Anda di halaman 1dari 11

RESUME PERPAJAKAN 1

Pemeriksaan, Surat Ketetapan Pajak(SKP) dan

Surat Tagihan Pajak (STP)

OLEH :

KELOMPOK 1

1. I Kadek Kris Adinata (202133121089)


2. Ni Kadek Mutia Pratiwi (202133121095)
3. Faustina Wako Sangge (202133121106)
4. Ni Wayan Intan Selviani (202133121127)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2023
A. Pemeriksaan
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak atas pemenuhan
kewajiban perpajakannya.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain.
Pemeriksaan menurut tujuannya diterangkan sebagai berikut:
Tahapan Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor. Dalam hal khusus, misalnya kondisi pandemi,
pemeriksaan dapat dilakukan secara daring.
Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui
penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang
dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan mencantumkan
dasar hukum atas temuan tersebut.
Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan
pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang
dapat berupa:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Pemeriksaan untuk tujuan lain ditutup dengan diterbitkannya LHP yang
berisi usulan diterima atau ditolaknya permohonan WP.

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Dalam Rangka Pemeriksaan


Wajib Pajak berhak:
a. meminta Pemeriksa Pajak untuk :
 memperlihatkan tanda pengenal dan Surat Perintah
Pemeriksaan;
 memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan;
 memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa
apabila susunan keanggotaan mengalami perubahan;
 memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
pemeriksaan;
b. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
c. menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan bersama dengan
pemeriksa pada waktu yang telah ditentukan;
d. mengajukan permohonan Quality Assurance Pemeriksaan dalam
hal belum disepakati dasar hukum koreksi pemeriksaan; dan
e. mengisi kuesioner terkait pelaksanaan pemeriksaan.

Wajib Pajak berkewajiban:


a. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan tepat
waktu;
b. memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen yang menjadi
dasar penghitungan penghasilan;
c. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh
data yang dikelola secara elektronik;
d. memberikan kesempatan tim pemeriksa untuk memasuki dan
memeriksa ruangan yang menjadi tempat penyimpanan dokumen
serta meminjamkannya;
e. memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat
berupa:
1. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya
Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang
dikelola secara elektronik memerlukan peralatan
dan/atau keahlian khusus;
2. memberikan bantuan kepada tim pemeriksa untuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
dan/atau
3. menyediakan ruangan khusus dalam hal
pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib Pajak;
f. meminjamkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang dibuat oleh
akuntan publik;
g. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan
h. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

B. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak Merujuk pada Undang-Undang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), Surat Ketetapan Pajak adalah surat
ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), atau Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN).
Surat Ketetapan Pajak (SKP) tersebut akan dikeluarkan oleh pihak yang
berkuasa, yakni Kantor Pajak Pratama (KPP) berdasarkan hasil
pemeriksaan dan keputusan DJP.
Secara umum, Surat Ketetapan Pajak (SKP) memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap Wajib Pajak yang
tidak memenuhi kewajiban formal atau material
2. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak
3. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak
4. Sarana untuk menginformasikan jumlah pajak yang terutang.
Jenis Surat Ketetapan Pajak

Bagi DJP sendiri, Surat Ketetapan Pajak (SKP) berfungsi sebagai dasar
hukum untu memahami atas adanya hak dan kewajiban setiap Wajib Pajak.
Berikut ini jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP) menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan:

 Surat Tagihan Pajak (STP)


Surat yang diterbitkan untuk menagih pajak dan pemberian sanksi
administrasi berupa bunga atau denda.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
SKPKB dikeluarkan oleh DJP karena Wajib Pajak kurang atau tidak
membayar pajak terutang, telah menyampaikan SPT Masa dari batas
waktu yang sudah ditetapkan, adanya salah hitung terkait PPN dan
PPnBM yang dikenai tarif 0%, dan tidak diketahui besarnya pajak
terutang.
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
SKBLB dikeluarkan oleh DJP karena Wajib Pajak lebih membayar
pajak terutang dari yang seharusnya. Dalam SKPLB akan
dicantumkan berapa jumlah kelebihan pembayaran pajak.
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SKPN dikeluarkan oleh DJP sebagai bukti bahwa jumlah pokok pajak
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak sama dengan jumlah kredit pajak.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SKBKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

C. Surat Tagihan Pajak ( STP)

Surat Tagihan Pajak Merujuk pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2007, Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa denda atau bunga yang
berfungsi sebagai koreksi pajak terutang, sarana mengenakan sanksi
kepada Wajib Pajak, serta sarana menagih pajak.
Surat Tagihan Pajak (STP) ini mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan Surat Ketetapan Pajak. STP ini diterbitkan oleh Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar.

Syarat Diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP)


Surat Tagihan Pajak (STP) diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tempat Wajib Pajak terdaftar. Alasan diterbitkannya STP, karena Wajib
Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yang meliputi
pembayaran dan pelaporan pajak.
Adapun, STP diterbitkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 14 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 sebagai berikut:
1. PPh dalam tahun berjalan tidak dibayar atau kurang bayar
2. SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah
tulis atau salah hitung
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau
bunga
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN, tetapi
tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP, tetapi membuat
faktur pajak
6. Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak
membuat faktur pajak
7. PKP membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap

Adapun, fungsi dari diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP) adalah


sebagai berikut :
1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak terutang berdasarkan SPT Wajib
Pajak
2. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa denda atau bunga
3. Sarana untuk menagih pajak terutang.

Sanksi yang Diberlakukan

Sanksi yang akan diberlakukan bagi penerima STP juga sudah termuat
dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 sebagai berikut:

1. Sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000 jika Wajib Pajak


tidak/terlambat menyampaikan SPT Masa.
2. Sanksi administrasi berupa denda Rp 100.000 jika Wajib Pajak
tida/terlambat menyampaikan SPT Tahunan.
3. Sanksi berupa denda sebesar 2% dari DPP dalam hal:
o Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN
tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP.
o Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP, tetapi
membuat faktur pajak
o Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi
tidak membuat faktur pajak
o PKP membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap.
4. Sanksi administrasi berupa bunga, jika Wajib Pajak membetulkan
sendiri SPT miliknya dan hasil pembetulan tersebut ternyata
kurang bayar.
5. Sanksi administrasi berupa bunga, jika Wajib Pajak terlambat atau
tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.
Penomoran Dalam Surat Tagihan Pajak (STP)

Nomor kohir merupakan nomor unik yang tertera pada STP yang
sama dengan penomoran SKP di mana format urutannya ialah
AAAAA/BBB/CC/DDD/EE. Berikut ini penjelasannya:

1) AAAA menunjukkan nomor urut dalam lima digit, sebagai


contoh 00303.
2) BBB adalah kode jenis pajak, misalnya 105 untuk PPh Badan
atau 106 untuk PPN.
3) CC menunjukkan tahun pajak, sebagai contoh 18 untuk tahun
pajak 2018.
4) DDD adalah kode KPP yang menerbitkan, sebagai contoh
angkat 060 menunjukkan KPP PMA Enam.
5) EE menunjukkan tahun diterbitkannya STP tersebut, misalnya
STP diterbitkan tahun 2019 maka kodenya adalah 19.

Sehingga, jika seluruh kode di atas diurutkan maka penomoran


STP tersebut adalah 00303/105/18/060/19.

Cara Melunasi Surat Tagihan Pajak (STP)

Melunasi STP dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dengan membayarnya ke


bank-bank yang menerima pembayaran pajak melalui Surat Setoran Pajak
(SSP). Wajib Pajak harus mencantumkan nomor STP dalam SSP pada bagian
Nomor Ketetapan.

Sebab, jika Wajib Pajak lupa mencantumkan nomor STP ini biasanya akan
mengakibatkan permasalahan nantinya, karena Wajib Pajak akan dianggap
belum membayar STP tersebut. Kemudian, jika masalah ini terjadi, maka
Wajib Pajak harus menyelesaikannya melalui proses pemindahbukuan yang
memerlukan waktu yang tidak sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajak.go.id/id/pemeriksaan

https://www.pajakku.com/read/6360d5c6b577d80e805f5e85/Glosarium-
Pajak:-Surat-Tagihan-Pajak

https://www.pajakku.com/read/635f95cab577d80e805259f1/Glosarium-
Pajak:-Surat-Ketetapan-Pajak
SOAL DAN JAWABAN

1. Hal hal apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pemeriksaan pajak?
Jawaban :
Alasan dilakukannya pemeriksaan pajak ada 2, yaitu untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang biasanya
akan menghasilkan produk hukum yaitu surat ketetapan pajak atau STP
dan tujuan kedua yakni tujuan lain yaitu dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Apakah seseorang dapat mengajukan pengajuan penundaan atau
pembebasan pembayaran pajak dalam surat tagihan pajak (STP) ?
Jawaban :
Seseorang biasanya tidak dapat mengajukan permohonan penundaan atau
pembebasan pembayaran pajak melalui surat tagihan pajak. Namun,
terdapat beberapa cara untuk mengajukan permohonan penundaan atau
pembebasan pembayaran pajak, tergantung pada kebijakan pajak yang
berlaku di wilayah tersebut.
Di beberapa negara, misalnya, Anda dapat mengajukan permohonan
penundaan pembayaran pajak dengan menghubungi kantor pajak
setempat dan meminta formulir permohonan penundaan pembayaran
pajak. Setelah formulir diisi dan diserahkan, kantor pajak akan meninjau
permohonan Anda dan memberikan keputusan mengenai penundaan
pembayaran pajak tersebut.
Namun, jika Anda ingin mengajukan permohonan pembebasan
pembayaran pajak, biasanya Anda harus memberikan alasan yang jelas
dan terperinci mengapa Anda berhak mendapatkan pembebasan tersebut.
Anda harus mengajukan permohonan secara tertulis ke kantor pajak dan
menyertakan dokumen pendukung yang diperlukan untuk mendukung
klaim Anda.
3. Apakah surat tagihan pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan surat ketetapan pajak?
Jawaban :
Kedudukan Surat Tagihan Pajak (STP) sama kuat dengan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) sehingga menyebabkan sahnya penggunaan surat
paksa dalam penagihan STP. Surat Tagihan Pajak diterbitkan paling lama
lima tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
4. Apakah dasar yang menjadikan terbitnya surat ketetapan pajak lebih
Bayar?
Jawaban :
Berdasarkan Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang KUP, Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar dari pada kelebihan pembayaran pajak yang telah
ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai