Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Audit Berbasis ISA, dan Standard Profesional Akuntan


Public: Pengaruh Terhadap Profesi Akuntan Public di
Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Rita Anugerah, SE., MAFIS., Ak., CA

OLEH

KELOMPOK

Azmi Dahlan 1502121266

Husnul Naufalliansyah 1502121990

Roland Regent Tambunan 1702122407

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Seminar
Audit ini yang membahas tentang " Audit Berbasis ISA, dan Standard Profesonal
Akuntan Public: Pengaruhnya Terhadap Profesi Akuntan Public di Indonesia” ini
dengan baik. Penulis juga berterima kasih kepada Prof. Dr. RITA ANUGERAH,
MAFIS., Ak selaku Dosen pengampu mata kuliah seminar audit ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi penulis maupun
bagi para pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Sebelumnya kami mohon maaf


apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Pekanbaru, 10 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................…. 2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................… 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah International Standard On Auditing......................................................... 3
2.2 Standard Audit berbasis Internaional standard Auditing..................................... 5
2.3 Mengapa ISA dan Apa Perubahanya...................................................................... 8
2.4 Audit berbaisis Resiko............................................................................................. 11
2.5 Perbedaan ISA dan SPAP........................................................................................14
2.6 Menyonsong Adopsi ISA..........................................................................................16
2.7 Proyeksi ISA di Indonesia........................................................................................18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................21


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
The International Federation of Accountant (IFAC) merupakan organisasi yang
membidangi standar-standar akuntansi, auditing, kode etik, dan kendali mutu pada
tatanan global. IFAC menerbitkan beberapa standar, salah satunya International
Standards on Auditing (ISA). ISA adalah standar yang diterapkan dalam audit atas
informasi keuangan historis. Tuanakotta (2013) menjelaskan terbitnya ISA diawali
dengan munculnya beberapa skandal akuntansi yakni adanya manipulasi atas laporan
keuangan di pasar modal dan pasar uang dunia. Auditor dianggap gagal untuk mendeteksi
financial statement fraud yang ada, oleh karena itu IFAC secara proaktif dan reaktif
menerbitkan ISA sebagai solusi untuk mampu mengurangi nilai kecurangan yang ada.
Keanggotaan Indonesia di IFAC diwakili oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Sebagai anggota IFAC Indonesia memiliki kewajiban yang tertuang dalam Statements of
Membership Obligations (SMO). SMO berisi 7 (tujuh) kewajiban yang harus dipatuhi
oleh seluruh anggota IFAC untuk melaksanakan standar internasional yang telah
ditetapkan demi menghasilkan kualitas yang tinggi dan penguatan profesi akuntan. Dari
ketujuh SMO tersebut, SMO No.3 yang menjadi dasar kewajiban IAPI untuk menerapkan
standar auditing berbasis internasional yakni International Standard on Auditing (ISA).
Selain kewajiban IAI yang harus menaati SMO, alasan Indonesia menerapkan
ISA di dalam buku yang berjudul “Audit Berbasis ISA” karangan Tuanakotta (2013)
dijelaskan dari dua faktor. Pertama, adanya kekuatan pasar. KAP di Indonesia yang
melayani klien global dan internasional, ISA merupakan konsekuensi dan kewajiban jika
ingin tetap dapat menjalin kerjasama. Kedua, adanya nilai tambah bagi profesi akuntan.
Penerapan ISA sebagai standar baru membawa nilai tambah bagi para investor dan calon
investor yang akan memperoleh laporan keuangan yang lebih baik dengan standar baru.
Akan tetapi, pada akhirnya profesi akuntansi di Indonesia juga mendapatkan manfaat
yang besar, yakni profesi akuntansi mendapatkan nilai tambah yang tidak berwujud
berupa peningkatan mutu audit. Namun, disamping manfaat yang didapat oleh profesi
akutansi di Indonesia, tentunya terdapat beberapa peningkatan biaya audit sebagai
dampak pengimplementasian ISA. Biaya tersebut antara lain: biaya pendidikan dan
pelatihan, penerbitan kembali pedoman audit yang dipakai KAP, sampai pada opportunity
cost karena partner harus mengikuti pelatihan atau memberi pelatihan kepada stafnya atau
memberi penjelasan kepada kliennya, dan lebih banyak waktu partner yang dibutuhkan
pada setiap perikatannya. Perubahan standar audit antara ISA dengan standar terdahulu
bukanlah perubahan tanpa makna. Beberapa profesi akuntan berpendapat bahwa
perubahan standar audit bersifat substantif dan mendasar. ISA memberikan penekanan
yang sangat besar terhadap faktor risiko sejak auditor mempertimbangkan untuk
menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya sampai setelah
menerbitkan laporan yang berisi opininya. Dalam penerapannya standar audit berbasis
ISA berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan pada 1 Januari 2013 untuk emiten
dan pada 1 Januari 2014 untuk entitas non emiten. Sesuai dengan peraturan tersebut
seharusnya standar audit berbasis ISA sudah mulai diterapkan oleh KAP di Indonesia
terutama untuk KAP yang memiliki jaringan global (KAP Big-Four).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Audit Berbasis ISA?
2. Apa Pengaruh SPAP bagi Profesi Akuntan Publik di Indonesia?
3. Apa Pengaruh Audit Berbasis ISA bagi Profesi Akuntan public di indonesia?
4. Bagaimana Penerapan Audit Berbasis ISA dan SPAP di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian audit berbasis ISA
2. Untuk menngetahui pengaruh SPAP bagi profesi akuntan public di indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh audit berbasis ISA bagi profesi akuntan public di
indonesia
4. Untuk mengetahui penerapan audit berbasis ISA dan SPAP di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah International Standard Auditing ISA

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan pedoman


bagi pekerjaan auditor di Indonesia merupakan hasil pengembangan berkelanjutan yang
telah dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun
oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama
Komite Norma Pemeriksaan Akuntan. Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut
diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang
diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas
laporan keuangan historis.

Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun 90-an,
kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas
laporan keuangan historis, jasa atestasi, serta jasa akuntansi dan review. Disamping itu,
tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri
dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat.
Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua
keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994, yaitu :perubahan
nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik, dan perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan
ke Standar Profesional Akuntan Publik.

Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994 seiring dengan perubahan nama standar dari Norma
Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik sumber acuan utamanya
adalah dari American Institute of Certified Public Accountant Professional
Standards (AICPA Professional Standards).Untuk merespon kebutuhan profesi akuntan
publik seiring pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Indonesia serta perubahan-perubahan
radikal yang terjadi di lingkungan bisnis, dalam kurun waktu 1994-1997 Dewan SPAP
telah menerbitkan berbagai standar.

Selanjutnya, dalam kurun waktu 1997-2000 Dewan SPAP juga menerbitkan


berbagai interpretasi standar untuk merespon kebutuhan profesi akuntan publik dalam
menghadapi krisis ekonomi dan bisnis yang saat itu dialami oleh Indonesia. Dari
pengalaman masa lalu dan antisipasi tren perubahan pasca krisis ekonomi Indonesia serta
memperhatikan perubahan pesat yang terjadi di AICPA Professional Standards sebagai
sumber acuan SPAP, Dewan SPAP selama tahun 1999 melakukan perombakan besar atas
SPAP per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. SPAP per 1 Januari 2001 tersebut adalah
merupakan kodifikasi SPAP terakhir yang masih berlaku sampai dengan saat ini, dengan
sedikit penambahan berupa interpretasi-interpretasi yang diterbitkan dari tahun 2001
sampai dengan 2008. Penambahan terakhir dilakukan pada bulan Februari 2008 dengan
penerbitan Pernyataan Beragam (Omnibus Statement).

Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full
adoption) International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang dikeluarkan
oleh International Auditng Practices Committee (IAPC) dari International Federation of
Accountants (IFAC). IFAC adalah organisasi profesi akuntansi sedunai, dengan 163
organisasi anggota di 120 negara, yang mewakili lebih dari 2,5 juta akuntan di seluruh
dunia. Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang berlaku yang sebagian besar isinya
diadopsi dari AICPA Professional Standards tahun 1998. Langkah full adoption tersebut
ditempuh untuk memenuhi tuntutan pesatnya perkembangan dunia usaha dan bisnis yang
berimbas pada bidang akuntansi dan auditing. Selain itu, IAI yang telah menjadi full
members dari International Federation of Accountant (IFAC), mempunyai kewajiban
untuk mematuhi dan memenuhi butir-butir Statement of Membership Obligation (SMO)
yang salah satu diantaranya adalah bahwa semua anggota IFAC diwajibkan untuk tunduk
kepada semua standar dan pernyataan lain yang dikeluarkan oleh International Auditing
and Assurance Standards Board (IAASB).
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan
amanah UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk
merespon rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan komitmen
Indonesia sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk
menggunakan standar profesi internasional. Adopsi ISA dilakukan dengan melakukan
revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang selama ini digunakan
acuan Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Harapan penerapan ISA ini melalui
profesi Akuntan Publik di Indonesia pada saat memberikan jasa asurans maupun non
asurans akan meningkatkan kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi
keuangan di Indonesia. Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian,
termasuk globalisasi pasar uang dan pasar modal.

2.2. Standar Audit (SA) berbasis International Standard on Auditing (ISA)

Standar Audit (SA) mengatur tentang standar yang digunakan oleh praktisi saat
melaksanakan kegiatan audit atas laporan keuangan historis. Dilakukannya adopsi standar
internasional yang ditetapkan oleh IFAC membuat standar audit pada SPAP 31 Maret
2011 yang selama ini digunakan dengan berbasis US GAAS, berubah menjadi SPAP
berbasis International Standard on Auditing (ISA). SPAP berbasis standar internasional,
khususnya standar auditing untuk emiten sudah berlaku efektif untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2013, dan 1 Januari 2014 untuk entitas selain
emiten. Berbeda dengan standar audit sebelumnya, SPAP berbasis ISA tidak membagi
standar audit ke dalam tiga kategori yakni, Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan,
dan Standar Pelaporan. Namun standar-standar yang disajikan dalam SPAP berbasis ISA
sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing yang dibagi kedalam enam bagian dan
36 standar (Tuanakotta, 2013).

A. 200-299: Prinsip-Prinsip Umum Dan Tanggung Jawab


1. SA 200: tujuan keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan suatu audit berdasarkan
standar perikatan audit.
2. SA 210: persetujuan atas syarat-syarat perikatan audit.
3. SA 220: pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan.
4. SA 230: dokumentasi audit.
5. SA 240: tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas
laporan keuangan.
6. SA 250: pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit laporan
keuangan.
7. SA 260: komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
8. SA 265: pengomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen.

B. 300-499: Penilaian Risiko Dan Respons Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai
9. SA 300: perencanaan suatu audit atas laporan keuangan.
10. SA 315: pengindentifikasian dan penilaian risiko salah saji material
11. SA 320: materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
12. SA 330: respons auditor terhadap risiko yang telah dinilai
13. SA 402: pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu organisasi
jasa.
14. SA 450: pengevaluasian atas salah saji yang diidentifikasi selama audit.

C. 500-599: Bukti Audit


15. SA 500: bukti audit.
16. SA 501: bukti audit-pertimbangan spesifik atas unsur pilihan.
17. SA 505: konfirmasi eksternal.
18. SA 510: perikatan audit tahun pertama-saldo awal.
19. SA 520: prosedur analitis.
20. SA 530: sampling audit.
21. SA 540: audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan
pengungkapan yang bersangkutan.
22. SA 550: pihak berelasi.
23. SA 560: peristiwa kemudian.
24. SA 570: kelangsungan usaha.
25. SA 580: representasi tertulis.
D. 600-699: Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
26. SA 600: pertimbangan khusus-audit atas laporan keuangan grup (termasuk pekerjaan
auditor komponen).
27. SA 610: penggunaan pekerjaan auditor internal.
28. SA 620: penggunaan pekerjaan seorang pakar auditor.
E. 700-799: Kesimpulan Audit dan Pelaporan
29. SA 700: perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan keuangan.
30. SA 705: modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor independen.
31. SA 706: paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam laporan auditor
independen. SA 710: informasi komparatif – angka korespondensi dan laporan
keuangan komparatif
32. SA 720: tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan
keuangan auditan.

F. 800-899: Area-area Khusus.


33. SA 800: pertimbangan khusus - audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kerangka bertujuan khusus
34. SA 805: pertimbangan khusus - audit atas laporan keuangan tunggal dan unsur, akun,
atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan.
35. SA 810: perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan.

2.3. Mengapa ISA dan apa Perubaahanya?


Pembahasan bagian pertama bab ini menjawab pertanyaan, mengapa Indonesia
mengadopsi ISA? Kita bisa mendekatinya dari sisi kekuatan pasar dan nilai tambah atau
kita bisa memilih untuk mengabaikan argumen mengenai insentif. Para praktisi juga ingin
mengetahui, berapa besarnya biaya dari perubahan ini.

2.3.1 Kekuatan Pasar


KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global dan jaringan international
lainnya, melayani client global dan international yang mengadopsi standard- standard
IFAC. Bagi KAP yang melayani client audit semcam ini, ISA bukan pilihan. Atau lebih
tepatnya “pilih ISA atau pilih keluar dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerja
sama international,” sangat jelas bahwa kekuatan pasar merupakan penentu.
Menurut Dani (2017) Sehubungan dengan kekuatan pasar, peneliti menanyakan
„‟Apakah dalam penerapan International Standards on Auditings (ISA) Auditor mampu
menjalin hubungan kerjasama secara global? dari pertanyaan disamping bapak
Nyamarinto Pribadi sebagai auditor senior mengatakan bahwa mereka cukup mampu
mengatur diri mereka ke hal tersebut. Namun pembahasan mengenai kekuatan pasar
mengisyaratkan hal lain, yakni adanya nilai tambah, dalam hal KAP yang mempunyai
jaringan secara global (seperti the big four) dan jaringan internasional lainnya.
2.3.2 Nilai Tambah
Target utama yang menerima nilai tambah ialah para investor dan calon investor
yang dengan standar baru akan memperoleh laporan keuangan yang lebih baik. Akan
tetapi pada akhirnya, profesi meraih nilai tambah tidak berwujud berupa peningkatan
mutu audit.
Tentu ada peningkatan beban audit yang tidak slamanya tercermin dalam tambahan fee.
Beban audit dalam tahun – tahun pertama sangat signifikan; berupa biaya pendidikan dan
pelatihan, penerbitan kembali pedoman audit yang dipakai KAP, sampai pada
opportunity cost karena patner harus mengikuti pelatihan atau memberi pelatihan kepada
stafnya atau memberi penjelasan kepada kliennya dan lebih banyak waktu patner pada
setiap perikatan.

ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini
penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib
(mandatory). Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan
pendekatan audit. Pendekatan saat ini mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap
sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok diterapkan untuk
kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah. Indonesia telah meratifikasi
ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun
2013.
2.4 Audit Berbasis Resiko
Proses audit ini didasarkan ISA atau International Standards on Auditing. 
ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen, berbagai kewajiban entitas
dapat disebut pihak-pihak berkepentingan atau TCWG “Those charged with
governance”.  Proses audit berbasis ISA merupakan proses audit berbasis risiko yang
mengandung tiga langkah kunci yaitu Risk Assessment (Penialain Risiko), Risk Response
(Merespon Risiko) dan Report (Pelaporan).
Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah metodologi pemeriksaan yang
dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan
risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi. Pendekatan audit ini
berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis, finansial, operasional, regulasi
dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi.
Dalam Audit berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit, sehingga kemudian
manajemen bisa mengetahui area baru mana yang berisiko dan area mana yang
kontrolnya harus diperbaiki. Risk-Based Audit memastikan bahwa seluruh tanggung
jawab manajemen telah dilakukan secara efektif. Tanggung jawab manajemen yang
utama termasuk memastikan internal control telah memadai dan manajemen risiko telah
dilakukan dengan tepat, diikuti oleh berbagai fungsi dan unit kerja di perusahaan.
Peran Risk-Based Audit dalam peningkatan Internal Control dan Proses
Manajemen Risiko sangat menyeluruh dan strategis. Oleh karena itu apabila Risk Based
Audit diimplementasikan dengan konsisten, maka efektivitas Internal Control dan Proses
Manajemen Risiko perusahaan akan meningkat.
Pendekatan audit berbasis risiko bukan berarti menggantikan pendekatan audit
konvensional yang dijalankan oleh lembaga audit intern yang sudah berjalan selama ini.
Pendekatan ini hanya membawa suatu metodologi audit yang dapat dijalankan oleh
auditor intern dalam pelaksanaanpenugasan auditnya melalui pendekatan dan pemahaman
atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna
mencapai tujuan.
Perbedaan pendekatan audit berbasis risiko dengan pendekatan audit
konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi
perhatian pada pengujian transaksi individual dan lebih berfokus pada pengujian atas
sistem dan proses bagaimana manajemen mengatasi hambatan pencapaian tujuan, serta
berusaha untuk membantu manajemen mengatasi (mengalihkan) hambatan yang
dikarenakan faktor risiko dalam pengambilan keputusan.

2.4.1 Langkah Langkah Audit Berbasis Resiko


1.        Tahap Penjelasan Risk Assessment
Penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
material dalam laporan keuangan, merancang dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya untuk menanggapi risiko salah saji.
 Partner dan Tim inti audit terlibat aktif dalam audit plan.
 Skeptisisme Profesional dalam upaya mencapai asurans yang layak.
 Rencanakan auditnya mencakup waktu dalam audit plan akan memastikan
tujuan audit dipenuhi.
 Diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan.
 Fokus identifikasi risiko yang relevan.
 Evaluasi cerdas tanggapan manajemen atas risiko.
 Profesional Judgment dalam penerimaan klien, develop audit strategy,
materiality, develop analytic procedure dan pertimbangan audit khusus
yang diperlukan

Mengacu pada ISA 315.3 mengenai tujuan auditor pada tahap risk
assessment adalah mengidentifikasi salah saji yang material, karena kecurangan
atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian intern entitas, yang
memberikan dasar untuk merancang, dan mengimplementasikan tanggapan
terhadap resiko (salah saji material) yang dinilai.
Keharusan yang dilakukan dalam tahap Risk Assessment Menurut ISA
315.3adalah sebagai berikut:
 Partner dan Tim inti audit terlibat aktif dalam audit plan.
 Skeptisisme Profesional dalam upaya mencapai asurans yang layak
 Rencanakan auditnya mencakup waktu dalam audit plan akan memastikan
tujuan audit dipenuhi.
 Diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan.
 Fokus identifikasi risiko yang relevan.
 Evaluasi cerdas tanggapan manajemen atas risiko.
Gunakan kearifan profesional. Profesional Judgment dalam penerimaan
klien, develop audit strategy, materiality, develop analytic procedure
dan pertimbangan audit khusus yang diperlukan.
2.           Risk Response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk
menanggapi risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
mengacu pada ISA 330.3 mengenai tujuan auditor pada tahap risk response
adalah memperoleh bukti audit yang cukup tepat tentang resiko (salah saji
material) yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasi tanggapan yang
tepat terhadap resiko tersebut. Dalam tahap ini, auditor mengambangkan prosedur
audit responsif, yakni prosedur audit yang menanggapi resiko yang dinilai.
 Uji Pengendalian/ test of controls.
 Prosedur Analitikal Substantif.
 Pendadakan/ Upredictable examination.
 Management Override.

3.          Reporting


Merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang diperoleh; membuat dan
menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan audit. Jika semua prosedur
sudah dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka:  Temuan audit dilaporkan
kepada manajemen dan TCWG opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai
redaksi yang tepat untuk laporan auditor dibuat.

2.4.2 Tujuan Audit Berbasis Resiko


Tujuannya audit berbasis risiko adalah memberikan keyakinan kepada
Komite Audit, Dewan Komisaris dan Direksi bahwa:
 Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut
telah dirancang dengan baik.
 Proses manajemen risiko telah diintegrasikan oleh manajemen ke dalam
semua tingkatan organisasi mulai tingkat korporasi, divisi sampai unit
kerja terkecil dan telah berfungsi dengan baik.
 Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah tersedia secara
cukup dan berfungsi dengan baik guna mengendalikan risiko.

2.4.3 Pelaksanaan Audit Berbasis Resiko


Pelaksanaan audit berbasis risiko, terdapat 4 pokok bahasan:
a. Skeptisisme professional
Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan skeptisme
profesional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalah sajikan secara material.

b. Kearifan professional
Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.
c. Asurans yang layak
Untuk memperoleh asurans yang layak auditor memperoleh bukti auditor yang
cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima,
dengan demikian memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang layak untuk
digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor.
d. Gunakan tujuan sesuai ISA yang relevan
Untuk mencapai tujuan seluruhnya auditor wajib menggunakan tujuan yang
dinyatakan dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit tersebut dengan memperhatikan keterkaitan diantara berbagai ISA.

2.5 Perbedaan antara Internatioal Auditing (ISA) dengan Standard Profesi


Akuntan Public (SPAP)
Dalam buku “Audit Berbasis ISA”, Tuanakotta (2013) menjelaskan 5 (lima) hal
yang berbeda secara fundamental antara ISA dengan SPAP. Perbedaan tersebut
antara lain:
1. Menekankan pada Audit Berbasis Resiko
ISA menegaskan kewajiban auditor untuk menjalankan konsep risiko dalam setiap
tahap audit, mulai dari menilai risiko (to assess risk), menanggapi risiko yang
dinilai (to respond to assessed risk), dan mengevaluasi risiko yang ditemukan
(detected risk).
2. Perubahan dari Rules based ke Principle Based
ISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards) merupakan standar-
standar yang berbasis prinsip (principles-based standard) yang mana hal ini
merupakan perubaha besar dari dari standar-standar sebelumnya yang berbasis
aturan (rules-based standard).
3. Berpaling dari Model Matematis
ISA menekankan penggunaan professional judgement, bukan lagi menggunakan
model matematis
4. Menekankan pada Kearifan Profesional (Professional Judgement)
ISA menekankan penggunaan kearifan profesional yang memberikan konsekuensi
pada keterlibatan auditor yang berpengalaman. Apabila keputusan audit masih
dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman memadai maka ISA
menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISA.
5. Melibatkan peran Those Charge with Governance (TCWG)
ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. Namun, pada
perkembangannya dibutuhkan orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup
dalam mengawasi entitas. Mereka inilah yang disebut dengan TCWG.
Konsekuensinya jika orang atau lembaga TCWG eksis dalam entitas tersebut
maka auditor wajib berkomunikasi dengan mereka.

2. 6 Menyongsong Adopsi ISA Dari Harmonisasi Menuju Konvergensi


Secara sederhana, harmonisasi adalah upaya menyelaraskan standar – standar
(akuntansi, pengauditan, dan lain-lain) yang beraneka ragam. Ini dijejaki dalam dekade
1970-an dan mencapai momentumnya diawal 1990-an.Secara sederhana dunia akuntansi
dan dibagi dalam apa yang disebut tradisi Anglo-Saxon dan tradisi daratan Eropa, dan
negara-negara penganut tradisi tersebut dikenal sebagai Anglo-Saxon Countries dan
Continental European Countries. Kajian-kajian menunjukan adanya transformasi di
negara-negara besar. Kajian-kajian ini terlihat dalam serial Transformation Of The State,
diantaranya kajian yang dapat ditemukan dalam tulisan Zimmermann, Werner, dan
Volmer (2008). Kajian Zimmermann, Werner, dan Volmer melihat transformasi dari tiga
negara.
 Amerika Serikat yang mengungguli Anglo-Saxon Countries
 Jerman yang mengungguli Continental European Countries
 Inggris yang mewakili Anglo-Saxon Countries dan seperti Jerman mengalami apa
yang para peneliti istilahkan sebagai peng Eropanisasi-an.
Konvergensi adalah konsekuensi logis dari globalisasi. Jika harmonisasi
mengisyaratkan keselarasan, maka konvergensi menuntut keseragaman.

2. 6. 1 Adopsi ISA dari Perspektif Lembaga Internasional


ROSC mengulas berbagai hambatan yang dihadapan profesi, regulator, dan dunia
usaha(misalnya usaha kecil dan menengah atau UKM). Beberapa diantara hambatan ini
sudah dijawab, antar lain dengan undang – undang Akuntansi Publik Nomor 5 Tahun
2011, meskipun masih harus diikuti dengan aturan pelaksanaan dan penegakan
hukumnya.
ROSC terdiri atas bagian – bagian sebagai berikut.
 Pengantar (introduction)
 Kerangka Institusional (institutional framework)
 Standar Akuntansi yang dirancang dan dipraktikkan (Accounting
standardsas designed and practiced)
 Presepsi mengenai mutu pelaporan keuangan (Perception on the quality of
financial reporting)
 Rekomendasi kebijakan (Policy recommendations)

Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA adalah sepenuhnya keputusan Indonesia


bukan Bank Dunia atau IMF. Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA harus dilihat dari
segi kestabilan dan kemantapan pasar uang, pasar modal, dan penanaman modal di
Indonesia. Kestabilan dan kemantapan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
profesi akuntansi.

2. 7 Proyek ISA di Indonesia


IFRS berurusan dengan pelaporan dan akuntansi, jadi ia akan melibatkan
perusahaan dari segala macam ukuran (kecil, menengah, dan besar), dari berbagai bentuk
hokum (perseroan terbatas, firma, cv, koperasi), dari berbagai latar belakang dan bentuk
kepemilikan. Cakupan IFRS sangat luas, ini melibatkan segala macam perusahaan yang
disebutkan, regulator, IAI, IAPI, akuntan public, perguruan tinggi, danasosiasi yang
berurusan dengan perusahaan, manajemen /direksi, dewan komisaris, komite audit, dan
pihak lain yang berkepentingan dan berminat dengan IFRS. Cakupan ISA lebih terrbatas
pada KAP dan para praktisinya. Lembaga internasional yang mencetuskan dan
mendorong gagasan mengenai ISA dan IFRS adalah IFAC. Dari sisi organisasi
profesional, institut akuntan publik indonesia ( IAPI) dan dewan standar profesinya
memainkan peran yang besar dan penting dalam proyek ISA.
Lembaga internasional yang mencetuskan dan mendorong gagasan mengenai ISA
dan IFRS adalah IFAC (International Federation of Accountants) dan afiliasinya.

Faktor penting lainnya yang perlu dikemukakan disini ialah bahwa Indonesia
adalah salah satu dari Negara-negara G20. Keanggotaan Indonesia di IFAC diwkili oleh
IAI, sebagai anggota IFAC Indonesia mempunyai kewajiban yang dituangkan dalam
statements of membership obligations disingkat SMO. SMO diterbitkan oleh IFAC Board
pada bulan april 2004. Ada tujuh kewajiban anggota IFAC yang disebut dalam SMO,
yakni kewajiban sebagai berikut:
1. SMO 1 – membuat dan memblikasi quality control standards dan petunjuk bagi
KAP untuk mengimplementasikan system pengendali mutu sesuai Internasional
standards on qualitycontrol (ISQC), dalam hal ini ISQC 1.
2. SMO 2 – berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional,
petunjuk mengenai pendidikan bagi akuntan profesional, dan terbitan mengenai
pendidikan bagi akuntan professional yng diterbitkan oleh education.
3. SMO 3 – berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans
untuk anggota.
4. SMO 4 – berkenaan dengan kode etik dan pernyataan lainnya yang diterbitkan
oleh the ethics committee of IFAC.
5. SMO 5 – berkenaan dengan internasional public sector accounting standards
danpetunjuk lainnya yang diterbitkan the public sector committee of IFAC.
6. SMO 6 – berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
perilaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaranstandar dan ketentuan
professional oleh anggota dan jika diatur dalam ketentuan perundang-undangan
oleh KAP.
7. SMO7 – berkenaan dengan IFRSyang diterbitkan oleh IASB.

2.7.1 Pengalaman KAP Mengadopsi ISA


Pengalaman KAP di Indonesia yang telah melaksanakan ISA. Pemilihan sampel
praktisi ini dilakukan secara sangat informal, atas dasar pengetahuan penulis bahwa KAP
sudah melaksanakan ISA, dan kesediaan para praktisi, menjadi responden atau
menunjukan partner lain dalam KAP-nya, untuk menjadi responden. Semua praktisi
(akuntan publik) yang berpartisipasi dalam survai kecil, menjawab kuesioner secara lisan
atau tertulis, dalam kapasitas pribadi, dan bukan atas nama KAP dimana mereka
berpraktik. Semua responden bereraktik dalam KAP yang mempunyai jaringan praktik
akuntansi global atau internasional.

2.7.2 Kapan KAP Mulai Mengapdopsi ISA


Responden memberikan jawaban yang bervariasi antara tahun 2000 – 2008. Variasi
pelaksanaan ISA menunjukan bahwa:
 Keputusan mengimplementasi audit berbasis ISA adalah keputusan jaringan,
bukan keputusan KAP Indonesia.
 Yang juga sangat berperan adalah klien, khususnya parent companydari kliendi
Indonesia.
 Implementasi ISA dimulai dengan melatih praktisinya.
 ISA pada awalnya ditetapkannya, masih ‘’mencari bentuk’’
Alternatifnya adalah melahirkan dan memberdayakan Organisasi Audit
Indonesia (oai) yang tercantum dalam UU no. 5 tahun 2011 tentang akuntan
public, khususnya pasal 33 ayat 2 huruf a.
Alternatifnya ialah melahirkan dan memberdayakan Organisasi Audit Indonesia(OAI).
OAI ini dicantumkan dalam undang – undang nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan
punlik, khususnya pasal 33 ayat 2 huruf (a). OAI dapat menjadi wadah untuk menyusun
pedoman audit bagi KAP yang menjadi anggota.

2.7.3 Komunikasi Klien


Semua responden beromunikasi dengan klien mereka tentang rencava penerapan
ISA. Bentuk komunikasi ini adalah sebagai berikut:
 Komunikasi ini merupakan kebijakan KAP yang menetapkan apa yang harus
disampaikan dan bagaimana menyampaikan hal tersebut, sampai apa yang
diupayakan untuk tidak disampaikan.
 KAP yang menyerahkan komunikasi ini kepada partner audit yang bersangkutan,
termasuk cara dan isi komunikasi.
 Pada praktik, KAP memberikan petunjuk yang sangat umum, tidak menyiapkan
materi tertulis dan memberikan keleluasaan kepada partner yang bersangkutan
untuk berkomunikasi dengan kliennya dalam kerangka petunjuk umum tadi.
 KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada
klien.

Salah satu responden memberikan tips yaitu dalam mengomunikasi ISA, KAP jangan
terjebak dalam perangkat “metodologi udit terdahulu mengandung cacat “

2.7.4 Bagaimana Tanggapan Klien


Berikut ini jawaban para responden:
 Tanggapan responden pada umumnya “feeisnot an issue “. (A). kebijakan kantor
pusat atau kantor induk, karena ISA sangat menekankan peran mereka dalam
implementasi ISA. (B). cerminan dari hubungan yang baik antara partner dengan
kliennya termasuk kemampuan partner untuk menjelaskan pentingnya ISA. (c)
cerminan dari ukuran dan kemampuan ekonomis klien.
 Ada responden yang kehilangan klien karena penerapa ISA. Akan tetapi ini sangat
jarang terjadi, lebih merupakan isolated case.
 Klien memberikan tanggapan yang sangat positif ketika menegaskan dampak dari
ISA tertentu dalam audit yang akan datang. Ini menunjukan pentingnya
komunikasi yang taylor made dan bukan pendekatan one-size-fits-all.
 Karena pelaksanaan ISA, kami justru mendapatkan klien baru. Ini disebabkan
karena campur tangan perusahan induk.
 Pada umumnya klien setuju. Kemungkinan besar karena klien tidak berupaya
memahami perbedaan pendekatan yang lama dengan audit berbasis ISA, dan
menganggap perubahan standar adalah urusan KAP.

2.7.5 Komunikasi dengan Regulator


Jawaban responden bervariasi sebagai berikut:
 Kami tidak mengomunikasi rencana atau implementasi ISA, karena kami tahu
bahwa regulator sudah mempunyai informasi bahwa big four sudah
melaksanakannya.
 Kami tidak mengomunikasi hal ini kepada regulator, karena kami bersikap low
profile, tidak ingin memberi kesan mengguruidan mengiklankan diri.
 Hubungan kami dengan regulator adalah bagian yang tidak terpisahkan dari firm
policy.
 Tidak secara khusus, namun dalam kesempatan revieberkala oleh PPAJ, kami
menginformasikan bahwa metodologi sudah mengadopsi ISAs.
 KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada
regulator. Patner yang bersangkutan kebetulan adalah anggota DSP dan berbagi
pengalaman mengenai kegiatan IAPI dan DSP, ketika ia bertemu dengan
regulator.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonimian, termasuk
globalisasi pasar uang dan pasar modal. Bagian terdahulu yang berbicara peningkatan
tentangbiaya, merupakan pengalaman negara-negara yang sudah lebih dulu mengadopsi
ISA.Indonesia lebih beruntung, karena tidak perlu mengeluarkan biaya tertentu (misalnya
yang berhubungan dengan revisi ISA) dan bisa belajar dari pengalaman negara lain.
Sebaliknya perubahan antara ISA dan standar terdahulu bukanlah perubahan yang spele
dan tanpa makna, atau perubahan yang dikesampingkan begitu saja. Dalam pandangan
penulis, perubahan standar audit (antara ISAdan standar terdahulu) bersifat substantif dan
mendasar. Dari segi utilitas, perubahan ini menjawab banyak tantangan yang dihadapi
auditor dalam menanggapi risiko yang diambilnya ketika menerima dan melaksanakan
perikatanaudit.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mukoffi, Hari Purnomo, Dani, 2017 Dampak Penerapan International Standards
On Auditings (ISA) Terhadap Kinerja Auditor, Fakultas Ekonomi, Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, Malang.

Caecilia Mesian Anggit Sari ISSN 0852-1875, Pemetaan Penerapan Standar Audit
Berbasis Isa Pada Kantor Akuntan Publik (Kap) Di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tuanakotta, M Theodorus. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Selemba Empat.

https://www.academia.edu/35058414/MAKALAH_SEMINAR_AUDIT_AUDIT_BERB
ASIS_ISA_docx

Anda mungkin juga menyukai