OLEH
KELOMPOK
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Seminar
Audit ini yang membahas tentang " Audit Berbasis ISA, dan Standard Profesonal
Akuntan Public: Pengaruhnya Terhadap Profesi Akuntan Public di Indonesia” ini
dengan baik. Penulis juga berterima kasih kepada Prof. Dr. RITA ANUGERAH,
MAFIS., Ak selaku Dosen pengampu mata kuliah seminar audit ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi penulis maupun
bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................…. 2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................… 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah International Standard On Auditing......................................................... 3
2.2 Standard Audit berbasis Internaional standard Auditing..................................... 5
2.3 Mengapa ISA dan Apa Perubahanya...................................................................... 8
2.4 Audit berbaisis Resiko............................................................................................. 11
2.5 Perbedaan ISA dan SPAP........................................................................................14
2.6 Menyonsong Adopsi ISA..........................................................................................16
2.7 Proyeksi ISA di Indonesia........................................................................................18
Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun 90-an,
kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas
laporan keuangan historis, jasa atestasi, serta jasa akuntansi dan review. Disamping itu,
tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri
dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat.
Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua
keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994, yaitu :perubahan
nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik, dan perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan
ke Standar Profesional Akuntan Publik.
Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994 seiring dengan perubahan nama standar dari Norma
Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik sumber acuan utamanya
adalah dari American Institute of Certified Public Accountant Professional
Standards (AICPA Professional Standards).Untuk merespon kebutuhan profesi akuntan
publik seiring pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Indonesia serta perubahan-perubahan
radikal yang terjadi di lingkungan bisnis, dalam kurun waktu 1994-1997 Dewan SPAP
telah menerbitkan berbagai standar.
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full
adoption) International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang dikeluarkan
oleh International Auditng Practices Committee (IAPC) dari International Federation of
Accountants (IFAC). IFAC adalah organisasi profesi akuntansi sedunai, dengan 163
organisasi anggota di 120 negara, yang mewakili lebih dari 2,5 juta akuntan di seluruh
dunia. Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang berlaku yang sebagian besar isinya
diadopsi dari AICPA Professional Standards tahun 1998. Langkah full adoption tersebut
ditempuh untuk memenuhi tuntutan pesatnya perkembangan dunia usaha dan bisnis yang
berimbas pada bidang akuntansi dan auditing. Selain itu, IAI yang telah menjadi full
members dari International Federation of Accountant (IFAC), mempunyai kewajiban
untuk mematuhi dan memenuhi butir-butir Statement of Membership Obligation (SMO)
yang salah satu diantaranya adalah bahwa semua anggota IFAC diwajibkan untuk tunduk
kepada semua standar dan pernyataan lain yang dikeluarkan oleh International Auditing
and Assurance Standards Board (IAASB).
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan
amanah UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk
merespon rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan komitmen
Indonesia sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk
menggunakan standar profesi internasional. Adopsi ISA dilakukan dengan melakukan
revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan
acuan Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Harapan penerapan ISA ini melalui
profesi Akuntan Publik di Indonesia pada saat memberikan jasa asurans maupun non
asurans akan meningkatkan kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi
keuangan di Indonesia. Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian,
termasuk globalisasi pasar uang dan pasar modal.
Standar Audit (SA) mengatur tentang standar yang digunakan oleh praktisi saat
melaksanakan kegiatan audit atas laporan keuangan historis. Dilakukannya adopsi standar
internasional yang ditetapkan oleh IFAC membuat standar audit pada SPAP 31 Maret
2011 yang selama ini digunakan dengan berbasis US GAAS, berubah menjadi SPAP
berbasis International Standard on Auditing (ISA). SPAP berbasis standar internasional,
khususnya standar auditing untuk emiten sudah berlaku efektif untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2013, dan 1 Januari 2014 untuk entitas selain
emiten. Berbeda dengan standar audit sebelumnya, SPAP berbasis ISA tidak membagi
standar audit ke dalam tiga kategori yakni, Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan,
dan Standar Pelaporan. Namun standar-standar yang disajikan dalam SPAP berbasis ISA
sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing yang dibagi kedalam enam bagian dan
36 standar (Tuanakotta, 2013).
B. 300-499: Penilaian Risiko Dan Respons Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai
9. SA 300: perencanaan suatu audit atas laporan keuangan.
10. SA 315: pengindentifikasian dan penilaian risiko salah saji material
11. SA 320: materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
12. SA 330: respons auditor terhadap risiko yang telah dinilai
13. SA 402: pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu organisasi
jasa.
14. SA 450: pengevaluasian atas salah saji yang diidentifikasi selama audit.
ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini
penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib
(mandatory). Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan
pendekatan audit. Pendekatan saat ini mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap
sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok diterapkan untuk
kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah. Indonesia telah meratifikasi
ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun
2013.
2.4 Audit Berbasis Resiko
Proses audit ini didasarkan ISA atau International Standards on Auditing.
ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen, berbagai kewajiban entitas
dapat disebut pihak-pihak berkepentingan atau TCWG “Those charged with
governance”. Proses audit berbasis ISA merupakan proses audit berbasis risiko yang
mengandung tiga langkah kunci yaitu Risk Assessment (Penialain Risiko), Risk Response
(Merespon Risiko) dan Report (Pelaporan).
Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah metodologi pemeriksaan yang
dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan
risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi. Pendekatan audit ini
berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis, finansial, operasional, regulasi
dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi.
Dalam Audit berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit, sehingga kemudian
manajemen bisa mengetahui area baru mana yang berisiko dan area mana yang
kontrolnya harus diperbaiki. Risk-Based Audit memastikan bahwa seluruh tanggung
jawab manajemen telah dilakukan secara efektif. Tanggung jawab manajemen yang
utama termasuk memastikan internal control telah memadai dan manajemen risiko telah
dilakukan dengan tepat, diikuti oleh berbagai fungsi dan unit kerja di perusahaan.
Peran Risk-Based Audit dalam peningkatan Internal Control dan Proses
Manajemen Risiko sangat menyeluruh dan strategis. Oleh karena itu apabila Risk Based
Audit diimplementasikan dengan konsisten, maka efektivitas Internal Control dan Proses
Manajemen Risiko perusahaan akan meningkat.
Pendekatan audit berbasis risiko bukan berarti menggantikan pendekatan audit
konvensional yang dijalankan oleh lembaga audit intern yang sudah berjalan selama ini.
Pendekatan ini hanya membawa suatu metodologi audit yang dapat dijalankan oleh
auditor intern dalam pelaksanaanpenugasan auditnya melalui pendekatan dan pemahaman
atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna
mencapai tujuan.
Perbedaan pendekatan audit berbasis risiko dengan pendekatan audit
konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi
perhatian pada pengujian transaksi individual dan lebih berfokus pada pengujian atas
sistem dan proses bagaimana manajemen mengatasi hambatan pencapaian tujuan, serta
berusaha untuk membantu manajemen mengatasi (mengalihkan) hambatan yang
dikarenakan faktor risiko dalam pengambilan keputusan.
Mengacu pada ISA 315.3 mengenai tujuan auditor pada tahap risk
assessment adalah mengidentifikasi salah saji yang material, karena kecurangan
atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian intern entitas, yang
memberikan dasar untuk merancang, dan mengimplementasikan tanggapan
terhadap resiko (salah saji material) yang dinilai.
Keharusan yang dilakukan dalam tahap Risk Assessment Menurut ISA
315.3adalah sebagai berikut:
Partner dan Tim inti audit terlibat aktif dalam audit plan.
Skeptisisme Profesional dalam upaya mencapai asurans yang layak
Rencanakan auditnya mencakup waktu dalam audit plan akan memastikan
tujuan audit dipenuhi.
Diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan.
Fokus identifikasi risiko yang relevan.
Evaluasi cerdas tanggapan manajemen atas risiko.
Gunakan kearifan profesional. Profesional Judgment dalam penerimaan
klien, develop audit strategy, materiality, develop analytic procedure
dan pertimbangan audit khusus yang diperlukan.
2. Risk Response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk
menanggapi risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
mengacu pada ISA 330.3 mengenai tujuan auditor pada tahap risk response
adalah memperoleh bukti audit yang cukup tepat tentang resiko (salah saji
material) yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasi tanggapan yang
tepat terhadap resiko tersebut. Dalam tahap ini, auditor mengambangkan prosedur
audit responsif, yakni prosedur audit yang menanggapi resiko yang dinilai.
Uji Pengendalian/ test of controls.
Prosedur Analitikal Substantif.
Pendadakan/ Upredictable examination.
Management Override.
b. Kearifan professional
Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.
c. Asurans yang layak
Untuk memperoleh asurans yang layak auditor memperoleh bukti auditor yang
cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima,
dengan demikian memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang layak untuk
digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor.
d. Gunakan tujuan sesuai ISA yang relevan
Untuk mencapai tujuan seluruhnya auditor wajib menggunakan tujuan yang
dinyatakan dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit tersebut dengan memperhatikan keterkaitan diantara berbagai ISA.
Faktor penting lainnya yang perlu dikemukakan disini ialah bahwa Indonesia
adalah salah satu dari Negara-negara G20. Keanggotaan Indonesia di IFAC diwkili oleh
IAI, sebagai anggota IFAC Indonesia mempunyai kewajiban yang dituangkan dalam
statements of membership obligations disingkat SMO. SMO diterbitkan oleh IFAC Board
pada bulan april 2004. Ada tujuh kewajiban anggota IFAC yang disebut dalam SMO,
yakni kewajiban sebagai berikut:
1. SMO 1 – membuat dan memblikasi quality control standards dan petunjuk bagi
KAP untuk mengimplementasikan system pengendali mutu sesuai Internasional
standards on qualitycontrol (ISQC), dalam hal ini ISQC 1.
2. SMO 2 – berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional,
petunjuk mengenai pendidikan bagi akuntan profesional, dan terbitan mengenai
pendidikan bagi akuntan professional yng diterbitkan oleh education.
3. SMO 3 – berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans
untuk anggota.
4. SMO 4 – berkenaan dengan kode etik dan pernyataan lainnya yang diterbitkan
oleh the ethics committee of IFAC.
5. SMO 5 – berkenaan dengan internasional public sector accounting standards
danpetunjuk lainnya yang diterbitkan the public sector committee of IFAC.
6. SMO 6 – berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
perilaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaranstandar dan ketentuan
professional oleh anggota dan jika diatur dalam ketentuan perundang-undangan
oleh KAP.
7. SMO7 – berkenaan dengan IFRSyang diterbitkan oleh IASB.
Salah satu responden memberikan tips yaitu dalam mengomunikasi ISA, KAP jangan
terjebak dalam perangkat “metodologi udit terdahulu mengandung cacat “
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonimian, termasuk
globalisasi pasar uang dan pasar modal. Bagian terdahulu yang berbicara peningkatan
tentangbiaya, merupakan pengalaman negara-negara yang sudah lebih dulu mengadopsi
ISA.Indonesia lebih beruntung, karena tidak perlu mengeluarkan biaya tertentu (misalnya
yang berhubungan dengan revisi ISA) dan bisa belajar dari pengalaman negara lain.
Sebaliknya perubahan antara ISA dan standar terdahulu bukanlah perubahan yang spele
dan tanpa makna, atau perubahan yang dikesampingkan begitu saja. Dalam pandangan
penulis, perubahan standar audit (antara ISAdan standar terdahulu) bersifat substantif dan
mendasar. Dari segi utilitas, perubahan ini menjawab banyak tantangan yang dihadapi
auditor dalam menanggapi risiko yang diambilnya ketika menerima dan melaksanakan
perikatanaudit.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mukoffi, Hari Purnomo, Dani, 2017 Dampak Penerapan International Standards
On Auditings (ISA) Terhadap Kinerja Auditor, Fakultas Ekonomi, Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, Malang.
Caecilia Mesian Anggit Sari ISSN 0852-1875, Pemetaan Penerapan Standar Audit
Berbasis Isa Pada Kantor Akuntan Publik (Kap) Di Daerah Istimewa Yogyakarta.
https://www.academia.edu/35058414/MAKALAH_SEMINAR_AUDIT_AUDIT_BERB
ASIS_ISA_docx