah, bahwa masyarakat juga menginginkan hasil
pekerjaan dari auditor eksternal yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga hasil yang
objektif. Auditor eksternal dituntut oleh masyarakat atau pemangku kepentingan
untuk mernberikan hasil pemeriksaan atau pemberian opini yang objektif. Artinya,
hasil perneriksaan tersebut harus memberikan gambaran yang sebenarnya dari kinerja
dan posisi keuangan entitas Yang diperiksa. Karena laporan kerrangan yang diperiksa
akan dipergunakan untuk mengambil keputusan.
Misalnya dalam kasus pemberian pendapat atas laporan keuangan yang tidak
benar. Artinya laporan keuangan yang diperiksa tersebut seharusnya tidak diberikan
opini yang wajar tanpa pengecualian namun ternyata laporan tersebut diberikan opini
wajar tanpa pengecualian. Seharusnya entitas tersebut rugi, namun dinyatakan Iaba.
Selanjutnya laporan tersebut diajukan untuk memperoleh pinjaman dari lembaga
keuangan. Lembaga keuangan akhirnya menyetujui memberikan pinjaman atas dasar
laporan yang diaudit tetapi keliru. ini tentunya merugikan lembaga keuangan sebagai
pemangku kepentingan. Bila di kemudian hari hal ini diketahui adanya
“perekayasaan" laporan keuangan, tentunya auditor eksternal akan dituntut, serta
profesi akuntan akan dirugikan.
III. Faktor Kepercayaan Masyarakat Terhadap Profesi Auditor Eksternal
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), 2014 dalam laporan tahunan
2014 menjelaskan bahwadi samping korupsi dan penyalahgunaan organisasi secara
tidak benar, bentuk kejahatan kerah putih yang tebesar nilainya serta yang paling
merugikan masyarakat adalah pembuatan dan penyajian laporan keuangan secara
curang. Misalnya seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bila
seseorang atau perusahaan mengajukan permohinan kredit di bank, serta memberikan
gambaran kegiatan usahanya dalam bentuk laporan keuangan yang buruk, maka pasti
permohonan pinjamannya akan ditolak oleh bank. Oleh karenanya dia atau
perusahaan tersebut akan berusaha menyajikan garnbaran Iaporan keuangan yang
baik, misalnya dengan menunjukkan laba usaha yang tinggi. Atau meminta bahkan
mernaksa auditor eksternal untuk memberikan pendapat atau opini atas laporan
keuangan yang wajar tanpa pengecualian. Bujukan ataupun paksaan ini dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian diharapkan bank menyetujui
permohonan pinjarnannya.
Tidak hanya pada saat mengajukan pinjaman ke bank, bagi perusahaan yang go
publik, hal ini pun dapat terjadi, cii mana perusahaan memberikan gambaran atas
laporan keuangan secara curang agar sahamnya terjual dengan harga yang baik saat
penawaran perdana, maupun pada saat memberikan laporan keuangan periodik
kepada lembaga pengawas. Kasus Enron/Arthur Anderson memberikan contoh yang
jelas tentang praktik-praktik kecurangan laporan keuangan (Brooks, 2010).
Bila hal ini terjadi secara terus menerus serta bahkan mendunia, apa yang akan
terjadi serta bagaimana sikap masyarakat:
a. Kepercayaan dunia usaha terhadap informasi yang dibutuhkan tentang gambaran
keuangan suatu entitas, saat ini sedang tererosi. Pinjaman oleh bank atau lembaga
keuangan diberikan karena adanya kepercayaan terhadap entitas yang rnerninjam atau
atas laporan keuangan yang disampaikan. Demikian pula pasar modal dapat berjalan
secara efektif didasarkan atas dasar kepercayaan dari informasi yang masuk ke pasar
tersebut. Bila tidak terdapat kepercayaan, maka yang terjadi adalah kekacauan.
Kepercayaan akan menjadi pre kondisi dari kerjasama. Bila penyajian laporan
keuangan dilakukan secara universal, maka kerjasama akan terganggu atau malahan
tidak akan terjadi.
b. Penyajian Iaporan keuangan yang tidak benar atau curang tersebut, di samping
menimbulkan ketidak percayaan, juga akan menimbulkan kekacauan, dengan
konsekuensi ketidak efisienan di pasar keuangan dan pasar modal. Karena masyarakat
bersikap hati-hati untuk tidak mempercayai informasi yang ada di pasar keuangan dan
pasar modal, maka dunia usaha, khususnya dunia keuangan tidak akan berjalan
dengan benar, malahan akan runtuh.
Lebih lanjut Duska and Duska, 2006 menyatakan bahwa terdapat aspek
kepercayaan yang lain dalam hubungan antara auditor eksternal deb masyarakat.
Kepercayaan dari rnasyarakat merupakan hal yang penting bagi seorang auditor
eksternal. Karena kepercayaan merupakan hal yang penting, maka kehadiran
kejujuran dan integritas dari akuntan menjadi penting. Jadi seorang auditor eksternal
tidak hanya menjadi seorang yjaadi terpercaya, namun dia harus juga menampakkan
sikap terpercaya di hadapng masyarakat. Jadi sebagai auditor eksternal yang hati-hati,
dia juga harus mempunyai kewajiban untuk bersikap cukup skeptik (sikap fidak
mudatihs percaya) demi untuk melindungi tuntutan hukum dari rnasyarakat atau
pemangku kepentingan.
IV. Tanggung Jawab Auditor Eksternal Pada Masyarakat Dan Tanggung Jawab
Utama Seorang Auditor Eksternal
Sebagai seorang profesional, auditor mempunyai tanggung jawab yang khusus.
Bagian ini akan membahas tanggung jawab auditor eksternal pada masyarakat serta
tanggung jawab utama dari seorang auditor eksternal.
4.1 Tanggung jawab auditor eksternal pada masyarakat
Peran dan konsekuensi dari tugas untuk menilai kewajaran laporan keuangan
membuat auditor eksternal harus memberikan tanggung jawab yang khusus kepada
masyarakat (Duska and Duska, 2006). Sering kali terjadi benturan antara masyarakat
atau pemangku kepentingan dengan klien yang diperiksa oleh auditor eksternal.
Berbeda dengan profesional yang lain, seorang auditor eksternal harus bekerja
secara independen, maka dia mempunyai kegiatan yang berbeda. Auditor eksternal
tidak saja mengevaluasi laporan kegiatan perusahaan, tetapi dia harus memberikan
penilaian apakah laporan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi. Dengan
demikian laporan keuangan yang telah diperiksa, dievaluasi dan dinilai oleh auditor
eksternal menjadi sangat penting bagi pemangku keputusan atau masyarakat untuk
pengambilan keputusan yang strategis.
Oleh karenanya, meski biaya pemeriksaan, pengevaluasian, serta penilaian
laporan keuangan oleh auditor eksternal itu dibayar oleh klien, namun tanggung
jawab auditor eksternal atas hasil penilaian laporan keuangan itu tidaklah kepada
klien atau pemberi pekerjaan, tetapi kepada pemangku kepentingan atau masyarakat.
Jadi tanggung jawab dan kewajiban utama dari auditor eksternal adalah mengesahkan
bahwa laporan keuangan entitas secara jujur menggambarkan posisi keuangan dan
kegiatannya untuk suatu periode tertentu. Dengan demikian tanggung jawab auditor
eksternal adalah kepada masyarakat, serta tidak kepada klien atau pemberi penugasan.
Kepercayaan tersebut merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi auditor eksternal
(Duska and Duska, 2006).
4.2 Tanggung jawab utama auditor eksternal
Contoh dari lingkungan yang menciptakan.ancaman telaah pribadi (self review) bagi
seorang auditor eksternal termasuk:
• Kantor akuntan yang mengeluarkan laporan tentang keefektifan dari
pelaksanaan sistem keuangan setelah merancang atau menerapkan sistem
tersebut.
• Kantor akuntan yang menyiapkan data asli yang digunakan untuk
mengumpulkan catatan-catatan yang merupakan pokok masaiah pemeriksaan;
• Anggota tim audit saat ini atau sebelumnya adalah direktur atau manajer dari
perusahaan yang diperiksa;
• Anggota tim audit saat ini atau sebelumnya bekerja di perusahaan yang
diaudit pada posisi yang sangat mempengaruhi pokok masalah pemeriksaan
• Kantor akuntan yang melakukan jasa layanan untuk klien yang secara
langsung mempengaruhi informasi pokok masalah yang diperiksa.
Lebih lanjut CEPA 2012 menjelaskan bila benturan kepentingan menimbulkan satu
ancaman atau lebih terhadap prinsip-prinsip dasar, termasuk objektivitas, kerahasiaan,
atau perilaku profesional yang tidak dapat dieliminasi atau dikurangi-sampai pada tingkat
yang dapat diterima melalui penerapan pencegahan, maka auditor eksternal harus tidak
menerima penugasan khusus tersebut atau harus mengundurkan diri dari satu penugasan
atau lebih yang menimbulkan konflik tersebut. Bila auditor eksternal meminta
persetujuan klien untuk bertindak demi pihak lain yang kemungkinan berkonflik dengan
klien dan ditolak oleh klien, maka auditor eksternal harus tidak melanjutkan penugasan
bagi salah satu pihak yang bisa menimbulkan benturan kepentingan.
5.4 Pendapat atau Opini kedua
Situasi dimana seorang auditor eksternal diminta untuk memberikan pendapat
kedua dalam penerapan akuntansi, audit, pelaporan, atau standar atau prinsip dalam
lingkungan atau transaksi tertentu, demi atau atas nama perusahaan atau entitas yang
bukan kliennya, mungkin akan menimbulkan ancaman terhadap ketaatan pada prinsip-
prinsip dasar. Misainya terdapat ancaman terhadap prinsip dasar kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional dalam lingkungan dimana pendapat atau opini
kedua ini tidak didasarkan pada fakta yang dibuat oleh akuntan yang ada atau tidak
didasarkan yang cukup. Keberadaan dan signifikansi dari berbagai ancaman tersebut
bukti terg,antung pada lingkungan serta ketersediaan fakta dan asumsi yang sesuai
permbangan profesional.yang akan dibuat.
Bila diminta untuk memberikan pendapat atau opini kedua, seorang auditor
eksternal harus mengevaluasi signifikansi berbagai ancaman serta menerapkan
pencegahan, bila perlu untuk rnengeliminasinya atau menguranginya sampai tingkat yang
dapat diterima. Contoh-contoh dari pencegahan ini termastik meminta ijin kepada klien
untuk melakukan kontak dengan akuntan yang ada menjelaskan keterbatasan untuk
memberikan pendapat dalam berkomunikas; dengan klien, serta memberikan kopi
pendapat tersebut kepada akuntan.yang ada Bila perusahaan atau entitas yang mencari
pendapat tersebut fidak memperoleh. persetujuan untuk berkomunikasi dengan akuntan
yang ada, maka auditor eksternal harus menentukan apakah tepat untuk memberikan
pendapat kedua atau tidak.
5.5 1mbaian Jasa Profesional dan Remunerasi/Imbalan yang Lain
CEPA 2012 menjelaskan bahwa di saat melakukan negosiasi tentang jasa
profesional, seorang auditor eksternal mungkin menawarkan imbaian jasa profesional
yang dianggapnya tepat. Fakta bahwa -seorang auditor -eksternal menawarkan imbalan
jasa profesionai yang lebih rendah dibanding yang iain tidaklah merupakan hal yang tidak
etis. Namun demikian, mungkin terdapat ancaman terhadap ketaatan pada prinsip dasar
yang muncul dari tingkat imbalan jasa profesional yang ditawarkan. Sebagai misal
ancaman kepentingan pribadi (self interest) terhadap prinsip kompetensi serta sikap
kecermatan dan kehati-hatian profesional yang muncui bila imbalan jasa profesional yang
ditawarkan sangat rendah yang hal ini akan mempersulit pelaksanaan penugasan yang
sesuai dengan standar teknis dan profesional, bila harga penawaran sedemikian rendah.
Keberadaan dan signifikansi dari berbagai ancaman yang muncul tergantung pada
faktor-faktor seperti besarnya imbalan jasa profesional yang ditawarkan dan jasa yang
akan diberikan. Signifikansi berbagai ancaman tersebut harus dievaluasi dan pencegahan
diterapkan, bilamana diperlukan, untuk mengeliminasi ancaman tersebut atau untuk
menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. contoh-contoh pencegahan ini
termasuk:
• Membuat klien mempunyai perhatian terhadap butir-butir penugasan dan pada
hal tertentu, dasar untukmenentukan imbalan jasa profesional serta layanan
apa saja yang akan dicakup dengan imbalan jasa profesional Yang ditawarkan
tersebut; atau
• Menetapkan waktu yang tepat serta staf yang berkualitas untuk penugasan
tersebut.
Imbalan jasa profesional kontijen (contigent fee) secara Suas digunakan untuk
penugasan yang bukan audit. Namun fee tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap
ketaatan pada prinsip- prinsip dasar pada lingkungan tertentu. Imbalan jasa profesional
tersebut mungkin menimbulkan ancaman kepentingan pribadi (self-interest) terhadap
objektivitas. Keberadaan dan signifikansi dari ancaman semacam itu tergantung pada
faktor-faktor termasuk:
• Sifat penugasan
• Kisaran dari jumlah imbalan jasa profesional
• Dasar untuk menentukan imbalan jasa profesional
• Apakah luaran (outcome) dan hasil dari transaksi tersebut direview oleh pihak
ketiga yang independen.
Selanjutnya menurut CEPA 2012, signifikansi berbagai ancaman ini harus
dievaluasi dan pencegahan harus diterapkan bilamana diperlukan, untuk mengeliminasi
ancaman atau menurunkannya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh
dari pencegahan tersebut:
• Perjanjian dirnuka secara tertulis dengan klien sebagai dasar remunerasi;
• Mengungkapkan kepada pengguna tentang pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor eksternal dan dasar imbalannya;
• Kebijakan dan prosedur pengawasan mutu; atau
• Review oleh pihak ketiga yang independen terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor eksternal.
Dalam situasi tertentu, seorang auditor eksternal mungkin menerima imbalan jasa
profesional rujukan (referral fee) atau komisi yang berhubungan dengan klien. Misalnya,
seorang auditor eksternal tidak memberikan suatu Iayanan tertentu yang diminta kiien,
dia mungkin akan mendapatkan imbalan jasa profesional rujukan atau komisi atas
perkerjaan tertentu yang diberikannya kepada auditor eksternal yang lain. Seorang
auditor eksternal mungkin juga menerima komisi dari pihak ketiga (misalnya pemasok
piranti lunak) dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang dijual kepada klien.
Seorang auditor eksternal mungkin juga menerima imbalan jasa profesional rujukan atau
komisi untuk memperoleh klien. Penerimaan imbaian jasa profesional rujukan atau
komisi tadi dapat menimbulkan ancaman terhadap prinsip-prinsip objektivitas serta
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional.
Contoh dari pencegahan atas imbalan jasa professional rujukan atau komisi adalah
dengan cara :
Menjelaskan kepada klien berbagai kerjasama untuk membayar imbalan jasa
professional rujukan kepada akuntan professional yang lain dalam kaitan
pekrjaan yang dirujuk
Menjelaskan kepada klien berbagai kerjasama untuk menerima imbalan jasa
professional rujukan dari klien yang dirujuk kepada auditor eksternal lain
Menerima perjanjian dimuka dari klien untuk komisi yang terkait dengan
penjualan barang atau jasa kepada klien
5.6 Pemasaran Jasa/Layanan Profesional
CEPA 2012 menjelaskan bila seorang auditor eksternal melakukan jejaaring
melalui iklan atau bentuk lain dari pemasaran, maka mungkin akan terdapat ancaman
terhadap prinsip dasar. Seorang auditor eksternal harus berusahan untuk tidak membuat
profesinya menjadi tidak dihormati ketika dia memasarkan jasa.layanan profesionalnya.
Seorang akuntan professional harus jujur dan dapat dipercaya, serta tidak :
a. Membuat informasi yang berlebihan atas jasa yang ditawarkan, kualifikasi
yang dimiliki, serta pengalaman yang diperoleh
b. Meremehkan keahlian atau pekerjaan dari auditor eksternal lain
5.7 Hadiah dan Keramah-Tamahan
Seorang auditor eksternal atau anggota keluarganya mungkin ditawari hadiah atau
keramah-tamahan oleh kliennya. Menurut CEPA 2012, penawaran semacam itu mungkin
akan menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip-prinsip dasar. Keberadaan
dan signifikansi dari berbagai ancaman tersebut tergantung dari sifat, nilai serta intensitas
dari penawaran tersebut. Seorang auditor eksternal harus mengevalausi signifikansi
berbagai ancaman,serta menerapkan pencegahan bila diperlukan untuk mengeliminasi
ancaman tersebut atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima. Bila ancaman-
ancaman tersebut tidak dapat dieliminasi atau dikurangi sampai tingkat yang dapat
diterima, maka auditor eksternal harus menolak menerima hadiah serta keramah tamahan
tersebut.
5.8 Pengamanan Kekayaan Klien
CEPA 2012 menjelaskan bahwa memegang dan mengamankan kekayaan klien
dapat menimbulkan ancaman terhadap ketaatan pada prinsip-prinsip dasar. Sebagai
missal, bila auditor eksternal memegang dan mengamankan kekayaan klien, maka akan
muncul ancaman kepentingan pribadi terhadap perilaku professional dan obejktivitas.
Seorang auditor eksternal yang dpercaya untuk memegang uang atau kekayaan lain dari
klien harus :
a. Tetap menjaga kekayaan tersebut terpisah dari kekayaan pribadi atau
kekayaan kantor akuntan
b. Menggunakan kekayaan tersebut hanya untuk tujuan yang mereka maksudkan
c. Di setiap saat, siap untuk dilakukan perhitungan atas kekayaan tersebut
berikut dengan keuntungan, dividen, atau hasil yang diperoleh dari orang yang
berhak, sesuai catatan akuntansi dan
d. Taat pada hokum dan peraturan yang berlaku yang sesuai dengan pengamanan
kekayaan dan akuntansi yang terkait atas kekayaan tersebut.
5.9 Objektivitas-Semua Layanan
CEPA 2012 meminta kepada para auditor eksternal di saat memberikan jasa
profesionalnya untuk menentukan apakah terdapat ancarnan-ancaman terhadap prinsip
dasar objektivitas sebagai hasil dari kepentingan atau hubungan dengan klien atau dengan
direktur, pejabat, atau karyawan dari klien. Sebagai missal ancaman kedekatan
(familiarity) terhadap objektivitas mungkin muncul dari hubungan keluarga atau sahabat
erat atau hubungan bisnis.
Seorang auditor eksternal yang memberikan jasa audit harus independen terhadap
kilen. lndependen dalam pemikiran serta dalam penampilan penting bagi seorang auditor
eksternal, untuk dapat mengungkapkan simpulannya dengan tanpa bias, tanpa benturan
kepentingan, atau tanpa pengaruh pihak lain yang tidak pantas. Ancaman terhadap
objektivitas di saat memberikan layanan profesional itu tergantung pada lingkungan
tertentu dari penugasan, serta pada sifat dari pekerjaan yang dilakukan oleh auditor
eksternal. Seorang auditor eksternal harus metakukan evaluasi atas signifikansi dari
ancaman tersebut serta melakukan pencegahan bila diperlukan untuk mengeliminasi
ancaman alau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh
dari pencegahan tersebut adalah :
Menarik diri dari tim audit;
Melakukan prosedur pengawasan;
Menghentikan hubungan keuangan atau bisnis yang menimbulkan
ancaman;
Mendiskusikan masalah tersebut dengan tingkat manajemen yang lebih
tinggi di kantor akuntan; atau
Mendiskusikan masalah tersebut dengan mereka yang bertugas dalam tata
kelola di perusahaan klien.
Bila pencegahan tersebut tidak dapat mengeliminasi atau mengurangi ancaman
sampai pada tingkat yang dapat diterima, maka akuntan profesional harus mundur atau
menghentikan penugasan tersebut.
5.10 Independensi
Independensi merupakan materi yang sangat penting. Namun mengingat materi
independensi itu sangat luas dan kompleks, maka pembahasan independensi dari CEPA
2012, khususnya bagi auditor .nksternal akan dibahas dalam buku tersendiri. Sebagai
gambaran materi independensi menurut CEPA 2012 adalah:
5.10.1 Independensi yang berkaitan dengan Penugasan Audit dan Review maupun untuk
Penugasan Non Audit yaitu, terdiri dari:
• Pendekatan Kerangka Konseptual dari Independensi
• Pembuatan Jejaring dan Jejaring antar Kantor Akuntan
• Entitas Kepentingan Publik
• Entitas yang Terkait
• Pemeriksaan terhadap Tata Kelola Perusahaan yang Diperiksa
• Pendokumentasian
• Periode Penugasan
• Merger dan Akuisisi
• Pertimbangan Lain-lain
• Penerapan Pendekatan Kerangka Konseptual dari Independensi
• Kepentingan Keuangan
• Pinjaman dan Jaminan
• Hubungan Bisnis
• Hubungan Keluarga dan Pribadi
• Bekerja dengan Klien Audit
• Penugasan Sementara
• Layanan Saat ini kepada klien Audit
• Bertugas sebagai Direktur atau Pejabat dari Klien Audit
• Hubungan Jangka Panjang dari Personil Senior (termasuk Rotasi Patner)
dengan Klien Audit
• Ketentuan Layanan/Jasa Non Audit bagi Klien Audit
o Tanggung Jawab Manajemen Penyiapan Catatan Akuntansi dan Laporan
Keuangan
o Layanan/Jasa Penilaian
o Layanan/Jasa Perpajakan
o Layanan/Jasa Audit Internal Layanan/Jasa Sistem Teknologi Informasi
o Layanan/Jasa Dukungan Penuntutan di Pengadilan
o Layanan/Jasa Hukum
o Layanan/Jasa Rekruitmen
o Layanan/Jasa Keuangan Perusahaan
Imbalan Jasa Profesional
o Imbalan jasa professional-Besaran Relatif
o Imbalan jasa professional-yang Jatuh Tempo
o Imbalan jasa professional rujukan
Kebijakan Kompensasi dan Evaluasi
Hadiah dan Keramah Tamahan
Tuntutan Aktual atau Ancaman Tuntutan di Muka Pengadilan
Laporan (Pembatasan Penggunaan dan Distribusinya)