Pengakuan Pendapatan atas Kontrak Kerjasama PT. Garuda Indonesia Tbk dengan
PT. Mahata Aero Teknologi Menurut PSAK 23
Disusun Oleh :
Decky Tantyo Dwi Atmoko (7)
Geza Arido Evalta Cahya (14)
Hanung Adittya Aristyatama (16)
Rizki Desima Renova Siahaan (24)
Syaiful Amri Prakoso (27)
Wahyu Hidayat Halimun Syah (30)
PT. Garuda Indonesia Tbk mengakui piutang yang timbul atas kontrak kerja sama selama
15 tahun dengan PT. Mahata Aero Teknologi untuk untuk pemasangan layanan konektivitas
dan jasa hiburan sebesar USD 239,94 juta sebagai pendapatan. PT. Garuda Indonesia Tbk telah
membukukan seluruh piutang tersebut sebagai pendapatan tahun 2018. Hal ini berakibat pada
meningkatnya laba perusahaan menjadi USD 5,01 juta. Namun, perjanjian yang ditandatangani
sejak tanggak 31 Oktober 2018 sampai dengan tahun buku 2018 berakhir belum dilakukan
pembayaran apapun.
Selain itu, tidak ada jaminan pembayaran (bank garansi / instrument keuangan yang
setara) yang tidak dapat ditarik kembali dari pihak Mahata kepada Grup. Hal ini menjadikan
Bank Mahata diragukan kredibilitasnya sebagai perusahaan yang ‘’bankable’’.
Menurut PSAK 23, pendapatan diragukan untuk dapat secara keseluruhan diakui karena
pendapatan perusahaan tersebut dinilai belum memiliki kemungkinan besar aliran manfaat
ekonomi di masa yang akan datang serta belum bisa mengukur pendapatan secara andal
sehingga kurang sesuai dengan standar akuntansi yang berkaitan dengan royalty pada Paragraf
28 dan 29.
Lebih lanjut dijelaskan pada paragraf 28 bahwa pendapatan yang timbul dari penggunaan
aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar
yang dijelaskan di paragraf 29 jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan mengalir ke entitas dan jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Oleh karena tidak dapat dijaminnya pada masa akan dating terdapat aliran kas masuk
atau manfaat ekonomi yang mengalir kepada entitas, tim penulis berpendapat bahwa
pengakuan piutang tersebut tidak dapat diakui sebagai pendapatan secara sekaligus pada tahun
2018. Terhadap hal tersebut, tim penulis menyarankan agar perlu dilakukan penyajian ulang
atas laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk. untuk tahun 2018.
SUMBER REFERENSI