Anda di halaman 1dari 6

Soal

1. Apakah prosedur yang harus dilakukan dalam penyelesaian audit

2. Apakah yang dimaksud dengan Contingent Liabilities

3. Sebutkan contoh kasus Contingent Liabilities

4. Bagaimakah prosedur auditnya?

5. Jika ada perusahaan yang mengalami masalah dengan hokum yg ditunda termasuk ke
dalam prosedur apakah kita memeriksa?

6. Apakah yg dimaksud dg kasus pajak yang yang belum selesai?

7. Apakah contohnya?

8. Masuk kedalam prosedur mana yg harus kita lakukan?

9. Jika kasus pengadilan yg tertunda kemudian pada tahun tsb sudah bisa diselesaikan
termasuk ke dalam prosedur apakah itu?

10. Apakah yg dimaksud dg peristiwa kemudian?

11. Mengapa harus kita audit?

12. Bagaimanakah prosedurnya?

13. Jelaskan contoh peristiwa kemudian?

14. Jika suatu piutang yg material tidak bisa ditagih kembali dan kemudian dinyatakan
bangkrut, maka termasuk prosedur apakah yg harus kita lakukan?

15. Kapan Cut Off waktu periode peristiwa kemudian yg menjadi tanggungjawab auditor?

Jawaban :

1. Prosedur Audit yang harus dilakukan sebelum membuat Laporan Audit adalah sebagai
berikut :

 Melakukan Penerapan Pengujian Tambahan atas Penyajian dan Pengungkapan


 Menelaah atas Kewajiban Kontinjensi dan Komitmen. Langkah pertama dalam
melakukan audit kontinjensi adalah menentukan apakah terdapat kontinjensi (tujuan
penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada kenyataannya lebih sulit
menemukan transaksi yang tidak tercatat daripada melakukan verifikasi atas informasi
yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontinjensi mereka akan melakukan
evaluasi Materialitas dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut adalah
prosedur audit yang biasa digunakan oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban
kontinjensi :

1. Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang


tercatatnya kontinjensi.
2. Menelaah Surat Ketetapan Pajak dan SPT pada tahun berjalan dan tahun
sebelumnya atas penentuan PPh.
3. Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi
tuntutan hukum atau kontinjensi lainnya.
4. Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan
pernyataan dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontinjensi.
5. Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontinjensi
6. Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan
terjadinya kontinjensi.
7. Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang
terpakai atau tidak.

 Menelaah Kejadian Setelah Tanggal Neraca. Telaah kejadian setelah tanggal


neraca harus dilakukan auditor untuk menelaah transaksi dan kejadian yang muncul
setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terdapat transaksi atau kejadian yang
mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada laporan periode berjalan. Prosedur
audit ini disyaratkan di SA 560, SPAP. Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian
setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada tanggal neraca
dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor
merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah
kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit. Prosedur
audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua kategori yaitu
:

1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir
tahun.
2. Prosedur yang dilakukan khususnya untuk menemukan kejadian atau transaksi yang
harus diakui sebagai kejadian setelah tanggal neraca.

2. Contingent Liability atau Utang Bersyarat adalah utang yang kemungkinan datang di
waktu dan peristiwa yang tidak menentu. Utang bersyarat ini dicatat jika jumlahnya dapat
diperkirakan dengan wajar. Utang bersyarat ini dapat dicatat pada catatan kaki di laporan
keuangan, kecuali terdapat kondisi yang tidak terpenuhi.

3. Contoh kasus Contingent Liabilities (Utang Bersyarat)

Misalkan suatu perusahaan sedang menghadapi tuntutan hukum dari perusahaan pesaing
karena pelanggaran hak cipta. Divisi hukum perusahaan beranggapan bahwa perusahaan
saingan memiliki kasus yang kuat dan memperkirakan akan mengalami kerugian 2 juta dolar
jika perusahaan kalah dalam kasus tersebut. Karena utang itu mudah diperkirakan,
perusahaan mencatat pembukuan akuntansi di neraca pada bagian debit biaya hukum sebesar
2 juta dolar dan bagian kredit biaya yang harus dibayar sebesar 2 juta dolar.

Dalam akrual memungkinkan perusahaan untuk langsung mencatat biaya pengeluaran tanpa
perlu melakukan pembayaran tunai. Jika tuntutan hukum ini membuat kerugian, debit
diterapkan sebagai hutang atau akun yang akan dibayar dan tunai yang dikredit sebesar 2 juta
dolar.

Sekarang, asumsikan bahwa tuntutan utang ini tepat namun tidak memungkinkan dan jumlah
dolar yang diperkirakan sekitar 2 juta dolar. Dalam keadaan ini, perusahaan memperlihatkan
utang bersyaratnya pada catatan kaki laporan keuangan. Jika perusahaan memastikan bahwa
kemungkinan munculnya utang itu kecil maka perusahaan tidak perlu memperlihatkan
potensi utangnya.

4. Bagaimanakah prosedur auditnya?

Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh para auditor dalam
mengaudit kewajiban kontinjensi :

- Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang


tercatatnya kontinjensi.
- Menelaah Surat Ketetapan Pajak dan SPT pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya
atas penentuan PPh.

- Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi
tuntutan hukum atau kontinjensi lainnya.

- Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan
dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontinjensi.

- Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontinjensi

- Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya


kontinjensi.

- Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang
terpakai atau tidak.

5. Jika ada perusahaan yang mengalami masalah dengan hokum yg ditunda termasuk ke
dalam prosedur apakah kita memeriksa?

Prosedur audit harus dihentikan terlebih dahulu karena perusahaan yang mengalami masalah
dengan hukum. Hal tersebut supaya perusahaan dapat menyelesaikan hukum tanpa hambatan
yang lainnya. Dari hasil hukum tersebut, Auditor juga dapat mengetahui hasil tuntutan hukum
yang diharapkan dan kemungkinan jumlah kewajiban yang harus dibayar perusahaan.

6. Apakah yg dimaksud dg kasus pajak yang yang belum selesai?

Kasus pajak yang belum selesai merupakan kasus pajak yang mengalami sengketa hukum
akibat tidak adanya kepastian hukum bidang perpajakan yang pasti.

7. Contohnya ialah denda pajak atas entitas yang tidak melakukan pembukuan atau
melakukan pembukuan namun datanya tidak benar
8. prosedur yang harus dilakukan ialah Permintaan Keterangan (Enquiry), auditor akan
meminta informasi atau keterangan secara lisan dari pihak yang laporan atau kinerjanya
diaudit.

9. Jika kasus pengadilan yg tertunda kemudian pada tahun tsb sudah bisa diselesaikan
termasuk ke dalam prosedur apakah itu?

Prosedur yang dapat dilakukan dalam kondisi tersebut dengan menelaah kondisi hukum
untuk periode audit, menelaah tagihan dan pernyataan dari penasihat hukum, dan
memperoleh surat dari penasihat hukum.

10. Subsequent Event adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca
tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap
laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan
tersebut.

11. Hal itu dikarenakan Subsequent Event (peristiwa kemudian) akan memerlukan
penyesuaian dan juga pengungkapan laporan keuangan karena bisa saja hal tersebut
berdampak material bagi laporan keuangan.

12. Prosedur yang digunakan yaitu melakukan review atas peristiwa kemudian, membaca
notulen rapat, mendapatkan bukti mengenai litigasi klaim dan penilaian, medapatkan surat
representasi manajemen, dan melaksanakan prosedur analitis.

13. Contoh : “Pengakuan Penjualan”

Pada akhir Desember 2013 perusahaan melakukan penjualan kepada klien yang berada di luar
negeri. Di karenakan jarak tempuh yang jauh, barang tersebut diestimasikan baru sampai
sekitar awal januari. Dalam hal ini perusahaan “belum mengakui penjualan” tersebut dalam
buku besar atau tidak terjadi penjurnalan terhadap transaksi tersebut, di karenakan barang
yang dijual belum sampai di gudang pembeli. Awal Januari 2014, barang tersebut baru tiba di
gudang pembeli, dan perusahaan baru bisa mengakui nya sebagai penjualan dan mencatat
transaksi tersebut dalam jurnal. Disini terdapat perbedaan nominal “penjualan” dan
“persediaan barang dagang” antara laporan keuangan tanggal neraca dengan keadaan yang
sebenarnya. Hal ini lah yang menyebabkan dibutuhkan “penyesuaian” terhadap peristiwa
tersebut agar nominal yang tercantum di dalam laporan keuangan sama dengan jumlah
penjualan yang sebenarnya.

14. Terdapat 2 metode pencatatan piutang tak tertagih dalam akuntansi, yang pertama adalah
metode Write-Off yang kedua adalah metode penyisihan atau biasa disebut Allowance
Method.

15. Tanggung jawab auditor untuk menelaah subsequent events, yaitu seluruh peristiwa,
transaksi, atau kejadian yang terjadi pada tanggal neraca sampai dengan tanggal
laporan audit. Sehingga segala peristiwa, transaksi, atau kejadian diluar periode (tanggal
neraca sampai tanggal laporan audit) bukanlah tanggung jawab auditor tersebut.

Anda mungkin juga menyukai