Disusun oleh:
Kelompok 2
Anggota:
1. Gita Suryandari (023002004506)
2. Adetya Maharani (023002004507)
3. Fyfhy (023002004509)
4. Kurnia Zailastri (023002004531)
Auditor harus mengenali pola fraud yang dilakukan oleh pelaku, yaitu si auditor harus
mempertimbangkan apakah kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.
Pendeteksian dan pengumpulan bukti terhadap fraud yang dilakukan dalam pembukuan, seperti
pencatatan ganda atas pembayaran kepada pemasok, akan memerlukan tehnik dan prosedur audit
yang berbeda dengan pola fraud yang ada di luar pembukuan seperti kickback, penagihan
piutang yang sudah dihapus dan penjualan barang yang sudah dubesituakan. Untuk
membuktikan fraud yang dilakukan dengan pembayaran ganda misalnya, auditor forensik akan
lebih efektif dan efisien jika menggunakan prosedur vouching, yaitu menelusuri dari transaksi
ke bukti pendukung. Jika auditor forensik melakukan sebaliknya, yaitu dengan menggunakan
trashing (menelusuri dari bukti pendukung ke transaksi), maka pencatatan ganda atas
pembayaran tersebut tidak akan terdeteksi.
Art Buckwalter mengatakan, “The secret is for each private investigator to be the kind of person
others will want to deal with.” (“Rahasia seorang private investigator adalah menjadi sosok yang
disukai orang lain.”). Pemeriksa yang menyesatkan orang lain, sering kali tersesat sendiri.
Pemeriksa memang berurusan dengan orang yang bersalah, tetapi ia juga kan bertemu dengan
para saksi yang tidak bersalah. Para saksi ini dan kesaksian mereka merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan dalam metodologi pemeriksaan fraud. Oleh karena pemeriksa berurusan
dengan segala macam jenis manusia dari berbagai latar belakang, kemampuannya untuk
menumbuhkan kepercayaan pada diri orang lain itu, sangat menentukan.
Oleh karena setiap orang itu unik (tidak ada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu
berkomunikasi dalam “bahasa” mereka. Seorang sarjana tidak dapat ditanya dengan bahasa yang
sama seperti seorang yang tidak menyelesaikan pendidikan SMAnya. Seseorang dengan latar
belakang perbendaharaan kata teknis (seperti akuntansi, hukum, dan lain-lain) tidak akan
memberikan tanggapan yang sama dengan orang berlatar belakang seni. Oleh karena setiap kasus
berbeda, pemeriksa juga akan berbeda dalam pendekatannya.
Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsepkonsep keuangan,
dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Ciri yang unik dari kasus-kasus fraud,
yakni berbeda dengan kejahatan tradisional atas harta benda, adalah identitas pelakunya biasanya
diketahui. Dalam perampokan bank misalnya, issuenya bukanlah kejahatan terjadi, melainkan
siapa pelakunya? Dalam kasus-kasus fraud, issue-nya bukanlah penentuan identitas pelakunya,
namun apakah perbuatannya dapat dianggap meruapakan fraud.
Sangat penting bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga para
saksi dapat memahami apa yang dimaksudkannya. Dalam kenyataannya kebanyakan kasus fraud
sangat sederhana, namun metode-metode penyembunyiannya atau penyamarannya yang
membuatnya terlihat rumit.
7. Standar 7
Liput seluruh tahapan kunci dalan proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan
bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai
hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan
penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai
pelaporan.
Selain standar yang telah diuraikan di atas, dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, juga diatur mengenai standar audit
kecurangan yaitu dalam bagian standar pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Adapun standar
pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu berisikan :
1. Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI)
2. Komunikasi auditor
3. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
4. Pengendalian intern
5. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
Peraturan Perundangundangan; Kecurangan (Fraud), serta Ketidakpatuhan (Abuse)
6. Dokumentasi pemeriksaan
7. Pemberlakuan standar pemeriksaan
F. Kode Etik
Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan pemakai
jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik adalah sistem norma,
nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Di Amerika Serikat, (ACFE) telah menetapkan kode etik bagi para fraud auditor yang
bersertifikat, yang terdiri atas delapan butir yaitu :
1. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam segala keadaan, harus menunjukkan
komitmen terhadap profesionalisme dan ketekunan dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan
yang bersifat ilegal atau melanggar etika, atau segenap tindakan yang dapat menimbulkan
adanya konflik kepentingan.
3. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam semua keadaan, harus menunjukkan
integritas setinggitingginya dalam semua penugasan profesionalnya, dan hanya akan
menerima penugasan yang memiliki kepastian yang rasional bahwa penugasan tersebut
akan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
4. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mematuhi peraturan/perintah dari
pengadilan, dan akan bersumpah/bersaksi terhadap suatu perkara secara benar dan tanpa
praduga.
5. Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, harus
memperoleh bukti atau dokumentasi lain yang dapat mendukung pendapat yang diberikan.
Tidak boleh menyatakan pendapat bahwa seseorang atau pihak-pihak tertentu “bersalah”
atau “tidak bersalah”.
6. Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak boleh mengungkapkan informasi yang
bersifat rahasia yang diperoleh dari hasil audit tanpa melalui otorisasi dari pihak-pihak
yang berwenang.
7. Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mengungkapkan seluruh hal yang material
yang diperoleh dari hasil audit yakni, apabila informasi tersebut tidak diungkapkan akan
menimbulkan distorsi terhadap fakta yang ada.
8. Seorang fraud auditor yang bersertifikat secara sungguh-sungguh harus senantiasa
meningkatkan kompetensi dan efektivitas hasil kerjanya yang dilakukan secara profesional.