Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

Pengakuan Pendapatan atas Kontrak Kerjasama PT. Garuda Indonesia Tbk dengan
PT. Mahata Aero Teknologi Menurut PSAK 23

Disusun Oleh :
Decky Tantyo Dwi Atmoko (7)
Geza Arido Evalta Cahya (14)
Hanung Adittya Aristyatama (16)
Rizki Desima Renova Siahaan (24)
Syaiful Amri Prakoso (27)
Wahyu Hidayat Halimun Syah (30)

Politeknik Keuangan Negara STAN


April 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendapatan merupakan salah satu elemen penting dalam operasi perusahaan. Pendapatan,
sebagai salah factor yang berpengaruh terhadap laporan laba rugi dan neraca perusahaan,
memegang peranan penting dalam kalkulasi keuntungan perusahaan. Pendapatan tidak hanya
berhubungan dengan jumlah namun juga dengan waktu. Waktu erat kaitannya dengan kapan
seharusnya pendapatan tersebut diakui, sedangkan jumlah lebih menitikberatkan pada
keandalan nilai dari pendapatan tersebut. Pengakuan pendapatan baik dari segi nilai dan waktu
berpengaruh terhadap laporan keuangan.
Menurut PSAK 23, pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang
ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat
ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu,
hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Demikian juga dalam hubungan keagenan, arus
masuk bruto manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, yang tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih atas nama prinsipal bukan
merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan adalah komisi yang diterima.
Pengakuan pendapatan merupakan masalah yang sangat krusial dan sering dibahas dalam
dunia akuntansi. Hal ini karena pengakuan pendapatan erat kaitannya dengan bermacam hal
mulai dari keuntungan sampai kerugian yang dialami perusahaan. Banyaknya perusahaan baik
ditingkat nasional maupun tingkat internasional mengalami masalah yang berhubungan dengan
pengakuan pendapatan ini.
Salah satu peristiwa yang menjadi perdebatan akhir – akhir ini adalah peristiwa
pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh salah satu BUMN besar di Indonesia, yaitu PT.
Garuda Indonesia Tbk. Pada tahun 2018, PT. Garuda Indonesia Tbk, yang mana dalam tahun
– tahun sebelumnya selalu mengalami kerugian, secara mengejutkan menutup tahun 2018
dengan laba tahun berjalan senilai USD 5,01 juta atau setara Rp 70,76 miliar. Hal ini tidak
lepas dari pengakuan piutang sebagai pendapatan atas kontrak kerjasama PT. Garuda
Indonesia Tbk dengan PT. Mahata Aero Teknologi untuk pemasangan layanan konektivitas
dan jasa hiburan dengan nilai kontrak sebesar USD 239,94 juta. Namun atas pengakuan piutang
sebagai pendapatan ini ternyata menyimpan kejanggalan – kejanggalan.
PT. Garuda Indonesia Tbk telah menandatangai kontrak kerja sama selama 15 tahun
dengan PT. Mahata Aero Teknologi sebesar USD 239,94 juta. Namun, PT. Garuda Indonesia
Tbk langsung membukukan seluruh piutang tersebut sebagai pendapatan tahun 2018. Hal ini
berakibat pada meningkatnya laba perusahaan menjadi USD 5,01 juta. Padahal pada tahun
2017 perusahaan tersebut mencatat kerugian sebesar USD 213,38 juta. Sebuah lonjakan yang
sangat drastic terhadap kinerja laba – rugi perusahaan.
Peristiwa ini mencuat ketika dua komisaris PT. Garuda Indonesia Tbk, yaitu Chairal
Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk menandatangani Laporan Tahunan Garuda
Indonesia Tahun Buku 2018. Keduanya juga telah mengirimkan surat pernyataan penolakan
tersebut kepada Menteri BUMN Rini Soemarno. Isi dari surat tersebut adalah pendapat mereka
terhadap pengakuan pengakuan piutang sebagai pendapatan atas kontrak kerjasama PT.
Garuda Indonesia Tbk dengan PT. Mahata Aero Teknologi yang dirasa menyalahi PSAK 23.
Mereka berpendapat bahwa pendapatan tersebut tidak dapat diakui secara langsung
seluruhnya karena akan menyalahi PSAK 23 pasal 28 dan 29. Pada paragraf 28 PSAK 23
menjelaskan bahwa pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan di paragraf 29
jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas dan jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. Kemudian pada
paragraf 29 dijelaskan bahwa royalti diakui dengan dasar sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan. Masa kontrak 15 tahun lamanya tentu memunculkan pertanyaan yang sangat
besar atas potensi tidak tertagihnya piutang tersebut. Selain itu, pada kontrak ini, PT. Mahata
Aero Teknologi tidak meletakkan jaminan pembayaran yang tidak dapat ditarik kembali,
seperti bank garansi atau instrumen keuangan yang setara kepada PT. Garuda Indonesia Tbk.
Padahal, bank garansi atau instrumen keuangan yang setara merupakan instrumen yang
menunjukkan kapasitas PT. Mahata Aero Teknologi sebagai perusahaan yang bankable. Yang
lebih menyedihkan adalah PT. Mahata Aero Teknologi hanya menyerahkan surat pernyataan
komitmen pembayaran kompensasi yang mana dalam salah satu poinnya dijelaskan bahwa
perjanjian dapat berubah (rescheduling) dengan mengacu kepada kemampuan finansial PT.
Mahata Aero Teknologi.
Hal yang tidak kalah mengejutkannya adalah opini wajar yang diberikan oleh KAP atas
penyajian laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk. Selain itu, Menteri BUMN, Rini
Soemarno mendukung pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia Tbk.
Menteri BUMN Rini Soemarno menilai bahwa hal itu sah-sah saja dilakukan. Pendapatan ini
tidak dimasukkan pada pos pendapatan operasional, melainkan pada pos pendapatan lain – lain.
Beliau menambahkan bahwa untuk tahun 2019 ke atas nantinya PT. Garuda Indonesia Tbk.
tidak perlu melakukan pencatatan atas arus kas masuk pendapatan piutang tersebut.
Berdasarkan kejanggalan – kejanggalan yang terjadi dalam pengakuan piutang sebagai
pendapatan atas kontrak kerjasama PT. Garuda Indonesia Tbk dengan PT. Mahata Aero
Teknologi, menjadi landasan penulis untuk melakukan pembahasan terkait pengakuan
transaksi tersebut dengan mengacu kepada PSAK 23. Selain itu, pendapat dua komisaris utama
PT. Garuda Indonesia Tbk yang menolak menandatangai Laporan Tahunan Garuda Indonesia
Tahun Buku 2018 dapat penulis jadikan sumber untuk menambah informasi terkait peristiwa
pengakuan pendapatan ini.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini dapat diidentifikasi dalam
pertanyaan:
1. Bagaimana pengakuan pendapatan yang dilakukan PT. Garuda Indonesia Tbk. atas
kontrak kerjasama dengan PT. Mahata Aero Teknologi?
2. Apakah pengakuan pendapatan tersebut telah sesuai dengan yang diatur pada PSAK 23?
3. Bagaimana seharusnya PT. Garuda Indonesia Tbk. memperlakukan piutang yang muncul
akibat kontrak kerjasama dengan PT. Mahata Aero Teknologi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengakuan
pendapatan yang dilakukan PT. Garuda Indonesia Tbk. atas kontrak kerjasama dengan PT.
Mahata Aero Teknologi, Apakah pengakuan pendapatan tersebut telah sesuai dengan standar,
dan bagaimana seharusnya PT. Garuda Indonesia Tbk. memperlakukan piutang
memperlakukan piutang tersebut.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan berfokus pada pengakuan pendapatan atas transaksi kontrak
kerjasama PT. Garuda Indonesia Tbk dengan PT. Mahata Aero Teknologi untuk pemasangan
layanan konektivitas dan jasa hiburan dengan nilai kontrak sebesar USD 239,94 juta.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Poin – Poin Perjanjian Mahata dengan GIA & Sriwijaya


1. GIA
a) Pada tanggal 31 Oktober 2018, Grup dan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata)
mengadakan perjanjian kerja sama yang telah diamandemen, terakhir dengan
amandemen II tanggal 26 Desember 2018, mengenai penyediaan layanan
konektivitas dalam penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan manajemen
konten. Mahata akan melakukan dan menanggung seluruh biaya penyediaan,
pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian, perawatan dan pembongkaran dan
pemeliharaan termasuk dalam hal terdapat kerusakan, mengganti dan/atau
memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan
dalam pesawat dan manajemen konten.
b) Mahata menyetujui membayar biaya kompensasi atas hak pemasangan peralatan
layanan konektivitas dalam penerbangan untuk 50 pesawat A320, 20 pesawat
A330, 73 pesawat Boeing 737-800 NG dan 10 pesawat Boeing 777 sebesar USD
131.940.000 dan biaya kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam
pesawat dan manajemen konten untuk 18 pesawat A330, 70 pesawat Boeing 737-
800 NG, 1 pesawat Boeing 737-800 MAX dan 10 pesawat Boeing 777 sebesar
USD 80.000.000 kepada Grup setelah ditandatangani perjanjian kerja sama.
c) Grup akan mengevaluasi setiap 2 bulan pelaksanaan perjanjian kerja sama, dan jika
hasil evaluasi menunjukkan bahwa perjanjian kerja sama tidak menguntungkan
Grup, atau dalam hal Mahata tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawabnya, Grup berhak untuk mengakhiri perjanjian kerja sama dan semua hak dan
kewajiban yang belum diselesaikan dan/atau telah timbul sebagai akibat penerapan
perjanjian kerja sama dan harus diselesaikan selambat-lambatnya 14 hari setelah
perjanjian kerja sama berakhir.
d) Oleh karena, secara substansial imbalan yang diterima atas penyerahan hak
pemasangan dan hak pengelolaan tersebut di atas merupakan imbalan tetap atau
jaminan yang tidak dapat dikembalikan dalam suatu kontrak yang tidak dapat
dibatalkan yang mengizinkan pemegang hak untuk mengeksploitasi hak tersebut
secara bebas dan pemberi hak tidak memiliki sisa kewajiban untuk dilaksanakan,
pendapatan atas kompensasi hak pemasangan peralatan layanan konektivitas
kompensasi dan kompensasi hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan
manajemen konten sebesar USD 211.940.000 diakui pada saat penyerahan hak
kepada Mahata pada tahun 2018.
e) Selain itu, Mahata wajib membayar alokasi slot kepada Grup tahunan sejak
penerbangan perdana, atas pendapatan aktual yang diperoleh atas upaya Mahata
sebesar 5% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-1, 6% dari total pendapatan
aktual pada tahun ke-2, 7,5% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-3 sampai
dengan tahun ke-10 untuk setiap iklan yang didapatkan oleh Garuda.
f) Sedangkan untuk iklan yang didapatkan oleh Mahata, Mahata wajib membayar
alokasi slot kepada Grup tahunan sejak penerbangan perdana, atas pendapatan
aktual yang diperoleh atas upaya Grup sebesar 95% dari total pendapatan aktual
pada tahun ke-1, 94% dari total pendapatan aktual pada tahun ke-2, 92,5% dari
total pendapatan aktual pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10.
g) Perjanjian kerja sama ini berlaku selama 15 tahun. Saat ini, pola alokasi slot untuk
tahun ke-11 sampai dengan tahun ke-15 belum ditentukan.
h) Perusahaan akan segera mengumumkan keterbukaan informasi kepada pemegang
saham setelah tanggal penerbitan laporan keuangan konsilidasian terkait transaksi
material yang tidak memerlukan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham
Perusahaan atas penyerahan hak pemasangan dan hak pengelolaan peralatan
layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan dalam pesawat dan
manajemen konten sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-614/BL/2011 tentang Transaksi Material
dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor: 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Atas Informasi Atau Fakta
Material Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.
2. Sriwijaya
a) PT Sriwijaya Air (Sriwijaya) setuju untuk turut serta dalam perjanjian layanan
konektivitas dalam penerbangan yang diadakan oleh Grup dengan Mahata dengan
kompensasi sebesar USD 30 juta. Kemudian, Perusahaan dan Sriwijaya
mengadakan perjanjian pemasangan dan pengelolaan wifi on board pada 47
pesawat B737-series yang dioperasikan Sriwijaya dan 3 pesawat B737-series yang
akan dikirimkan ke Sriwijaya di tahun 2019 dan 2020. Perjanjian berlaku sejak 14
Desember 2018 untuk jangka waktu selama 10 tahun.
b) Sriwijaya setuju hanya menerima kompensasi sebesar USD 2 juta dan memberikan
insentif kepada Perusahaan sebesar USD 28 juta sebagai kompensasi atas
keikutsertaan Sriwijaya pada perjanjian layanan konektivitas dalam penerbangan
antara Grup dan Mahata. Imbalan bersifat tidak dapat dikembalikan meski
perjanjian berakhir atau diakhiri oleh sebab apapun.
c) Oleh karena, secara substansial imbalan tersebut merupakan imbalan tetap atau
jaminan yang tidak dapat dikembalikan dalam suatu kontrak yang tidak dapat
dibatalkan, sebesar USD 28 juta diakui pada saat penyerahan hak kepada Sriwijaya
pada tahun 2018

B. Analisa Perjanjian Mahata dengan Garuda dan Sriwijaya


1. Perjanjian ditandatangani sejak tanggak 31 Oktober 2018 namun sampai dengan
tahun buku 2018 berakhir belum dilakukan pembayaran apapun.
2. Tidak ada jaminan pembayaran (bank garansi / instrument keuangan yang setara)
yang tidak dapat ditarik kembali dari pihak Mahata kepada Grup. Hal ini
menjadikan Bank Mahata diragukan kredibilitasnya sebagai perusahaan yang
‘’bankable’’.
3. Tidak dicantumkannya term pembayaran yang jelas karena sebagian pembayaran
lainnya masih dalam tahap negosiasi.
4. Surat Pernyataan Komitmen Pembayaran Biaya Kompensasi yang disampaikan
oleh Mahat dalam paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata
No.A.031/Dir/MAT/III/2019 tanggal 20 Maret 2019 sebagai berikut :
“Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk pada ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Perjanjian. Ketentuan dan skema pembayaran sebagaimana
disampaikan dalam surat ini dan Perjanjian dapat berubah (rescheduling) dengan
mengacu kepada kemampuan finansial Mahata. Dalam hal ini akan dilakukan
perubahan (rescheduling), Mahata akan memberikan pemberitahuan tertulis
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tanggal efektif berlakunya skema dan
ketentuan pembayaran yang baru”
5. Dalam Perjanjian terdapat pasal pengakhiran yang menyatakan Perusahaan dapat
mengakhir pernjanjian sewaktu-waktu (evaluasi berkala tiap 2 bulan)
6. Pengakuan pendapatan dari Perjanjian Mahata oleh Perseroan adalah sebesar US$
239.940.000 merupakan jumlah yang material yang apabila tanpa pengakuan
pendapatan ini Perseroan akan mengalami kerugian sebesar US$ 244.958.308.
Adapun dengan mengakui pendapatan dari Perjanjian Mahata maka Perseroan
membukukan laba sebesar US$ 5.018.308
7. Perseroan mengakui pendapatan dan piutang terhadap PT. Sriwijaya Air sebesar
US$ 28.000.000 ditambah PPN sebesar US$ 2.800.000 yang merupakan bagian
bagi hasil Perseroan dimana PT. Sriwijaya Air belum menerima pembayaran dari
pihak Mahata.

C. Analisa Perlakuan Akuntansi Berdasarkan PSAK 23


1. Pendapatan diragukan untuk dapat secara keseluruhan diakui karena pendapatan
perusahaan tsb dinilai belum memiliki kemungkinan besar aliran manfaat ekonomi
di masa yang akan datang serta belum bisa mengukur pendapatan secara andal
sehingga kurang sesuai dengan standar akuntansi yang berkaitan dengan royalty
pada Paragraf 28 dan 29 sbb :
Paragraf 28 :
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam
paragraf 30, jika:
a) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh entitas; dan
b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Paragraf 29 :
Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan
2. Pendapatan yang diterima oleh perusahaan diakui seluruhnya pada periode pertama
kontrak dibuat, hal ini tidak selaras dengan Lampiran PSAK 23 Paragraf 20 sbb :
Imbalan dan royalty yang dibayarkan untuk penggunaan entitas lainnya normalnya
diakui sesuai dengan substansi perjanjian yang pada prakteknya dapat digunakan
dasar garis lurus selama masa perjanjian dalam jangka waktu yang telah
dietentukan.

D. Dampak Terhadap Pendapatan GIA


1. Overstated pada pendapatan lain-lain perusahaan atas pengakuan pendapatan atas
kontrak dengan Mahata yang seluruhnya diakui pada tahun 2018 yang
mengakibatkan laporan keuangan Perseroan Tahun Buku 2018 menjadi
menyesatkan dampaknya secara material dapat mengubah kerugian yang signifikan
menjadi laba.
2. Terdapat potensi untuk penyajian kembali laporan keuangan Perseroan untuk
Tahun Buku 2018 yang dapat menganggu kredibilitas Perseroan sebagai
Perusahaan Terbuka.
3. Pengakuan pendapatan ini menimbulkan peningkatan beban kewajiban perpajakan
Perseroan baik PPh maupun PPN yang terakumulasi hanya pada satu tahun
sehingga dapat menimbulkan beban cashflow bagi Perseroan.
BAB IV
KESIMPULAN

PT. Garuda Indonesia Tbk mengakui piutang yang timbul atas kontrak kerja sama selama
15 tahun dengan PT. Mahata Aero Teknologi untuk untuk pemasangan layanan konektivitas
dan jasa hiburan sebesar USD 239,94 juta sebagai pendapatan. PT. Garuda Indonesia Tbk telah
membukukan seluruh piutang tersebut sebagai pendapatan tahun 2018. Hal ini berakibat pada
meningkatnya laba perusahaan menjadi USD 5,01 juta. Namun, perjanjian yang ditandatangani
sejak tanggak 31 Oktober 2018 sampai dengan tahun buku 2018 berakhir belum dilakukan
pembayaran apapun.
Selain itu, tidak ada jaminan pembayaran (bank garansi / instrument keuangan yang
setara) yang tidak dapat ditarik kembali dari pihak Mahata kepada Grup. Hal ini menjadikan
Bank Mahata diragukan kredibilitasnya sebagai perusahaan yang ‘’bankable’’.
Menurut PSAK 23, pendapatan diragukan untuk dapat secara keseluruhan diakui karena
pendapatan perusahaan tersebut dinilai belum memiliki kemungkinan besar aliran manfaat
ekonomi di masa yang akan datang serta belum bisa mengukur pendapatan secara andal
sehingga kurang sesuai dengan standar akuntansi yang berkaitan dengan royalty pada Paragraf
28 dan 29.
Lebih lanjut dijelaskan pada paragraf 28 bahwa pendapatan yang timbul dari penggunaan
aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar
yang dijelaskan di paragraf 29 jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan mengalir ke entitas dan jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Oleh karena tidak dapat dijaminnya pada masa akan dating terdapat aliran kas masuk
atau manfaat ekonomi yang mengalir kepada entitas, tim penulis berpendapat bahwa
pengakuan piutang tersebut tidak dapat diakui sebagai pendapatan secara sekaligus pada tahun
2018. Terhadap hal tersebut, tim penulis menyarankan agar perlu dilakukan penyajian ulang
atas laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk. untuk tahun 2018.
SUMBER REFERENSI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Tentang Pendapatan.


Nilai Piutang yang Dongkrak Laba Garuda Susut Nyaris Rp 1 T.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4525130/nilai-piutang-yang-
dongkrak-laba-garuda-susut-nyaris-rp-1-t?tag_from=wpm_nhl_4 (diakses tanggal 28
April 2019)
Siasat Garuda Indonesia Sulap Piutang Bisa Jadi Bumerang. https://finance.detik.com/bursa-
dan-valas/d-4524453/siasat-garuda-indonesia-sulap-piutang-bisa-jadi-
bumerang?_ga=2.263602058.767623873.1556160754-147328659.1552909544
(diakses tanggal 28 April 2019)
Laporan Keuangan Garuda Indonesia: Tak Wajar dan Memicu Kontroversi.
https://tirto.id/laporan-keuangan-garuda-indonesia-tak-wajar-dan-memicu-kontroversi-
dnan (diakses tanggal 28 April 2019)
Laporan Keuangan Garuda Dipermasalahkan, Rini: Sudah Disetujui OJK.
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4526284/laporan-keuangan-garuda-
dipermasalahkan-rini-sudah-disetujui-
ojk?tag_from=wp_nhl_judul_17&_ga=2.7159026.1912884161.1555893466-
682728205.1531797230 (diakses tanggal 28 April 2019)
Rini Jelaskan Soal Laporan Keuangan Garuda yang Jadi Polemik.
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4526303/rini-jelaskan-soal-laporan-
keuangan-garuda-yang-jadi-polemik (diakses tanggal 28 April 2019)
Poin Keberatan Dua Komisaris Teken Laporan Keuangan Garuda.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190425082143-92-389455/poin-keberatan-
dua-komisaris-teken-laporan-keuangan-garuda (diakses tanggal 28 April 2019)
Membedah Keanehan Laporan Keuangan Garuda Indonesia 2018.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190424204726-92-389396/membedah-
keanehan-laporan-keuangan-garuda-indonesia-2018 (diakses tanggal 28 April 2019)
Ini Isi Surat Penolakan Dua Komisaris Garuda.
http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/8327/ekonomi/read/8435/%22 (diakses
tanggal 28 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai