Anda di halaman 1dari 10

Prosedur Pemeriksaan

Untuk memenuhi tugas RMK


Mata Kuliah: Pemeriksaan & Penagihan Pajak
Dosen Pengampu: Agus Ardika I KD, SE. AK. M.Si.

Disusun Oleh:
1. Ni Kadek Cenik Ary Widnyani 202134121005
2. Nur Afnida 202134121006
3. Elystafia 202134121007

Program Studi Akuntansi Perpajakan


Fakultas Sekolah Vokasi
Universitas Warmadewa
Tahun 2023

1
A. Surat Perintah Pemeriksaan

Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) adalah surat perintah untuk melakukan


pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Surat tersebut wajib ditunjukan oleh pemeriksa pajak kepada Wajib Pajak pada
saat pemeriksaan. SP2 memuat identitas pemeriksa pajak, identitas Wajib Pajak yang
diperiksa, periode pemeriksaan, kode dan kriteria pemeriksaan, dan tujuan pemeriksaan.
Identitas pemeriksa pajak di antaranya berisi nama, nomor identitas pegawai (NIP),
pangkat dan golongan pemeriksa pajak, serta jabatan dalam tim pemeriksa pajak. Adapun
jabatan dalam tim pemeriksa pajak antara lain supervisor, ketua tim, atau anggota tim.
Kode dan kriteria pemeriksaan diisi sesuai dengan ketentuan.

B. Pemberitahuan dan Panggilan Pemeriksaan serta Pertemuan dengan


Wajib Pajak

Pemberitahuan sebelum dilakukan pertemuan proses pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sangat penting. Pemberitahuan tersebut
disampaikan melalui Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan
Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor tergantung dari jenis pemeriksaan yang
dilakukan. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dapat disampaikan secara
langsung kepada Wajib Pajak pada saat dimulainya pemeriksaan lapangan atau
disampaikan melalui faksimile, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman
lainnya dengan bukti pengiriman. Dalam hal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
disampaikan secara langsung dan jika Wajib Pajak tidak berada di tempat, surat tersebut
dapat disampaikan kepada wakil atau kuasa dari Wajib Pajak atau pihak yang dapat
mewakili Wajib Pajak. Pertemuan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa dilakukan setelah
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan.

Prosedur pemberitahuan, panggilan pemeriksaan, dan pertemuan dengan Wajib


Pajak adalah bagian dari proses perpajakan yang dilakukan oleh otoritas pajak untuk

2
memeriksa dan mengumpulkan informasi mengenai pajak yang harus dibayar oleh individu
atau entitas. Berikut adalah prosedur umumnya:

1. Pemberitahuan Awal
Pihak otoritas pajak akan mengirimkan pemberitahuan awal kepada Wajib Pajak
yang akan diperiksa. Pemberitahuan ini biasanya berisi informasi tentang tujuan
pemeriksaan, periode pajak yang akan diperiksa, dan jenis dokumen atau informasi
yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak.
2. Panggilan Pemeriksaan
Setelah menerima pemberitahuan awal, Wajib Pajak dapat menerima panggilan
pemeriksaan yang secara resmi menentukan waktu dan tempat pertemuan antara
Wajib Pajak dan petugas pajak yang akan melakukan pemeriksaan. Wajib Pajak
diharapkan hadir pada tanggal yang telah ditentukan.
3. Pertemuan Pemeriksaan
Selama pertemuan pemeriksaan, petugas pajak akan memeriksa dokumen-dokumen
yang telah disiapkan oleh Wajib Pajak, seperti laporan pajak, bukti transaksi, dan
catatan keuangan. Petugas pajak juga akan mengajukan pertanyaan dan meminta
penjelasan terkait dengan pelaporan pajak.
4. Penilaian Pajak
Setelah pemeriksaan selesai, petugas pajak akan menilai jumlah pajak yang
seharusnya dibayar oleh Wajib Pajak. Jika ada perbedaan antara jumlah yang
dilaporkan oleh Wajib Pajak dan jumlah yang ditentukan oleh petugas pajak, maka
perbedaan tersebut akan dibahas.
5. Pemberitahuan Pajak Tambahan
Jika terdapat pajak tambahan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak berdasarkan hasil
pemeriksaan, otoritas pajak akan mengeluarkan pemberitahuan pajak tambahan
yang merinci jumlah yang harus dibayar beserta batas waktu pembayaran.

C. Peminjaman Dokumen

Dalam proses pemeriksaan pajak, Wajib Pajak harus meminjamkan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan serta dokumen lainnya

3
yang berhubungan dengan penghasilan. Peminjaman tersebut dilakukan untuk menghitung
besaran penghasilan kena pajak dan jumlah pajak yang terutang. Proses peminjaman harus
dilakukan sesuai prosedur sebagaimana diatur dalam Pasal 28 hingga Pasal 31 Peraturan
Menteri Keuangan No. 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan yang telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 (PMK 17/2013 jo
PMK 18/2021). Berikut adalah prosedur peminjaman dokumen dalam pemeriksaan pajak:

1. Wajib Pajak harus meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan
penghasilan dalam proses pemeriksaan pajak.
2. Apabila buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak juga dapat mengajukan
permintaan agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak
dengan menyediakan ruangan khusus.
3. Dokumen yang diminta oleh pemeriksa pajak harus diberikan dalam jangka waktu 1
bulan sejak surat permintaan diterima oleh Wajib Pajak.
4. Pemeriksa pajak akan membuat Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan
Dokumen sebagai dasar peminjaman dokumen.
5. Peminjaman dokumen terdapat dua cara, yaitu dokumen yang ditemukan saat
pemeriksa pajak melakukan pemeriksaan di tempat kegiatan atau kantor Wajib Pajak
dan dokumen yang diminta oleh pemeriksa pajak.
6. Jika jangka waktu 1 bulan sudah terlampaui dan Wajib Pajak tidak atau tidak
sepenuhnya meminjamkan dokumen yang diminta, maka pemeriksa pajak harus
membuat berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan
dokumen yang dilampiri dengan perincian daftar buku, catatan, dan dokumen yang
wajib dipinjamkan tapi belum diserahkan Wajib Pajak.

D. Penyegelan

Salah satu wewenang pemeriksa pajak saat menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan adalah melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta

4
barang bergerak dan/atau tidak bergerak. Penyegelan ini dapat dilakukan apabila
diperlukan dalam proses pemeriksaan lapangan.

Adapun ketentuan mengenai prosedur penyegelan diatur dalam Peraturan Menteri


Keuangan No.17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan yang telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 (PMK 17/2013 jo PMK
18/2021).

Mengacu pada Pasal 1 angka 14 PMK 17/2013 jo PMK 18/2021, penyegelan adalah
tindakan menempatkan tanda segel pada tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak
dan/atau tidak bergerak yang digunakan atau patut diduga digunakan sebagai tempat atau
alat untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik dan benda- benda lain.
Lantas, apa yang menjadi tujuan serta alasan dilakukan penyegelan? Berdasarkan
pada Pasal 32 PMK 17/2013 jo PMK 18/2021, tujuan dilakukan penyegelan adalah untuk
memperoleh atau mengamankan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang
dikelola secara elektronik, dan benda-benda lain yang dapat memberi petunjuk tentang
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang diperiksa agar tidak dipindahkan,
dihilangkan, dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan.
Penyegelan tersebut hanya dilakukan apabila pada saat pelaksanaan pemeriksaan
lapangan terjadi hal-hal berikut:
1. Wajib Pajak yang diperiksa tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk
memasuki tempat atau ruang serta memeriksa barang bergerak dan/atau tidak bergerak,
yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dan/atau
dokumen, termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi online yang dapat memberi petunjuk tentang
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.
2. Wajib Pajak yang diperiksa menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
yang antara lain berupa tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk
mengakses data yang dikelola secara elektronik atau membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak.

5
3. Wajib Pajak yang diperiksa tidak berada di tempat dan tidak ada pegawai atau anggota
keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan untuk
bertindak selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak sehingga diperlukan upaya
pengamanan pemeriksaan sebelum pemeriksaan ditunda.
4. Wajib Pajak yang diperiksa tidak berada di tempat dan pegawai atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang mempunyai kewenangan untuk bertindak
selaku pihak yang mewakili Wajib Pajak menolak memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
• Prosedur Penyegelan
Sesuai dengan Pasal 32 PMK 17/2013 jo PMK 18/2021, proses penyegelan
dilakukan pemeriksa pajak dengan disaksikan sekurang-kurangnya dua orang yang
telah dewasa selain anggota tim pemeriksa pajak. Penyegelan dilakukan dengan
menggunakan tanda segel.
Dalam melakukan penyegelan tersebut, pemeriksa pajak wajib membuat
berita acara penyegelan. Berita acara penyegelan ini juga dibuat dan ditandatangani
oleh pemeriksa pajak dengan disaksikan sekurang-kurangnya dua orang yang telah
dewasa selain anggota tim pemeriksa pajak. Jika saksi menolak menandatangani
berita acara penyegelan, pemeriksa pajak akan membuat catatan tentang penolakan
tersebut dalam berita acara penyegelan. Lebih lanjut, berita acara penyegelan dibuat
2 rangkap. Adapun rangkap kedua diserahkan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang diperiksa.
Berita acara penyegelan dibuat dengan menggunakan format sesuai dengan
contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV PMK 17/2013 jo PMK 18/2021.
Selain itu, dalam melaksanakan penyegelan, apabila diperlukan, pemeriksa pajak
dapat meminta bantuan kepolisian dan/atau pemerintah daerah setempat.

Pihak pemeriksaan pajak dapat menggunakan penyegelan sebagai salah satu alat
untuk menjaga integritas dan mengendalikan akses terhadap berbagai jenis barang atau
dokumen yang terkait dengan perpajakan. Berikut adalah beberapa contoh barang atau
dokumen yang dapat disegel oleh pihak pemeriksaan pajak:

1. Dokumen Keuangan dan Akunting

6
Laporan keuangan, buku besar, dan dokumen akuntansi lainnya yang berkaitan
dengan pelaporan pajak dapat disegel jika ada kecurigaan penipuan pajak atau
pelaporan yang tidak benar.
2. Arsip Pajak
Dokumen dan catatan pajak seperti surat pemberitahuan pajak, kwitansi
pembayaran pajak, dan deklarasi pajak dapat disegel untuk memastikan kebenaran
dan integritas pelaporan pajak.
3. Aset dan Inventaris
Barang-barang berharga yang dimiliki oleh perusahaan atau individu, seperti
kendaraan, peralatan, properti, atau aset lainnya, dapat disegel jika ada dugaan
penghindaran pajak atau penilaian aset yang salah.
4. Rekening Bank
Rekening bank atau catatan transaksi keuangan dapat disegel untuk pemeriksaan
lebih lanjut jika ada ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan dalam
pelaporan pajak dan aktivitas keuangan yang sebenarnya.
5. Properti dan Tanah
Sertifikat kepemilikan properti atau tanah, dokumen penjualan, atau kontrak sewa
properti dapat disegel jika ada ketidaksesuaian dalam pelaporan properti atau
transaksi properti.
6. Inventaris Stok
Barang-barang yang disimpan dalam persediaan perusahaan, terutama yang dapat
mempengaruhi perhitungan pajak seperti barang-barang yang belum terjual atau
barang yang rusak, dapat disegel untuk memverifikasi perhitungan pajak yang
benar.
7. Surat Izin dan Lisensi
Surat izin usaha, lisensi perusahaan, atau dokumen lainnya yang berkaitan dengan
status hukum perusahaan dapat disegel jika ada pertanyaan tentang kepatuhan pajak
perusahaan.
8. Dokumen Kontrak

7
Kontrak bisnis atau perjanjian lainnya yang memiliki implikasi pajak dapat disegel
untuk memeriksa ketentuan dan kewajiban pajak yang mungkin terkait dengan
transaksi tersebut.
9. Dokumen Penilaian Pajak
Dokumen penilaian pajak yang diterbitkan oleh pihak berwenang, seperti dokumen
penetapan pajak atau surat ketetapan pajak, dapat disegel jika ada keberatan atau
peninjauan ulang yang sedang berlangsung.
10. Data Elektronik dan Rekaman Digital
Data elektronik seperti file komputer dan rekaman digital yang relevan dengan
pelaporan pajak juga dapat disegel untuk pemeriksaan.

E. Penolakan Pemeriksaan

Pemeriksaan pajak adalah proses yang dilakukan oleh pihak berwenang, seperti
otoritas pajak, untuk memeriksa catatan keuangan dan pelaporan pajak individu atau
perusahaan. Dalam hampir semua yurisdiksi pajak di seluruh dunia, termasuk Indonesia,
Wajib Pajak tidak boleh menolak untuk menjalani pemeriksaan pajak yang sah dan
diizinkan oleh otoritas pajak yang berwenang. Pemeriksaan pajak adalah bagian integral
dari sistem perpajakan yang dirancang untuk memastikan bahwa Wajib Pajak mematuhi
undang-undang pajak dan melaporkan pendapatannya secara benar. Menolak untuk
menjalani pemeriksaan pajak yang sah dapat memiliki konsekuensi hukum serius.

Namun, Wajib Pajak memiliki hak-hak dan perlindungan hukum tertentu selama
pemeriksaan pajak. Berikut adalah beberapa hak yang biasanya dimiliki Wajib Pajak
selama pemeriksaan pajak:

1. Mendapatkan pemberitahuan secara tertulis serta bertemu dengan pemeriksa pajak


sebelum pemeriksaan dilakukan.
2. Mendapatkan kuesioner pemeriksaan yang berisi hal-hal yang akan diperiksa.
3. Mendapatkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang berisi hasil
pemeriksaan dan dasar hukum koreksi yang dilakukan oleh pemeriksa pajak.
4. Mendapatkan hak hadir untuk mengikuti closing conference yang merupakan
pembahasan akhir hasil pemeriksaan antara pemeriksa pajak dan Wajib Pajak.

8
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP dalam jangka waktu 7 hari sejak
tanggal diterimanya SPHP.
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan tim quality
assurance pemeriksaan, dalam hal terdapat hasil pemeriksaan yang terbatas pada
dasar hukum koreksi yang belum disepakati antara pemeriksa pajak dan Wajib Pajak
pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali untuk pemeriksaan atas
keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan jenis pemeriksaan
kantor.

F. Penjelasan Wajib Pajak dan Permintaan Keterangan Pihak Ke-3


Wajib Pajak adalah individu atau entitas yang memiliki kewajiban untuk membayar
pajak sesuai dengan peraturan dan undang-undang pajak yang berlaku di negara mereka.
Wajib Pajak adalah orang atau organisasi yang memiliki pendapatan atau kegiatan ekonomi
yang tunduk pada pajak. Mereka harus melaporkan pendapatannya kepada otoritas pajak,
menghitung kewajiban pajak mereka, dan membayar pajak yang sesuai. Wajib Pajak dapat
berupa individu, perusahaan, badan amal, atau entitas hukum lainnya, tergantung pada
hukum pajak yang berlaku di negara tersebut.
Permintaan Keterangan Pihak Ke-3 adalah permintaan resmi yang diajukan oleh
otoritas pajak kepada pihak ketiga yang memiliki informasi atau catatan yang relevan
tentang keuangan atau urusan keuangan Wajib Pajak tertentu. Ini sering digunakan dalam
proses pemeriksaan pajak atau penyelidikan pajak untuk mendapatkan bukti atau informasi
tambahan yang diperlukan untuk menilai atau memverifikasi pelaporan pajak Wajib Pajak.
Contoh pihak ketiga yang dapat diminta keterangan oleh otoritas pajak termasuk:
1. Bank
Otoritas pajak dapat meminta informasi dari bank tentang rekening bank Wajib Pajak,
termasuk saldo, transaksi, dan informasi lainnya yang relevan.
2. Pengusaha dan Vendor
Dalam kasus bisnis, otoritas pajak dapat meminta informasi dari pihak ketiga yang
melakukan bisnis dengan Wajib Pajak, seperti vendor atau kontraktor.
3. Pialang Efek

9
Jika Wajib Pajak berinvestasi dalam instrumen keuangan, otoritas pajak dapat meminta
informasi dari pialang efek tentang transaksi dan posisi investasi.
4. Pendukung Keuangan
Ini dapat mencakup agen atau penasihat keuangan yang mengelola aset atau investasi
Wajib Pajak.
5. Pemberi Pinjaman atau Lembaga Keuangan: Jika Wajib Pajak memiliki utang atau
pinjaman, otoritas pajak dapat meminta informasi dari pemberi pinjaman atau lembaga
keuangan yang terkait.
Permintaan keterangan pihak ke-3 adalah alat yang penting dalam penegakan
hukum pajak dan membantu otoritas pajak dalam mendapatkan visibilitas lebih besar
terhadap keuangan Wajib Pajak. Pihak ketiga yang diminta keterangan biasanya harus
memberikan informasi yang akurat dan relevan sesuai dengan undang-undang yang
berlaku, dan mereka juga harus mematuhi ketentuan perlindungan privasi yang berlaku
dalam yurisdiksi mereka. Tidak mematuhi permintaan keterangan pihak ke-3 dapat
mengakibatkan sanksi hukum, dan sebagian besar yurisdiksi memiliki peraturan yang
mengatur ini.

10

Anda mungkin juga menyukai