Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 3

Ignasius Gunthorus Durman (024031701057)


Nasha Yasfika D.S (024031701059)
Chintya Gayatri (024031701060)
Veronica Lilyana Bunga W (024031701062)
Adetya Maharani (024031701063)
Alji Bukhori (024031701067)

Tugas Pemeriksaan Pajak


LANGKAH DALAM MELAKUKAN PERSIAPAN DAN PROSEDUR
PEMERIKSAAN PAJAK SERTA JANGKA WAKTU
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Pengertian

Persiapan pemeriksaan adalah kegiatan yang termasuk dalam Standar


Pelaksanaan Pemeriksaan seperti yang di jelaskan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor PMK-17 / PMK.o3 / 2013 pasal 8 sebagaimana telah diubah
dengan PMK No.184 /PMK.o3/2015:
"Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan, yaitu
pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai
dengan tujuan pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi mengumpulkan dan
mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana pemeriksaan (audit plan), dan
menyusun program pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan
yang seksama "
Yang Harus Dipersiapkan dalam
Pemeriksaan
Kegiatan persiapan pemeriksaan dimulai sejak Supervisor menerima nota dinas pembuatan Rencana
Pemeriksaan (audit plan) dari kepala UP2 melalui Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan internal. Sejak saat
itu Supervisor mulai melakukan kegiatan-kegiatan dalam tahp persiapan pemeriksaan. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam persiapan pemeriksaan dijelaskan dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-
23/PJ/2013 pasal 4 yaitu:
1.Kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data wajib pajak, meliputi:
a.Mempelajari profil wajib pajak
b.Menganalisis data keuangan wajib pajak
c.Mempelajari data lain yang relevan, baik dari Direktorat Jenderal Pajak maupun dari pihak lain,
2.Penyusunan Rencana Pemeriksaan (audit plan)
a. Rencana Pemeriksaan disusun oleh Supervisor
b. Rencana Pemeriksaan disusun berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan Supervisor atas data
wajib pajak yang telah dikumpulkan dan dipelajari
c. Rencana Pemeriksaan harus ditelaah dan mendapat persetujuan dari kepala UP2 sebelum SP2
diterbitkan
d. Rencana Pemeriksaan dapat dilakukan perubahan jika pemeriksa pajak menemukan kondisi yang
berbeda saat melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak dengan kondisi awal yang dijadikan
pertimbangan saat membuat Rencana Pemeriksaan
e. Perubahan rencana pemeriksaan dapat disetujuiatau ditolak berdasarkan pertimbangan kepala up2
f. Perubahan Rencana Pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu pemeriksaan
Yang Harus Dipersiapkan dalam
Pemeriksaan
3. Penyusunan Program Pemeriksaan (audit program)
a. Program pemeriksaan disusun oleh Supervisor dan dibantu oleh Ketua Tim berdasarkan Rencana
Pemeriksaan
b. Program pemeriksaan sekurang-kurangnya menyatakannn Metode Pemeriksaan, Teknik
Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dan buku,
catatan, dan dokumen yang diperlukan
c. Dalam hal terdapat perubahab Rencana Pemeriksaan berupa penambahan pos-pos yang akan
diperiksa maka harus dibuat Perubahan Program Pemeriksaan
d. Kepala UP2 (Unitu Pelaksana Pemeriksaan) menandatangani Program Pemeriksaan untuk
mengetahui apakah program pemeriksaan yang dibuat sesuai dengan pos-pos yang akan
diperiksa sebagaimana tercantum dalam Rencana Pemeriksaan dan perbuatannya
e. Program Pemeriksaan harus membuat Rencana Program Pemeriksaan dan Realisasi Program
Pemeriksaan
4. Menyiapkan sarana pemeriksaan
Untuk kelancaran dan kelengkapan dalam menjalankan Pemeriksaan, tim Pemeriksa Pajak harus
menyiapkan sarana yang diperlukan
Prosedur Pemeriksaan

1. Lakukan pengumpulan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan


2. Pengolahan data, informasi, dokumen
3. Buat daftar pertanyaan untuk wawancara
4. Tentukan tempat dimana data dan /atau informasi tersebut berada
5. Tentukan pihak-pihak yang dapat menyediakan informasi untuk diwawancara
6. Persiapkan pelaksanaan inspeksi dan wawancara
7. Lakukan inspeksi dan wawancara
8. Dokumentasikan hasil wawancara dalam bentuk berita acara apabila dipandang
perlu
Tahun Pajak yang Diperiksa
Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan nomor 17/PMK.03/2013
“Terhadap Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran tersebut
diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan:
a. laporan keuangan Wajib Pajak untuk Tahun Pajak yang diperiksa diaudit oleh akuntan
publik atau laporan keuangan salah satu Tahun Pajak dari 2 (dua) Tahun Pajak
sebelum Tahun Pajak yang diperiksa telah diaudit oleh akuntan publik, dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian; dan
b. Wajib Pajak tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, penyidikan, atau
penuntutan tindak pidana perpajakan, dan/atau Wajib Pajak dalam 5 (lima) tahun
terakhir tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.”
Perbedaan Dan Jangka Waktu Pemeriksan Kantor
dengan Pemeriksa Lapangan
A. Pemeriksaan kantor
Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak. Pemeriksaan Kantor terkait dengan pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama paling lama 4 (empat) bulan, yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan
tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib
Pajak. dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan, kecuali
untuk Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor tidak dapat diperpanjang.

Perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam hal :


• Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya
• Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga
• Ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
• Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
Perbedaan Dan Jangka Waktu Pemeriksan Kantor
dengan Pemeriksa Lapangan
B.Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan,
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau
tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan Lapangan terkait dengan pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan, yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak sampai dengan tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib Pajak.
Selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
dilakukan dalam hal:
• Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak lainnya
• Terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga
• Ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak dan/atau
• Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
ADD YOUR TITLE HERE
Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang didasarkan pada Pasal 15 Undang-Undang KUP. Fungsi pemeriksaan ulang
untuk melakukan koreksi atas surat ketetapan pajak lebih rendah dari yang seharusnya. Koreksi
atas surat ketetapan pajak sebenarnya bisa lewat keberatan, atau pembetulan Pasal 16 UU KUP,
atau pembatalan Pasal 36 UU KUP. Masing-masing memiliki "jalur" atau alasan. Misalnya,
keberatan terkait dengan beda pendapat antara Wajib Pajak dengan fiskus, pembetulan karena
ada salah tulis dan salah hitung, sedangkan pembatalan karena surat ketetapan tidak benar.
Sedangkan pemeriksaan ulang disebabkan karena ditemukan data baru.

Pasal 15 UU KUP:
“Yang dimaksud dengan “data baru” adalah data atau keterangan mengenai segala
sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang
oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang
diserahkan pada waktu pemeriksaan.
Pemeriksaan Ulang
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum terungkap, yaitu data
yang:
a. Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta lampirannya
(termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan data
dan/atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak
memungkinkan fiskus dapat menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.
Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya atau
mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang
terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal tersebut termasuk dalam pengertian data
yang semula belum terungkap.
Perluasan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan diperluas ke Tahun-Tahun Pajak atau Masa-Masa Pajak yang belum dilakukan
pemeriksaan, dalam hal:
a. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) untuk Tahun-Tahun Pajak
sebelumnya yang menyatakan rugi; atau
b. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) untuk Masa-Masa Pajak
sebelumnya menyatakan lebih bayar yang dikompensasikan (SPT Masa PPN Lebih Bayar
Kompensasi).
2. Perluasan Pemeriksaan yang disebabkan karena alasan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
huruf a) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal Kepala UP2 akan mengusulkan Pemeriksaan Rutin untuk satu atau seluruh jenis pajak
atas suatu Tahun Pajak maka:
i. Sebelum usulan tersebut dilakukan, Kepala Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal harus
melakukan penelitian terhadap SPT Tahunan PPh Tahun-Tahun Pajak sebelumnya;
ii. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian terdapat SPT yang menyatakan rugi untuk Tahun-
Tahun Pajak sebelumnya, terhadap SPT yang menyatakan rugi tersebut harus diusulkan untuk
dilakukan pemeriksaan sepanjang mempunyai pengaruh kompensasi; dan
iii. Pengusulan harus dilakukan bersamaan dengan pengusulan Pemeriksaan Rutin untuk satu
atau seluruh jenis pajak dimaksud;
Perluasan Pemeriksaan
b. Dalam hal Kepala UP2 menerima persetujuan/instruksi Pemeriksaan Khusus dari Kepala Kanwil DJP atau
instruksi Pemeriksaan Khusus dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan maka:
i. Segera setelah menerima persetujuan atau instruksi tersebut, Kepala Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan
Internal harus melakukan penelitian terhadap SPT Tahunan PPh Tahun-Tahun Pajak sebelumnya;
ii. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian terdapat SPT yang menyatakan rugi untuk Tahun-Tahun Pajak
sebelumnya, terhadap SPT yang menyatakan rugi tersebut harus diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan
sepanjang mempunyai pengaruh kompensasi; dan
iii. Pengusulan dilakukan melalui pengusulan Pemeriksaan Rutin untuk satu atau seluruh jenis pajak;
c. Pengusulan pemeriksaan terhadap SPT yang menyatakan Rugi dilakukan dengan prosedur Pemeriksaan Rutin
dengan kode pemeriksaan SPT yang menyatakan rugi.

3. Perluasan pemeriksaan karena alasan sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf b) dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Dalam hal Kepala UP2 akan mengusulkan Pemeriksaan Rutin atas suatu SPT Masa PPN maka:
i. Sebelum usulan tersebut dilakukan, Kepala Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal harus melakukan
penelitian terhadap SPT Masa PPN Masa-Masa Pajak sebelumnya;
ii. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian terdapat SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi untuk Masa-Masa
Pajak sebelumnya, terhadap SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi tersebut harus diusulkan untuk
dilakukan pemeriksaan; dan
iii. Pengusulan harus dilakukan bersamaan dengan pengusulan Pemeriksaan Rutin;
Perluasan Pemeriksaan
b. Dalam hal Kepala UP2 menerima persetujuan/instruksi Pemeriksaan Khusus dari Kepala
Kanwil DJP atau instruksi Pemeriksaan Khusus dari Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
maka:
i. segera setelah menerima persetujuan atau instruksi tersebut, Kepala Seksi Pemeriksaan
dan Kepatuhan Internal harus melakukan penelitian terhadap SPT Masa PPN Masa-Masa
Pajak sebelumnya;
ii. Dalam hal berdasarkan penelitian terdapat SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi
untuk Masa-Masa Pajak sebelumnya, terhadap SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi
tersebut harus diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan sepanjang mempunyai pengaruh
kompensasi; dan
iii. Pengusulan dilakukan melalui pengusulan Pemeriksaan Rutin untuk satu jenis pajak.

c. Pengusulan pemeriksaan terhadap SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi dilakukan
dengan prosedur Pemeriksaan Rutin dengan kode pemeriksaan SPT Masa PPN Lebih Bayar.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai