Anda di halaman 1dari 6

SOAL TEORI

1. Jelaskan pendapat saudara, jika dalam mengaudit Kewajiban, salah satu prosedur tidak terpenuhi,
apa yang saudara lakukan?
Jawaban : Menurut saya auditor keuangan punya peran yang sangat penting dalam melakukan
pemeriksaan menyeluruh pada laporan keuangan sesuai dengan prinsip dan juga atura yang
berlaku. Karena laporan keuangan yang sudah diaudit oleh auditor bisa menjadi sebuah
pertanggungjawaban perusahaan pada para pemakai (stakeholder). Apabila auditor mengaudit
kewajiban dan salah satu prosedur nya tidak terpenuhi maka menurut saya akan ada
peningkatan pada resiko auditnya apabila resiko audit meningkat maka hal tersebut akan
menghambat auditor dalam mencapai tujuan audit yaitu memberikan opini yang benar yang
sesuai dengan kondisi yang ada saat diperiksa. Maka yang akan saya lakukan jika saya menjadi
seorang auditor ialah mematuhi dan mengaudit sesuai dengan prisip dan prosedur yang berlaku.

2. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang Bank Default dan mengapa ini menjadi prosedur yang
harus dilakukan dalam audit Kewajiban?
Jawaban : Bank Default atau bisa disebut wanprestasi adalah suatu kegagalan membayarkan
utang termasuk bunga termasuk pokok pinjaman hal itu terjadi karena peminjam tidak mampu
membayarkan utangnya tepat waktu, menghindari pembayaran, atau tidak melakukan
pembayaran contohnya utang hipotek yang dijamin dengan asset perusahaan dan akibatnya
perusahaan bsa di blacklist dari para kreditur dan perusahaan akan menampilkan citra buruk
terhadap kreditur yang meminjam di masa depan. Kreditur akan tau track record perusahaan
apakah pernah gagal bayar bank atau tidak apakah perusahaan punya performa yang baik atau

tidak itu akan terlihat pada track record perusahaan. Hal ini bisa dibantu dengan adanya
jaminan ketika ingin melakukan pinjaman contohnya jaminan sertifikat tanah bangunan atau
kendaraan.

3. Apa tanggung jawab auditor terhadap pemeriksaan subsequent events?


Jawaban : subsequent events perlu dilakukan auditor untuk menentukan apakah terjadi sesuatu
yang mempengaruhi penilaian atau pengungkapan laporan keuangan yang sedang di audit dan
informasi ini akan dimasukkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Dengan adanya
subsequent events memungkinkan auditor untuk menemukan penemuan tambahan atau bukti
baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan, apabila tidak dilakukan maka akan berdampak
material apabila 1 ada transaksi terlewat, lalu dampak lain jika auditor tidak melakukan
subsequent events maka akan ada penurunan income passive yang drastis pada perusahaan juga
terdapat informasi yang mungkin menyesatkan bagi auditor dan juga perusahaan.

4. Jelaskan menurut pendapat saudara, mengapa Manajemen Letter dibuat oleh auditor ?
Jawaban : Manajemen Letter dibuat setelah auditor selesai mengaudit di lapangan yang
ditujukan kepda klien atau perusahaan yang sedang diaudit dengan berisi hal-hal berupa
kelemahan selama masa mengaudit melalui surat dengan disertai saran. Manajemen Letter
perlu dibuat karena perusahaan juga harus mengetahui kelemahan apa saja yang ada di laporan
keuangannya dan juga perusahaan butuh sekali masukan dan saran agar laporan keuangan
berikutnya lebih baik lagi karena laporan keuangan ditujukan bagi para pemakai atau
stakholder dan salah satunya ialah investor maka dari itu perusahaan perlu memperbaiki
laporan keuangannya.

5. Salah satu tujuan dari pemeriksaan aset tak berwujud adalah untuk memeriksa apakah ada
internal control yang baik atas aset tak berwujud, internal control yang disebut baik itu yang
seperti apa?
Jawaban : Menurut saya internal control atas aset tidak berwujud yang baik yaitu jika
perusahaan mempunyai pengawasan dan menjalankan prosedur pemeriksaan dengan baik,
contohnya pada aset tak berwujud yaitu perusahaan secara tertata mencatat apa saja dalam satu

tahun aset tak berwujud yang dimiliki dengan rinci sehingga terdapat data yang lengkap untuk
keperluan pelaporan keuangan dan jika pada saat pengauditan terdapat auditor internal yang
memeriksa kelengkapan bukti pendukung dari perolehan dan penambangan aset tak berwujud
dan otorisasinya, lalu internal control atas aset tidak berwujud yang baik itu bisa pada
perusahaan yang jika terdapat aset tak berwujud yang dimiliki lalu dalam perhitungan
amortisasinya sudah benar sesuai data yang ada dan juga secara lengkap.
6. Jika sebuah perusahaan, akumulasi kerugiannya mencapai 50% dari modal disetor, maka
perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri. Pertanyaannya, jika hal
tersebut terjadi apakah auditor tetap harus membuat laporan audit atau tidak? Dan Jika laporan
audit dibuat, opini apa yang disampaikan oleh auditor?
Jawaban : Menurut saya jika suatu perusahaan mengalami kerugian mencapai 50% atau lebih
tetap harus diaudit atau perusahaan tetap membuat laporan auditnya. Terkait dengan opini
seorang auditor apa yang harus disampaikan jika terdapat permasalahan seperti kasus diatas,
perlu ditekankan kembali bahwasanya opini seorang auditor ialah pernyataan terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan apakah laporan keuangan suatu perusahaan wajar
ataukah tidak wajar, kewajaran pada laporan keuangan tidak hanya dapat dilihat melalui laba
atau rugi perusahaan saja namun penialian audit dapat dinilai melalui rasio-rasio penilaian
kinerja lainnya (rasio solvabilitas dan lain-lain). Jadi tidak semua perusahaan yang mengalami
kerugian opini auditnya sebagai laporan keuangan tidak wajar.

7. Disebutkan bahwa contingent liability yang jumlahnya material harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Conntigent liability yang material itu yang bagaimana dan apa
contohnya?
Jawaban : Apabila Conntigent liability sifatnya lemah atau tidak dapat diukur secara pasti
maka Conntigent liability dikatakan tidak material, jika sudah diketahui bahwa Conntigent
liability tidak material maka tidak perlu lagi dicatat pada CALK karena tidak akan
berpengaruh pada pelaporan keuangan yang sedang di audit. Sedangkan apabila Conntigent
liability ata utang bersyarat dapat diukur secara pasti maka akan dicatat di CALK karena akan
berpengaruh pada pelaporan keuangan yang sedang di audit. Conntigent liability atau bisa
dibilang utang bersyarat adalah utang yang datang pada waktu dan peristiwa tidak menentu,
utang ini dicatat dengan jumlah yang bisa diperkirakan dan wajar adanya yang dicatat pada
Catatan Atas Laporan Keuangan contohnya perusahaan sedang mengalami masalah hukum
dengan perusahaan lain perihal pelanggaran hak cipta lalu bagian hukum perusahaan dapat
memperkirakan jika perusahaan yang sedang terkena masalah hukum akan mengalami
kerugian sebesar 1 milyar, karena utang tersebut mudah diperkirakan, perusahaan mencatat
pembukuan akuntansi di neraca pada bagian debit biaya hukum sebesar 2 juta dolar dan bagian
kredit biaya yang harus dibayar sebesar 2 juta dolar.
8. Jelaskan menurut pendapat saudara, apa perbedaan bila klien yang diperiksa menggunakan SAK
ETAP atau PSAK IFRS?
Jawaban : Perbedaan dari klien yang diperiksa menggunakan SAK ETAP dan PSAK IFRS
yaitu apabila perusahaan Tbk atau perusahaan terbuka dan sudah leasting dalam BEI maka
perusahaan tersebut menggunakan PSAK IFRS (International Financial Reporting Standarts)
sebagai acuan akuntansinya yaitu pada pelaporannya menggunakan standar internasional.
Namun apabila perusahaan tergolong perusahaan yang tidak publish atau tidak terdaftar di BEI
atau perusahaan tertutup yang modalnya dimiliki oleh pribadi atau keluarga maka
menggunakan SAK ETAP (Entitas Tnapa Akuntabilitas Publik) sebagai acuan akuntansinya.
Sebagai informasi tambahan SAK ETAP akan diganti keberadaannya dengan SAK EP (Entitas
Private) yang efektif pada tahun 2025. Perbedaan lain antara perusahaan yang menggunakan
SAK ETAP atau PSAK IFRS ialah pada laporan laba ruginya jika menggunakan PSAK IFRS
maka namanya bukanlah laba rugi melainkan laba rugi komprehensif sedangkan perusahaan
yang menggunakan SAK ETAP/ SAK EP maka namanya adalah laporan laba rugi saja.

SOAL KASUS

Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau,
Masril, ditahan oleh Kepolisian Resor Kampar karena melakukan transfer fiktif sebesar Rp1,6
miliar. Kasus transfer fiktif ini dilaporkan oleh Kepala BRI Kabupaten Kampar, Sudarman dan
seorang pegawai di BRI Rustian Marta. Pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dokumen kegiatan usaha. Laporan atau transaksi rekening bank yang dilakukan
tersangka sebesar Rp1,6 miliar itu tanpa disertai uangnya. Hanya dalam catatan ada transfer
uang, faktanya fiktif. Seperti dilansir detikcom, kronologi transfer fiktif ini bermula pada Rabu
(23/02) lalu. Saat tim pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota Kabupaten
Kampar melakukan pemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan transaksi. Hasil
pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak
seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan setoran kas
sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir Pangaraian
II ke Unit BRI Tapung Dalam hal ini tersangka membuat laporan adanya transaksi Rp1,6
miliar, namun dalam pemeriksaan tim BRI Bangkinang, transfer tersebut tidak disertai
uangnya. Kejanggalan inilah yang akhirnya tim pemeriksaan internal BRI mencium adanya
transaksi fiktif tersebut. Sehingga kasus penggelapan ini dilaporkan ke pihak kepolisian,''
terang Muttaqien. Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas UUNo 7 tahun 1992 tentang perbankan. Tersangka diancam hukuman 10 tahun
kurungan ditambah denda. ''Kita juga masih memerisa sejumlah saksi dari pihak BRI sendiri
serta tim ahli perbankan. Tersangka sekarang sudah kita tahan,'' jelas Muttaqien (Sumber :
https://www.halloriau.com/read-hukrim-7671-2011-03-03-kepala-bri-tapung-ditahan.html

Pertanyaan :

1. Jelaskan menurut pendapat saudara, mengapa hal ini terjadi?


Jawaban : Menurut saya kasus penggelapan ini sama saja seperti kecurangan pada
laporan keuangan karena tadi disebutkan bahwa saldo neraca dan kas tidak seimbang
karena terdapat pembukuan setoran kas sebanyak Rp.1,6 milyar ke rekening tujuan.
Untuk alasan mengapa hal ini bisa terjadi mungkin saya menafsirkan ada bebrapa alasan
mengenai kasus

ini terjadi yang pertama adanya kesempatan atau peluang atau niat dari pelaku, mungkin
Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya melihat adanya
peluang untuk melakukan penggelapan uang sebanyak Rp.1,6 milyar karena dia mengira
bahwa hal ini tidak akan sampai ke meja hijau atau bahkan sampai tidak ketahuan. Faktor
yang kedua mungkin adanya kelemahan pada pengendalian internal perusahaan
seharusnya Bank BRI meningkatkan pencegahan terjadinya fraud dengan menyusun
strategi dan harus dijalankan dengan baik oleh semua elemen dalam perusahaan.
Kurangnya pengawasan dari perusahaan juga menjadi faktor penting dalam terjadinya
kasus ini.

2. Jelaskan menurut pendapat saudara, Solusi apa yang saudara rekomendasikan atas kasus
diatas?
Jawaban : Menurut saya Bank BRI khsusunya kepala perusahaan harus meningkatkan
pengawasan dan pengendalian internal secara berkala kepada perusahaan agar hal
tersebut tidak dapat terjadi. Bank BRI juga perlu memberikan apresiasi dan motivasi
kepada seluruh karyawan agar senantiasa bekerja dengan jujur, baik, dan sesuai dengan
prosedur yang ada.

3. Jelaskan Siapa siapa saja pihak yang bertanggung jawab dalam kasus diatas ?
Jawaban : Menurut saya pihak-pihak yang bertanggung jawab pastinya adalah pelaku
yaitu Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya karena dia
adalah orang yang menggelapkan dana yang jumlahnya pun tidak sedikit untuk
kepentingan sendiri. Menurut saya Kepala Bank BRI Kecamatan Tapung Raya juga
merupakan pihak yang bertanggung jawab lainnya karena Kepala Bank BRI merupakan
pemegang jabatan tertinggi dalam perusahaan dimana seharusnya beliau bisa
mengendalikan hal-hal yang mungkin akan merugikan perusahaan dan juga pemegang
keputusan terbesar dalam mengatur jalannya kinerja perusahaan, Kepala Bank BRI
Kecamatan Tapung Raya bertanggungjawab untuk meyainkan karyawannya agar hal
tersebut tidak terjadi kembali.

Anda mungkin juga menyukai