Anda di halaman 1dari 6

Prosedur Audit Perkiraan Laba Rugi

Prosedur audit yang disarankan adalah sebagai berikut:

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. (Gunakan internal
control questionnaires, flow chart, atau narrative memo).

2. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka perbandingan
untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review procedures. Buat analisis rasio
dan hitung juga ROI (Return on Investment) dan ROE (Return on Equity). Rasio yang
dihitung untuk tahun yang diperiksa dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan rasio
industri. Analytical review procedures disebut juga auditing by comparison karena selalu
menggunakan perbandingan.

3. Minta rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan dengan budget
untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam rupiah maupun persen.
Variance yang jumlahnya material harus diselidiki sebab-sebabnya. Dari analisis variance
tersebut kemungkinan bisa diketahui seandainya perusahaan melaporkan angka yang
tidak sebenarnya dengan tujuan agar tidak terjadi penyimpangan yang besar dari budget
yang sudah ditetapkan. Misalnya window dressing penjualan, pergeseran mata anggaran
atau pergeseran waktu pencatatan.

4. Minta rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area penjualannya yang
mencantumkan kuantitas barang yang dijual maupun nilai uangnya selama setahun
(dibuat per bulan). Kemudian bandingkan kuantitas yang dijual, secara tes basis, dengan
pengeluaran barang yang tercatat pada kartu persediaan.

5. Periksa cut-off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran waktu
pencatatan penjualan. Periksa juga cut-off pembelian, untuk mengetahui adanya
pergeseran waktu pencatatan pembelian.

6. Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded


liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetahui kemungkinan adanya
unrecorded receivables.

7. Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang kemungkinan bisa
ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam pengisian SPT untuk membuat
koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya contingent liability. Misalnya: biaya
komisi penjualan, biaya entertainment, biaya sumbangan, biaya perjalanan, professional
fees, laba rugi penjualan aset tetap, pendapatan dan biaya bunga, pendapatan dan biaya
lain-lain, dan sebagainya.

8. Untuk biaya-biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus diperiksa
apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus untuk biaya gaji:

a. Periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan PPh 21
untuk mengetahui apakah perhitungannya sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku;

b. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi dengan SPT
PPh 21: perhatikan apakah PPh 21 ditanggung karyawan atau perusahaan;

c. Secara tes basis bandingkan data yang ada dalam daftar gaji dengan personnel file
untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak;

d. Lakukan observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan pada perusahaan
yang pegawainya sangat banyak), untuk mengetahui apakah ada pegawai yang fiktif.

10. Periksa apakah penyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS, begitu juga kecukupan pengungkapan (disclosure) dalam
catatan atas laporan keuangan.

Prosedur Pemeriksaan Subsequent Events

1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work. Caranya: Lakukan scanning terhadap buku
pengeluaran kas, perhatikan apakah ada pengeluaran kas di periode setelah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) untuk pelunasan liabilitas yang terjadi di periode yang
sedang diaudit. Misalnya apakah ada pengeluaran kas antara tanggal 1 Januari s.d. 15
Maret 2016, untuk pelunasan pembelian atau beban yang terjadi di tahun 2015. Jika ada
lakukan vouching dan periksa apakah liabilitas atau beban tahun 2015 tersebut sudah
dicatat sebagai liabilitas dan/atau beban yang masih harus dibayar per 31 Desember 2015.
Jika belum dicatat berarti terdapat unrecorded liabilities yang memerlukan audit
adjustment.

2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work. Caranya: Lakukan scanning terhadap buku
penerimaan kas, perhatikan apakah ada penerimaan kas diperiode setelah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) untuk pelunasan piutang yang terjadi di periode yang sedang di
audit. Misalnya apakah ada penerimaan kas antara 1 Januari s/d 15 Maret 2016, untuk
pelunasan penjualan kredit yang terjadi di tahun 2015. Jika ada lakukan vouching dan
periksa apakah penjualan kredit tersebut sudah dicatat sebagai piutang per 31 Desember
2015. Jika belum dicatat, berarti terdapat unrecorded receivable yang memerlukan audit
adjustment.

3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work.
4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.

5. Periksa cut-off pembelian dan cut-off penjualan.

6. Review laporan keuangan interm untuk periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).

7. Minta salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan
pelajari notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada commitment yang dibuat
perusahaan dan baru dipenuhi di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).

8. Lakukan tanya jawab dengan perusahaan yang berwenang, untuk mengetahui:

a. Apakah ada contingent liabilities.

b. Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, liabilitas jangka
panjang atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).

c. Apakah ada kejadian-kejadian yang penting sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) yang memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan
penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.

9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui apakah perusahaan


mempunyai masalah hukum di pengadilan, misalnya karena ada tuntutan dari pihak
ketiga, dan bagaimana pendapat penasihat hukum mengenai status perkara di pengadilan
tersebut.

10. Analisis perkiraan professional fees, untuk mengetahui apakah ada pembebanan fee dari
penasihat hukum perusahaan, yang menyangkut perkara di pengadilan.

11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).

PENYELESAIAN PEMERIKSAAN AKUNTAN

Setelah akuntan publik menyelesaikan berbagai macam audit prosedur, mulai dari perencanaan
audit, mendesain pendekatan audit, melakukan test of control (compliance test), substantive test of
transactions, analytical review, dan test of detail balance. langkah berikutnya adalah membuat draft
audit report, mendiskusikannya dengan klien kemudian meng-issue audit report. Namun demikian ada
beberapa prosedur yang harus dilakukan akuntan public sebelum membuat draft audit report:

 Periksa kecukupan presentation dan disclosures.

 Review ada tidaknya contingent liabilitas dan commitments.


 Review subsequent events.

 Lakukan final analytical review.

 Evaluasi going concern perusahaan.

 Evaluasi kecukupan bukti audit yang dikumpulkan dengan mengisi Audit Check List.

Review Ada Tidaknya Contingent Liability dan Commitments

Contingent liabilities adalah liabilities yang mungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi tergantung pada
kejadian dalam periode berikutnya. Menurut Arens (2015:773): Contingent Liability adalah suatu
kewajiban masa datang yang potensial kepada pihak ketiga yang jumlahnya tidak diketahui dan berasal
dari kegiatan yang sudah terjadi Contingent Liability yang jumlahnya material harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi untuk adanya contingent liability,
yaitu:

1) Adanya potensi pembayaran di masa yang akan datang kepada pihak ketiga atau adanya
impairment aset yang diakibatkan oleh kondisi yang ada saat ini.

2) Adanya ketidakpastian tentang jumlah pembayaran masa datang atau infairment dari asset.

3) Outcome tergantung pada kejadian-kejadian dimasa datang.

Contingent liability bisa berasal dari:

 Masalah hukum di pengadilan yang belum selesai per tanggal neraca.

 Dispute (perbedaan pendapat) mengenai utang pajak.

 Pendiskontoan wesel tagih.

 Unused balances of out standing letters of credit .

 Jaminan atas kewajiban pihak lain.

 Product warranties (jaminan produk).

 Pending litigation atas hak paten dan product liability.

Evaluasi Going Concern Perusahaan

Standar audit mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang benar
mengenai kemampuan klien untuk melanjutkan kegiatan usahanya (going concern) paling tidak setahun
setelah tanggal neraca. Beberapa indikator yang bisa membuat auditor ragu atas going concern kliennya
antara lain:
a. Kesulitan keuangan yang dihadapi klien antara lain terlihat dari ketidakmampuan klien untuk
melunasi kewajibannya kepada pihak ketiga baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang.

b. Kerugian terus menerus yang diderita klien sehingga akumulasi kerugian sudah melebihi modal
disetor (capital deficiency)

c. Kehilangan pelanggan utamanya baik di dalam negeri maupun luar negeri.

d. Penjualan sebagian aset tetapnya untuk melunasi utangnya ke bank.

Selain itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik:

1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan di-review oleh atasan dari
yang membuat kertas kerja tersebut. Misalnya kertas kerja yang dibuat oleh junior auditor harus
di-review oleh senior auditor, yang dibuat oleh senior auditor harus di-review oleh audit
supervisor, yang dibuat oleh audit supervisor harus di-review oleh manajer dan seterusnya.

2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan review notes tersebut harus
dijawab secara tuntas oleh staf yang di-review (reviewee) secara tertulis. Jika ada review notes
yang belum terjawab, audit report belum boleh diserahkan ke Klien.

3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working paper-nya, dan
didiskusikan dengan klien/komite audit. jika ada kesalahan yang material dan klien tidak
menyetujui usulan audit adjustment nya, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified
opinion.

4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus di posting ke masing-masing kertas kerja yang
berkaitan, baik di supporting schedule, top schedule, working balance sheet maupun working
profit and loss.

5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim-audit) kemudian direview oleh audit
manager dan audit partner.

6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager dan audit
partner, maka audit supervisor harus menyusun apa yang disebut notes to PPM (catatan untuk
Partner, Principal, dan Manager). Notes tersebut berisi hal-hal penting yang perlu mendapat
perhatian PPM yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dari
level di bawahnya.

7. Setelah draft report di-review dan disetujui PPM, draft tersebut harus didiskusikan dengan klien
dan kumite audit/komisaris. Jika klien setuju barulah dibuat final audit report.

8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta surat Pernyataan
Langganan dari klien. Biasanya draf surat terseb 31/32 lalu dicetak di kop surat klien dan
ditandatangani oleh pejabat klien yang berwenang. Tanggal surat harus sama dengan tanggal
selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.

9. Selain itu auditor harus membuat draft management letter yang setelah di-review dan disetujui
PPM, harus didiskusikan dengan klien. Setelah klien setuju barulah dibuat management letter
yang final untuk diserahkan kepada klien.

10. Tahap terakhir adalah menyelesaikan urusan pelunasan audit fee. Audit fee tersebut ditambah
PPN 10% dan dikurangi PPh 23 sebesar 2%.

11. Dalam audit working papers harus dicantumkan "catatan untuk audit tahun berikutnya, yang
berisi hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam audit tahun berikutnya.

12. Jenis opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan klien, tergantung pada hasil
pemeriksaan. Jika opini yang diberikan unqualified berarti di setiap top schedule harus ada
pernyataan auditor bahwa pos atau perkiraan tersebut disajikan secara wajar.

13. Dalam me-review kertas kerja pemeriksaan, sebaiknya KAP mempunyai suatu daftar yang
disebut "Audit Working Papers Review Guide".

Anda mungkin juga menyukai