Anda di halaman 1dari 29

INCOME CONCEPT (KONSEP PENDAPATAN)

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi yang
diampu oleh Ibu R. Nelly Nur Apandi, S.E., M.Si.

oleh:

Aulia Muftiryanti 1604110


Frisca Amalia 1601705
M. Abiyu Zaky 1600844
Mahesa Dicky Taruna Supangat 1605931

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KOTA BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Income Concept (Konsep Pendapatan)”.

Penulis berharap dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan


mengenai seluk beluk konsep pendapatan lebih dalam. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi mencapai suatu
karya yang lebih baik.

Bandung, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Pengertian Pendapatan (Income)...............................................................4
B. Karakteristik Pendapatan...........................................................................6
C. Pembentukan dan Realisasi Pendapatan..................................................10
D. Pengakuan Pendapatan............................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................24
A. Kesimpulan..............................................................................................24
B. Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan globalisasi dan revolusi industri telah mengubah kehidupan


manusia pada bidang ekonomi. Masyarakat dituntut mampu menguasai
pengetahuan mengenai keadaan ekonomi. Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6
pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal. Ikatan Akuntan Indonesia (2004:23.2) menyatakan bahwa ”pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaika
nekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi kenaikan modal”.

Menurut Rosjidi (1999:128) Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva


atau penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi
penyerahan barang dan jasaatau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode yang
dapat diakui dan diukur berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum. Dalam
pengertian ini pendapatan yang diperoleh dari transaksi penyerahan barang atau
jasa atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang berhubungan secara langsung
dengan kegiatan untuk memperoleh laba usaha yang dapat mempengaruhi
terhadap jumlah ekuitas pemilik. Dengan demikian, tidak termasuk dalam
pengertian pendapatan, adalah peningkatan aktiva perusahaan yang timbul dari
pengadaan aktiva, investasi oleh pemilik, pinjaman ataupun koreksi labarugi pada
periode sebelumnya. Menurut Belkaoui (2000:178) pendapatan diinterprestasikan
sebagai:
1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa.
2. Aliran keluar barang atau jasa dariperusahaan kepada pelanggan, dan
3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama periode waktu tertentu.

1
Menurut Henry (2000:358) pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu
periode bilamana arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi pemodal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana mendefinisikan pendapatan dari berbagai sumber dan sudut
pandang?
2. Apa saja karakteristik dari pendapatan berdasarkan definisi dari pendapatan?
3. Bagaimana mendefinisikan pembentukan dan realisasi pendapatan?
4. Bagaimana proses pengakuan pendapatan?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana mendefinisikan pendapatan dari berbagai
sumber dan sudut pandang.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari pendapatan berdasarkan
definisis dari pendapatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan dan realisasi pendapatan.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pengakuan pendapatan.

2
D. Manfaat

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi penulis
a. Agar penulis dapat menambah ilmu mengenai penelitian sederhana.
b. Agar penulis dapat memperluas wawasan baik secara teoretis maupun
fakta-fakta yang berhubungan.
c. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan
menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.
2. Bagi pembaca
a. Agar pembaca mengetahui lebih dalam mengenai bagian – bagian dalam
akuntansi khususnya bagian pendapatan (income).
b. Agar pembaca dapat menggali lebih lanjut mengenai seluk beluk dalam
bagian pendapatan (income).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendapatan (Income)

Pendapatan bisa terdapat dalam beberapa bentuk; contohnya; Bedford


menyatakan bahwa biasanya literatur membahas tiga konsep dasar
daripendapatan, yaitu:

1. Pendapatan fisik merujuk pada kepuasan dari kebutuhan manusia


2. Pendapatan sesungguhnya merujuk pada hal – hal yang mampu
meningkatkan kekayaan secara ekonomi
3. Pendapatan uang merujuk pada peningkatan nilai moneter dari sumber
daya
Berbagai sumber mamaknai pendapatan kurang kebih sama walaupun
dengan variasi yang berbeda. Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan
pendapatan dan untung sebagai berikut :
Revenues are inflows or other enhancements of asset of an entity or
setlements of its liabilities (or combination of both) from delivering or
producing goods, rendering service, or other activities that constitute the
entity’s ongoing major or central operations (prg 78).
Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari
suatu entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari
pengiriman atau produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang
merupakan operasi yang sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat
(prg. 78)
Gains are increasea in equity (net assets) from peripheral or incedental
transaction of an entity and from all other transaction and other events and
circumstances affecting the entity except those that result from revenues or
invesment by owners (prg 82).
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer
atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa
lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik (prg 82).

4
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Revenues is the product of enterprise, masured by amount of new assets
received from customer; ... Steted in terms of asset the revenue of the
enterprise in presented, finally, by the flow of fund from the customer or
patrons in exchange for the product of the business, either commodities or
service (hlm. 47-47).
Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset
baru yang diterima dari pelanggan, ... dinyatakan dalam hal aset pendapatan
dari perusahaan diwakili, akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau
pelanggan dalam pertukaran untuk produk bisnis, baik komoditas atau jasa
(hlm, 47-47)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi
pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai
unsur penghasilan (income) sebagai berikut :
Income is increase in economic benefits during the accounting period in
the form inflows or enhancement of assets or decreases of liabilities that
result in increase in equity, other than those relating to equity participants
(hlm. 17).
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi
dalam bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan
dengan peserta ekuitas (hlm. 17)
Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan.
Pendapatan timbul dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut
dengan berbagai nama yang berbeda termasuk penjualan, biaya, bunga,
dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)
Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan
dan mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas
normal perusahaan.Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan
dengan demikian tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu,
mereka tidak dianggap sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam
kerangka kerja ini (hlm. 18)

5
Definisi-definisi di atas memisahkan antara pengertian dan pengakuan
sehingga tidak ada yang menjukkan kriteria pengakuan. Sementara itu, APB
(1970) mendefinisikan pendapatan dengan memasukkan kriteria pengakuan
sebagai berikut (APB Statement No 4 prg 134) :
Pendapatan - kenaikan bruto dalam aset atau penurunan bruto dalam
kewajiban yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum yang dihasilkan dari jenis-jenis laba-kegiatan diarahkan
kegiatan perusahaan yang dapat mengubah ekuitas pemilik.

B. Karakteristik Pendapatan
Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau
kata kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Hal –
hal yang membentuk pengertian pendapatan dan untung adalah :
1. Aliran masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang
menerus.
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi
dsari atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik
(3) sampai (8) sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari
ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung,
atau penjelas.

1. Kenaikan Aset
Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah
karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a. Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.

6
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset
tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada.
e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah
kotor. FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa
pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari penyerahan produk atau
pelaksanaan jasa (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa
jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga,
dividen, royalitas, dan sewa.
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian
dengan konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena
pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata
lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan
bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan lain adalah definisi ini
mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses
penciptaan pendapatan. IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut
adalah yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan
pemilik. Konsep kenaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran masuk
yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari pelanggan. Walaupun
pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama perusahaan,
pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap
pendapatan. Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang
usaha, piutang sering dianggap buakan suatu aliran masuk aset.

2. Operasi Utama Berlanjut


Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan. Kegiatan
utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang
membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus
berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan.
Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan

7
mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau
melaksanakan berbagai jasa.
Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian
operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu,
operasi, investasi, dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang
tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai
pos nonoperasi.
a. Operasi dan Non-operasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap
sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya.
Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai non-operasi
dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi
sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau
rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan
tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah
“non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa
pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi
dalam arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat
dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and
gains).

3. Penurunan Kewajiban
Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya
misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan penerimaan ini
bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi
yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu,
jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan
tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampai ada prestasi dari
perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman
barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan
pendapatan. Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.

8
4. Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan
bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan
didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih, jadi
aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh
perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan dengan pemilik
merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan
utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini
mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian.
Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukan kenaikan
ekuitas.

5. Produk Perusahaan
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk
perusahaan, Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter.
Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan
berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri; produk
fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian
semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (effort and
accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif
perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan
pengertian ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau
selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat
penyerahan produk kepada pelanggan.
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan
moneter.Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal
tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output)
perusahaan.Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah
pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam
merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa :

9
• Kejadian memproduksi dan menjual produk
• Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa :
• Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau
penjualan produk ke konsumer.
• Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau
dijual.

6. Pertukaran
Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan
moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling
objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau
pertukaran antara pihak independen.

7. Berbagai bentuk dan Nama


Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan
perdagangan misalnya disebut dengan penjualan.

FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya


karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama.
Karakteristik sumber dari untung itu sendiri adalah :
a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat
berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfer) dengan pihak lain :
misalnya hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti
rugi pemenangan tuntutan perkara hukum.

C. Pembentukan dan Realisasi Pendapatan


Pendapatan sebagai produk perusahaan tidak mengisyaratkan berapa
jumlahnya dan berapa harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan berapa
jumlahnya dan kapan harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan bahwa

10
pendapatan memang ada atau terwujud, definisi tersebut lebih difokuskan
pada eksistensi pendapatan.

Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual,


oleh karena itu secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau
memenuhi kualitas keterukuran (measurability), dan keterandalan
(realibility). Kualitas tersebut harus diopersionalkan dalam bentuk kriteria
pengakuan pendapatan. Sebagai produk perusahaan, kriteria keterukuran
berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut
dan kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut
objektif serta dapat diuji kebenarannya. Kedua kriteria harus dipenuhi untuk
pengakuan pendapatan. Pendapatan yang diukur dengan jumlah penghargaan
sepakatan produk yang terjual baru akan menjadi pendapatan yang
sepenuhnya setelah produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar.
Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan
pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan
pendapatan dan realisasi pendapatan.

a. Pembentukan Pendapatan (Earning Process)

Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan


masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul
dan menjadi ada. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk,
terhimpun bersamaan dan dengan melekat pada seluruh atau totalitas
proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil
transaksi tertentu. Konsep dasar ini sering disebut pendekatan
proses pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan.

Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil capaian serta
kontiuitas usaha. Biaya merepresentasikan upaya dan pendapatan
merepresentasikan capaian. Karena tujuan perusahaan adalah
menciptakan laba, manajemen atau pengusaha mengharapkan
pendapatan selalu lebih besar dari biaya.

11
b. Realisasi Pendapatan

Me n u r u t k o n s e p i n i , p e n d a p a t a n b a r u d i k a t a k a n t e r j a d i
atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak
dengan pihak independen untuk membayar produk baik   produk telah
selesai dan diserahkan atau belum dibuat sama sekali. Dengan kata
lain, pendapatan terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual
langsusng atau pada saat terjual atas dasar kontrak
penjualan (barang mungkin belum jadi atau
b e l u m diserahkan). Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya
terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau
kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi,
pendapatan belum terjadi atau terbentuk

Konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah pengukuran


pendapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada
bersifat makna pendapatan. Konsep r e a l i s a s i atau pendekatan
transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat
m e n a n d a i  pengakuan pendapatan yaitu :

1. Kejadian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui


proses penjualan yang sah atau semacamnya.
2. Penguatan atau validassi transaksi penjualana tersebut dengan
diperolehnya asset lancar.

Dari kedua kejadian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses


realisasi merupakan konfirmasi proses penghimpunan dana.

D. Pengakuan Pendapatan

Kriteria Pengakuan Pendapatan


Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan
penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang.
Dengan kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum

12
ada penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan
suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar
keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus pasti dan ditentukan secara
objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui
pendapatan sebelum barang atau jasa sudah selesai diproduksi walaupun
jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang
membentuk pendapatan. Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada
pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan belum dapat
diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan yang keduanya
harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a. Terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau
ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Dikatakan terealisasi bilamana
aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau
klaim atas kas yang pasti jumlahnya.
b. Terbentuk
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk apabila perusahaan telah melakukan
secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat mengklaim
manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya suatu kegiatan
dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu. Terbentuknya pendapatan tidak
selalu harus mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan
sebelum realisasi terbentuk. Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan
secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat
berikut :
1. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
3. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat
dikatakan terealisasi, pendapatan memang harus diukur secara objektif dan
hal tersebut pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan

13
atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset
harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah
ketertagihan (collectability) pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn yang
dicatat benar merefleksi jumlah rupiah yang akhirnya diterima. Syarat (3)
tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB. (Suwardjono, 2005 : 362-369).
1. Saat Pengakuan Pendapatan
Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat
(timing) pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai
hal ini:
a. Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan
dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan
belum mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum
terbentuk karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui
sebagai pendapatan. Sementara itu, pembayaran di muka harus diakui sebagai
kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya, perlakuan
semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi
dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek
(kurang dari satu tahun).
b. Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup
lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan. Biasanya produk
semacam itu diperlakukan sebagai proyek dan dilaksankan atas dasar kontrak
sehingga pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin
belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini,
pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode
akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat
projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase
penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai.
Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan
diakui dengan memakai metode kontrak selesai adalah kemungkinan terjadi

14
ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun.
Masalah juga timbul jika perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak
sebagai proyek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa
mengakumulasi biaya yang berkaitan dengan produk sehingga tidak tercapai
penandingan yang tepat.
Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan
proyek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan
pelaporan laba, bukan sebagai periode waktu. Sebagai alternatif lain,
perusahaan dapat mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap
menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba.
Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini
adalah:
1. Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses
alamiah lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena
aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat
ditentukan secara objektif. Tetapi yang terjadi adalah pendapatan sudah
terbentuk tetapi belum terealisasi. Untuk merealisasikan pertambahan tersebut
nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan
perubahan aset menjadi aset lancar baru. Oleh karena itu, tidak selayaknya
akresi dianggap sebagai pendapatan.
2. Apresiasi. Yaitu, selisih nilai pasar aset perusahaan dengan nilai buku
aset terdepresiasi. Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi
definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi
perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar.
3. Penghematan Biaya. Penghematan biaya sering dikenal dengan
potongan pembelian. Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian
dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa
biaya akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembelian biasa.
Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan
mempunnyai pengaruh terhadap laba yang akhirnya diperoleh, tetapi
diperolehnya laba tersebut masih menunggu realisasi penjualan.
c. Pada saat produk selesai

15
Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode
kontrak selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai
diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan)
termasuk pertanian. Bahan dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang
sudah pasti. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat
nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal
tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi.

d. Pada saat penjualan


Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat
penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria
terealisasi telah terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk
membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat
penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi
penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau
piutang) untuk menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan
kegiatan produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk serta
menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada
pemerintah, bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Meskipun saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan,
terdapat beberapa hal yang sering dipermasalahkan mengenai dasar tersebut.
Hal pertama yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat
biaya purna jual dan masalah kedua adalah adanya kemungkinan retur barang.
Akhirnya kemungkinan akan ada piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak
dapat dijadikan bukti terealisasinya pendapatan.
Masalah pengakuan saat penjualan diantaranya adalah kembalian dan
potongan tunai. Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan
pendapatan pada saat penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan
menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat
diakui pada saat penjualana kalau syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No.
48 prg.6):
1. Harga jual pasti

16
2. Pembeli sudah membayar kepada penjual
3. Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi
penculikan atau kerusakan fisik produk.
4. Pembeli benar-benar ada secara substantif
5. Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan
tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli
mampu menjual produk bersangkutan
6. Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada
saat penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan
pendapatan, tetapi jumlah pendapatan harus dicatat.
2. Biaya purna-jual
Masalah yang paling sulit adalah yang bersangkutan dengan
penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang
mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap
penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi
biaya semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu
akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
3. Kerugian piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan
bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi
pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat
digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai
pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan
perlakuan yang sama seperti biaya purna jual, yaitu dengan membentuk
cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam
statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi.
4. Transaksi penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil
produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas. Secara teknis, transaksi
penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi
kontrak itu sendiri. Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk

17
(dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai
penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas.
e. Pada saat kas terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan
pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Penerapan pengakuan
berdasarkan kas paling banyak dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan
yang melakukan penjualan secara angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan
untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah
diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala
dalam waktu yang cukup panjang. Alasan digunakannya dasar ini adalah
adanya ketidakpastian tentang ketertagihan piutang.
2. Saat Pengakuan Penjualan Jasa
Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti
pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang.
Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi
daripada pembentukan pendapatan. Yang sulit ditentukan adalah mengenali
kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi
dan selesai.
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa
sebagai berikut:
1. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau
tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah
dilakukan.
2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan
atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode
pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.
3. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian
pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat
seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:
i. Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu
kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum
tahap akhir dilaksanakan.

18
ii. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat
ditetukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang
cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
4. Terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan
ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui
setelah kas terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas
dasar kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah
lain merupakan pengecualian dari kaidah ini.

3. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan


FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai
berikut:
1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat
produk diserahkan kepada konsumen.
2. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi
atau pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat klaim dan
pengiriman.
3. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat
diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat
sudah terbentuk asalkan dapat diukur secara andal.
4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset
berlangsung secara terus-menerus selama suatu periode dengan kontrak harga
yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat
dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti,
pendapatan dan untung rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau
pada saat harga aset tersebut berubah.
6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non
moneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau
untung rugi dapat diakui pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai
asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak.

19
7. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset
lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.
Prosedur Pengakuan
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan
internal apa saja yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam
sistem akuntansi.

Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:


No Kaidah Kegiatan Internal Kegiatan Pemicu dan
Pengakuan yang Terlibat Bukti Pengakuan
1 Saat kontrak Penandatanganan Surat kontrak dan
penjualan kontrak, penerimaan penerimaan bukti setor
uang muka. bank sebagai dasar
Pendapatan belum pencatatan uang muka.
diakui.
2 Selama Penggunaan BBB, Penyesuaian akhir
proses produksi BTKL, dan BOP. tahun atas dasar catatan
secara bertahap Pembayaran biaya akumulasi biaya.
adm. penagihan.
Penyesuaian akhir
tahun.
Penyiapan dan
pengiriman surat
penagihan.
3 Saat proses Pemindahan barang Bila belum ada
produksi selesai jadi dari pabrik ke kontrak:
gudang. 1. Penyerahan barang
Penyesuaian akhir ke gudang disertai nota
tahun. penerimaan, atau
2. Penyesuaian akhir
tahun.

20
Bila sudah ada
kontrak :
Penyerahan barang
ke bagian gudang
disertai nota penerimaan
dan surat kontrak atau
order pembelian.
4 Saat Penerimaan order 1. Pengiriman barang
penjualan pembelian. disertai pengiriman
Penerimaan uang faktur sesuai syarat.
muka. 2. Penerimaan nota
Pengiriman barang. terima barang didukung
Pengiriman faktur faktur dan order
penjualan. pembelian/penjualan.
Penerimaan nota
terima barang dari
pembeli.
5 Saat kas Pengiriman surat Penyesuaian akhir
terkumpul tagihan angsuran. tahun atas dasar catatan
Penerimaan kas kas yang terkumpul
atau alat pembayaran sampai akhir periode.
lain.
Penyesuaian akhir
tahun.
Penerimaan kas
didukung nota
pembayaran atau bukti
transfer.

Penyajian
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah
memisahkan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat
untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam

21
statemen laba rugi. (Suwardjono, 2005:369-392). Pendapatan (revenue)
didefinisikan sebagi pendapatan yang timbul dari aktivitas normal suatu
entitas—baik perseorang atau badan usaha yang melakukan aktivitas usaha—
dalam berbagai varian, mungkin disebut:
1. Penjualan;
2. Fee;
3. Bunga;
4. Dividend;
5. Royalti, yaitu penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue)
maupun keuntungan (gain).
Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur atas dasar jumlah nilai wajar yang diterima atau
ditagihkan dengan memperhitungkan jumlah potongan perdagangan dan
volume potongan harga yang diperbolehkan suatu entitas. Pendapatan
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Pengidentifikasian transaksi
Dalam kondisi yang umum, kriteria standar pengakuan diterapkan
terhadap setiap transaksi. Akan tetapi, dalam transaksi yang lebih kompleks,
kriteria perlu diterapkan kepada kompomem suatu transaksi.Pendapatan
diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Pendapatan atas penjualan barang
Pendapatan (revenue) dari penjualan barang harus diakui hanya apabila
risiko dan imbalan yang signifikan dari kepemilikan atas barang tersebut yang
telah ditransfer oleh entitas kepada pembeli, entitas tidak memiliki kendali
yang efektif atas banrang sudah dijual atau tidak memiliki keterlibatan
menajerial yang berkelanjutan hingga suatu tingkatan yang biasanya
berhubungan denga kepemilikan, jumlah pendapatan dapat diukur dengan
andal, kemungkinan besar imbalan secara ekonomi yang terkait dengan
transaksi yang akan mengalir kepada entitas tersebut, dan biaya yang terjadi
atau akan terjadi dalam kaitan dengan transaksi dapat diukur dengan andal.
1. Pendapatan dari penyerahan jasa

22
Pendapatan (revenue) dari penyerahan jasa harus diakui melalui rujukan
kepada tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan
bilamana jumlah pendapatan (revenue) dapat diukur dengan andal,
kemungkinan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan trasaksi akan
mengalir ke dalam entitas, tahapan penyelesaian dari transaksi pada akhir
periode pelaporan dapat diukur dengan andal, biaya yang terjadi atas transaksi
dan biaya untuk menyelesaikan transakasi dapat diukur dengan andal.
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi
dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui
dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika jumlah pendapatan dapat
diukur dengan andal, kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas, tingkat penyelesaian dari
suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan biaya
yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal.
Bunga, royalti, dan dividen
Pendapatan (revenue) yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak
ketiga dan menghasilkan bunga, royalti dan deviden baru diakui bilamana
dimungkinkan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas serta jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan
arus kas masuk terhadap nilai tambah aset atau dari kewajiban yang telah gugur
yang berasal dari kegiatan atau operasional utama dari sebuah perusahaan.
Hal – hal yang membentuk pengertian pendapatan dan untung adalah :
1. Aliran masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang
menerus.
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan
masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul
dan menjadi ada. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk,
terhimpun bersamaan dan dengan melekat pada seluruh atau totalitas
proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil
transaksi tertentu. Sementara konsep realisasi lebih berkaitan dengan
masalah pengukuran pendapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria
pengakuan daripada bersifat makna pendapatan. Konsep r e a l i s a s i a t a u
pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat
m e n a n d a i  pengakuan pendapatan

24
B. Saran
1. Bagi Pembaca
Semoga karya penulis dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat
menambah wawasan pembaca. Pembaca disarankan untuk membaca
referensi lain untuk menyempurnakan materi terkait.
2. Bagi Penulis
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang karya
tulis ini dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Financial Accounting Standards Board. Statement of Financial Accounting


Concept No.6
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, edisi terbaru (SAK)
Schroeder, Clark, and Cathey. (2009). Financial Accounting Theories and
Analysis 9th Edition. Joh Wiley & Sons, Inc
Suwardjono, T. A. (2005). Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE

26

Anda mungkin juga menyukai